Anda di halaman 1dari 67

EFEKTIVITAS PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM DALAM UPAYA

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PELAKU UMKM

(STUDI PADA DINAS KOPERASI, UKM, PERDAGANGAN, DAN


PENINDUSTRIAN (DKUKMPP) KOTA CIREBON TAHUN 2023)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

SALSABILA RAHADEVI
205030100111091

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2023
DAFTAR ISI

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menyejahterakan setiap warganya merupakan tujuan dari dibentuknya

sebuah negara. Pemerintah memiliki peran penting serta strategis dalam

penyelenggaraan kehidupan bernegara. Terselenggaranya kehidupan

bernegara memiliki tujuan untuk mencapai tujuan bernegara, yaitu untuk

melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan serta kesejahteraan seluruh

warganya. Secara umum, pemerintah memiliki tugas untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat dengan mengutamakan kepentingan publik.

Keberhasilan pemerintahan sebagai penyelenggara negara, baik pemerintah

pusat maupun daerah, ditentukan melalui kemampuannya dalam

menyejahterakan rakyatnya secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang

No.11 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1, kesejahteraan sosial merupakan suatu

keadaan yang memenuhi berbagai kebutuhan, yaitu; kebutuhan akan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup dengan layak dan dapat

mengembangkan diri, sehingga mereka dapat melaksanakan fungsi sosial

yang ada. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kesejahteran sosial

merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang

berlangsung secara sistematis, baik yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial

maupun di kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat, untuk

1
memenuhi kebutuhan hidup perorangan, keluarganya dan masyarakat. Selain

kesejahteraan sosial juga ada kesejateraan

2
ekonomi. Rintuh dan Miar (2009) menyatakan bahwa Pengembangan konsep

kesejahteraan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk membandingkan

apakah kondisi perekonomian menuju kepada keadaan yang lebih baik atau

lebih buruk. Beberapa konsep tentang kriteria kesejahteraan masyarakat

bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan kebijakan ekonomi terutama

dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Sumarto (2010) menjelaskan saat

berjalannya roda perekonomian yang berlandaskan kepentingan serta

kebutuhan masyarakat, dibutuhkan tata nilai dalam kehidupan ekonomi yang

kokoh dan berbasis kerakyatan. Ekonomi berbasis kerakyatan disini berarti

tidak hanya mementingkan kepentingan segelintir atau sekelompok kecil

masyarakat yang memegang modal dalam skala mayoritas. Ekonomi berbasis

kerakyatan diharuskan agar dapat menggerakan komunitas ekonomi kelas

bawah,kelas menengah, maupun kelas atas. Dalam hal ini UMKM dapat

menjadi ekonomi kelas bawah,kelas menengah,maupun kelas atas.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, UMKM atau

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memiliki pengertian sebagai Usaha

Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam

undang-undang. Usaha Kecil, merupakan usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, dan dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

3
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Usaha Menengah

merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dan dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran

signifikan dalam perekonomian negara berkembang. Menurut Bank Dunia

(2020), sejumlah 90% dari entitas bisnis merupakan UMKM dengan

kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja global mencapai 50%. Selain

itu, usaha kecil dan menengah formal berkontribusi terhadap 40% produk

domestik bruto (PDB) di negara berkembang. Pada RPJMN 2014-2019,

pemerintah menekankan kebijakan untuk meningkatkan daya saing UMKM

dan koperasi agar menjadi usaha berkelanjutan dan berskala besar.

Sedangkan, pada RPJMN 2020-2024, pemerintah berkomitmen untuk

menguatkan kewirausahaan dan UMKM guna meningkatkan nilai tambah

ekonomi, lapangan kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekon omian

melalui lima area prioritas, yaitu mengembangkan sumber daya manusia

(SDM), meningkatkan akses ke jasa keuangan, meningkatkan nilai tambah

produk UMKM di pasar domestik dan internasional, memperkuat

kemitraan, serta memperbaiki peraturan dan kebijakan yang memengaruhi

keberlangsungan UMKM.

4
Kontribusi UMKM terhadap PDB
(dalam persen %)
61.2
61.07 61.09
61 61
60.8
60.6
60.4 60.34
60.2
60 60
59.8
59.6
59.4
2018 2019 2020 2021 2022

UMKM

Gambar 1. Kontribusi UMKM ke PDB tahun 2018-2022


Sumber: Data Kemenkop UKM, 2023

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah pada tahun 2023 menunjukkan bahwa pada tahun 2018

kontribusi UMKM terhadap PDB sebesar 60,34%, namun mengalami

penurunan sebesar 0,34% tahun 2019 menjadi 60,00%. Kemudian pada

tahun 2020 kontribusi UMKM terhadap PDB mengalami peningkatan

sebesar 1,00% menjadi 61,00%. Selanjutnya pada tahun 2021 dan tahun

2022 mengalami peningkatan tidak signifikan dimana kontribusi UMKM

terhadap PDB sebesar 61,07% dan 61,09%.

