Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kadek Pastika Diana Artha

NO : 34

ROMBEL : 13

TUGAS AGAMA

1. Berdasarkan Kitab Suci Manawadharmasastra II.6 dijelaskan :

Seluruh pustaka suci Weda adalah sumber pertama daripada Dharma kemudian adat
istiadat, dan lalu tingkah laku yang terpuji dari orangorang budiman yang mendalami
ajaran pustaka suci Weda, juga tata cara perikehidupan orang-orang suci dan akhirnya
kepuasan dari pribadi (Sudirga, dkk., 2007:62). Berdasarkan Manawa Dharmasastra II.6,
Sumber Hukum Hindu diatur secara kronologi, yaitu :

• Sruti Weda Sruti adalah kelompok Weda yang ditulis oleh para Maha Rsi melalui
pendengaran langsung dari wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sruti adalah
pengetahuan suci, yang selalu di dengar oleh guru-guru suci yang bijak, berbeda
dengan apa yang bisa diketahui penulis-penulis tentang kemanusiaan. Seluruh teks
Sruti dengan jelas memuat suatu konteks religius. Rg Veda berisi ayat-ayat yang
didasarkan dalam upacara pengurbanan; Sama Veda adalah kumpulan lagu atau
melodi selama upacara ritual; Yajur Veda merupakan kumpulan formula
pengurbanan, dan Atharva Veda adalah kumpulan formula magis-religius. Dalam
hal ini dapat diperkirakan bahwa penerimaan Sruti pada umumnya adalah sebagai
sumber ajaran-ajaran Agama Hindu, sedangkan pengembangan kaidah-kaidah
hkumnya diadaptasikan dengan kebudayaan dari masing-masing masyarakat
pemeluknya berdasarkan desa, kala, dan patra
• Smrti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Selanjutnya Smrti
sebagai sumber Hukum Hindu adalah sebagai sumber yang kedua setelah Sruti
yang merupakan kitab-kitab teknis yang memuat berbagai masalah yang berasal
dari Sruti sehingga dapat dikatakan bahwa Smerti bersifat pengkhususan yang
memuat penjelasan-penjelasan otentis .
• Sila merupakan tingkah laku orangorang suci yang mempunyai tingkah laku baik.
Sila dijadikan standar atau ukuran untuk menilai baikburuknya atau salah-
benarnya tingkah laku dari seseorang
• Acara Acara adalah adat kebiasaan lokal sebagai wujud bakti kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa dan seluruh manifestasi-Nya, yang terdiri dari upacara dan
upakara. Acara atau disebut juga “Sadacara” adalah bahasa Jawa Kuno yang
artinya sama dengan “Dresta” dalam bahasa Sansekerta, yaitu adat-istiadat yang
dipatuhi oleh masyarakat, karena adat-istiadat tersebut bersumber kepada ajaran-
ajaran Agama Hindu serta telah dilaksanakan secara turun temurun. Atmanastuti
adalah kepuasan kebenaran yang berada dalam diri kita Atmanastuti dalam
Manawa Dharmasastra, yaitu rasa kepuasan diri dari masing-masing individu
dipakai juga sebagai ukuran untuk menilai baik-buruknya sesuatu. Alasannya
ialah bahwa setiap keputusan akan menimbulkan suatu akibat tertentu. Kalau
dibandingkan dengan bentuk perundang-undangan Negara, maka Sruti itu
mempunyai persamaan dengan Undang-Undang Dasar sebagai sumber atau asal
dari ketentuan-ketentuan lainnya, sedangkan Smrti yang memuat
peraturanperaturan, pedoman pelaksanaan, dan ajaran-ajaran berdasarkan Sruti,
dapat disamakan dengan Undang-Undang, baik organik maupun anorganik. Di
samping itu smerti menurut Manawa Dharmasastra disebut juga Dharmasastra,
sengankan Sila adalah ajaran tentang tingkah laku orang-orang yang beradab atau
azas-azas hukum yang diakui oleh bangsa yang beradab, dan Acara ialah adat-
istiadat yang hidup dalam masyarakat serta merupakan hukum positifnya.
Akhirnya Atmanastuti ialah rasa puas pada diri masing-masing individu yang
merupakan ukuran dari setiap usaha manusia.
2. Upacara yadnya sangat penting dalam efektivitas agama hindu. Dimana agama hindu
melaksanakan upacara berdasarkan yadnya. Karena sejak lahir kita sebagai manusia
sudah memiliki hutang yang disebut dengan Tri Rna yaitu Tiga tutang kepada para
leluhur yang dibawa sejak lahir. Dimana kita menebusnya dengan jalan Yadnya.
Yadnya sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari kata “yaj” yang memiliki arti
memuja kemudian dari kata “yaj” tersebut berubah menjadi kata “yajna” yang
memiliki arti korban suci . Panca sendiri memiliki makna lima. Jadi Panca
yadnya adalah lima korban suci yang di tunjukan kehadapan sang pencipta atau yang
biasa kita kenal di dalam hindu yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Panca Yadnya
terdiri dari :
1) Dewa Yadnya
Dewa yadnya adalah suatu bentuk persembahan atau korban suci dengan tulus
iklas yang di tujukan kepada sang pencipta (Ida Sang Hyang Widhi Wasa)
beserta dengan manifestasinya dalam bentuk TRI MURTI . Dewa Brahma
sebagai pencipta alam semesta , Dewa Wisnu sebagai pemelihara isi dari alam
semesta , dan Dewa Siwa sendiri sebagai pelebur atau praline dari alam
semesta.

2) Pitra Yadnya
Pitra Yadnya adalah suatu bentuk persembahan atau korban suci yang di
tujukan kepada roh-roh para leluhur dan bhatara-bhatara karena mereka lah
yang membuat kita ada di dunia hingga kita dewasa . Pitra yadnya ini
bertujuan menyucikan roh-roh para leluhur agar mendapatkan tempat yang
layak di kahyangan
3) Rsi Yadnya
Rsi Yadnya adalah suatu bentuk persembahan karya suci yang di tujukan
kepada para rsi , orang suci , pinandita , pandita , sulinggih , guru , dan orang
suci yang berhubungan dengan agama hindu .Rsi adalah orang-orang yang
bijaksana dan berjiwa suci . Sulinggih maupun guru juga termasuk orang suci
karena beliau orang bijaksana yang memberikan arahan kepada siswa-siswi
nya
4) Manusa Yadnya
Manusa Yadnya adalah suatu upacara suci yang bertujuan untuk memelihara
hidup mencapai kesempurnaan dalam kehidupan dan kesejahteraan manusia
selama hidupnya
5) Bhuta Yadnya
Bhuta yadnya adalah suatu upakara/upacara suci yang ditujukan kepada bhuta
kala atau makluk bawah. Bhuta kala adalah kekuatan yang ada di alam yang
bersifat negative yang perlu dilebur agar kembali kesifat positif agar tidak
mengganggu kedamaian hidup umat manusia yang berada di bumi dalam
menjalankan aktifitasnya.
• Dampak positif dari pelaksanaan yadnya yaitu untuk menetralisir alam beserta isinya
menyelaraskan hubungan Tri Hita Karana.
• Dampak negatifnya, menurut saya yaitu dimana kita tidak tahu mengenai yadnya dan
tidak mengamalkan yadnya dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin membuat
hidup kita kesulitan seperti, tidak pernah sembahyang yang membuat pikiran menjadi
tidak tenang. Jadi jalan terbaik dalam beragama adalah mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta atau dalam umat hindu disebut Sang Hyang Widhi Wasa dan menjauhu
larangannya.

Anda mungkin juga menyukai