Anda di halaman 1dari 4

RESISTENSI: MEMAHAMI, MENGELOLA, DAN MENYIKAPI SEBUAH PERUBAHAN

SEBAGAI REFLEKSI KRITIS

I Gusti Ayu Mirah Issaka Putri


2117051240
Program Studi S1 Akuntansi, Jurusan Ekonomi dan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha

Perubahan merupakan suatu mulai dari bertahan, melawan, menghalangi,


keniscayaan atau keadaan yang pasti yang tidak hingga menentang sesuatu yang datang dari
mungkin untuk dihindari. Setiap detik dari luar kendali atau kehendak seseorang. Dalam
kehidupan di dunia, setiap itu pula semua konteks terkait perubahan, resistensi adalah
individu dan semua hal di dunia tidak dapat suatu sikap atau tindakan yang menolak,
dilepaskan dari adanya sebuah perubahan. menyanggah, menghalangi, dan menentang
Berbagai aspek dalam kehidupan dapat segala bentuk tindakan, partisipasi, atau upaya
mengalami perubahan, baik mengalami untuk melakukan sebuah perubahan. Resistensi
peningkatan atau pergeseran dari sesuatu yang terhadap perubahan merupakan reaksi
sudah dianggap biasa menjadi sesuatu yang emosional yang bersifat alamiah terhadap suatu
baru. Perubahan itu sendiri dapat dimulai dari perubahan karena menyebabkan hilangnya
diri individu, berlanjut ke dalam organisasi, suatu kendali yang telah ada sebelumnya
hingga berkembang ke lingkungan sosial, di (Tarsan, 2018).
mana perubahan ini dapat dipicu dan Resistensi dapat muncul karena adanya
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik di berbagai macam perbedaan dalam menanggapi
sengaja maupun tidak disengaja. Adanya atau menyikapi sebuah perubahan. Secara
perubahan-perubahan ini tentunya sangat umum, terdapat tiga tanggapan atau sikap
mempengaruhi berbagai hal yang terkait terhadap perubahan, yakni menerima atau
dengan objek perubahan. Salah satu hal yang bersikap positif, menolak atau bersikap negatif,
tidak dapat dihindari dari adanya perubahan dan juga tidak memihak atau bersifat netral.
adalah adanya sebuah penolakan atau resistensi Bagi yang memiliki sifat positif atau menerima,
dari perubahan itu sendiri (Anggardini & memandang sebuah perubahan sebagai sesuatu
Affandi, 2017). yang baik, positif, dan berguna. Bagi yang
Resistensi secara umum merupakan memiliki sifat negatif atau menolak,
sebuah penolakan terhadap sesuatu. Resistensi memandang perubahan sebagai sesuatu yang
ini menunjukan posisi sebuah sikap untuk mengganggu, mengancam, dan tidak berguna.
berperilaku yang berusaha menolak sesuatu, Sedangkan bagi yang memiliki sifat netral,

