Anda di halaman 1dari 4

NAMA : I NYOMAN WARGI TRISNA JAYA

NIM : 221023008
KELAS : B5 LINTAS JALUR S1 FARMASI

JAWABAN
1. Agama Hindu disebut sebagai “agama tertua” di dunia yang masih bertahan hingga
kini, dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana
dharma(Dewanagari: सनातन धर्म), artinya “darma abadi” atau “jalan abadi” yang melampaui
asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban “kekal” untuk diikuti oleh seluruh
umatnya—tanpa memandang strata, kasta, atau sekte—seperti kejujuran, kesucian, dan
pengendalian diri. Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai peleburan
atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam dan
tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya meliputi Brahmanisme (agama Weda Kuno),
agama-agama masa peradaban lembah Sungai Indus, dan tradisi lokal yang populer. Sintesis
tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan tumbuh berdampingan dengan agama
Buddha hingga abad ke-8. Dari India Utara, “sintesis Hindu” tersebar ke selatan,
hingga sebagian Asia Tenggara. Hal itu didukung oleh Sanskritisasi. Sejak abad ke-19, di
bawah dominansi kolonialisme Barat serta Indologi (saat istilah “Hinduisme” mulai dipakai
secara luas), agama Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka tradisi
yang koheren dan independen. Hinduisme (di Indonesia disebut agama hindu) merupakan
kepercayaan dominan di Asia Selatan, terutama di India dan Nepal, yang mengandung
beraneka ragam tradisi. Kepercayaan ini meliputi berbagai aliran, di antaranya Saiwa,
Waisnawa, dan Sakta, serta suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang "moralitas
sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Hinduisme
cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada
seperangkat keyakinan yang baku dan seragam seperti pada agama Abrahamik

2. Ajaran Agama Hindu yang dianut sebagai warisan nenek moyang di Bali adalah ajaran Siwa
Siddhanta yang kadang - kadang juga disebut Sridanta. Siddhanta artinya akhir dari sesuatu
yang telah dicapai, yang maksudnya adalah sebuah kesimpulan dari ajaran yang sudah mapan.
Ajaran ini merupakan hasil dari akulturasi dari banyak ajaran Agama Hindu. Didalamnya kita
temukan ajaran Weda, Upanisad, Dharmasastra, Darsana (terutama Samkya Yoga), Purana
dan Tantra. Ajaran dari sumber - sumber tersebut berpadu dalam ajaran Tattwa yang menjadi
jiwa atau intisari Agama Hindu di Bali. Dalam realisasinya, tata pelaksanaan kehidupan umat
beragama di Bali juga menampakkan perpaduan dari unsur - unsur kepercayaan nenek
moyang. Wariga, Rerainan (hari raya) dan Upakara sebagian besarnya merupakan warisan
nenek moyang. Warisan ini telah demikian berpadu serasi dengan ajaran Agama Hindu
sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan demikian, Agama
Hindu di Bali mempunyai sifat yang khas sesuai dengan kebutuhan rohani orang Bali dari
jaman dahulu hingga sekarang. Ajaran Siwa Siddhanta di Bali terdiri dari tiga kerangka utama
yaitu Tattwa, Susila dan Upacara keagamaan. Tatwa atau filosofi yang mendasarinya adalah
ajaran Siwa Tattwa. Di dalan Siwa Tattwa, Sang Hyang Widhi adalah Ida Bhatara Siwa.
Dalam lontar Jnana Siddhanta dinyatakan bahwa Ida Bhatara Siwa adalah Esa yang
bermanifestasi beraneka menjadi Bhatara - Bhatari.

3. Dunia kecil, khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh ukuran kecil
dari alam semesta itulah mikrokosmos (KBBI). Makrokosmos sendiri menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia berarti alam semesta, tentunya sangat berhubungan antara dengan alam
semesta ubungan antara manusia dengan alam semesta sendiri sangat erat, seperti simbiosis
mutualisme saling menguntungkan antara yang satu dengan yang lain. Ditinjau dari segi
keuntungan tentunya makhluk hidup terlebih lagi manusia lebih diuntungkan, tetapi karena
sifat serakah yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Karena itu, sekarang banyak terjadi
bencana alam dimana-mana keselarasan ekosistem sudah tidak lagi menguntungkan tetapi
berbalik menjadi saling merusak. Didalam makhluk hidup sendiri memiliki unsur atau elemen
yang sama dengan alam semesta yaitu unsur tanah , unsur air , unsur api , unsur udara . Dengan
elemen yang sama inilah yang menjadi sebab saling timbal balik antara makhluk hidup dan
alam semesta. Maka haruslah lebih merawat alam semesta yang memberi timbal balik
terhadap kelangsungan hidup ini. Apabila tidak berbuat baik terhadap alam maka buah dari
perbuatan itu pun akan dipetik. hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos memberi
timbal balik tergantung perbuatan mikrokosmos terhadap makrokosmos.

