Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH DAK DAN DAU TERHADAP

PDRB DI KABUPATEN BELU 2012-2022

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi: Ekonomi Pembangunan

Disusun Oleh:

Mario Maternus Mau Pelun


16021000016

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

DAFTAR TABEL..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................5

D. Kegunaan Penelitian..................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

A. Landasan Teori..........................................................................................7

B. Penelitian Terdahulu................................................................................12

C. Kerangka Berfikir....................................................................................14

D. Hipotesis..................................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................16

A. Identifikasi Variabel................................................................................16

B. Definisi Konseptual Variabel...................................................................16

C. Definisi Operasional Variabel.................................................................17

D. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................17

E. Lokasi Penelitian......................................................................................18

F. Jenis dan Sumber Data.............................................................................18

G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................18

H. Teknik Analisis Data...............................................................................19

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Belu 2012-2022.............4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah rangkaian sistem yang kompleks dengan

membawa perubahan sosial yang fundamental. Selain mengupayakan

percepatan pertumbuhan ekonomi, masyarakat dan institusi nasional juga harus

berusaha mengatasi kemiskinan, kesenjangan pendapatan, serta menyesuaikan

diri dengan perubahan sosial untuk mencapai kemajuan yang lebih baik secara

keseluruhan (Helin et al., 2021). Meskipun demikian, pembangunan ekonomi

pada suatu daerah adalah kerja sama antara pemerintah daerah dan masyarakat

dalam mengelola sumber daya yang tersedia. Tugas pemerintah daerah dalam

pengembangan ekonomi adalah mengatur strategi untuk mendorong

pembangunan di daerahnya (Raharjo, 2021).

Kemampuan keuangan setiap daerah untuk membiayai berbagai jenis

kegiatan menyebabkan ketidakseimbangan sumber keuangan antara pemerintah

daerah dan pusat, dan antar pemerintah daerah. Untuk mengkompensasi

sumber daya keuangan yang tidak proporsional ini, pemerintah pusat

memberikan dana ke daerah melalui APBN. Kebijakan otonomi daerah,

pemerintah Indonesia dilaksanakan secara demokratis dan menghargai sisi baik

desentralisasi (Hananto, 2018).

Menurut UU No. 33 DAU tahun 2004 yang bersumber dari APBN

dipecah dengan menjembatani kesenjangan kemampuan keuangan masing-

masing daerah dengan menyediakan dana untuk kebutuhan belanja daerah yang

1
2

terkait dengan pencapaian desentralisasi. Dana Alokasi Umum atau biasa

disingkat DAU merupakan keuangan yang asalnya dari APBN dan diberikan

ke pemerintah daerah setiap tahunnya dengan tujuan desentralisasi (Hananto,

2018). Pendanaan dalam proporsinya, DAU menggunakan kebutuhan fiskal

(fiscal needs) yang terdiri dari luas wilayah, pendapatan asli daerah, dana bagi

hasil dan penduduk. Sedangkan kapasitas fiskal yaitu apakah daerah tersebut

memiliki kemampuan untuk membiayai, yang indikatornya dapat dilihat dari

pendapatan asli daerah, pajak dan sumber daya alam. Jika, semakin tinggi

jumlah penduduk pada suatu daerah, maka semakin tinggi pula DAU yang

diberikan oleh pemerintah pusat. Dana alokasi umum (DAU) disalurkan ke

pekerjaan umum, pendanaan desa, belanja pegawai dan sebagainya (British dan

Benny, 2020).

Berbeda halnya dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) yakni digunakan

untuk menyediakan biaya dalam beberapa pembiayaan khusus di bidang daerah

dan sesuai dengan prioritas negara, terutama untuk menyediakan biaya untuk

beberapa fasilitas pelayanan standar dalam rangka mendorong pembangunan

daerah (Amin, 2019). DAK tujuannya untuk memberikan kekhususan atau

keinginan pembangunan tertentu ke daerah tertentu. Misalnya pada kota-kota

besar misalnya Malang, Surabaya dan sebagainya yang memiliki kebutuhan

hunian yang tinggi tetapi masyarakat tidak mampu mengakses hunian yang

disediakan oleh pasar. Maka, kementerian PU akan membangun rusun di lokasi

tersebut. Hasil yang diperoleh kementerian PU akan disetor ke pemerintah

daerah (Pemda) setempat. Alokasi dana ke Pemda dengan cara membagi profit

(revenue sharing) dapat menciptakan kesenjangan daerah satu dan lainnya.


