0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
38 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas konsep manusia dalam pandangan Hindu. Sesuai etimologinya, manusia diartikan sebagai makhluk berpikir. Pandangan Hindu menyatakan bahwa manusia terdiri dari badan jasmani dan jiwa yang sama pentingnya. Martabat manusia ditentukan oleh jati, dharma, warna, dan tingkat pengetahuan rohaninya.
Dokumen tersebut membahas konsep manusia dalam pandangan Hindu. Sesuai etimologinya, manusia diartikan sebagai makhluk berpikir. Pandangan Hindu menyatakan bahwa manusia terdiri dari badan jasmani dan jiwa yang sama pentingnya. Martabat manusia ditentukan oleh jati, dharma, warna, dan tingkat pengetahuan rohaninya.
Dokumen tersebut membahas konsep manusia dalam pandangan Hindu. Sesuai etimologinya, manusia diartikan sebagai makhluk berpikir. Pandangan Hindu menyatakan bahwa manusia terdiri dari badan jasmani dan jiwa yang sama pentingnya. Martabat manusia ditentukan oleh jati, dharma, warna, dan tingkat pengetahuan rohaninya.
• Manusia/Manusya secara etimologis berasal dari bahasa Sanskerta manu+sya • Manu = pikiran • Sya = milik atau sifat yg dimiliki kata benda yg dilekatinya. • Manusia = ia yg memiliki pikiran atau ia yg senantiasa berfikir dan menggunakan akal pikirannya • Secara konsepsional dapat kita pahami bahwa dalam kata manu dan manusia tersebut pada dasarnya telah terumuskan tentang makna hakiki dari jenis mahluk hidup yg bernama manusia sebagai subyek pengada yg berkesadaran, karena itu kepastian pertama dari eksistensi manusia menurut Rene Descartes adalah: • “Cogito ergo sum” (saya berpikir maka saya ada) • “Cogito Ergo sum cogitan” (saya berpikir, maka saya adalah pengada yang berpikir, yaitu eksistensi dari budi, sebuah substansi sadar). Hakikat Manusia Realitas manusia sebagai pribadi yg memiliki badan jasmani dan jiwa, • Kaum materialisme (Carwaka), menganggap badan jasmani lebih bernilai (penting) daripada jiwa. • Kaum spiritualisme beranggapan bahwa jiwa jauh lebih bernilai (penting) dibandingkan badan jasmani. • Menurut pandangan Hindu baik badan jasmani maupun jiwa sama pentingnya. Di dalam kitab Upanisad dan Purana dinyatakan: • “Deho devalayah proktah, sa jiva kevala sivah” (Maitriya Upanisad) (badan itu adalah stana-Nya para Dewa (devalaya), dan jiwa itu sendiri adalah Siwa yg meresapi segalanya). • “Dharmarthakamamoksanam sariram sadanam” (Brahma Purana) (Tubuh adalah sarana atau jalan dalam pelaksanaan Dharma, untuk mendapatkan Artha, Kama, dan Moksa. • “Sariram adyam khalu dharma sadhanam” (Brahmanda Purana) (Sesungguhnya badan jasmani ini merupakan jalan utama untuk mencapai dharma. Menurut Samkhya • Bahwa hakikat manusia dan alam semesta terdiri dari dua unsur, yaitu: Purusa, asas Kejiwaan (Rohani) dan Prakrti, asas badani (material/badani). Selanjutnya kedua unsur ini, terutama setelah Purusa bertemu dengan Prakrti, berkembanglah Prakrti itu sebagai unsur penyusun tubuh manusia maupun alam semesta, yg keseluruhannya terdiri dari 25 prinsip (Tattwas) sebagai berikut: 1 Purusa/Jiwatman, 2 Prakrti/Stula Sarirara, 3 Budhi, 4 Ahamkara, 5 Manas, 6-10 Panca Budhindriya, 11-15 Panca Karmendriya, 16- 20 