Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kesatuan yang mencakup

34 Provinsi yang memiliki berbagai pluralitas suku, ras, agama dan

budaya yang divergen. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, provinsi-

provinsi yang terbagi menjadi beberapa kabupaten/kota. Lahirnya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

merupakan pemberian suatu otoritas penyelenggaraan pemerintahan bagi

daerah otonom untuk daerah dapat mandiri berdasarkan asas otonomi

daerah yang konkret, luas serta konsekuen.

Pengelolaan urusan pemerintahan yang menjadi otoritas

pemerintah daerah, berkaitan dengan otonomi daerah seluas-luasnya

untuk menyelenggarakan dan menjalankan sendiri rumah tangga

daerahnya. Otonomi diberikan sebagai perwujudan peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan, pelayanan serta

kewajiban dari masyarakat dalam daya saing wilayah kabupaten/kota.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang

Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan

Daerah Pasal 1 ayat (20) menjelaskan bahwa salah satu sumber

1
2

pendapatan daerah berupa pendapatan asli daerah yang biasa dikenal

dengan PAD, yang meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta pendapatan lain-lain

yang sah. Hubungan keuangan pusat dan daerah merupakan suatu

sistem dalam pelaksanaan keuangan daerah yang mengatur antara hal

dan kewajiban keuangan pada pemerintah pusat dan pemerintahan

daerah yang dalam pelaksanaannya secara adil, transparan, akuntabel

dan selaras berdasarkan perundang-undang.

Sektor terpenting dalam keuangan daerah dalam rangka

pemenuhan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan pembangunan

di daerah yakni pendapatan asli daerah. Tingkat independensi pada suatu

daerah dapat dipantau melalui jumlah pendapatan asli daerah tiap

tahunnya berkaitan dengan target dan realisasi. Hal ini berkaitan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah yang menyatakan keuangan daerah didalamnya

terdapat pendapatan daerah yang merupakan peningkatan utilitas

kekayaan bersih selama periode rencana keuangan tertentu yang diyakini

sebagai keseluruhan hak daerah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 Tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah bahwasanya keseluruhan hak dan

kewajiban tersebut dapat digunakan dalam bentuk uang dan segala

bentuk penghasilan daerah yang dijadikan milik daerah yang saling


3

berkaitan dinyatakan sebagai keuangan daerah.

Penyusunan/perencanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

menjadi tahap awal dalam penanganan keuangan daerah yang dalam

penyusunannya harus berdasarkan tingkat kebutuhan dan besar

pendapatan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. APBD

memiliki fungsi perencanaan, alokasi, otorisasi, pengawasan, distribusi,

serta stabilisasi dalam rangka memanifestasikan pelayanan kepada

masyarakat dan mencapai tujuan negara.

Pada penghujung tahun 2019 keseluruhan wilayah di dunia

dikagetkan dengan munculnya wabah penyakit yang dapat dikatakan

sebagai bencana non alam di China yang disebabkan oleh penyebaran

suatu mikroorganisme yang biasa dikenal dengan Corona Virus Disiase

2019 (Covid-19) yang melanda sebagian besar negara di Dunia termasuk

Indonesia sehingga pada awal bulan maret 2020 World Health

Organization menyatakan COVID-19 suatu pandemi global.

Dalam penyebaran Covid-19 tidak hanya menimpa sektor

kesehatan tetapi juga sektor politik, sosial, budaya, bahkan

menghancurkan sektor ekonomi nasional maupun regional. Hal ini

pemerintah telah berupaya dalam rangka penanganan dalam penyebaran

Covid-19 dengan mengeluarkan berbagai regulasi salah satunya yang

terbaru yakni Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2021

Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Level 3, Level

2, dan Level 1 serta mengoptimalkan Posko Penangan Corona Virus


4

Disease 2019 Di Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian

Penyebaran Corona Virus Disease 2019 yang mengatur segala bentuk

aktivitas masyarakat di berbagai sektor termasuk layanan pemerintahan

baik sektor non esensial, sektor esensial, maupun sektor kritikal.

Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah otonom yang

terdapat di kawasan Sulawesi Tenggara yang mempunyai berbagai

kesediaan daerah yang mampu menunjang pendapatan asli daerah.

Namun keadaan yang terjadi di masa pandemi Covid-19 mengakibatkan

ketidakmampuan daerah dalam mengelolah potensi secara optimal.

Selain itu, keadaan yang terjadi menyebabkan keterbatasan pemerintah

dalam melakukan pengelolaan dan penyerapan anggaran secara terarah.