4. Makanan sangat berpengaruh bagi kesehatan tubuh jasmani seseorang. Makanan yang bergizi
akan mampu memenuhi kebutuhan gizi yang diperlukan seseorang sehingga dapat tercapai
kondisi fisiologis tubuh yang maksimal dan sesorang individu dapat melakukan aktifitasnya
dengan baik dan tetap terjaha kesehatanyanya. Menurut ajaran agama hindu, makanan dapat
dibagi menjadi 3 yaitu, Satwik, Rajas dan Tamas. Makanan yang bersifat satwik memberikan
ketenangan, kemurnian dan meningkatkan ketahanan, kecerdasan, kekuatan, kesehatan,
kebahagiaan dan membuat perasaan gembira. Contoh dari makanan berjenis satvik adalah
buah-buahan, sayur-sayuran, dedaunan, biji-bijian, sereal, susu, madu, dll. Makanan-makanan
tersebut bisa dikonsumsi seperti apa adanya. Seseorang bisa hidup baik dengan makan
makanan satvik seumur hidupnya. Makanan satvik biasanya ditanam dilahan yang segar,
musiman dan dibiakan secara lokal.

5. Konsep agama Hindu mengatakan bahwa manusia itu terdiri dari dua unsur, yakni Jasmani
dan Rohani. Jasmaninya merupakan badan, tubuh manusia. Sedangkan Rohani adalah
hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang dapat disebut dengan Atman. Dalam kitab Upanisad
dapat dinyatakan bahwa Atmana Rathinam Viddhi, Sariram Ratham Evat U Buddhim Tu
Saradhim Viddhi, Manah Pragraham Eva Ca (Katha Upanisad III.3). Ketahuilah atma sebagai
penguasa dari kereta dan raga sesungguhnya adalah kereta dan ketahuilah buddhi sebagai
kusir kereta dan pikiran sesungguhnya adalah kendalinya. Dalam Maitriya Upanisad juga
dinyatakan Deh Devalayah Proktah, Sa Jiva Kevala Sivah. Badan itu adalah Sthana-Nya para
Dewa (Devalaya) dan jiwa itu sendiri adalah Siwa yang meresapi segalanya. Badan jasmani
atau tubuh manusia mempunyai makna penting bagi jiwaatma yang menjadi akar hidup dan
dilahirkan menjadi badan jasmani sebagai manusia. Tubuh manusia pada hakekatnya
merupakan yoni dan jiwa-atma adalah lingga-Nya sehingga dapat disebut dengan Lingga
Sarira. Salah satu cara untuk mencapai kesehatan sempurna sebagai keharmonisan Atma-
Paramatma adalah melalui yoga. Secara umum Yoga dikatakan sebagai disiplin ilmu yang
digunakan oleh manusia untuk membantu dirinya mendekatkan diri kepada Sang Hyang
Widhi Wasa. Kata “Yoga” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “yuj” yang memiliki arti
menghubungkan atau menyatukan, diartikan sebagai meditasi atau mengheningkan
cipta/pikiran, sehingga dapat dimaknai bahwa Yoga itu adalah menghubungkan atau
penyatuan spirit individu (Jivatman) dengan spirit universal (paramatman) melalui
keheningan pikiran. Yoga selain sebagai pengetahuan rohani, juga dapat memberikan latihan-
latihan badan/Asanas. Asanas dapat memungkinkan memperbaiki kesehatan banyak orang
dan mencapai suatu kehidupan yang bersemangat. Melalui pembelajaran Yoga, seseorang
secara bertahap dapat belajar menjaga pikiran dan tubuh dalam keseimbangan yang tentram
pada semua keadaan dan mempertahankan ketenangan dalam situasi apapun.