Panca Tanmatra, 21-25 Panca Mahabhuta. • Purusa: adalah asas kejiwaan yang kekal berdiri sendiri dan tidak berputar. Jumlah Purusa tidak terbilang, berbeda dengan Upanisad, Samkhya tidak mengakui adanya satu jiwa yang bersifat universal yg kemudian di antaranya menjadi jiwa individu. • Prakrti: adalah sebab terakhir dari alam semesta ini, semua obyek di dunia ini baik badan, pikiran, perasaan adalah terbatas dan merupakan serentetan dari suatu sebab. Sebab terakhir inilah yg disebut Prakrti dalam ajaran Samkhya. Stula Sarira/Raga Sarira yang terjadi dari Panca Tanmatra atau Panca Mahabhuta: 1. Tulang belulang, otot, daging dan segala yg padat sifatnya terjadi dari gandha atau prtiwi. 2. Darah, lemak, kelenjar, empedu, air badan dan segala yg cair sifatnya terjadi dari rasa atau apah. 3. Panas badan, sinar mata dan segala yg panas dan bercahaya sifatnya terjadi dari rupa atau teja. 4. Napas dan udara dalam badan sifatnya terjadi dari sparsa atau vayu. 5. Rongga dada, rongga mulut dan segala rongga lainnya terjadi dari sabda dan akasa. Dalam hubungannya dengan Sthula Sarira/badan kasar manusa disebutkan adanya unsur-unsur sebagai berikut: Sad Kosa yaitu 6 lapis pembungkus yg terdiri dari: 1. Asti/tawulan - tulang 2. Odvad - otot 3. Sumsum - sumsum 4. Mamsa - daging 5. Rudhira - darah 6. Carma - kulit Dasa Bayu atau Dasa Prana, yaitu 10 macam udara dalam badan manusia: 1. Prana udara pada paru-paru 2. Samana udara pada pencernaan 3. Apana udara pada pantat 4. Udana udara pada kerongkongan 5. Vyana udara pada yg menyebar ke seluruh tubuh 6. Naga udara pada perut yg keluar pada saat perut mengempis 7. Kurmara udara yg keluar dari badan oleh tangan dan jari 8. Krkara udara pada saat bersin 9. Devdatta udara saat menguap 10. Dananjaya udara yg memberi makan pada badan Yang mempunyai hubungan dg Suksma Sarira/Badan halus yaitu Panca Kosa 1. Annamaya kosa - badan dari sari makanan 2. Pranamaya kosa - badan dari sari nafas 3. Manomaya kosa - badan dari sari pikiran 4. Vijnanamaya kosa - badan dari sari pengetahuan 5. Anandamaya kosa - badan dari sari kebahagian Martabat Manusia Hindu Pemahaman akan tingginya martabat manusia bagi manusia modern tercermin dalam berbagai aspek 1. Tingkat pendidikan dan wawasan pengetahuan yg dimiliki; 2. Profesi atau bidang pekerjaan dan sosial ekonomi; 3. Peran dan kedudukan dalam hidup sosial-kemasyarakatan-kemanusiaannya; 4. Keimanan dan ketaqwaan serta hidup berkeragaman. Berdasarkan pandangan Veda dikemukakan beberapa aspek hakikat martabat manusia Hindu: 1. Jati (kelahiran); 2. Dharma (kewajiban hidup, kebenaran, kedudukan, dan peran sosial kemasyarakatan-keagamaan); 3. Warna (profesi bidang pekerjaan) 4. Karma (secara luas melingkupi: manacika, wacika, kayika) 5. Guna (Sattwam, Rajas, Tamas); 6. Tingkat kebrahmacarian dan wawasan pengetahuan (Vedajna, Wedaprangga, Sastrajna, Gunawan) 7. Tingkat keimanan dan kerohaniawanan (Sradham, Satyam). Maharsi Kautilya menyatakan: “Apa gunanya lahir di kalangan keluarga terhormat tetapi tidak memiliki penge- tahuan suci, walaupun seorang lahir dari keluarga rendah, tetapi ia terpelajar, memiliki pengetahuan suci, dan bijaksana patutlah dia dihormati seperti Dewa”