Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis

dalam pembangunan ekonomi nasional.Selain berperan dalam pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam

pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Selain kontribusinya terhadap

ekonomi Indonesia, UMKM dipandang sebagai sektor yang handal dalam

menghadapi terpaan krisis ekonomi.Hal ini terbukti ketika terjadi krisis

ekonomi pada tahun 1998, UMKM masih tetap eksis sementara usaha besar

banyak yang gulung tikar (Indonesian Economic & Small Medium Enterprises

Outlook 2011).Selain itu, UMKM merupakan penopang pertumbuhan

ekonomi nasional dan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi

negara maju atau berkembang.Adanya peningkatan produktivitas UMKM,

maka pertumbuhan UMKM dapat ditingkatkan sehingga dapat berkontribusi

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah sektor perekonomian

yang sangat penting di Indonesia.Jika ditelaah secara sektoral, usaha kecil dan

menengah memiliki keunggulan dalam bidang usaha yang memanfaatkan

sumber daya alam, seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan

dan perikanan.Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara

berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan UMKM (Berry,

dkk, 2001). Alasan Pertama adalah karena kinerja UMKM cenderung lebih

1
2

baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai

bagian dari dinamikanya, UMKM sering mencapai peningkatan

produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga, UMKM

sering diyakini memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha

besar.Kuncoro (2000) juga menyebutkan bahwa usaha kecil dan usaha rumah

tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga

kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah

tangga.

Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini mau tidak mau memberikan

dampak terhadap berbagai sektor.Pada tataran ekonomi global, pandemi

COVID-19 memberikan dampak yang sangat signifikan pada perekonomian

domestik negara-bangsa dan keberadaan UMKM. Laporan Organisation for

Economic Co-operation and Development (OECD) menyebutkan bahwa

pandemi ini berimplikasi terhadap ancaman krisis ekonomi besar yang

ditandai dengan terhentinya aktivitas produksi di banyak negara, jatuhnya

tingkat konsumsi masyarakat, hilangnya kepercayaan konsumen, jatuhnya

bursa saham yang pada akhirnya mengarah kepada ketidakpastian (OECD,

2020). Jika hal ini berlanjut, OECD memprediksi akan terjadi penurunan

tingkat output antara seperlima hingga seperempat di banyak negara, dengan

pengeluaran konsumen berpotensi turun sekitar sepertiga.

Prediksi ini tentu mengancam juga perekonomian nasional Indonesia.

Pakpahan (2020) menyebutkan ada tiga implikasi bagi Indonesia terkait

pandemi COVID-19 ini yakni sektor pariwisata, perdagangan, dan investasi.

Indonesia yang didominasi oleh keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan


3

Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian nasional juga

terdampak secara serius tidak saja pada aspek total produksi dan nilai

perdagangan akan tetapi juga pada jumlah tenaga kerja yang harus kehilangan

pekerjaannya karena pandemi ini. Data dari Kementerian Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah (KemenkopUKM) menunjukkan bahwa pada tahun 2018

terdapat 64.194.057 UMKM yang ada di Indonesia (atau sekitar 99 persen dari

total unit usaha) dan mempekerjakan 116.978.631 tenaga kerja (atau sekitar 97

persen dari total tenaga kerja di sektor ekonomi).

Kajian yang dibuat oleh Kementrian Keuangan (2020), menunjukkan

bahwa pandemi COVID-19 memberikan implikasi negatif bagi perekonomian

domestik seperti penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat, penurunan

kinerja perusahaan, ancaman pada sektor perbankan dan keuangan, serta

eksistensi UMKM (Yusuf, 2020). Pada aspek konsumsi dan daya beli

masyarakat, pandemi ini menyebabkan banyak tenaga kerja berkurang atau

bahkan kehilangan pendapatannya sehingga berpengaruh pada tingkat

konsumsi dan daya beli masyarakat terutama mereka yang ada dalam kategori

pekerja informal dan pekerja harian. Sebagian besar masyarakat sangat

berhati-hati mengatur pengeluaran keuangannya karena ketidakpastian kapan

pandemi ini akan berakhir. Hal ini menyebabkan turunnya daya beli

masyarakat akan barang-barang konsumsi dan memberikan tekanan pada sisi

produsen dan penjual.

