PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sikap merupakan salah satu konsep yang menjadi perhatian utama dalam ilmu
psikologi sosial. Sikap juga merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal / subjektif
yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung, namun
bisa dilihat apabila sikap tersebut sudah direalisasikan menjadi perilaku.
Oleh karena itu sikap bisa dilihat sebagai positif dan negatif. Apabila seseorang
suka terhadap suatu hal, sikapnya positif dan cenderung mendekatinya, namun apabila
seseorang tidak suka pada suatu hal sikapnya cenderung negatif dan menjauh.
1
Psikologi sosial menggunakan istilah sikap (attitudes) untuk merujuk pada evaluasi
terhadap berbagai aspek dunia sosial. Terkadang sikap cenderung stabil walaupun banyak
usaha untuk mengubahnya.yang akan di bahas hal hal yang berkaitan dengan sikap.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sikap
Sikap berasal dari kata “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan siap
melakukan aksi / tindakan atau dapat dianalogikan dengan keadaan seorang gladiator
dalam arena laga yang siap menghadapi singa sebagai lawannya dalam pertarungan.
Secara harfiah, sikap dipandang sebagai kesiapan raga yang dapat diamati (Sarwono,
2009).
Sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih
bersifat permanen mengenal aspek aspek tertentu dalam lingkungannya.
Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian sikap. Berikut ini pengertian
sikap dari beberapa ahli:
3
Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood sikap adalah suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
LaPierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus
sosial yang telah terkondisikan.
Secord & Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan
tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Dari definisi-definisi mengenai sikap diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
suatu kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang bersifat mendekati
(positif) atau menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif & kognitif dan mengarahkan
pada pola perilaku tertentu. Sedangkan definisi sikap terhadap operasi peneliti simpulkan
sebagai kecenderungan dan keyakinan individu mengenai operasi yang bersifat mendekati
(positif) dan menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan
pada pola perilaku tertentu.
Salah satu sumber penting yang jelas jelas membentuk sikap adalah mengadopsi
sikap tersebut dari orang lai melalui proses pembelajaran sosial (social learning). Dengan
kata lain, banyak pandangan dibentuk saat berinteraksi dengan orang lain atau hanya
dengan mengobservasi tingah laku mereka. Pembelajaran ini terjadi melalui beberapa
proses:
Merupakan prinsip dasar psikologi bahwa ketika sebuah stimulus berulang ulang
diikuti oleh stimulus yang lain,stimulus pertama akan segera dianggap sebagai tanda tanda
bagi munculnyastimulus yang mengikutinya. Dengan kata lain, ketika stimulus pertama
terjadi, seseorang akan menduga stimulus kedua akan segera muncul. Hasilnya, secara
4
bertahap mereka akan memberikan reaksi yang sama pada stimulus pertama seperti reaksi
yang mereka tunjukan pada stimulus kedua, terutama jika stimulus kedua adalah stimulus
yang menyebabkan reaksi yang cukup kuat dan otomatis. Classical condititioning dapat
terjadi sebelum kesadaran muncul, bahkan ketika orang tidak menyadari stimuli sebagai
dasar dari conditioning ini.
Tingkah laku yang diikuti hasil positif (seperti pemberian hadiah) akan membentuk
penguatan, hasil positif diperkuat dan cenderung akan diulangi. Sebaliknya, tingkah yang
diikuti hasil negative (seperti hukuman) akan semakin lemah dan bekurang. Sehingga, cara
lain bagaimana sikap diadopsi dari orang lain adalah melalui proses instrumental
conditioning. Dengan memberikan anak senyuman, persetujuan, atau pelukam untuk
meenyatakan hal yang benar, hal hal yang yang disetujui oleh orang tua , maka orang tua
(dan orang dewasa lainnya) memainkan peran aktif dalam pembentukan sikap kaum muda.
Berdasarkan alasan inilah anak anak pada saat remaja mereka mengekspresikan pandangan
politik, religious, dan sosial yang sangat serupa dengan keluarganya. Kuatnya efek
reinforcement terhadap tingkah laku, akan sangat mengejutkan bila anak tidak menunjukan
perilaku yang dibentuk oleh keluarga.
Proses dimana sikap dapat terbentuk bahkan ketika orang tua tidak bermaksud
untuk mewariskan pandangan tertentu pada anak mereka disebut pembelajran melalui
observasi (observational learning), dan proses ini terjadi ketika individu mempelajari
bentuk tingkah laku atau pemikiran baru hanya dengan mengobservasi tingkah laku orang
lain (bandura, 1997). Dalam banyak kasus, anak mendengar orang tua mereka mengatakan
sesuatu yang seharusnya tidak mereka dengar, atau memperhatikan orang tua mereka saat
melakukan sesuatu yang dilarang oleh orang tua untuk dilakukan si anak. Sebagi
tambahan, tentu saja, baik anak maupun orang dewasa sering kali mempelajari sikap dari
media massa seperti televise,majalah,film,dan lain lain.
Penelitian yang dilakukan tehadap kembar identik menunjukan bahwa sikap juga
dipengaruhi oleh factor genetic, walaupun besarnya pengaruh tersebut bervariasi untuk
sikap yang berbeda. Beberapa hasil peneitian menunjukan bahwa sikap yang berkenaan
dengan tingkat kecenderungan lebih kuat dipengaruhi oleh factor genetic atau sikap yang
sifatnya lebih kognitif. Lagi pula, tampaknya sikap yang cenderung diturunkan lebih sulit
diubah daripada sikap yang tidak diturunkan, selain itu sikap yang cenderung diturunkan
memiliki efek yang lebih kuat pada tingkah laku. Factor genetic lebih banyak
mempengaruhi watak, seperti kecenderungan pembawaan umum seseorang yang lebih
positif atau negative, lebih banyak mengalami susasana hati negative atau positif (George,
199O). kecenderungan, pada gilirannya, kemudian dapat mempengaruhi banyak aspek
dalam dunia sosial.
6
Kedua, sikap sering kali memiliki fungsi harga diri (self esteem function),
membantu kita untuk mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri. Terkadang
sikap juga berfungsi untuk mempertahankan ego ( ego defensive function)(katz,196O),
membantu orang untuk melindungi diri dari informasi yang tidak diinginkan tentang
dirinya.
7
ini. Dengan kata lain mereka memilik sikap yang kuat yang sangat mempengaruhi tingkah
laku mereka.
Kejadian kejadian seperti ini menarik perhatian karna pada dasarnya hubungan
sikap dan tingkah lakusangat di pengaruhi oleh beberapa aspek dari sikap itu sendiri.Mari
kita mempelajari beberapa aspek penting dari sikap tersebut
8
Langkah pertama dari mekanisme ini terjadi saat kita berfikir dengan teliti dan hati
hati terhadap sikap kita dan bagaimana implikasi sikap terhadap tingkah laku kita.Insights
dari proses ini dijelaskan oleh teori tindakan yang beralasan (theory of reasoned
action)dan versi selanjutnya dari kerangka berfikir ini lebih dikenal sebagai tingkah laku
berencan (theory of planned behavior) yang pertama kali dinyatakan oleh Ajzen dan
Fishbein (1980,Ajzen1981). Teori ini menyatakan bahwa keputusan untuk menampilkan
tingkah laku tetent merupakan hasil dari proses rasional yang diarahkan pada suatu tujuan
tertentu dan mengikuti urut urutan berfikir.Berdasarkan teori ini intensi pada gilirannya
ditentukan oleh dua faktor yaitu;sikap terhadap tingkah laku(attitudes toward a
behavior),evaluasi positif atau negatif dari tingkah laku yang ditampilkan (apakah
seseorang berfikir tindakan itu akan menimbulkan konsekuensi positif atau negatif)dan
norma subjektif persepsi orang apakah orang lain akan menyetujui atau menolak tingkah
laku tersebut.Teori tingkah laku terencana (yang merupakan perluasan atau pengayaan dari
theory of reasoned action), menambahkan faktor ketiga yaitu kontrol tingkah laku yang
dipersepsikan(perceived behavioral control) penilaian terhadap kemampuan sikap untuk
menampilkan tingkah laku.Misalnya seorang murid akan mempertimbangkan untuk
mendidik bagian tubhnya sebagai contoh,penggunaan ornamen hidung,apakah ia akan
sungguh sungguh melakukan hal ini ?berdasarkan Ajzen dan Fshbein jawabannya
tergantung pada intensinya pada gilirannya hal ini akan sangat dipengaruhi oleh faktor
yang telah disebut di atas.jika murid ini percaya bahwa ditindik relatif tidak sakitakan
membuatnya tampil menarik(ia memiliki sikap positif terhadap tingkahlaku tersebut),orang
yang opiinya di hormati olenya akan menyetujui tindakan ini(norma subjectif)dan iya
sungguh dapat meakukannya(ia mengenal orang yang berprofesi sebagai sipembuat
tindikan),intensi yang dimilikinya untuk menindik akan sangat kuat.Sementara di sisi
lain,jika ia percaya bahwa menindik akan meyakitkan dan tidak akan memperbaiki
penampilannya,teman temannya tidak akan menyetujui tingkah lakunya,dan iya akan
mengalami kesulitan menemukan ahli yang dapat melakukannya dengan aman,itensinya
untuk mengunakan ornamen hidung akan lemah.