1
cenderung tidak menunjukkan sikap rasional resistensi terhadap perubahan adalah
mendukung atau menolak perubahan, acuh tak aspek yang berkaitan dengan pemikiran atau
acuh, dan tidak mau tahu (Jande, 2002). logika individu, kelompok, atau organisasi
Resistensi dapat disebabkan oleh terhadap perubahan. Aspek rasional ini dapat
berbagai hal, baik secara internal dari individu berupa keyakinan bahwa perubahan tidak perlu
masing-masing maupun secara eksternal dari dilakukan, perubahan tidak akan berhasil, atau
lingkungan sosial. Timbulnya resistensi ini juga perubahan tidak akan memberikan manfaat
di dorong dengan adanya aspek emosional dan yang signifikan. Keyakinan-keyakinan ini
rasional yang dimiliki oleh individu (Nurdinah, dapat timbul karena individu, kelompok, atau
2017). Aspek emosional resistensi terhadap organisasi tidak memahami tujuan perubahan,
perubahan adalah aspek yang berkaitan dengan tidak percaya diri terhadap kemampuannya
perasaan atau emosi individu, kelompok, atau untuk menghadapi perubahan, atau karena
organisasi terhadap perubahan. Aspek perubahan dianggap tidak sesuai dengan
emosional ini dapat berupa rasa takut, cemas, budaya atau nilai-nilai yang dianut.
khawatir, marah, atau frustasi. Perasaan ini Resistensi dikatakan sebagai faktor
dapat timbul karena sebuah perubahan penghambat perubahan karena sikap resistensi
menimbulkan keadaan ketidakpastian, atau sikap untuk berperilaku bertahan ini
perubahan yang menuntut individu, kelompok, berlawanan dengan teori perubahan untuk
atau organisasi untuk belajar hal-hal baru, menuju pada perkembangan (Lathad,
keadaan di mana tidak mampu beradaptasi Lengkong, & Saerang, 2019). Setiap upaya
dengan perubahan bahkan melihat perubahan penolakan atas perubahan akan selalu
rumit untuk dipelajari, atau menimbulkan memberikan bahaya atau dampak negatif
perubahan yang dianggap tidak adil. Aspek terhadap objek perubahan dan lingkungannya
rasional resistensi terhadap perubahan adalah apabila penolakan atas perubahan tidak segera
aspek yang berkaitan dengan pemikiran atau ditangani atau dikelola dengan baik. Hal ini
logika individu, kelompok, atau organisasi dapat terjadi karena sikap penolakan ini bersifat
terhadap perubahan. Aspek rasional ini dapat menular atau dapat mempengaruhi individu
berupa keyakinan bahwa perubahan tidak perlu lainnya sehingga ketika sikap ini dianut oleh
dilakukan, perubahan tidak akan berhasil, atau banyak individu dalam sebuah kelompok atau
perubahan tidak akan memberikan manfaat organisasi akan mengganggu, menghambat,
yang signifikan. Keyakinan-keyakinan ini dan menghalangi proses perubahan. Penolakan
dapat timbul karena individu, kelompok, atau ini tentunya akan merusakkan atau
organisasi tidak memahami tujuan perubahan, melumpuhkan berbagai kegiatan dan upaya
tidak percaya diri terhadap kemampuannya yang dilakukan untuk menuju sebuah
untuk menghadapi perubahan, atau karena perubahan. Oleh karena itu, resistensi yang
perubahan dianggap tidak sesuai dengan menjadi salah satu faktor penghambat suatu
budaya atau nilai-nilai yang dianut. Aspek perkembangan harus di kelola dan hindari

2
karena penolakan sendiri dapat terjadi pada bagaimana cara individu menanggapi sebuah
siapa pun, yang mana penolakan dapat muncul perubahan, yakni menanggapi perubahan
secara individu yang kemudian dapat secara negatif atau resisten (Wardani, 2020).
mempengaruhi kelompok untuk tetap diam atau Menurut Martin (2005), terdapat lima
tidak melakukan perubahan sehingga dalam langkah yang dapat dilakukan untuk
proses perubahan menuju perkambangan mengembangkan kecerdasan emosi, pertama
tersebut tidak akan terlaksana. membiasakan diri untuk berpikir positif
Salah satu upaya yang dapat dilakukan terhadap diri sendiri dan orang lain, belajar
dalam mengelola resistensi adalah dengan mengekspresikan emosi atau perasaan, selalu
adanya kontrol internal terhadap diri individu memikirkan akibat dari kata-kata atau tindakan
sendiri. Melalui penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan terhadap perasaan orang lain,
Wardani (2020), salah satu faktor internal yang menggali unmet emotional need, yaitu
dapat mempengaruhi resistensi terhadap kebutuhan dasar yang melandasi munculnya
perubahan adalah kecerdasan emosi. Hasil perasaan tidak menyenangkan, sehingga
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa emotional awareness individu akan meningkat,
kecerdasan emosi berhubungan negatif serta belajar mengelola emosi negatif yang
terhadap resistensi, yang artinya semakin tinggi dirasakan.
kecerdasan emosi maka semakin rendah Kecerdasan emosi sangat
resistensi perubahan, sebaliknya semakin mempengaruhi bagaiaman sikap seorang
rendah kecerdasan emosi maka semakin tinggi individu terhadap suatu perubahan. Ketika
resistensi perubahan. seorang individu memiliki kecerdasan emosi
Aspek emosional merupakan aspek yang tinggi maka individu tersebut akan
yang dapat mempengaruhi terjadinya resistensi mampu mengetahui emosi apa yang dirasakan
terhadap perubahan karena merupakan salah saat perubahan terjadi sehingga indivdu mampu
satu pertimbangan seorang individu yang menyikapi perubahan dengan baik. Kecerdasan
mempengaruhi keputusannya dalam emosi dapat membantu individu dalam
perubahan. Perasaan yang timbul akibat adanya mengubah persepsi sehingga mampu terbuka
emosi ini berupa rasa takut, cemas, khawatir, dan beradaptasi terhadap perubahan, mampu
marah, atau frustasi sehingga perubahan dirasa saling berkomunikasi sehingga konflik dapat
akan mengancam dirinya. Adanya perasaan dihindari, hingga mampu memotivasi dan
yang mengancam menyebabkan individu membangkitkan kepercayaan diri sendiri untuk
cenderung akan mencari keadaan yang berperilaku sesuai dengan perubahan yang
membuat dirinya aman sehingga menimbulkan diinginkan tanpa melanggar norma dan hukum
gesekan kepentingan. Rasa tidak aman dan yang telah berlaku sebelumnya. Kecerdasan
konflik kepentingan ini menyebabkan emosi juga turut membantu individu untuk
pengalaman emosional individu tidak berpikir rasional terhadap perubahan.
menyenangkan dan berdampak pada Resistensi dapat dihindari karena individu