3

Fungsi DAK adalah mampu membangun keadilan sesuai dengan sumber daya

yang tersedia di sektor keuangan dan kebutuhan masing-masing daerah

(Salindeho, 2016). Aliran dana dari DAK disalurkan ke dana pendidikan, dana

kesehatan, dana kepariwisataan, perumahan dan pemukiman, sanitasi dan lain-

lain.

Produk Domestik Bruto Daerah (PDRB) adalah upaya untuk

menggambarkan kinerja perekonomian pada tingkat provinsi dan kabupaten di

suatu daerah selama periode waktu tertentu (Iskandar, 2019). Pertumbuhan

ekonomi mempresentasikan kegiatan ekonomi dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat dalam setiap tahunnya. Peningkatan produksi di

kabupaten dan provinsi dapat dianalisis dengan meningkatkan PDRB secara

makro dan mikro per kapita (Helmizar et al., 2020). Pertumbuhan ekonomi

daerah juga berperan penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi

nasional. . Pengembangan ini seharusnya terstruktur dan merata pada setiap

bagian wilayah suatu negara. Haparannya tidak ada perbedaan dalam

pengembangan antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Melalui

pembangunan yang tersturktur dapat meningkatkan sektor ekonomi, sumber

daya alam yang dapat membuat keadaan masyarakat sesuai harapan

Setiap daerah, termasuk Kabupaten Belu yang harus mencapai

pertumbuhan ekonomi yang pesat. Ketika mampu mencapai tujuan

ekonominya, maka dapat mengatasi masalah pembangunan di daerah

otonomnya. Setiap daerah memiliki kebebasan untuk mengelola sumber daya

alamnya sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Melalui

keunggulan geografis dan sumber daya alam yang kaya diharapkan dapat
4

meningkatkan PBRD di setiap Kabupaten (Yuswara, 2020). Berikut ini adalah

tabel PBRD Atas Dasar Harga Konstan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

pada Kabupaten Belu yakni 2012-2022.

Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Belu 2012-2022

PDRB Harga Konstan


Tahun
Jumlah (juta Rp) Pertumbuhan (%)
2012 2.014.208,9 5,25
2013 2.135.803,7 6,04
2014 2.254.841,2 5,57
2015 2.378.689.9 5,49
2016 2.511.902,2 5,76
2017 2.657.049,1 5,78
2018 2.805.711,5 5,60
2019 2.956.524,1 5,38
2020 2.968.230,1 0,40
2021 3.020.025,8 1,75
2022 3.116.234,2 3,19
Sumber: BPS 2011-2015; BPS 2016-2021; & BPS 2022.

Berdasarkan pada tabel 1.1 terdapat peningkatan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Belu pada tahun 2013 yakni sebesar 6,04 %. Namun, pada tahun

2020 terjadi penurunan drastis sebanyak 4,98% dari tahun sebelumnya, yang

diakibatkan oleh pandemi covid-19. Oleh sebab itu, hanya mendapat 0,40

persen, dan mulai meningkat kembali secara perlahan dari tahun ke tahun.

Meskipun, tidak setinggi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013.

Pergeseran paradigma sistem ketatanegaraan diharapkan dari model

sentralisasi ke desentralisasi, sehingga masing-masing daerah dapat berusaha

meningkatkan pendapatannya dengan sendirinya. Sehingga, menggali dan

memanfaatkan potensi daerah yang tepat merupakan jalan terbaik. Karena,

tanpa perhatian akibat hal tersebut. Perkembangan tersebut tidak akan bekerja

secara efektif. Namun, hal ini tergantung pada masing-masing daerah karena

terdapat sektor unggulan atau sektor fundamental yang berbeda antara satu
5

daerah dengan daerah lainnya.  

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

akan mengangkat judul “Pengaruh DAK dan DAU Terhadap PDRB

Kabupaten Belu 2012-2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yakni:

1. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU)

berpengaruh secara parsial terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022?

2. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU)

berpengaruh secara simultan terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022?

C. Tujuan Penelitian

Berikut ini merupakan tujuan dalam penelitian ini yakni:

1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana

Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara parsial terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022.

2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana

Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara simultan terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022.


