Menurut konsep Hindu, manusia adalah kesatuan antara badan jasmani dan
jiwa (atman) menjadikan ia secara psikopisik terus berkembang. Secara
kosmologis, manusia (yang berupa kesatuan jiwa dan badan jasmaninya) yang
sering disebut mikrokosmos (bhuana alit) yang merupakan perwujudan dari
makrokosmos (bhuana agung).
1
Di dalam ajaran Agama Hindu, manusia juga dikatakan sebagai makhluk tri
pramana karena memiliki tiga kemampuan utama yaitu berpikir, berkata, dan
berbuat, yang menyebabkan ia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan
kemampuan berpikir, berkata, dan berbuat, manusia melakukan perbuatan baik
dan perbuatan buruk yang disebut subha dan asubha karma. Dengan meng-
utamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia mampu
menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah
keistimewaan lahir menjadi manusia, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain
selain manusia.
Pasangan dua kata di atas sering kita temukan dalam lagu-lagu kebangsaan
kita. Bangunlah badannya, bangunlah jiwanya. Pada lagu berjudul Padamu
Negeri terdapat kata-kata kupersembahkan jiwa dan ragaku. Dalam percakapan
sehari-hari kita mengatakan “badanku terasa ngilu dan sakit”. Kalau kita di-
khianati oleh seseorang kita mengatakan “hatiku sakit sekali”. Aku hidup dalam
kelimpahan harta, tapi jiwaku gersang”, demikian mungkin yang dikatakan
seseorang yang secara materi berlebihan namun miskin secara spiritual.
Badanku, hatiku, jiwaku! Jadi siapa “aku” yang memiliki badan, hati, dan
jiwa?
Manusia terdiri atas badan dan jiwa. Badan tanpa jiwa ibarat mobil yang
lengkap badan dan mesinnya tapi tanpa aki. Mobil ini tidak bisa bergerak,
karena tidak ada panas atau api yang menghidupkan mesinnya. Jiwa tanpa raga
ibarat aki tanpa mobil, panas atau tenaga yang tersimpan dalam aki menjadi
tenaga yang tidur karena tidak ada mesin untuk digerakkan. Jiwa dan raga itu
merupakan satu kesatuan. Tanpa jiwa, raga tidak dapat melakukan aktivitasnya.
2
mengembara dari satu kematian kepada kematian yang lain.
Badan datang dari orang tua kita, Percampuran sperma dan ovum dari
Bapak dan Ibu kita membentuk badan dalam rahim Ibu.
Agama lain menyatakan, jiwa atau roh itu ditiupkan oleh Tuhan kepada
janin ketika masih berumur beberapa bulan dalam kandungan Ibu. Ketika itu
Tuhan juga menetapkan nasib atau jalan hidup bayi ini setelah ia lahir. Menurut
ajaran Agama Hindu, jiwa atau atman kita sudah ada sebelumnya dan ia masuk
atau dimasukkan oleh Tuhan (Brahman) ke tubuh bayi pada saat awal pertemuan
sperma dan ovum dengan membawa “karma wasana” atau hasil-hasil perbuatan
dalam hidupnya sebelumnya.
Badan merupakan bagian yang tidak kekal dari manusia. Karena ia berubah.
Dari setetes cairan ia tumbuh menjadi janin, lahir sebagai bayi berkembang
menjadi manusia dewasa. Badan yang tegap ketika remaja berubah menjadi
bungkuk ketika tua. Kulit yang halus dan kencang ketika remaja, berobah
menjadi kisut dan layu ketika tua. Ketika sudah mati badan hancur. Di dalam
ajaran Agama Hindu, badan disebut stula sarira.
Berbeda dengan badan (raga), jiwa atau atman merupakan bagian yang
kekal dari manusia. Ia tak pernah berubah. Ia (atman) tidak mati ketika badan
mati. Atman tidak terluka oleh senjata, tidak terbakar oleh api. Atman ada
selamanya. Di dalam ajaran Agama Hindu, jiwa disebut sukma sarira.