Dalam situasi pandemi ini, menurut Kemenkop UKM (2020) ada sekitar

37.000 UMKM yang memberikan laporan bahwa mereka terdampak sangat

serius dengan adanya pandemi ini ditandai dengan: sekitar 56% melaporkan
4

terjadi penurunan penjualan, 22% melaporkan permasalahan pada aspek

pembiayaan, 15% melaporkan pada masalah distribusi barang, dan 4%

melaporkan kesulitan mendapatkan bahan baku mentah (Riska,2020)

.Masalah-masalah diatas juga semakin meluas jika dikaitkan dengan adanya

kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan di

beberapa wilayah di Indonesia. Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan

No. 9/2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan

COVID-19, PSBB meliputi pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam

suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19 termasuk pembatasan

terhadap pergerakan orang dan/atau barang untuk satu provinsi atau

kabupaten/kota tertentu untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Sampai dengan per 16 Juni Kota Magelang termasuk zona merah

dengankasus 412 Orang Tanpa Gejala (OTG), 286 Orang Dalam Pengawasan

(ODP), 60 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan 33 Positif. Pemerintah Kota

Magelang juga telah membuat kebijakan yang diberlakukan untuk semua

Pedagang Kali Lima (PKL) yang berjualan di berbagai pusat kuliner di Kota

Magelang untuk menutup usahanya terhitung mulai 1-4 April 2020.Penutupan

ini merupakan hasil kesepakatan paguyuban PKL dan Pemerintah Kota

Magelang guna mencegah penyebaran COVID-19.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Magelang (2020) menyatakan, keputusan

ini sudah tertuang dalam Surat Edaran (SE) nomor 511.3/556/260 yang

ditandatangani tanggal 30 Maret 2020. Ia menyebutkan, total ada 19 selter

pusat kuliner di Kota Magelang meliputi 625 pedagang. Sejak pendemi

COVID-19 merebak dan imbauan physical distancing diberlakukan, pusat


5

kuliner cenderung sepi"Sejak ada wabah ini semua PKL mengeluh karena

tidak ada pembeli, bahkan ada beberapa yang sudah tutup sendiri.Apalagi ada

kebijakan pembatasan arus lalu lintas menuju dalam Kota Magelang yang

otomatis berdampak pula pada aktvitas warga.Penutupan PKL ini tidak hanya

yang beroperasi pada siang hari, tapi juga malam (Ka Dinas Perdagangan Kota

Magelang, 2020).

Sementara itu, Ketua Paguyuban Pusat Kuliner Tuin Van Java

menuturkan, dampak dari virus corona adalah banyak pedagang yang

meliburkan diri dengan tidak berjualan, mengingat tingkat kunjungan menurun

drastis."Siang hari masih mendingan, sekitar 50-an persen yang jualan dari

total sekitar 71 pedagang. Pada malam hari lebih sepi lagi, karena yang jualan

hanya 20-30 persen dari total 71 pedagang," tuturnya.

Ketua Paguyuban Pusat Kuliner Tuin Van Java menjelaskan, pedagang

memilih tidak berjualan karena penghasilan yang diperoleh lebih kecil dari

pengeluaran. Ada juga yang masih bertahan, karena memang menggantungkan

hidupnya di Tuin Van Java ini. Pihaknya berharap, pendemi ini segera

berakhir sehingga aktivitas jual beli bisa kembali normal dan pedagangbisa

meraih keuntungan lagi ( Balitbang Kota Magelang, 2020).

Kota Magelang pada tahun 2019 memiliki 6637 UMKM yang terdiri dari

sector perdagangan, sektor jasa dan industri dengan total omset per bulan

sejumlah Rp. 52.956.934.256.