6. Tri Sarira terdiri dari dua kata, yaitu ‘Tri’ dan ‘Sarira’. Tri berarti tiga, sedangkan Sarira yang
berarti tubuh. Jadi, Tri Sarira berarti tiga lapisan tubuh manusia yang memiliki fungsi dan
kualitas yang berbeda. Tiga lapisan tubuh terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan
Antakarana Sarira.
- Stula Sarira
Stula Sarira adalah lapisan terluar dari tubuh atau badan kasar (jasmani). Stula Sarira
adalah organ yang dapat dilihat dan disentuh. Stula Sarira terbentuk dari unsur-unsur
Panca Maha Bhuta, yaitu:
• Pertiwi: zat padat, seperti tulang, otot, daging, kuku dan rambut
• Apah: zat yang cair, seperti darah dan lendir
• Teja: unsur panas, seperti suhu tubuh
• Bayu: unsur udara, misal nafas
• Akasa: eter atau zat cahaya atau energi listrik

- Suksma Sarira
Suksma Sarira adalah lapisan tubuh yang tidak dapat dilihat atau disentuh, seperti pikiran
manusia. Pikiran terletak jauh di dalam tubuh yang disebut badan halus. Dalam bahasa
Sansekerta, Suksma Sarira juga disebut Citta. Citta adalah memori atau pengalaman yang
dibuat oleh tubuh, pikiran, dilihat, dan dirasakan oleh manusia untuk hidup di dunia ini.
Citta adalah salah satu elemen yang membentuk karakter atau sifat seseorang. Di Citta
ada unsur “Dasendria” yang terbagi menjadi Panca Budhindriya dan Panca Karmendriya.
Panca Budhindriya adalah lima jenis identifier indera, yang terdiri dari:
• Cakswindriya, sensor penglihatan yang terletak pada mata.
• Srotendriya, indera pendengar yang terletak pada telinga.
• Ghranendriya, indera pembau yang berlokasi di dalam hidung.
• Twakindria, sensor sentuhan yang terletak pada kulit.
• Jihwendria, indera pengecap yang terletak pada lidah.

Sementara itu, Panca Karmendriya adalah lima jenis sensorik yang menggerakkan tubuh,
terdiri dari:
• Panindriya adalah sensor penggerak pada tangan.
• Padendriya adalah sensor penggerak pada kaki.
• Garbhendriya adalah sensor penggerak pada perut.
• Upastendriya adalah sensor pada alat kemaluan laki-laki.
• Bhagendriyasensor penggerak pada vulva (kemaluan perempuan)

- Antakarana Sarira adalah lapisan tubuh yang paling halus, yang disebut ‘Atman’.
Antakarana Sarira juga disebut badan penyebab. Atman menghidupi jiwa manusia. Atman
membuat manusia bisa hidup, bergerak, dan memiliki rasa. Atman adalah lapisan tubuh yang
paling kuat dalam tubuh manusia. Atman juga merupakan bentuk perilaku dan gerak pikiran
manusia. Jika Atman telah meninggalkan tubuh seseorang, maka itu menjadi mati.

Sedangkan Panca Maya Kosa yang artinya lima lapisan tubuh spiritual yang membungkus
badan manusia

7. Makanan yang dimakan manusia mempengaruhi kesehatan dan spiritual. Oleh karena itu,
manusia perlu memfungsikan manacikanya. Mana makanan yang berpengaruh terhadap
kesehatan dan spiritual. Demikian pula sebaliknya. Contohnya, makanan yang basi, hilang
rasa, busuk, berbau, bekas sisa dan tidak bersih menyebabkan manusia tamas (malas).Lagi
pula, makanan yang pahit, asam, asin, pedas, banyak rempah, keras dan hangus pengaruhnya
adalah kesusahan, kesedihan dan penyakit karena makan sejenis seperti itu, berdampak pada
prilaku manusia adalah rajas ( tidak bertanggung jawab, tapi penuh aktivitas dan
sejenisnya).Meminum minuman yang beralkohol juga sangat dilarang oleh Agama dan dalam
ajaran sapta timira ada yang disebut sura yang artinya mabuk oleh minuman keras atau
minuman yang beralkhol dan sangat dilarang oleh Agama. dapat disimpulkan bahwa pengaruh
makan terhadap kesehatan dan spiritrual dalam persepektif Agama dan ilmu adalah makanan
satvika, sangat baik karena tubuh menjadi sehat serta pikiran jernih jadi spiritualpun akan
baik, dan tidak melanggar ajaran Agama, juga secara ilmu dibenarkan karena mampu
memperbaiki sesuatu bidang atau disiplin dan sejenisnya. Sedangkan mengkomsumsi
makanan rajasika, dengan syarat dilaksanakan secara bijaksana, masih dapat dikatagorikan
baik, karena bermanfaat bagi tubuh,untuk menambah energi dalam beraktivitas, mengingat
manusia hidup perlu beraktivitas, tapi tanggung jawab terhadap proses maupun hasil aktivitas
yang dilaksanakan dengan kata lain, Agamapun tidak melarang asal ada batasan secaara logika
, begitu pula dari kajian, ilmu juga tidak disalahkan bila mampu aktivitasnya
mempebaiki sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai