Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kadek Pastika Diana Artha

NIM : 2117051241

Prodi kelas : S1 Akuntansi 2F

Perkuat Sistem Pajak, RI Dapat Utang dari Bank Dunia Rp 11 T

Pemerintah Indonesia mendapatkan dukungan keuangan baru dari Bank Dunia


(World Bank) yang telah disetujui pada 17 Juni 2022. Besaran pinjaman senilai US$
750 juta atau setara Rp 11 triliun (kurs Rp 14.700/US$). Pinjaman senilai Rp 11
triliun tersebut akan digunakan salah satunya untuk memperkuat pendapatan pajak
di dalam negeri. "(Pinjaman) untuk meningkatkan pendapatan pajak, memperkuat
sistem perpajakan menjadi lebih merata, serta memperkuat kelembagaan dalam
melakukan perencanaan dan belanja pembangunan yang lebih efisien," bunyi
keterangan resmi Bank Dunia, Senin (27/6/2022). Bank Dunia menjelaskan
pinjaman ini diberikan karena Indonesia masih menghadapi tantangan yang sebagian
disebabkan oleh pandemi COVID-19. Hal itu membuat tingkat penerimaan pajak
menjadi lebih rendah, demikian juga terkait belanja anggaran pembangunan untuk
investasi publik, kesehatan, dan perlindungan sosial. "Oleh karenanya reformasi
kebijakan dan administrasi pajak serta belanja publik merupakan syarat penting bagi
pemerintah untuk dapat melaksanakan prioritas pembangunan," tutur Bank Dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan sejak 2019 pemerintah telah
berfokus pada reformasi pajak dan belanja publik.
"Dukungan dari Bank Dunia akan membantu memperkuat kesinambungan fiskal
pemerintah Indonesia, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang luas pasca
pandemi, dan membantu mengurangi kemiskinan," kata Sri Mulyani Dukungan
Bank Dunia dalam Indonesia Fiscal Reform Development Policy Loan,akan
mendukung Indonesia mengatasi tantangan utama penerimaan dan belanja negara
melalui dua pilar. Pilar pertama bertujuan meningkatkan penerimaan melalui
peningkatan tarif pajak pertambahan nilai (PPN), khususnya individu yang
berpenghasilan tinggi dan dengan merasionalkan pembebasan pajak. Pilar ini juga
akan memperkenalkan pajak karbon yang akan mendukung ekonomi rendah karbon
dengan mengenakan pajak emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara.

Pilar kedua bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja negara dengan
memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam hal sistem transfer fiskal,
memperkuat hubungan antara perencanaan dan penganggaran, serta bagaimana
anggaran dilaksanakan. Upaya ini akan membantu meningkatkan pendanaan untuk
daerah yang lebih padat penduduknya, meningkatkan hasil belanja pembangunan,
dan lebih selaras dengan prioritas pembangunan nasional. "Pandemi telah
mempersempit ruang fiskal untuk belanja pembangunan Indonesia karena
pendapatan negara yang rendah," kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan
Timor-Leste, Satu Kahkonen.

Perkuat Sistem Pajak, RI Dapat Utang dari Bank Dunia Rp 11 T. Reformasi


fiskal ini akan mendukung pemulihan pasca pandemi dengan menciptakan
pemasukan yang lebih banyak dan mendukung perbaikan mutu belanja. Pinjaman
akan mendukung berbagai reformasi signifikan yang telah dilakukan Indonesia
untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan hasil pembangunan, serta
membantu transisi Indonesia menuju energi rendah karbon dan berkelanjutan.
"Pembiayaan baru ini sejalan dengan Country Partnership Framework (CPF) Bank
Dunia untuk Indonesia 2021-2025, khususnya tujuan strategis terkait penguatan
daya saing dan ketahanan ekonomi serta peningkatan infrastruktur melalui
pengenalan pajak karbon," tandasnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6149724/perkuat-sistem-pajak-
ri-dapat-utang-dari-bank-dunia-rp-11

T?utm_source=copy_url&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=btn&ut
m_content=finance.

Anda mungkin juga menyukai