6

Tabel 1.1.Data UMKM Kota Magelang Tahun 2019

Kecamatan Jumlah Pelaku Usaha Omset Per Bulan


Magelang Utara 1505 Rp 7.957.292.250
Magelang Tengah 2747 Rp 18.304.332.000
Magelang Selatan 2385 Rp 26.695.310.000
Total 6637 Rp 52.956.934.250
Sumber: Diperindagkop, 2020

Bersarkan Tabel 1.1. dapat diketahui Kecamatan Magelang Utara memiliki

jumlah pelaku usaha UMKM sebesar 1505 dengan omzet perbulan sebesar Rp

7.957.292.250. Magelang Tengah memiliki jumlah pelaku usaha UMKM sebesar

2747 dengan omset per bulan Rp 18.304.332.000.Magelang Selatan memiliki

jumlah pelaku usaha sebesar UMKM 2385 dengan total omset per bulan sebesar

Rp 26.695.310.000. Sehingga diperoleh total jumlah pelaku usaha UMKM di

Kota Magelang 6637 dengan total omset perbulan Rp 52.956.934.250.

Tabel 1.2. Omset UMKM Kota Magelang Tahun 2019


Keterangan Jumlah UMKM Total (%)

<300 juta 32 91%

>300 sd <2,5 miliyar 2 5,88%

<2,5 miliyar sd <50 miliyar 1 2,95%

Sumber: Hasil Pra Survey UMKM Kota Magelang (Juli, 2020)

Bedasarkan Tabel 1.2. dapat diketahui hasil dari pra survey yang diambil

dari 34 responden dari masing-masing kecamatan Kota Magelang diperoleh

bahwa 91% atau sebanyak 32 jumlah UMKM dari 34 responden memiliki

pendapatan kurang dari 300 juta. Sisanya hanya 5,88% atau sebanyak 2 dari 34

responden memiliki pendapatan lebih dari 300 juta sampai dengan kurang dari 2,5
7

milyar dan hanya 2,95% atau 1 dari 34 responden yang memiliki pendapatan 2,5

milyar sampai dengan kurang dari 50 milyar .

14.3

85.7

Gambar 1.1 Omset UMKM Kota Magelang Tahun 2020


Sumber: Hasil Pra Survey UMKM Kota Magelang (Juli, 2020)

Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui dari hasil pra survey pada bulan

Juli 2020 dengan sampel sebanyak 34 responden dari masing-masing kecamatan

Kota Magelang menunjukkan 85,7% mengalami penurunan omset karena

pademik Covid-19. Sedangkan hanya 14,3% atau 2 dari 34 responden yang tidak

mengalami penurunan omset karena pandemic Covid-19.

Tabel 1.3. Omset UMKM Kota Magelang Tahun 2020


Keterangan Jumlah Total (%)

Sendiri 29 85,29%

Mitra 2 5,88%

Bank 3 8,82%

Lainnya 0 0.00 %

Sumber: Hasil Pra survey Kota Magelang (Juli, 2020)

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa sumber modal berdasarkan

hasil pra survey pada bulan Juli 2020 dengan sampel sebanyak 34 responden
8

menunjukkan sebanyak 85,29% atau 29 dari 34 responden memiliki sumber

modal sendiri. Sedangkan sebanyak 8,82% atau 3 dari 34 responden memiliki

modal dari bank. Dan sisanya sebanyak 5,88% atau 2 dari 34 responden memiliki

sumber modal dari mitra. Dan tidak ada sumber modal lain selain di atas.Selain

penurunan modal, pada masa pandemic Covid19 di Kota Magelang juga terjadi

penurunan omzet penjualan pada UMKM. Kata Omzet berarti jumlah, sedang

penjualan berarti kegiatan menjual barang yang yang bertujuan mancari laba atau

pendapatan. Omzet penjualan berarti jumlah penghasilan atau laba yang diperoleh

dari hasil menjual barang atau jasa. Chaniago (2002) memberikan pendapat tentang

omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil

penjulan suatu barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu. Swastha (2005)

memberikan pengertian omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan

suatu produk barang-barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun

waktu tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses akuntansi. Definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah

penjualan barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan

jumlah uang yang diperoleh dan berdasarkan volume. Rata-rata penurunan omset

penjualan UMKM dapat dilihat dalam gambar 1.2 di bawah ini.