5
Tabel 2. Kontribusi UMKM terhadap Tenaga Kerja
Unit 201 201 201 201 201 201 201 2017 2018
Usaha 0 1 2 3 4 5 6 * *
UMKM 97.2 97.2 97.2 97.1 96.9 96.7 97.0 96.8 97.0
8 7 4 6 9 1 4 2 0
Mikro 90.9 90.8 90.7 90.1 88.9 86.9 89.3 87.7 89.0
7 3 7 2 0 6 1 3 4
Kecil 3.5 3.73 3.75 4.09 4.73 5.73 4.65 5.44 4.84
6
Meneng 2.74 2.71 2.72 2.94 3.36 4.01 3.09 3.64 3.13
ah
Besar 2.72 2.73 2.76 2.84 3.01 3.29 2.96 3.18 3.00
Sumber: Data Kemenkop UKM *Angka sementara

Sementara itu, dapat dilihat melalui Tabel 2, persentase tenaga kerja

sektor UMKM menunjukkan bahwa UMKM adalah penyerap tenaga kerja

utama di Indonesia. Kontribusi tersebut konsisten mencapai 97 persen dari

2010 hingga 2018. Namun, perlu dilihat kembali bahwa penyerapan terbanyak

terjadi pada usaha mikro, dengan nilai asetnya cukup kecil jika dibandingkan

dengan yang lain.

6
Gambar 1.1: Statistik Pertumbuhan UMKM di Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik
UMKM merupakan salah satu usaha dengan tingkat pertumbuhan

paling tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan

UKM pada tahun 2019, Indonesia memiliki 65,5 juta usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM). Jumlah itu meningkat 1,98% dibandingkan pada 2018

yang sebanyak 64,2 juta unit. Adapun, jumlah UMKM pada angka tersebut

setara dengan 99,99% dari total unit usaha di Indonesia. UMKM juga menyerap

119,6 juta orang atau 96,92% dari total tenaga kerja Indonesia. Angka ini

meningkat 2,21% dari tahun sebelumnya yang sebesar 116,9 juta orang. Ini

membuktikan bahwa dampak dan kontribusi dari UMKM yang sangat besar

terhadap pengurangan tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan semakin

banyaknya keterlibatan tenaga kerja pada UMKM itu akan membantu

mengurangi jumlah pengangguran di negara ini. Tren positif ini yang perlu

terus dijaga pertumbuhannya agar sektor UMKM dalam skala yang besar

mampu mengatasi masalah pengangguran di Indonesia.

7
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menyatakan, tujuan Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial. Jika kita kaitkan pemberdayaan UMKM dengan tujuan

bernegara memiliki keterkaitan tentang bagaimana negara berusaha memajukan

kesejahteraan umum melalui pemberdayaan UMKM. Untuk dapat

meningkatkan kinerja UMKM diperlukan sumber daya manusia yang

berkualitas agar UMKM mampu menghadapi persaingan bisnis yang semakin

ketat di masa pandemi.

Gambar 1.2 : Jumlah Pelaku UMKM tahun 2022

8
Sumber : kementrian koperasi, UKM, 2022
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sepanjang 2022 telah terjadi

peningkatan jumlah pelaku UMKM di Indonesia dengan baik, angkanya telah

mencapai 8,71 juta unit. Berdasarkan data tersebut, Jawa Barat merupakan

urutan pertama jumlah UMKM paling banyak yang mencapai 1,49 juta unit

usaha. Sementara provinsi dengan jumlah terendah adalah Papua dengan

jumlah 3,9 ribu unit.

Meskipun UMKM berjumlah banyak dan berkontribusi besar, tetapi masih

ada beberapa hambatan serta permasalahan yang masih dihadapi para pelaku

UMKM baik secara internal maupun secara eksternal. Secara internal,

keberadaan UMKM banyak yang dihadapkan dengan masalah terkait

keterbatasan modal, teknik produksi, pangsa pasar, manajemen serta teknologi,

tidak memiliki kekuatan dalam pengambilan keputusan dan pengawasan

keuangan serta rendahnya daya saing. Sedangkan secara eksternal lebih banyak

menghadapi masalah terkait persoalan perizinan, bahan baku, lokasi pemasaran,

sulitnya memperoleh kredit bank, iklim usaha yang kurang kondusif,

kepedulian masyarakat dan kurang pembinaan (Prasetyo, 2008).

Permasalahan lain yang dihadapi UMKM yaitu mengenai adanya

keterbatasan sumber daya, baik itu dalam hal keuangan, pengetahuan, atau

jaringan. Program pembinaan dapat membantu mengatasi keterbatasan ini

dengan menyediakan pelatihan, konsultasi, dan akses ke jaringan yang

mendukung. (Redi et al., 2022).

Meskipun UMKM mengalami peningkatan jumlah, masih banyak diantara

mereka yang belum dapat berkembang sesuai harapan, dan di dalam

9
pelaksanaannya ada banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini, salah

satunya kendala mengenai pengetahuan akan pemanfaatan digitalisasi yang

belum dimiliki pengelola usaha. (Liviawati, 2020). Permasalahan ini terjadi

hampir pada seluruh pelaku UMKM di Indonesia termasuk UMKM yang ada di

Kota Cirebon.