3
dapat menyikapi suatu perubahan dengan baik Utara di Manado. Jurnal EMBA, 7(1),
sehingga individu mulai memikirkan tujuan 531-540.
perubahan hingga manfaat jangka panjang yang Martin, A., D. 2005. Emotional Quality
akan diperoleh (Sutopo, 2016). Management: Refleksi, Revisi, dan
Dari penjelasan di atas, menunjukkan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan
bahwa kecerdasan emosi sebagai faktor Emosi. Jakarta: HR Excellency.
resistensi merupakan sebuah refleksi kritis yang Nurdinah, M. 2017. Resistensi Masyarakat
harus dimiliki oleh setiap individu karena Urban dan Masyarakat Tradisional
sebuah perubahan sekecil apa pun akan saling dalam Menyikapi Perubahan Sosial.
berkaitan dengan lingkungan sekitar. Individu Substantia, 2, 149-168.
harus memiliki kesadaran bahwa segala sesuatu Sutopo, O., R. 2016. Pemuda dan Resistensi:
harus dipikirkan secara kritis sehingga Sebuah Refleksi Kritis. Jurnal Studi
memperoleh pertimbangan-pertimbangan yang Pemuda, 5(2), 502-506.
sangat penting untuk diperhatikan dalam Tarsan, V. 2018. Memahami dan Mengelola
menghadapi sebuah perubahan. Refleksi kritis Resistensi atas Perubahan. Jurnal
ini menunjukkan bahwa segala perubahan yang Inovasi Pendidikan Dasar, 2(1), 98-
terjadi merupakan sesuatu yang mutlak dan 111.
dalam menghadapi perubahan tersebut Wardani, D., K. 2020. Pengaruh Kecerdasan
memerlukan keterampilan dalam mengelola Emosi terhadap Resistensi Perubahan
internal diri individu masing-masing. Mekanisme Penganggaran di
Perguruan Tinggi. Buletin Ekonomi,
DAFTAR PUSTAKA 8(3), 170-268.
Anggardini, T., D., & Affandi, M., A. 2017.
Resistensi Karyawan Mini Market
terhadap Kebijakan Pemotongan Gaji
Bulanan sebagai Bentuk Ganti Rugi
Barang Stock Opname. Paradigma,
05(01), 1-12.
Jande, Karel. 2002. Manajemen Pelatihan
Pengelolaan Sekolah. Surabaya:Pearl
Surabaya.
Lathad, Lengkong, & Saerang. 2019. Analisis
Faktor-faktor yang Menyebabkan
Resistensi dalam Proses Perubahan
Organisasi di Otoritas Jasa Keuangan
Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku

Anda mungkin juga menyukai