Dalam struktur pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah terdapat

Kepala SKPKD sebagai PPKD yang memegang kekuasaan dalam

pemungutan pendapatan daerah yang diatur dalam regulasi daerah

namun dalam pelaksanaan tugas tersebut belum optimal.

Dalam RPJMD Kabupaten Muna Tahun 2016-2021 memiliki visi

berupa mandiri, berdaya saing dan bermartabat. Salah satu penjabaran

pokok dari visi tersebut yaitu mandiri berarti kemampuan dari pemerintah

bersinergitas dengan masyarakat mengembangkan seluruh kesediaan

sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di Kabupaten

Muna untuk membina berbagai inovasi yang diciptakan agar

berkesinambungan. Selain itu, daerah memiliki kapasitas yang memadai

untuk menangani berbagai persoalan secara berjenjang dan sistematik.


5

Kabupaten Muna dalam perkembangan perekonomiannya terlihat

masih belum optimal. Pemerintah daerah telah banyak melakukan

program dan pengelolaan keuangan secara bertahap dengan dengan

menggerakkan berbagai sektor. Namun pada nyatanya dalam

pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau

perekenomian Kabupaten Muna pada Tahun 2018-2020 seperti pada

tabel dibawah ini :

Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Muna Tahun 2018-2020

Laju Pertumbuhan PDRB ( % )


No Kelompok Lapangan Usaha
2018 2019 2020
1 2 3 4 5
1 Pertanian, Kehutanan, dan 4,67 5,01 1,23
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 2,65 6,45 -4,20
3 lndustri Pengolahan 0,98 2,78 -1,82
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,75 6,98 1,67
5 Pengadaan Air, Pengelolaan 5,05 4,87 3,45
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 7,46 5,65 0,25
7 Perdagangan Besar dan 8,98 8,23 -2,35
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 5,34 6,67 -3,46
9 Penyediaan Akomodasi dan 6,64 7,23 -1,56
Makan Minum
10 lnformasi dan Komunikasi 6,64 5,12 8,26
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,69 7,78 3,67
12 Real Estate 3,46 1,23 0,89
13 Jasa Perusahaan 5,34 6,34 -3,34
6

1 2 3 4 5
14 Administrasi Pemerintahan, 3,87 3,56 2,34
Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 6,65 6,23 2,21
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 5,34 7,56 4,34
Sosial
17 Jasa Lainnya 6,89 4,54 -3,67
PDRB 5,23 5,32 0,08
Sumber : BPS Kabupaten Muna, 2021

Berdasarkan data laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Muna

terdapat pertumbuhan yang sangat rendah tiap tahunnya terutama pada

tahun 2020 dapat dikatakan terjun bebas bahkan terdapat laju

pertumbuhan yang minus dari beberapa sektor lapangan usaha. Hal ini

berhubungan dengan pandemi Covid-19 yang telah melanda seluruh

wilayah yang ada di Indonesia termasuk Kabupaten Muna. Dalam

pendapatan asli daerah, PDRB sebagai salah satu faktor terpenting yang

mempengaruhi namun tiap tahunnya sangat miris dalam laju pertumbuhan

PDRB terus menurun yang menggambarkan ketidakmampuan daerah

dalam mengelolah potensi perekenonomian.

Dalam PAD dengan PDRB memiliki hubungan fungsional yang

mana jika terjadi peningkatan PDRB maka akan menambah penerimaan

daerah yang berakibat terhadap meningkatnya pelayanan pada

masyarakat sehingga masyarakat terdorong untuk produktif yang hasilnya

akan memberikan peningkatan yang cukup signifikan terhadap

perkembangan ekonomi ditengah pandemi yang berlangsung. Dengan

adanya perkembangan ekonomi akan memberi kemampuan masyarakat


7

dalam berkontribusi dalam pendapatan asli daerah. Maka dari itu

Pemerintah Daerah melalui Badan Keuangan Aset Daerah

mengembangkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah sesuai

dengan regulasi yang telah ditetapkan.