0%
10-30%
15% 9% 30%-50%
23% 50-70%
24%
>70%
29%
9

Gambar 1.2 Penurunan omset UMKM Kota Magelang Tahun 2020

Sumber: Hasil Pra Survey UMKM Kota Magelang (Juli, 2020)

Berdasarkan Gambar 1.2 dapat diketahui rata-rata penurunan omzet karena

Pandemi Covid-19 hasil pra survey (Juli, 2020) dari 34 responden dari masing-

masing kecamatan Kota Magelang. Sebesar 9% pelaku usaha UMKM tidak

mengalami penurunan.Sebesar 15% pelaku UMKM mengalami penurunan lebih

dari 70%.Sebesar 23% pelaku UMKM mengalami penurunan 10% hingga

30%.Sebesar 24% pelaku UMKM mengalami penurunan 50% hingga

70%.Sebesar 29% pelaku usaha UMKM mengalami penurunan 30% -

50%.Sehingga dapat disimpulkan sebagian besar pelaku UMKM mengalami

penurunan omset sebesar 30% hingga 50%.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Artini (2019) dijelaskan bahwa,

secara parsial modal adalah variabel yang dominan yang akan mempengaruhi

pendapatan. Semkin tinggi modal maka jumlah tigkat produksi akan meningkat

dan pendapatan juga akan ikut meningkat. Dalam penelitian ini juga dijelaskan

bahwa tenaga kerja juga memeliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan

UMKM. Hal ini terjadi karena apabila tingkat tenaga kerja meningkat maka hasil

produksi yang dilakukan oleh UMKM juga akan meningkat. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Firdausa (2013), menyimpulkan bahwa lama usaha memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan. Semakin lama pedagang

menjalani usahanya, maka semakin banyak pengalaman yang didapatkannya.

Sehingga pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

pendapatan yang diperoleh. Namun belum tentu usaha yang memiliki pengalaman
10

lebih singkat pendapatannya lebih sedikit dari pada usaha yang memiliki

pengalaman lebih lama.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eddyono dan Suzana (2020),

mengatakan bahwa krisis akibat Covid-19 ini terjadi secara simultan, sehigga

akibatnya semakin dirasakan oleh kelompok rentan yang semakin terpuruk,

diantaranya adalah kelompok usaha yang membutuhkn keramaian massa,

kelompok pekerja harian lepas, pedagang kaki lima, para buruh yang terdampak

PHK, petani dan masyarakat miskin. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Maheswara dkk (2016), tingkat pendapatan yang diperoleh sebuah UKM

dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah penjualan yang didapat dari UKM

tersebut. Dalam usahanya sebuah UKM pasti akan melakukan berbagai cara untuk

meningkatkan jumlah penjualan baik dari strategi marketing, meningkatkan

kualitas pelayanan, ataupun memperindah tampilan toko atau usahanya, sehingga

dapat menarik para pembeli. Dari berbagai fenomena tersebut, maka peneliti

tertarik untuk meneliti bagaimana pendapatan UMKM di Kota Magelang selama

pandemik COVID-19 tahun 2020.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dalam penelitian ini,

dapat diidentifikasikan permasalahan yang terjadi antara lain:

1. Pandemi covid yang terjadi semenjak akhir tahun 2019 sampai saat ini

memberikan dampak yang sangat signifikan kepada para pelaku UMKM di

Kota Magelang. Banyak dari mereka yang mengeluhkan bahwa

pendapatan yang mereka peroleh kian menurun, modal habis digunakan


11

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan produksi, tenaga kerja banyak

yang dirumahkan dan menurunya daya beli masyarakat sehingga

menyabakan pendapatan UMKM berkurang pada tahun 2020.

2. Pandemi Covid-19 di Kota Magelang menyebabkan penurunan modal

yang dimiliki oleh para pelaku UMKM pada tahun 2020. Hal ini terjadi

karena rata-rata modal usaha yang dimiliki olah UMKM di Kota Magelang

adalah modal milik pribadi, sehingga ketika pendapatan menurun maka

uang modal digunakan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari atau

kebutuhan lainnya yang mendesak yang tidak dapat ditutup dari halil

keutungan pendapatan atas usaha yang dijalankan.