9
lain memotong antrean didepan Anda.dalam kasus ini,sikap tampaknya mempengaruhi
tingkah laku dalam cara yang lebih langsng dan otomatis.
Beberapa kali dalam sehari orang lai berusaha mengubah sikap anda?jika anda
berhenti dan berfikir untuk beberapa saat,anda mungkin saja terkejut pada jawaban dari
pertanyaan tersebut,karena jelas sekali bahwa setiap hari,kita dibombardir oleh banyak
usaha ini.papan iklan ,iklan di radio dan di televisi,iklan di koran dan majalah,pidato
pidato poitik ,acara acara sosial daftarnya tampak tidak akan pernah habissejauh mana
usaha sebuah persuasi(persuasion)usaha untuk mengubah sikap kita melalui berbagai jenis
pesan bisa sukses?dan faktor apakah yang menentukan usaha usaha tersebut berhasil atau
gagal?psikolog sosial telah mempelajari isu isu ini selama berpuluh puluh tahun dan kita
akan segera melihat ,usaha mereka telah menghasilkan tambahan pengetahuan yang
penting dalam hal proses kognitif yang berperan daln persuasi.
10
Komunikator yang kredibel-yang tampaknya tahu apa yang mereka bicarakan
atau ahli mengenai topic atau isu yang mereka sampaikan- lebih persuasive
daripada mereka yang bukan ahlinya.
Komunikator yang menarik dalam cara tertentu (contoh, secara fisik) lebih
persuasive daripada komunikator yang secara fisik dan kurang keahlian
(hovland & weiss, 1951)
Terkadang orang yang lebih mudah dipersuasi ketika mereka terganggu oleh
hak lain daripada ketika mereka memperhatikan dengan baik pesaapa yang
disampaikan (allyn & festimger, 1961)
Ketika seseorang penddengar memiliki sikap yang berlawan dengan apa yang
ingin disampaikan oleh pelaku persuasi, sering kali lebih fektif bagi
komunikator untuk mengadopsi pendekatan dua sisi , di mana kedua sisi
argument tersebut disampaikan, daripada menggunakan pendekatan satu sisi.
Orangyang berbicara dengan cepat sering kali lebih persuasive daripada orang
yang berbicara lebih lambat
Persuasi dapat ditingkat dengan pesan yang merangsang emosi yang kuat
(khususnya rasa takut) pada pendengar, khususnya ketika komunikasi
memberikan rekomendasi tertentu tentang bagaimana mencegah atau
menghindari kejadian yang menyebabkan rasa takut yang digambarkan
(leventhal, singer, & jones, 1965:robberson & rogers, 1988).