Target dan Realisasi PAD Tahun 2017 sampai Tahun 2020

sebagai berikut :

Tabel 1.2
Target dan Realisasi PAD Kabupaten Muna Tahun 2017-2020

Target PAD Jumlah Realisasi PAD Persentase


Tahun
(Rp) (Rp) (%)
1 2 3 4
2017 58.876.300.000 80.533.488.235 136,78
2018 100.125.310.000 86.408.142.530 86,30
2019 117.771.600.000 98.210.928.400 83,39
2020 78.333.000.000 64.050.812.333 81,76
Sumber : Rincian APBD Kabupaten Muna 2017-2020

Berdasarkan tabel target dan realisasi PAD Kabupaten Muna

Tahun 2017-2020 diatas, dapat dilihat persentase target dan realiasasi

PAD dari tahun 2017 sampai tahun 2020 mengalami kemerosotan yang

sangat signifikan terutama di masa pandemi Covid-19. Tahun 2017

realisasi PAD yang sangat tinggi bahkan melewati target yaitu sebesar

136,78% tetapi pada tahun 2018 hanya sebesar 86,30%, tahun 2019

sebesar 83,39%, dan paling terpuruknya terjadi pada tahun 2020 hanya

sebesar 81,76% diakibatkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang

sangat berpengaruh terhadap PAD. Berdasarkan data persentase

tersebut memberikan gambaran bahwa ketidakmampuan pemerintah


8

daerah dan masih buruknya pengelolaan keuangan oleh BKAD yang

belum mampu mendorong peningkatan pendapatan asli daerah secara

optimal. Dapat dilihat pula dari tahun 2017-2020 terus terjadi penurunan

yang sangat signifikan. Pada pengelolaan dan penyerapan PAD yang

terhambat dikarenakan masyarakat sebagai wajib pajak yang tidak tertib

dalam pembayaran pajak dan kurangnya fasilitas atau sarana prasarana

yang menunjang pengelolaan pajak dan retribusi itu sendiri

Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang telah dialami oleh

Kabupaten Muna dalam pengelolaan keuangan daerah oleh Badan

Keuangan Aset Daerah Kabupaten Muna dilakukan berbagai kajian

berupa hambatan yang terjadi baik secara eksternal maupun internal serta

upaya yang harus diselenggarakan oleh instansi terkait agar kedepannya

dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Muna di masa

pandemi Covid-19.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang akan disajikan dalam bentuk

skripsi yang berjudul “ UPAYA BADAN KEUANGAN ASET DAERAH

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLl DAERAH DI MASA

PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN MUNA PROVINSl SULAWESI

TENGGARA “.

1.2 Rumusan Masalah


9

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan

sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kontribusi Pendapatan Asli Daerah bagi daerah

pada Badan Keuangan Aset Daerah Kabupaten Muna di masa

pandemi Covid-19?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di masa pandemi

Covid-19?

3. Apa upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Keuangan Aset

Daerah Kabupaten Muna dalam meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah saat pandemi Covid-19?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam melaksanakan penelitian berlandaskan

rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kontribusi Pendapatan Asli Daerah bagi

daerah pada Badan Keuangan Aset Daerah Kabupaten Muna

di masa pandemi Covid-19.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di masa pandemi

Covid-19.
10

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan

Keuangan Aset Daerah Kabupaten Muna dalam meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah saat pandemi Covid-19.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai sumbangsih

bagi ilmu pengetahuan dengan menambah literatur dalam ilmu

pemerintahan daerah khususnya pengelolaan keuangan daerah serta

sebagai bahan kajian dan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan yang

dilaksanakan oleh instansi yang berwewenang dalam peningkatan

pendapatan asli daerah.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1.4.2.1 Bagi Lokasi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diinginkan dapat menjadi sumbangsih

pemikiran bagi pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten Muna pada

khususnya Badan Keuangan Aset Daerah Kabupaten Muna dalam upaya

pengelolaan keuangan daerah dalam peningkatan pendapatan asli daerah

di masa pandemi Covid-19.


11

1.4.2.2 Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong

pengembangan khasanah keilmuan di lembaga Institut Pemerintahan

Dalam Negeri ini khususnya bidang sains terapan ilmu pemerintahan

dalam mengembangkan konsep otonomi daerah, pengelolaan keuangan

daerah, dan pendapatan asli daerah. Serta diharapkan dapat menjadi batu

loncatan bagi praja dalam penyusunan skripsi maupun penelitian di masa

depan.

1.4.2.3 Bagi Peneliti

Dalam rangka memperoleh keterampilan dan pengalaman teknis

pemerintahan dalam melaksanakan praktek di lapangan terutama

pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, penelitian ini merupakan syarat

untuk melengkapi skripsi pendidikan Diploma lV lnstitut Pemerintahan

Dalam Negeri.

Anda mungkin juga menyukai