KABUPATEN SERANG
Disusun Oleh :
1. ……………….. (….. )
NIP ………………..
2. Pendi
NIP 7774220027
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Indikator kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam melihat kemajuan suatu wilayah. Pada kesempatan ini kami akan mengurai mengenai
kondisi Laju Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Tingkat Pengangguran Terbuka, Gini
Ratio, Indeks Pembanunan Manusia dan Laju Inflasi daerah Kabupaten Serang.
Situasi perekonomian di Kabupaten Serang dari tahun 2020 hingga 2021 masih
didominasi oleh terjadinya pandemi COVID-19 yang mendorong pemerintah pusat dan
daerah, untuk menerapkan kebijakan yang membatasi berbagai kegiatan masyarakat,
termasuk pembatasan kegiatan sosial, bisnis, dan industri. Perbaikan di bidang ekonomi
mulai menjadi perhatian Pemerintah di tahun 2021 ini yang ditandai dengan keberhasilan
pemerintah dalam menahan kontraksi ekonomi di tahun 2020. Capaian ini tidak terlepas dari
keberhasilan upaya pemerintah dalam pengendalian pandemi COVID 19. Pulihnya
permintaan domestic juga mendorong perbaikan aktivitas produksi sehingga membuat laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serang mengalami pertumbuhan positif. Pemulihan
terjadi terutama di lapangan usaha Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran,
Konstruksi serta lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan mencerminkan aktivitas
ekonomi sudah mulai bangkit kembali.
Dari uraian diatas, dilihat dari sisi kemiskinan, BPS melaporkan bahwa angka
kemiskinan Kabupaten Serang hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan
September 2021 sebesar 5,49 persen, mengalami peningkatan sebesar 0,55 persen poin
dibanding periode sebelumnya (September 2020) yang sebesar 4,94 persen. Beberapa
lapangan usaha utama di Kabupaten Serang mengalami penurunan kinerja yang signifikan,
seperti pertambangan dan Penggalian, Jasa Perusahaan, dan Jasa Pendidikan.
Pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2022, Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Kabupaten Serang yaitu “Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural” pembangunan
nasional diarahkan pada 10 (sepuluh) fokus pembangunan yang meliputi : 1. Industri, 2.
Pariwisata, 3. Ketahanan Pangan, 4. UMKM, 5. Infrastruktur, 6. Transformasi Digital, 7.
Pembangunan Rendah Karbon, 8. Reformasi Perlindungan Sosial, 9. Reformasi Pendidikan
dan Keterampilan dan 10. Reformasi Kesehatan. Adapun target indicator Daera Kabupaten
Serang Tahun 2022 yaitu Laju Pertumbuhan Ekonomi sebesar 2,97 persen, Laju Inflasi
sebesar 1,59 persen, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 67,29, Tingkat
Kemiskinan 4,22 persen dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 11,89 persen.
BAB II
ANALISIS EKONOMI DAERAH KABUPATEN SERANG
4.96%
45.96%
9.00%
9.76%
11.92%
Industri Pengolahan/Manufacturing
2.34 2.24
1.88 2.00
0.35
0.10
2017 2018 2019 2020 2021
-2.55
-0.04
-0.15
-0.09
-1.96
PDRB per kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan
kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per kapita.
Kemampuan masyarakat untuk mengonsumsi produk barang/jasa sangat
dipengaruhi oleh pendapatan per kapita.
g RA FIK 5
JUML A H DA N P RE S E N T A S E P E N DUDUK MIS K IN
K A BUP A T E N S E RA N G T A HUN 2017- 2021
83.00
69.11 74.80
64.46 61.54
Grafik 6
Garis Kemiskinan Kabupaten Serang tahun 2017-2020
Rp400,000 Rp362,000
Rp341,074
Rp350,000 Rp294,829
Rp309,036
Rp300,000Rp269,652
Rp250,000
Rp200,000
Rp150,000
Rp100,000
Rp50,000
Rp-
Garis Kemiskinan
di Kabupaten
Serang
Tabel 3
Presenatse Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Tahun
Peringkat Kabupaten/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
1 Kab Pandeglang 9,74 9,61 9,42 9,92 10,72
2 Kab Lebak 8,64 8,41 8,3 9,24 10,29
3 Kab Tangerang 5,39 5,18 5,14 6,23 7,12
4 Kota Serang 5,57 5,36 5,28 6,06 6,79
5 Kota Tangerang 4,95 4,76 4,43 5,22 5,93
6 Kab Serang 4,63 4,3 4,08 4,94 5,49
7 Kota Cilegon 3,52 3,25 3,03 3,69 4,24
8 Kota Tangerang Selatan 1,76 1,68 1,68 2,29 2,57
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2022
Berdasarkan table di atas,di Provinsi Banten pada tahun 2021 dapat terlihat
Kabupaten Serang memiliki presentase penduduk miskin terendah ketiga di Kota
Cilegon.
Grafik 7
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Kabupaten Serang tahun 2017-2021
14.00% 13.00% 12.63% 12.22%
12.00% 10.58% 10.58%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Grafik 8
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Kabupaten Serang tahun 2017-2021
65.00%
63.86%
64.00% 63.30% 63.46%
63.00%
62.00% 61.77%
61.00%
59.95%
60.00%
59.00%
58.00%
57.00%
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Grafik 9
Jumlah Angkatan Kerja
di Kabupaten Serang tahun 2017-2021
659,906 635,562
622,979 601,147
581,370 575,820 596,379 585,592
529,744 553,290
4. GINI RATIO
Setiap negara berupaya untuk meningkatkan pembangunan ekonomi untuk
mengurangi kemisikinan dan mengurangi tingkat pengangguran. Dua masalah besar
yang umumnya dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah
kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
Masalah ketimpangan pendapatan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang,
namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini. Perbedaannya
terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat ketimpangan yang terjadi, serta tingkat
kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk.
