Anda di halaman 1dari 4

Akhir Januari, Realisasi APBN Tahun 2020

Rp139, 83 Triliun
JAKARTA.NIAGA.ASIA-Memasuki awal tahun 2020, realisasi Belanja Negara sampai dengan
akhir Januari 2020 telah mencapai Rp139,83 triliun atau sekitar 5,5% dari pagu Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020.

“Realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp71,44 triliun (4,2% dari pagu) dan realisasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp68,39 triliun (8,0% dari pagu APBN). Secara
nominal, realisasi Belanja Pemerintah Pusat di bulan Januari 2020 sedikit tertekan sebesar 6,2%
(yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.,” kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati  dalam
Konferensi Pers APBN KiTa, Aula Djuanda I, Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu
(19/2/2020).

Meskipun demikian, sambung Menkeu, realisasi belanja modal hingga Januari 2020 sudah
mencapai Rp1,86 triliun atau tumbuh sebesar 12,6% (yoy) dari tahun sebelumnya. Adapun nilai
kontrak yang outstanding di akhir Januari 2020 berjumlah Rp51,5 triliun, lebih besar
dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sejumlah Rp32,1 triliun.

Sementara itu, penyaluran Program Keluarga Harapan hingga akhir Januari 2020 telah
menjangkau 9,02 juta rumah tangga sasaran dengan dana yang disalurkan Rp7,06 triliun.
Kemudian Program Kartu Sembako juga telah disalurkan kepada 15,05 juta rumah tangga
dengan dana yang tersalurkan sebesar Rp1,80 triliun.

Kemudian, lanjut, Menkeu, terdapat pula Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang telah disalurkan kepada 2.382 mahasiswa dan 66.952 siswa dengan alokasi dana
sebesar Rp100,3 miliar.

“Di bidang kesehatan, terdapat penyaluran Penerima Bantuan Iuran-Jaminan Kesehatan Nasional
(PBI-JKN) yang telah menjangkau 96,0 juta jiwa dengan dana yang disalurkan Rp4,03 triliun,”
kata Menkeu.

Selanjutnya di bidang infrastrukur, hingga Januari 2020 telah terbangun 14,54 km jalan dengan
alokasi dana sebesar Rp22,8 miliar dan pembangunan jembatan sepanjang 9,3 meter. Selain itu
terdapat realisasi dana pembangunan bendungan yang sudah mencapai Rp1,27 triliun hingga
akhir Januari 2020.

Menurut Menkeu, hal tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah untuk memberikan stimulus
ke perekonomian melalui belanja produktif yang memberikan dampak berganda (multiplier
effect) lebih besar ke masyarakat serta tetap berupaya meningkatkan kualitas APBN antara lain
melalui perbaikan pola belanja agar lebih optimal dalam memberikan stimulus.

“ Sementara itu, Belanja Subsidi belum terdapat realisasi, hal ini disebabkan oleh proses
administrasi dan verifikasi dalam penyaluran Subsidi,” terangnya.
Di sisi lain, realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) berjalan dengan baik, dimana
sampai dengan Januari 2020 telah mencapai Rp68,39 triliun atau 7,98% dari pagu APBN 2020.
Realisasi tersebut meliputi Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp68,06 triliun (8,67%) dan Dana
Desa Rp0,33 triliun (0,46 %).

Hingga akhir Januari 2020 penyaluran Dana Desa mampu tumbuh 5,2 persen (yoy) dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi yang sudah berjalan baik tersebut diharapkan
dapat makin terakselerasi kedepannya untuk menstimulasi perekonomian di daerah dan
mendorong pemerataan pertumbuhan nasional.

“Pemerintah terus berupaya meningkatkan tata kelola (governance) penyaluran transfer ke


daerah dan dana desa agar dapat semakin efektif dan tepat sasaran. Untuk tahun 2020 ini
dukungan Pemerintah untuk mengembangkan SDM dan mewujudkan konsep Merdeka Belajar
melalui transfer ke daerah, dilakukan dengan penyaluran Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
langsung ke sekolah sesuai ketentuan yang berlaku dengan mempertimbangkan percepatan tahap
penyaluran dan penyederhanaan administrasi pelaporan. Dengan kebijakan yang baru ini
diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan akuntabilitas penyaluran dana BOS,” ujar Menkeu.