Menurut agama lain, badan manusia hanya terbuat dari satu zat yaitu tanah.
Menurut Agama Hindu, badan manusia terdiri atas lima unsur yang disebut
panca maha buta yaitu: tanah (pertiwi), air (apah), api (teja), angin (bayu) dan ether
(akasa). Pandangan Hindu kemudian dibenarkan oleh hasil penelitian ahli Fisika
ternama Albert Eistein bersama ahli Fisika bangsa India Satyendra Nath Bose.
Dalam bahasa Fisika unsur-unsur at adalah: padat, cair, gas, dan plasma, serta
unsur yang kelima disebut KBE (kondesat Bose-Eistein). *****)
Jiwa berasal dari Tuhan. Atman adalah jiwa dari semua makhluk hidup,
termasuk manusia. Brahman adalah jiwa alam semesta. Atman merupakan bagian
kecil dari Brahman. Seperti setitik air hujan yang berasal dari samudera luas.
3
C. Sifat dan Karakter Manusia
Menurut Kitab Weda, ada empat tipe kepribadian manusia, yang disebut
catur warna. Keempat tipe kepribadian manusia itu terbentuk oleh interaksi
dinamis triguna karma. Seperti disebutkan dalam Kitab Suci Bhagawad Gita
(BG) IV.13: “Chatur Varnyam maya srishtam guna karma vibhagasah”. Artinya:
Catur warna (empat tipe kepribadian manusia) adalah ciptaan-Ku (Tuhan)
bardasarkan guna karma yang melekat padanya.
Kitab Suci Bagawad Gita (BG) XIV.6 menyebutkan sebagai berikut: pertama,
ciri-ciri Satwam sebagai berikut: (1) nirmalawat = sifat yang tidak tercela; (2)
prakasakam = bercahaya; (3) anamayam = tidak mengenal sedih atau menderita;
(4) sukhasangena = selalu memberi rasa senang; (5) jnanasangena = memberikan
ilmu pengetahuan; (6) anagha = tidak tercela.
Kedua, ciri-ciri Rajas (BG.XIV.7) sebagai berikut: (1) raga = nafsu; (2) atmakam
= sendiri; (3) trsna = nafsu birahi; (4) sanga = terikat; (5) karmasangena = terikat
oleh karma; (6) dahinam = jasad rohani.
4
tidak peduli atau teledor; (4) moha = bingung; (5) nidralasya = suka tidur; (6)
mohanam atmanam = mengalami kesesatan jiwa.
Catur warna dalam Agama Hindu sangat terbuka dan dinamis. Bhagawad
Gita XVIII.41 menyebutkan: “Brahmana ksatrya wisam sudranam ca parantapa,
karmani prawibhaktani swabhwaprabhawir gunah”. Artinya: Brahmana, Ksatrya,
Wesya, dan Sudra perilakunya (kepribadiannya) dibentuk oleh sifat bawaan
(triguna).
5
Yayur Weda XXX.5 menyebutkan: Brahmane brahmanam, Ksatraya
rajanam, marudbhyo vaisyam, tapase sudram, artinya: Brahmana untuk
pengetahuan, Ksatrya untuk perlindungan, Waisya untuk perdagangan, dan
Sudra untuk pekerjaan jasmaniah.
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani,
dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang
tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan
konsep jiwa yang bervariasi di mana dalam agama, dimengerti dalam
hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos,
mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi
kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi
mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan
terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan
lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
6
kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga
memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan
hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia.
Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan. Pemerintah
dengan berlandaskan undang-undang memasukkan pendidikan agama ke
dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi
yang wajib diikuti.
Semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada umumnya untuk pen-
capaian tujuan hidup manusia, yaitu Catur Purusa Artha, meliputi: (1) Dharma,
(2) Artha, (3) Kama, dan (4) Moksa
Dharma menjadi dasar dan pedoman kita dalam menunaikan tugas hidup
kita sebagai manusia, yang dilahirkan kembali diberikan kesempatan untuk
memperbaiki taraf hidupnya. Dharma, adalah ajaran-ajaran agama yang menjadi
pedoman dalam kita mengarungi samudera kehidupan ini, memilha dan
memilih mana yang boleh dan mana yang patut dihindari dalam kehidupan ini,
karena tuntunan moral maupun tuntunan agama.