6

D. Kegunaan Penelitian

Berikut ini merupakan kegunaan atau manfaat pada penelitian ini yang

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

informasi, dan referensi dalam penelitian selanjutnya khususnya tentang

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan menggunakan variabel Dana

Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU).

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini, harapannya bisa menjadi pertimbangan untuk

pemerintah daerah khususnya Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur untuk

dapat mengelola Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum

(DAU) agar lebih tepat sasaran serta meningkatkan petumbuhan ekonomi

daerah.
7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Dana Alokasi Khusus (DAK)

a. Pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah keuangan yang asalnya dari

penerimaan APBN yang difokuskan untuk daerah dalam rangka

mengakomondasi kebutuhan secara spesifik (Helin et al., 2021). DAK

digunakan untuk menyediakan biaya dalam beberapa pembiayaan khusus di

bidang daerah dan sesuai dengan prioritas negara, terutama untuk

menyediakan biaya untuk beberapa fasilitas pelayanan standar dalam rangka

mendorong pembangunan daerah (Amin, 2019). Tujuannya adalah untuk

memberikan kekhususan atau keinginan pembangunan tertentu ke daerah

tertentu. Aliran dana dari DAK disalurkan ke dana pendidikan, dana

kesehatan, dana kepariwisataan, perumahan dan pemukiman, sanitasi dan

lain-lain.

Fungsi DAK adalah mampu membangun keadilan sesuai dengan

sumber daya yang tersedia di sektor keuangan dan kebutuhan masing-

masing daerah (Salindeho, 2016). Dana DAK diusulkan dari Pemda kepada

pemerintah pusat akan dikelola oleh Menteri Keuangan. Daerah yang

menerima dana DAK harus memenuhi tiga kriteria yakni kriteria umum,

kriteria khusus dan kriteria teknis. Setelah Pemda menerima dana DAK,

Pemda diwajibkan untuk memberikan laporan tentang pengeluaran dan

kegiatan pada saja yang telah dilakukan kepada Mentri Teknis, Mentri

8
9

Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri. Apabila Pemda terlambat dalam

menyampaikan penggunaan dana DAK maupun usulan yang ingin

disampaikan. Maka, DAK akan ditunda penyalurannya kepada Pemda.

b. Jenis Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana DAK dibagi menjadi 2 bagian yakni DAK fisik dan DAK non

fisik. Dasar hukum DAK fisik telah diatur dalam Perpres No. 121 Tahun

2018 Juknis DAK Fisik (Perpres, 2018). Sedangkan dasar hukum DAK non

fisik telah diatur dalam Pemerintah Mentri Keuangan No.204/PMK.07/2022

mengenai DAK non fisik (Menkeu, 2022).

1) DAK Fisik, pada tahun 2018 DAK fisik terbagi menjadi 3 bagian yakni

DAK reguler, afirmasi dan penugasan. Namun yang digunakan untuk

tahun 2019 hingga seterusnya hanya menggunakan 2 bagian saja yakni:

(1) DAK fisik reguler seperti, transportasi pendesaan maupun perairan,

jalan, pendidikan dan kesehatan; dan (2) DAK fisik penugasan seperti

pertanian, perumahan dan pemukiman, IKM, kesehatan dan KB (Juanda

& Nurkholis, 2022).

2) DAK Non Fisik ini meliputi bantuan operasional kesehatan, stunting,

puskesmas, tunjangan guru, BOP PAUD, dan bantuan operasional

sekolah.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dana Alokasi Khusus (DAK)

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi DAK menurut (Khusaini,

2018) yakni:

1) Daerah tertinggal yakni daerah yang kurang merata dibandingkan daerah


10

lain baik dari segi infrastruktur, pendidikan dan layanan lainnya. Apabila

daerah tidak bisa membiayai semua pengeluaranya. Melalui DAK, maka

akan dapat memfasilitasi seluruh layanan masyarakat.

2) Pemerataan pembangunan, DAK berupaya untuk mengatasi pemerataan

pembangunan bagi setiap daerah agar tidak adanya ketimpangan antara

daerah satu dan lainnya. Seperti halnya jalan merupakan sarana utama

khususnya bagi wilayah-wilayah terpencil, agar dapat memperlancar

kegiatan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

3) Pengangguran, daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang

rendah mengakibatkan kemiskinan dan pengangguran semakin tinggi.