Beberapa ukuran ketimpangan yang sering digunakan antara lain : Indeks Gini,
Indeks Theil dan ukuran ketimpangan dari Bank Dunia. Dalam pembahansan ini ukuran
ketimpangan yang digunakan adalah Indeks Gini. Indeks Gini adalah satu ukuran
ketimpangan yang paling sering digunakan untuk mengukur ketimpangan dan ukuran
ketimpangan agregat yang nilainya berkisar antara nol dan satu. Nilai Indeks Gini nol
artinya tidak ada ketimpangan (pemeraatan sempurna) sedangkan nilai satu artinya
ketimpangan sempurna.
Berdasarkan Laporan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Banten bulan Mei 2022,
Tingkat Ketimpangan di Provinsi Banten pada periode September 2021 tercatat stabil
dibandingkan periode Maret 2021. Ketimpangan meningkat di wilayah perkotaan dan
menurun di wilayah pedesaan. Hal ini sejalan dengan jumlah penduduk miskin. Sejak
Maret 2015, tingkat ketimpangan di Provinsi Banten selalu lebih rendah dibandingkan
nasional. Hal ini dapat diartikan adanya perbaikan pada tingkat kesenjangan ekonomi di
Provinsi Banten dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi
Banten yang juga menunjukkan akselerasi Berdasarkan wilayah, menurunnya
ketimpangan di Provinsi Banten terutama terjadi di daerah perkotaan yaitu dari 0,369
pada Maret 2021 menjadi 0,365 pada September 2021. Angka gini ratio di pedesaan
mengalami penurunan yaitu 0,296 pada September 2020 menjadi 0,280 pada Maret
2021. Lebih lanjut diketahui bahwa angka gini ratio di pedesaan Provinsi Banten
sepanjang 5 tahun terakhir selalu lebih rendah dibandingkan di perkotaan yang
menunjukkan bahwa pendapatan maupun pengeluaran masyarakat di wilayah pedesaan
relatif lebih merata dibandingkan di perkotaan.
Adapun salah satu daerah Provinsi Banten yaitu Kabupaten Serang mengalami
peningkatan Gini Ratio pada tahun 2021 sebesar 0,04 point, dari tahun 2022 sebesar
0,303 menjadi 0,246 pada tahun 2021. Berikut angka gini ratio Kabupaten Serang sejak
tahun 2018 - 2021.
0.305 0.303
0.248 0.246
Tabel 1
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Serang
Indikator 2017 2018 2019 2020 2021
Angka Harapan Hidup (AHH) 64,02 64,22 64,47 64,64 64,76
Harapan Lama Sekolah (HLS) 12,38 12,39 12,43 12,57 12,58
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 7,17 7,18 7,33 7,5 7,51
Pengeluaran (Juta Rp) 10,47 10,69 10,8 10,67 10,71
IPM 65,6 65,93 66,38 66,7 66,82
Ranking IPM di Provinsi Banten 6 6 6 6 6
Sumber : BPS Kabupaten Serang, 2022
Tabel 1
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Grafik 1
Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Serang tahun 2017-2021
67 66.7 66.82
66.5 66.38
65.93
66 65.6
65.5
65
64.5
IPM
Grafik 2
Angka Harapan Hidup (AHH)
Kabupaten Serang tahun 2017-2021
65 64.76
64.8 64.64
64.6 64.47
64.4 64.22
64.2 64.02
64
63.8
63.6
Angka Harapan Hidup (AHH)
14 12.57 12.58
12.38 12.39 12.43
12
10
7.17 7.18 7.33 7.5 7.51
8
0
2017 2018 2019 2020 2021
Dimensi Pendidikan pada IPM dibentuk oleh dua indicator, yaitu Harapan Lama
Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Kedua indicator ini terus meningkat
dari tahun ke tahun. Selama periode 2017 hingga 2021, Harapan Lama Sekolah di
Kabupaten Serang telah meningkat sebesar 0,21 tahun, sementara Rata-rata Lama
Sekolah bertambah 1,53 tahun.
Grafik 4
Dimensi Standard Hidup Layak
Kabupaten Serang tahun 2017-2021
10.9
10.8
10.8
10.69 10.71
10.7 10.67
10.6
10.5 10.47
10.4
10.3
Pengeluaran (Juta Rp)
Rata-rata pengeluaran sempat mengalami penurunan daya beli di tahun 2020 lalu
karena pandemic covid-19, sedangkan di tahun 2021 indeks daya beli kembali membaik,
yaitu untuk rata-rata pengeluaran riil masyarakat Kabupaten Serang tahun 2021 sebesar
Rp. 10.713.000,- per tahun. Peningkatan ini tentunya tidak lepas dari peran Pemerintah
Daerah Kabupaten Serang dalam memberikan subsidi dalam rangka meningkatkan daya
beli masyarakat. Kebijakan ini harus diikuti dengan pembinaan dan perluasan wawasan
serta mengasah kemampuan masyarakat untuk menghasilkan produk barang dan jasa.
6. LAJU INFLASI
6.1. Definis Inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum
dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Deflasi merupakan kebalikan dari
inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.
Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan
pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal,
dan tahun baru) dan penentuan upah minimum provinsi (UMP). Meskipun
ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung
kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya
keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian
halnya pada saat penentuan UMP, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang
meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong
peningkatan permintaan.
6.6.
7.
8.
9.