11
yang menimbulkan berbagai jalan pintas mental(misalnya model yang cantik menimbulkan
heuristik”segala yang indah adalah baik dan patut didegarkan”)
Diawal kami telah menyebutkan bahwa penemuan dua cara pemrosesan yang
berbeda memberikan sebuah kunci penting untuk memahami proses persuasi.kehadiran
dari cara dua berfikir membantu kita untuk memecahkan banyak puzle yang
membingungkan.Contohnya telah diketahui bahwa ketika pesan persuasif tidak menarik
atau tidak relevan dengan individu,jumlah persuasi yang mereka hasilkan tidak sekuat efek
yang dihasilkan oleh kekuatan argumen yang terkandung didalamnya kuat dan
meyakinkan.
3. Penghindaran Selektif
4. Pertahanan Aktif terhadap Sikap Kita yang Sudah Ada ; Menyanggah Pandangan
yang Berlawanan
Mengabaikan atau menyaring informasi yang tidak sesuai dengan pandangan kita
saat ini adalah salah satu cara untuk menolak persuasi.Tetapi,bukti yang ada menunjukkan
bahwa selain besikap pasif,kita juga menggunakan strategi yang lebih aktif untuk
mempertahan kan sikap yang kita miliki;yaitu melawan atau menyanggahnya.Dengan cara
aktif ini,ppandangan yang berbeda lebih tertanam dalam ingatan tetapi dampaknya lebih
kecil pada sikap kita.bukti terhadap efek tersebut di laporkan oleh dilaporkan baru baru ini
oleh Eagly dan kawan-kawan.
13
Dengan demikian terdapat satu alasan menapa kita mampu menolak persuasi, yaitu
karena kita tdak hanya mengabaikan informasi yang tidak konsisten dengan pandangan
kita saat ini,namun kita juga secara hati hati memproses input yang berlawanan dengan
sikap kita da menyanggah secara aktif hal tersebut.dengan kata lain,kita membuat benteng
yang kuat untuk melawan usaha yang akan megubah sikap kita.
6. Bias Asimilasi dan Polarisasi Sikap: “Jka Sikap Berlawanan dengan Apa yang Saya
Yakini Maka Sikap Itu Pasti Tidak Benar atau Sangat Buruk!”
14
informasi tersebut sebagai bias,efek inilah yang sering kita kenal dengan hostile media
bias seperti saat kita berkata ”liputan media yang tidak sesuai dengan pandangan saa
adalah bias.”
1. Disonansi Kogntif: Apakah Itu dan Berbagai Cara Untuk Mengurangi (Cara
Langsung dan Tidak Langsung)
Teori disonansi, yang telah kita bicarakan, mengandung ide yang sangat masuk
akal:Orang tidak suka ketidak konsistenan dan merasa tidak nyaman ketika hal itu
terjadi,dengan kata lain ketika kita menyadari bahwa sikap kita dan tingkah laku kita tidak
sesuai,atau dua sikap yang kita yakini tidak konsisten,kita termotivasi untuk mellakukan
sesuatu terhadap situasi tersebut untuk mengurangi dinsonansi.Dalam bentuk
awal,disonansi difokuskan pada tiga mekanisme dasar yaitu:yang pertama kita dpat
mengubah sikap kita atau tingkah laku kita sehingga konsisten satu sama lain.kedua,kita
dapat mengurangi disonansi kognitif dengan mencari informasi baru yang mendukung
sikap atau tingkah laku kita.dan yang ketiga kita dapat melakukan trivialisasi di simpulkan
bahwa sikap dan tingkah laku yang di pertanyakan tidak penting sehingga ketidak
konsistenan tersebut tidak signifikan.Secara singkat,disonansi dapat dikurangi melalui
banyak cara melalui taktik tidak langsung maupun langsung yang berfokus pada
mengurangi diskrepansi antara sikap dan tingkah laku.
Sejauh ini kami telah menyatakan bahwa disonansi adalah keadaan yang tidak
menyenangkan,ide ini tentunya sesuai dengan pengalaman kita sehari hari;ketika kita
menyatakan atau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinan kita yang
sebenarnya,kita serinh kali merasakan tidak nyaman karena melakukannya.Namun
15
sesungguhnya sampai saat ini hanya sedikit bukti ilmiah yang secara langsung memiliki
hubungan dengan isu ini.Telah diketahui bahwa disonansi membangkitkan sensasi
fisik,namun hanya sedikit bukti langsung ynag menyatakan bahwa disonansi juga tidak
meyenangkan dimana hal ini adalah asumsi utama dari teori disonansi.(keadaan yang
tidak menyenangkan inilah yang seharusnya memoyivasi usaha untuk mengurangi
disonansi tersebut).