Dana yang diperoleh dari DAK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

produktivitas, memperluas lapangan kerja dan memdiversifikasi

perekonomian terutama area pendesaan dengan mendorong sektor

pertanian, peternakan dan industri lainnya untuk mengurangi tingkat

pengangguran.

2. Definisi Dana Alokasi Umum (DAU)

a. Pengertian Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan hibah dalam jumlah

tertentu dari pemerintah yang lebih besar kepada badan pemerintah daerah

(Pemda) (Harahap, 2018). DAU merupakan adanya transfer uang atau dana

ke Pemda dari pemerintah pusat guna meningkatkan sarana dan prasarana

yang lebih baik untuk masyarakat. Pada negara-negara maju, DAU ini sama

jenisnya dengan “block grant” yakni hibah yang alokasinya diberikan oleh

pemerintah pusat kepada daerah-daerah lokal untuk menunjang fasilitas


11

yang komprehensif contohnya pengembangan masyarakat, kesehatan,

hukum dan layanan sosial lainnya (Rarung, 2016).

Menurut UU No. 33 DAU tahun 2004 yang bersumber dari APBN

dipecah dengan menjembatani kesenjangan kemampuan keuangan masing-

masing daerah dengan menyediakan dana untuk kebutuhan belanja daerah

yang terkait dengan pencapaian desentralisasi. Dana Alokasi Umum atau

biasa disingkat DAU merupakan keuangan yang asalnya dari APBN dan

diberikan ke pemerintah daerah setiap tahunnya dengan tujuan desentralisasi

(Hananto, 2018). Perhitungan dalam proporsinya DAU menggunakan luas

wilayah dan penduduk yang disebut kebutuhan fisikal (fiscal needs).

Sedangkan kapasitas fiscal yaitu apakah daerah tersebut memiliki

kemampuan untuk membiayai, yang indikatornya dapat dilihat dari

pendapatan asli daerah. Jika, semakin tinggi jumlah penduduk pada suatu

daerah, maka semakin tinggi pula DAU yang diberikan oleh pemerintah

pusat. Dana alokasi umum (DAU) disalurkan ke pekerjaan umum,

pendanaan desa, belanja pegawai dan sebagainya (British dan Benny, 2020).

Upaya pemerintah untuk menanggulangi kesenjangan antara daerah

yang maju dan daerah yang terbelakang digunakan cara revenue share DAU

minimal 26 persen dari penerimaan dalam negeri. Daerah yang terbelakang

akan mendapat jumlah DAU yang lebih besar dibandingkan daerah yang

maju. Hal tersebut sebagai upaya pemerataan daerah agar sama-sama maju

bagi dalam hal layanan apapun.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dana Alokasi Umum (DAU)

Menurut Peraturan Presiden No.2 tahun 2014 tentang DAU daerah


12

provinsi dan kabupaten/kota dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam

penerimaannya yakni:

1) Jumlah PNS

2) Luas wilayah

3) Pendapatan asli daerah pertahun

4) Dana bagi hasil pertahun

3. Definisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Bruto Daerah (PDRB) adalah upaya untuk

menggambarkan kinerja perekonomian pada tingkat provinsi dan kabupaten

di suatu daerah selama periode waktu tertentu (Iskandar, 2019).

Pembangunan pada sebuah wilayah pada hakikatnya adalah pembangunan

pada sumber daya manusianya. Pengembangan ini seharusnya terstruktur

dan merata pada setiap bagian wilayah suatu negara. Haparannya tidak ada

perbedaan dalam pengembangan antara suatu daerah dengan daerah lainnya.

Melalui pembangunan yang tersturktur dapat meningkatkan sektor ekonomi,

sumber daya alam yang dapat membuat keadaan masyarakat sesuai harapan.

Pertumbuhan ekonomi mempresentasikan kegiatan ekonomi dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat dalam setiap tahunnya. Peningkatan

produksi di kabupaten dan provinsi dapat dianalisis dengan meningkatkan

PDRB secara makro dan mikro per kapita (Helmizar et al., 2020).

Pertumbuhan ekonomi daerah juga berperan penting dalam meningkatkan

laju pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu pemerataan pada setiap

daerah diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.