3. Adanya pandemi Covid-19 menyebabkan banyak UMKM yang

mengurangi jumlah tenaga kerja yang mereka miliki di tahun 2020. Hal ini

terjadi karena para pelaku UMKM mengurangi jumlah produksinya karena

menurunnya jumlah permintaan dari konsumen. Sehingga mereka

mengurangi jumlah karyawan untuk mengurangi jumlah modal produksi

yang digunakan yaitu mambayar gaji karyawan.

4. Lamanya usaha yang dilakukan oleh para pelaku UMKM di Kota

Magelang pada tahun 2020 juga mempengaruhi jumlah penghasilan para

pelaku UMKM. Namun lama usaha juga tidak menjamin pendapatannya

lebih tinggi dari pada UMKM yang baru saja merintis usaha. Namun

lamanya UMKM berdiri dapat memberikan pengalaman bagaimana

konsumen itu meminta produk mereka sehingga dapat berkembang lebih

baik kedepannya.
12

5. Semenjak diumumkannya pandemi Covid-19 di Indonesia pada pertengah

maret Indonesia memberlakukan lockdown di beberapa daerahnya

termasuk di Kota Magelang. Hal ini menjadi salah satu penyebab

menurunnya pendapatan UMKM di Kota Magelang pada tahun 2020.

Seperti contoh UMKM yang menjual kerajinan di Wisata Kyai Langgeng

Kota Magelang juga mengeluhkan bahwa banyak pengunjung yang datang

tapi daya beli mereka berkurang sehingga pendapatan menurun.

6. Selama pandemi Covid-19 pembatasan pengunjung/ pembeli pada tempat

wisata, restoran, pameran dan lainnya di Kota Magelang menyebabkan

penurunan pendapatan para pelaku UMKM di Kota Magelang tahun 2020.

Hal ini terjadi karena jumlah pembeli/ pengunjung yang berkurang

menyebabkan produksi barang yang dimiliki menjadi lebih lama habisnya

yang biasanya habis dalam 3 hari menjadi habis dalam waktu satu minggu.

Hal ini jelas sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh

para pelaku UMKM di Kota Magelang.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah maka pertanyaan

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan pelaku UMKM di Kota

Magelang?

2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan pelaku UMKM di

Kota Magelang?

3. Bagaimana pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pelaku UMKM di


13

Kota Magelang?

4. Bagaiman dampak Pandemi Covid-19 terhadap pendapatan pelaku

UMKM di Kota Magelang?

5. Bagaimana pengaruh pengunjung / pembeli terhadap pendapatan pelaku

UMKM di Kota Magelang ?

6. Bagaimana pengaruh modal, tenaga kerja, lama usaha, pandemi Covid-19

dan pengunjung/ pembeli secara bersama-sama terhadap pendapatan

pelaku UMKM di Kota Magelang ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh modal terhadap pendapatan pelaku UMKM

di Kota Magelang.

2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan pelaku

UMKM di Kota Magelang.

3. Untuk menganalisis pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pelaku

UMKM di Kota Magelang.

4. Untuk menganalisis dampak pandemikCOVID-19 terhadap pendapatan

pelaku UMKM di Kota Magelang.

5. Untuk menganalisis pengaruh pengunjung / pembeli secara bersama-sama

terhadap pendapatan pelaku UMKM di Kota Magelang

6. Untuk menganalisis pengaruh modal, tenaga kerja, lama usaha, pandemi

covid-19 dan pengunjung/ pembeli secara bersama sama terhadap

pendapatan pelaku UMKM di Kota Magelang.


14

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan

masyarakat berkaitan dengan pendapatan UMKM sebelum dan selama

COVID-19 di Kota Magelang

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan pedoman sebagai

langkah awal bagi penelitian selanjutnya dengan tema yang sama

sehingga penelitian ini dapat lebih berkembang.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam

membuat kebijakan terkait dampak COVID-19 terhadap pendapatan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Magelang.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi seluruh masyarakat

untuk sadar akan adanya dampak COVID-19 terhadap pendapatan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Magelang.

Anda mungkin juga menyukai