Sejauh ini,semuanya baik baik saja prediksi yang berasal dari teori disonansi
tampaknya masuk akal.Akan tetapi sekarang coba pikirkan pertanyaan ini:Apakah alasan
anda melakukan tingkah laku yang tidak konsisten dengan sikap anda,benar-benar patut di
pikirkan?jelas kita melakukan tingkah laku yang berbeda dengan sikap kita untuk berbagai
alasan,dan beberapa diantaranya lebih kuat dan menggoda di banding yang lain.sebagai
contoh ingat teman saya dengan kendaraan built up baru?jika ia baru-baru ini membantu
saya dan saya merasa sangat berhutang ,saya akan memiliki alasan yang cukup kuat untuk
menutupi pandangan saya yang sebenarnya terhadap mobil barunya.Namun jika
sebaliknya iya akan pindah ke negara lain dan saya tidak berharap bertemu dengannya lagi
16
di masa depan,saya tentu saja akan memiliki alasan yang lebih lemah untuk menyatakan
bahwa saya menyukai kendaraan raksasa yang boros bahan bakar.Jadi pertanyaan sekarang
dalah;kapan disonansi lebih kuat ketika kita memiliki banyak alasan ntuk mmelakukan
tingkah laku yang berlawanan dengan sikap dan kapan kita tidak punya cukup alasan
tersebut?teori desonansi menawarkan sebuah jawaban yang tidak terduga,disonansi akan
lebih kuat ketika kita memiliki alasan yang lemah untuk melakukan tingkah laku yang
berbeda dengan sikap kita.Hal ini terjadi karena di bawah kondisi tersebut,kita tidak dapat
menjelaskan tingkah laku kita kepada diri sendiri,kita melakukan hal tersebut walaupun
tidak ada alasan yang kuat untuk melakukannya.Hasilnya disonansi menjadi kuat.
Orang yang tidak menggunakan sabuk pengaman lebih banyak yang meninggal
dalam kecelakaan dibanding mereka yang menggunakannya,perokok berat lebih banyak
yang mengalami kanker paru-paru dan penyakit jantung dibandingkan mereka yang bukan
prerokok.Orang yang memiliki berat badan yang sangat berlebihan lebih sering mengalami
diabetes,serangan jantung,dan banyak masalah kesehatan lain dibanding oranng yang
memiliki berat badan normal.dan orang yang melakukan seks bebas lebih sering
menularkan penyakit yang berbahaya,termasuk AIDS dibanding orang yang melakukan
seks dengan aman.
17
pula,beitu beratnya perasaan tersebut sehingga upaya untuk mengadopsi cara penurunan
disonansi(mengaihkan perhatian,meningkatkan ego dengan memikirkan atau melakukan
tingkah laku positif lainnya)tidak akan mampu mengatasi hal tersebut ,hanya tingkah laku
yang mengurangi disonansi secara langsung,yaitu dengan menghilangkan diskrepansi
antara kata kata seseorang dan tingkah lakunya adalah cara yang efektif.
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sikap adalah evaluasi dari aspek dunia sosial di manapun. Sering kali, sikap
ambivalen, kita mengevaluasi obejek sikap baik secara positif. Sikap sering kali diperoleh
dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial. Bebrapa factor mempengaruhi
kekuatan hubungan anatar sikap dan tingkah laku, beberapa diantaranya berhubungan
dengan situasi di mana sikap tersebut dilakukan, dan selain itu berhubungan dengan aspek
dari sikap itu sendiri.
Disonansi kognitif adalah sebuah keadaan yang tidak menyennagkan, terjadi ketika
kita menyadari bahwa ada diskrepansi antara sikap sikap kita atau antara sikap dan tingkah
laku kita.
19
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R.A dan Byrne, D. Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi 10. Alih Bahasa: Ratna
Juwita, dkk. Erlangga: Jakarta; 2004.
20