13

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)

Menurut Iskandar (2019) terdapat tiga faktor utama yang

melatarbelakangi PDRB pada suatu negara yakni:

1) Akumulasi modal, merupakan aktivitas yang dimaksudkan untuk

menghasilkan output atau pendapatan yang lebih tinggi pada masa yang

akan datang. Hal tersebut melalui cara menabung atau

menginvestasikan kembali sebagian dari output tersebut. Pendapatan

yang didapatkan bisa berbentuk royalti, investasi, sewa, bunga, capital

gain, dan keuntungan lainnya.

2) Pertumbuhan penduduk, meningkatnya pertumbuhan penduduk yang

semakin padat, maka di masa yang akan datang akan banyak yang

membutuhkan pekerjaan. Hal tersebut juga berkaitan dengan jumlah

lapangan pekerjaan yang tersedia. Minimnya lapangan pekerjaan

membuat angka pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat.

3) Kemajuan teknologi berpengaruh besar terhadap pertumbuhan

ekonomi, melalui teknologi masyarakat dapat mudah berkomunikasi

maupun mendapat informasi mengenai hal-hal baru serta dapat

meningkatkan bisnis yang dikembangkannya. Pada kenyataannya tidak

semua wilayah di Indonesia memiliki fasilitas teknologi seperti halnya

sinyal internet seperti kota-kota besar lainnya.

B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu sebagai acuan dasar

penelitian antara lain:


14

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


15

C. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Keterangan :
: Berpengaruh secara parsial

: Berpengaruh secara simultan

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dalam pertanyaan penelitian

(Sugiyono, 2017). Hipotesis diperlukan untuk menguji apakah Dana Alokasi

Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022

berdasarkan kerangka berfikir. Oleh sebab itu, disusun hipotesis antara lain:

1. Secara Simultan

H 0 : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Dana Alokasi Khusus

(DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022.

H 1 : Ada pengaruh signifikan antara variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022.


16

2. Secara Parsial

H 0 : Tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Dana Alokasi Khusus

(DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022.

H 1 : Ada pengaruh signifikan antara variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu Tahun 2012-2022.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yakni variabel terikat yang

disimbolkan dengan lambang (Y) dan variabel bebas yang disimbolkan dengan

lambang (X). Variabel bebas dalam penelitian ini yakni Dana Alokasi Khusus

(DAK) yang disimbolkan dengan lambang (X1) dan Dana Alokasi Umum

(DAU) yang disimbolkan dengan lambang (X2). Sedangkan, variabel

terikatnya yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang disimbolkan

dengan lambang (Y).

B. Definisi Konseptual Variabel

Definisi konseptual variabel merupakan pengertian dari antar variabel

yang akan diteliti yakni:

1. Dana Alokasi Khusus/DAK (X1)

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah keuangan yang asalnya dari

penerimaan APBN yang difokuskan untuk daerah dalam rangka

mengakomondasi kebutuhan secara spesifik (Helin et al., 2021).

2. Dana Alokasi Umum/DAU (X2)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan hibah dalam jumlah

tertentu dari pemerintah yang lebih besar kepada badan pemerintah daerah

(Pemda) (Harahap, 2018).

17
18

3. Produk Domestik Regional Bruto/PDBR (Y)

Produk Domestik Bruto Daerah (PDRB) adalah upaya untuk

menggambarkan kinerja perekonomian pada tingkat provinsi dan kabupaten

di suatu daerah selama periode waktu tertentu (Iskandar, 2019).

C. Definisi Operasional Variabel

Dalam mengimbangkan tanggapan mengenai variabel yang digunakan

pada penelitian ini agar dapat meminimalisir perbedaan interpretasi. Maka,

terdapat batasan definisi operasional variabel yakni:

1. DAK

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang berasal dari

pendapatan APBN yang diterima oleh Kabupaten Belu pertahunnya selama

periode 2012-2022 dalam satuan rupiah.

2. DAU

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana dari APBN yang

diterima oleh Kabupaten Belu pertahunnya selama periode 2012-2022

dalam satuan rupiah.

3. PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu

parameter untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi khusunya Kabupaten

Belu dalam periode 2012-2022.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini merupakan kajian tentang ekonomi

keuangan daerah Kabupaten Belu pada periode tahun 2012-2022 yang berfokus
19

pada Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU)

dihubungkan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten

Belu.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni Kabupaten Belu yang

terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Belu sendiri

merupakan kabupaten yang memiliki sektor unggulan yakni sektor peternakan.