Artha merupakan kebutuhan pokok manusia, arta dalam hal ini adalah arta
untuk memenuhi kebutuhan pokok, kebutuhan pangan, kebutuhan sandang,
dan kebutuhan pisiologis lainnya. Dan semua aktivitas keagamaan pun tidak
terlepas dari kebutuhan arta ini.
7
artha maupun kama ini, sehingga sebagai dasar dan pedoman dalam
mengumpulkan artha dan mencari kepuasan ini adalah dharma itu sendiri.
Moksa sebagai tujuan akhir dari hidup manusia Hindu, yaitu menyatunya
atman dengan paramaatman/brahman saat orang itu meningggal dunia. Suka
tnpa wali duka (kebahagiaan yang abadi/kekal)
Ada dua jalan dalam menuju ke arah tujuan tersebut, yaitu: (1) jalan
prajapati, dan (2) jalan yoga. Jalan prajapati terbagi atas tiga jenis jalan, yaitu: (a)
jnana marga, (b) karma marga, dan (c) bhakti marga. Sedangkan jalan yoga hanya
ada satu jalan yaitu: yoga marga. Keempat jalan ini sering juga kita kenal dengan
catur marga, sehingga pembagiannya menjadi: (a) jnana marga, (b) karma marga, (c)
bakti marga, dan (d) yoga marga.
Musuh besar manusia menurut agama Hindu yang disebut Sad Ripu yang
berada di dalam diri setiap manusia dimana sifat–sifat tersebut akan mem-
pengaruhi watak dan perilaku manusia. Itulah sebabnya watak dan perilaku
manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sad Ripu tidak bisa kita
hilangkan karena begitu melekat dalam diri manusia. Satu – satunya cara adalah
dengan mengendalikannya. Untuk itu, kita harus bisa mengendalikan sifat
tersebut agar nantinya kita mendapat ketenangan di dalam diri. Jika hati kita
tenang, maka pikiran pun akan tenang untuk menghasilkan pemikiran –
pemikiran yang jernih. Dari pemikiran yang jernih kita senantiasa akan berkata
dan berbuat yang baik.
Adapun yang dimaksud dengan enam musuh yang bersembunyi dalam diri
setiap manusia adalah : pertama, hawa nafsu (kama). Kama berarti hawa nafsu.
Hawa nafsu ini ada pada setiap manusia dan menjadi musuh dari setiap orang.
Nafsu yang tidak terkendalikan akan membawa manusia ke jurang neraka.
Pada pustaka Sarasamuccaya sloka 105, diuraikan yaitu: "maka orang yang
dikuasai hawa nafsu murkanya, tidak dapat tidak niscaya ia melakukan
perbuatan jahat, sampai akhirnya dapat membunuh guru dan sanggup ia
8
'menunu' hati seorang yang saleh, yaitu akan menyerang dia dengan kata-kata
yang kasar."
Kedua, tamak, rakus (lobha). Lobha atau tamak memyebabkan orang tidak
pernah merasa puas akan sesuatu. Orang yang loba ingin selalu memiliki
sesuatu yang banyak dan lebih dari pada apa yang telah dimiliki. Bila ia telah
memiliki apa yang diinginkannya, maka ia menambah lagi, bahkan dengan jalan
yang jahat sekalipun. Akibatnya orang yang demikian itu akan selalu gusar dan
gelisah karena didorong oleh kelobaannya. Ia akan tidak pernah merasakan
ketenangan sepanjang hidupnya.
Keenam, iri hati (matsarya). Matsarya artinya iri hati. Perasaan iri hati ini
timbul karena seseorang tidak senang melihat orang lain yang lebih dari
padanya atau menyamai dirinya. Ia tidak senang melihat orang lebih bahagia
dan lebih beruntung dari padanya. Orang yang demikiang merasa dirinya
dikalahkan, lebih rendah, malang dan lain sebagainya, sehingga timbullah
maksud dan rencana jahatnya, untuk menecelakakan orang yang dianggap
menyaingi dirinya.
