Anda di halaman 1dari 4

RESUME

PENDIDIKAN AGAMA

DISUSUN OLEH :
NAMA : FAISYA CAHAYA ILAHI
NIM : 21033071

DOSEN PENGAMPU :
SYAHRUL ISMET, S.Ag., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Hakikat Manusia

A. Konsep Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup Allah SWT terdiri dari zat yang bersifat
lahir/pisik dan zat yang bersifat batin atau non pisik. Dikenal juga nama roh dan jasad.
Kedua unsur ini membentuk senyawa sehingga terwujud proses dan mekanisme
hidup. Apabila kedua unsur ini mengalami penguraian, maka proses dan mekanisme
hidup akan berhenti. Peristiwa ini disebut dengan kematian.
Ruh dan jiwa sampai saat ini merupakan rahasia bagi manusia. Ilmu jiwa atau
psikologi hanya berhasil mengungkapkan gejala-gejala dari jiwa, yaitu :
 Pikiran /akal yang didalam Al-qur’an dikenal dengan fikrun, aqlun dan qalbun
(QS.3191, 22:46,7:179).
 Perasaan yang dalam Al-Qur’an dikenal dengan nama fu’ad, yang kalau
dijamakkan menjadi af’idah (QS,28:10,16:36,11;120,53:11).
 Kehendak yang didalam Al-Qur’an dikenal dengan syahwat (QS.3:14).
Ketiga gejala ini satu dengan lainnya saling pengaruh mempengaruhi di dalam
kerjanya. Pikiran yang sedang kacau akan mengurangi keinginan, perasaan yang
sedang guncang akan melumpuhkan pikiran dan syahwat yang meluap-luap akan
mengakibatkan tidak tenang dalam berpikir.
Selain itu dalam Al-Qur’an ditemui pula istilah nafs. Meskipun termasuk dalam
wilayah abstrak yang sukar dipahami, istilah nafs memiliki pengertian yang sangat
terkait dengan aspek fisik manusia.
Allah telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya, kata fitrah
merupakan derivasi dari mata “fatara”, artinya ciptaan, suci, dan seimbang. Louis
Ma’luf dalam kamus Al-Munjid (1980-120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat
yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia, agama,
Sunnah.
Menurut Imam Al-Marigi (1974:2000) fitrah adalah kondisi bahwa
menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan
untuk menggunakan pikirannya. Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat
diartikan sebagai kondisi awal suatu penciptaan atau kondisi awal manusia yang
memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanfi).
B. Penciptaan Manusia Menurut Islam dan Sains
Dalam logika sederhana, dapat dipahami bahwa yang mengerti tentang
penciptaan manusia adalah sang Pencipta itu sendiri. Allah merupakan Sang Maha
Pencipta, jadi Allah yang lebih memahami tentang proses penciptaan manusia. Dalam
Al-Qur’an dijelaskan tentang penciptaan manusia, antara lain dalam QS. 23;13-14).
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal penciptaan manusia dari “sulatin min
thin” (saripati tanah). Kata sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang
disarikan, sedangkan thin berarti tanah. Pada tahap berikutnya saripati tanah
berproses menjadi nuthfah (air mani). Kata nuthfah berarti air yang telah bercampur)
setelah terjadi pembuahan antara spermatozoa dengan ovum). Ditempatkan yang
terpelihara dan kokoh yaitu rahim.
Oleh sebab itu lebih mudah sekarang ini untuk menjawab “Apakah asal usul
Manusia?”. Telah muncul adanya kesesuaian antara ilmu yang benar dan iman yang
sejati yang kedua-duanya menghamba pada satu-satunya kebenaran.

C. Dimensi Kemanusiaan
Dimensi kemanusiaan merupakan kemanusiaan itu memiliki dimensi
individual, sosial, susila, dan agama. Manusia diciptakan sesuai dengan fitrahnya.
Manusia dipusakai dengan kecenderungan ke arah kebaikan maupun kejahatan.
Kemajuan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian
bergerak ke arah kekuatan, tetapi tidak akan menghapuskan kegelisahan mereka,
kecuali Jika mereka dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kapasitas mereka tidak
terbatas, baik dalam kemampuan belajar maupun dalam menerapkan ilmu.
Mereka memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah. Motivasi dan
pendorong mereka dalam banyak hal, tidak bersifat kebendaan. Akhirnya mereka
dapat secara leluasa memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada
mereka, namun pada saatnya yang sama mereka harus menunaikan kewajiban
mereka kepada Tuhan.

D. Fungsi, Peranan dan Tujuan Hidup Manusia


Allah SWT sengaja menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling
mengungguli di atas segala makhluk yang diciptakan-Nya, baik makhluk nyata maupun
makhluk gaib. Di samping itu dia mempunyai martabat yang sangat tinggi, QS 18:70.
Kesempurnaan kejadian manusia itu karena manusia itu akan mengemban tugas yang
sangat berat.
Fungsi manusia jauh di atas makhluk yang lainnya. Fungsi manusia adalah
sebagai Khalifah atau pemimpin di permukaan bumi ini, yang diberi kekuasaan oleh
Allah untuk mewujudkan kemakmuran yang memungkinkan manusia itu untuk
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di bumi ini untuk kepentingan
hidupnya, QS 2:30.
Kepemimpinan yang diamanahkan kepada manusia itu dalam rangka ujian
kepadanya, QS 6:165. Selanjutnya tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi
(beribadah) kepada Allah SWT, baik ibadah maghdah (ibadah khusus atau ibadah yang
telah ditetapkan tata caranya secara terinci), maupun ibadah ghairu maghdah (ibadah
umum atau ibadah dalam arti luas) QS 51:56.
Ibadah yang diwajibkan kepada manusia ditujukan untuk mencari keridhaan
Allah, oleh sebab itu harus dilaksanakan dengan niat ya g ikhlas QS 98:5, 94:4.
Sedangkan program hidup manusia adalah untuk melaksanakan syariah, yaitu
melaksanakan ketentuan Allah SWT yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
secara vertikal, mengatur hubungan sesama manusia dan makhluk lainnya secara
horizontal QS 45:18,42:13,21.

Anda mungkin juga menyukai