Selain itu, Kabupaten Belu juga memiliki sektor petanian dan industri sebagai

pengembangan pertumbuhan ekonominya. Hal tersebut tentunya membutuhkan

perhatian khusus dari pemerintah berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) dan

Dana Alokasi Umum (DAU). Karena, kedua dana tersebut diduga berpengaruh

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Belu.

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

berupa data laporan keuangan dana DAK dan DAU kabupaten Belu dan data

PDRB Kabupaten Belu yang terdaftar di Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Badan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Belu. Sumber data dalam

penelitian ini diambil dari situs website Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan

Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Belu.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi yakni berupa data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik

(BPS) dan Badan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Belu.


20

H. Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data yakni data yang didapatkan dari Badan Pusat

Statistik (BPS) dan Badan Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Belu.

Kemudian, dilakukan untuk menganalisis data melalui perhitungan metode

statistik. Data tersebut dibedakan dengan bentuk-bentuk tertentu agar

memudahkan dalam menganalisis melalui program SPSS. Berikut ini beberapa

analisis yang digunakan antara lain:

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan dalam

metode statistik melalui cara mendeskripsikan data yang diperoleh dengan

apa adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generilisasi. Pada penelitian ini berfokus pada analisis pengaruh

DAK dan DAU terhadap PDRB Kabupaten Belu melalui rumus berikut.

GD P1−GD P0
GD P0
X 100%

Keterangan:

GD P1 : DAK, DAU dan PDRB tahun sekarang.

GD P0 : DAK, DAU dan PDRB tahun sebelumnya.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang ingin mencari pengaruh

variabel bebas (variabel X1 dan X2) terhadap variabel terikat (variabel Y)

dan hipotesis penelitian. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis

regresi ganda. Analisis regresi linear berganda digunakan oleh peneliti

apabila peneliti bermaksud untuk menguji keadaan baik-turunnya variabel


21

dependen yang dipengaruhi oleh 2 atau lebih variabel independen

(Sugiyono, 2017). Nilai pengaruh variabel-variabel bebas tehadap variabel

terikat dapat diketahui dengan melihat pada nilai R Squared ( R2) yang

dihasilkan dari proses perhitungan statistik. Nilai R2 terletak pada rentang 0

sampai 1 yang diartikan bahwa semakin mendekati 1 maka semakin baik

garis regresi atau dengan kata lain semakin kuat pengaruh variabel-variabel

bebas terhadap variabel terikat.

Perhitungan analisis data penelitian akan dilakukan dengan bantuan

aplikasi statistik IBM SPSS Statistics 22. Metode analisis regresi linear

berganda dapat menampilkan nilai kontribusi dari masing-masing variabel

bebas terhadap kemunculan variabel terikat dan dapat disajikan dalam

bentuk persamaan regresi linear berganda (Sugiyono, 2017). Persamaan

regresi linear berganda tersebut dikaitkan dengan penelitian ini yang

memiliki dua prediktor yaitu DAK (X1) dan DAU (X2), maka akan

didapatkan persamaan penelitian sebagai berikut:

Keterangan:
Y: Subjek dalam variabel yang diprediksi (PDRB)
a: Konstanta
b1: Koefiensi regresi parsial X1
b2: Koefiensi regresi parsial X2
X1: DAK
X2: DAU
E: error
22

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk melihat distribusi penyebaran data

pada sebuah penelitian apakah memiliki distribusi normal atau tidak

normal. Apabila nilai signifikansi variabel penelitian > 0,1 maka

distribusi normal, dan sebaliknya jika signifikansi variabel penelitian <

0,1 maka tidak berdistribusi normal.

b. Uji heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas adalah uji yang menilai apakah ada

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model

regresi linear. Metode ini digunakan dengan cara melihat grafik scatter

plot antara fitted value dengan residual. Ada tidaknya pola tertentu pada

grafik scatter plot dimana sumbu Y adalah nilai Y yang telah diprediksi

dan sumbu X adalah residual (Y).