9
Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri atas dua unsur, yaitu
jasmani dan rohani. Jasmani adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani
merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman.
Manusia memiliki tiga lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari
Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga
manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu
Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau
Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana
Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang
terdiri tiga unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam
pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara
atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca
Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa,
Gandha membentuk berbagai indriya (Panca Buddhindriya dan Panca
Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu
jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya makhluk yang
berpikir. Jadi manusia merupakan makhluk yang telah dibekali salah satu
kelebihan dibandingkan makhluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri
Pramana, yang terdiri atas bayu, sabda, dan idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu
atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda
dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan
mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya
dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki
pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan
mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui
asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola
hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami
setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan
ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun
manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang
lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan
bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk
mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan
atman yang sejati.
10
E. Tujuan Hidup Manusia Hindu
Setiap kelahiran jika dipahami, sesungguhnya manusia membawa perannya
masing-masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam
dengan pikiran yang jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi
tujuan hidupnya. Ada dua macam tujuan hidup manusia yaitu tujuan duniawi
dan tujuan spiritual.Tujuan duniawi berupa harta benda sebagai penopang
kehidupan ini. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada
yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia
dikemas dalam konsep Catur Purusartha. Yang terdiri dari empat bagian yaitu :
Dharma, Artha, Kama Moksa.
11
Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai
pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka
mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu,
tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri
dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang
keliru, misalnya sejak anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal
dari golongan yang kaya, derajatnya tinggi, bangsawan dan memandang rendah
mereka para rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu rumah tangga dan
sebagainya, padahal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya,
karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti
yang luhur. Dalam kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di
lingkungan kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena
kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada
umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis,
tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu dihormati. Dalam kehidupan
modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari penampilannya,
sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah dan
memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian
keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah,
serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapatkan
perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih
sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan
tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran Agama Hindu,
tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan,
kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat kepada hukum dan taat kepada ajaran
agama. Dan tujuan akhir adalah untuk mencapai moksa yaitu bersatunya atma
dengan paramatma.
12
Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan
dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga
keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat
kehidupan ini menjadi baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban
utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma
(kebajikan yang utama), dengan melaksanakan berbagai yadnya demi terjaganya
keseimbangan alam semesta.
Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut
Catur Marga Yoga, empat jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan
kebahagiaan lahir bhatin yaitu: (1) Bhakti Marga Yoga, (2) Karma KarmaYoga,
(3) Jnana Marga Yoga, dan (4) Raja Marga Yoga. Rahasia kebahagiaan dari
keempat ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat kehidupan manusia agar
dapat bersatu dengan Tuhan. Apapun kesulitan kita hendaknya tetap berpegang
teguh pada ajaran dharma tanpa ada keraguan yang hanya akan membuat kita
kembali jatuh ke dunia material yang penuh dengan kesenangan sementara.
Ikatan keluarga hanya ada pada kehidupan ini, namun jika kita sudah
mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat
kesadaran kita goyah.
Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan
alasan untuk berpaling dari jalan yang telah diyakininya. Seseorang tidak bisa
ikut campur tangan atas karma orang lain sehingga kita hendaknya berusaha
melepaskan keterikatan tersebut. Kesenangan duniawi hanya memberikan
kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia. Itu bukanlah kebahagiaan
yang sejati karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata.
13
kemanusiaannya disekelilinggnya. Dalam pandangan Weda manusia tidak saja
memiki tanggung jawab memanusiakan manusia tetapi yang lebih penting
adalah “mengentaskan” (melakukan somya) sarwa bhūta yang ada di
sekelilingnya dalam kehidupan yang lebih tinggi, seperti yang dilakukan dalam
Tawur Agung Kesanga dengan Hari Raya Nyepi.
Sumber:
14