Menurut Menkeu, disamping perbaikan mekanisme penyaluran tersebut, Pemerintah melalui


APBN juga berencana melakukan stimulus dengan mengakselerasi belanja produktif dan
pemberian insentif sejak awal yang diharapkan membawa dampak positif kedepannya terhadap
penguatan perekonomian domestik.

“Stimulus yang akan dilakukan antara lain direncanakan melalui percepatan belanja yang
mendorong padat karya dan stimulus belanja,” ungkapnya.  Percepatan belanja yang mendorong
padat karya diantaranya dilakukan melalui percepatan pencairan Belanja Modal dan Bantuan
Sosial.

Sementara itu untuk stimulus belanja diantaranya dilakukan melalui Kartu Sembako yang
menyasar masyarakat berpenghasilan rendah, Kartu Pra Kerja yang ditujukan bagi pencari kerja,
dan insentif sektor pariwisata utamanya bagi masyarakat berpenghasilan menengah. (*/001)
Kenali APBN 2021 dan Rencana Strategisnya
Dalam postur APBN 2021, pendapatan negara ditargetkan Rp1.743,6 triliun, belanja negara
Rp2.750 triiliun, defisit 1.006,4 triliun atau 5,7%.

DIKSIMERDEKA.COM, JAKARTA – Ubaidi Socheh Hamidi Kepala Pusat Kebijakan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PKAPBN) Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
memaparkan tentang APBN 2021 pada webinar Bincang APBN 2021 pada Selasa, (13/10). 

Dalam asumsi makro APBN 2021, pertumbuhan ekonomi ditargetkan di kisaran 5%, inflasi 3%,
nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Rp14.600, tingkat suku bunga SBN-10 tahun 7,29%,
harga minyak 45 USD/barrel, lifting minyak 705 rbph, lifting gas 1.007 rbsmph. Kemudian
sasaran dan indikator pembangunan ditambahkan Nilai Tukar Petani antara 102-104 dan Nilai
Tukar Nelayan 102-104.

“Ada dua hal yang baru di tahun 2021 adalah menambahkan Nilai Tukar Petani  dan Nilai Tukar
Nelayan di dalam sasaran indikator pembangunan,” jelasnya.

Dalam postur APBN 2021, pendapatan negara ditargetkan Rp1.743,6 triliun, belanja negara
Rp2.750 triiliun, defisit 1.006,4 triliun atau 5,7%.

“Pendapatan negara harus tetap mendukung pemulihan ekonomi, tetapi dia juga harus
memberikan insentif pajak yang terukur agar bisa memberikan akselerasi ekonomi. Di sisi
belanja negara, tetap melanjutkan penanganan Covid tetapi juga untuk melakukan reformasi di
tahun 2021 untuk mendukung spending better. 

Di sisi pembiayaan (juga diarahkan) untuk mendukung restrukturisasi BUMN, BLU maupun
SWF (Sovereign Wealth Fund). Kemudian meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM, UMi
dan perumahan MBR (Masyarakat Berpendapatan Rendah), serta melanjutkan dukungan
terhadap pendidikan tinggi, penelitian dan kebudayaan,” pungkasnya.

Untuk mendukung akselerasi pemulihan ekonomi di tahun 2021, kebijakan strategis dalam
APBN 2021 dialokasikan dana untuk pendidikan sebesar Rp550 triliun, kesehatan Rp169,7
triliun, perlindungan sosial Rp421,7 triliun, infrastruktur Rp413,8 triliun, ketahanan pangan
Rp104,2 triliun, pariwisata Rp15,7 triliun dan bidang ICT Rp29,6 triliun.

Anda mungkin juga menyukai