c. Uji Multikolineritas

Uji multikolineritas memiliki tujuan untuk mengetahui adanya

korelasi diantara variabel bebas (independen) didalam sebuah model

regresi (Sugiyono, 2017). Jika tidak adanya korelasi diantara variabel

independen, maka disebut model regresi yang baik. Apabila terjadi

multikolineritas, maka setiap koefisien nilai standar kesalahannya

semakin tinggi yang menyebabkan t hitung menjadi rendah dan pengaruh

tiap variabel bebas sulit untuk terdeteksi. Jika nilai VIF (Variance

Inflation Factor) tidak lebih dari 10, maka tidak terjadi multikolineritas.
23

d. Uji autokorelasi

Uji autokolerasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada kolerasi

antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Model regresi yang tepat yakni regresi yang

terbebas dari autokorelasi. Berdasarkan prosedur pendeteksian masalah

autokorelasi dapat digunakan besaran Durbin-Watson yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

1) Angka Durbin Watson dibawah -2 berarti autokorelasi positif.

2) Angka Durbin Watson diantara -2 sampai +2 memiliki makna tidak

ada autokorelasi.

3) Angka Durbin Watson diatas +2 memiliki makna autokorelasi negatif.

4. Uji Hipotesis

a. Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan atau uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau

bersama-sama. Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis dapat

dilakukan dengan mempertimbangkan nilai signifikansi uji regresi

berganda pada ANOVA Regression (Sig.) dan perbandingan F hitung F hitung

dengan F tabel. Hipotesis pertama diterima apabila nilai signifikansi di

bawah 0,05 dan nilai F hitung ≥ F tabel.


24

b. Uji Parsial (uji T)

Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh

masingmasing variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat

secara parsial atau terpisah. Pengambilan keputusan penerimaan hipotesis

dapat dilakukan dengan mempertimbangkan nilai signifikansi dan

perbandingan nilai T hitung F hitung dengan T tabel pada masing-masing variabel

bebas (X). Berikut merupakan dasar pengambilan keputusan hipotesis uji

parsial:

1) Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dinyatakan

signifikan apabila nilai signifikansi di bawah 0,05 dan nilai T hitung ≥

T tabel.

2) Hipotesis kedua diterima apabila kriteria 1 terpenuhi pada setiap

variabel bebas (DAK dan DAU).


25
DAFTAR PUSTAKA

Amin, F. (2019). Penganggaran di Pemerintah Daerah. Universitas Brawijaya


Press. https://books.google.co.id/books?id=tg6QDwAAQBAJ

British dan Benny. (2020). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi
Hasil (DBH), Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bogor 2010-2016. Jurismata, 2(1),
2656–2692.

Hananto, F. D. (2018). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi


Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung (2012-
2016). UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA.

Harahap, R. U. (2018). Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,


dan Dana Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada
Kab/Kota Propinsi Sumatera Utara. KITABAH: Jurnal Akutansi Dan
Keuangan Syariah.

Helin, F., Rosita, R., & Basri, H. (2021). Keuangan Daerah. CV. AZKA
PUSTAKA. https://books.google.co.id/books?id=JglZEAAAQBAJ

Helmizar, Fadli, A., & Darma, T. (2020). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan


Negara : Studi Kasus Empat Tahun Anggaran (2015-2018) Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat. Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara.
https://books.google.co.id/books?id=yOviDwAAQBAJ

Iskandar, I. dan B. R. (2019). Regional Bruto Di Provinsi Aceh. Jurnal Akuntansi


Dan Pembangunan (JAKTABANGUN), 5(November), 29–40.

Juanda, B., & Nurkholis. (2022). Bidang DAK Fisik Penugasan, Reguler, dan
Afirmasi. Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan Untuk Kesejahteraan
(KOMPAK).

Khusaini, M. (n.d.). Keuangan Daerah. UB Press.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 204/PMK.07/2022


Tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik, (2022).

Peraturan Presiden No. 141 Tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus,
(2018).

26
27

Raharjo, M. M. (2021). Pengelolaan Dana Desa. Bumi Aksara.


https://books.google.co.id/books?id=FJs%5C_EAAAQBAJ

Rarung, P. (2016). Pengaruh PAD dan DAU Terhadap PDRB di Kota Manado.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(3), 449–460.

Salindeho, C. (2016). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Terhadap Belanja Daerah Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
EMBA : Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(3),
705–716. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/14376

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


CV. Alfabeta.

Yuswara, B. Y. (2020). Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,


Dan Belanja Modal Terhadap Produk Domestik Regional Bruto. Jurnal Ilmu
Dan Riset Akuntansi (JIRA).
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/view/2952

Anda mungkin juga menyukai