Dalam pasar global yang kompetitif, UMKM sering kali harus

meningkatkan daya saing mereka agar dapat bertahan. Program pembinaan

dapat membantu UMKM dalam mengidentifikasi keunggulan kompetitif

mereka dan mengembangkan strategi untuk memperkuat posisi mereka di pasar

global. Pada realitanya, masih banyak pelaku UMKM yang mengandalkan

metode tradisional, serta penggunaan teknologi pada pelaku UMKM masih

terbatas dan belum mengikuti perkembangan teknologi informasi yang sesuai

dengan kemajuan dalam revolusi industri (Sari & Komalasari, 2021).

Perubahan teknologi dan dinamika pasar global dapat menjadi tantangan

bagi UMKM yang tidak memiliki sumber daya atau pengetahuan untuk

beradaptasi. Program pembinaan dapat membantu UMKM dalam memahami

tren pasar, mengadopsi teknologi baru, dan meningkatkan inovasi dalam

produk dan layanan mereka. Hal ini sesuai dengan penelitian Maurina &

Rusdianto (2023), yang menyebutkan dampak globalisasi telah menciptakan

persaingan yang sangat ketat dalam perdagangan internasional, yang pada

akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan

bagi sebagian besar masyarakat secara merata.

10
Pelaku UMKM seringkali memiliki keterbatasan dalam hal pertumbuhan,

dalam hal ini, mereka perlu mencari peluang di pasar global untuk berkembang

lebih lanjut. Program pembinaan dapat membantu UMKM dalam memahami

pasar global, menavigasi persyaratan perdagangan internasional, dan memasuki

pasar baru dengan lebih percaya diri. Saat ini, yang menjadi salah satu

hambatan utama bagi para pelaku UMKM di Kota Cirebon adalah kesulitan

para pelaku usaha dalam melakukan pemasaran dan promosi produk secara

luas, terutama melalui platform digital.

Salah satu masalah yang banyak dirasakan oleh pelaku UMKM Kota

Cirebon saat ini lebih kepada sulitnya pelaku usaha dalam melakukan pemasaran

dan promosi produk secara luas, karena banyak dari mereka yang belum melek

terhadap teknologi. Menurut berita yang dimuat pada web

rejabar.republika.co.id, Jawa Barat, menyatakan bahwa hanya 25% pelaku

UMKM yang masuk digital, terutama dalam hal pemasaran dari jumlah 2.060

UMKM, baru 25% yang masuk ke digital (UKM DKUKMPP)

Masih banyak pelaku UMKM di Kota Cirebon yang masih didominasi

oleh warga yang belum terlalu paham dengan digitalisasi. Sehingga, ketika ada

penyuluhan dan bimbingan teknis (bimtek), mereka belum dapat

mengimplementasikan hal tersebut secara langsung sebagai sarana pendukung

usahanya. Sementara itu, pelaku UMKM Kota Cirebon Yuli Hastuti mengatakan

penggunaan platform digital memang membantu dari segi penjualan, namun itu

butuh konsentrasi yang penuh. Yuli menuturkan pelatihan untuk memanfaatkan

digital memang sudah sering ia ikuti, akan tetapi belum bisa sepenuhnya beralih

11
ke digital, karena kurangnya tenaga kerja. Adanya kendala ini menunjukkan

bahwa Dinas Koperasi dan UKM Kota Cirebon belum optimal memberikan

pembinaan dan bimbingan tentang cara peningkatan pemasaran melalui

digitalisasi, belum dibekali cara untuk menganalisis peluang usaha melalui

digitalisasi.

Berikut ini data UMKM berdasarkan Dinas Koperasi dan UMKM Kota

Cirebon sebagai berikut:

Tabel 1.3: Jumlah Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2018-
2022
TAHUN JUMLAH UMKM KOTA CIREBON

2019 2206
2020 2206
2021 2206
2022 2206
Sumber: data.cirebonkota.go.id (Cirebon Satu Data)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tidak terjadi peningkatan

jumlah pelaku UMKM di Kota Cirebon dari tahun 2019 hingga tahun 2022.

Sementara berdasarkan data terkait jumlah pelaku UMKM di Indonesia terjadi

peningkatan setiap tahunnya, jumlah pelaku UMKM pada tahun 2022 telah

mencapai 8,71 juta unit. Berdasarkan grafik pada gambar 1.2 Jawa Barat

merupakan urutan pertama jumlah UMKM paling banyak yang mencapai 1,49

juta unit usaha. Tentunya berdasarkan data tersebut, jumlah kenaikan pelaku

UMKM di Indonesia tidak sejalan dengan jumlah pelaku UMKM yang ada di

Kota Cirebon yang tidak terjadi peningkatan. Dari jumlah UMKM Kota

Cirebon diatas, dapat dilihat bahwa dibutuhkan peran dari Pemerintah Daerah

12
Kota Cirebon untuk dapat memberikan pembinaan sebagai upaya

pengembangan SDM Kota Cirebon terutama untuk meningkatkan jumlah serta

potensi pelaku UMKM Kota Cirebon yang diharapkan nantinya mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Cirebon terutama bagi para

pelaku UMKM Kota Cirebon.

Berdasarkan informasi dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perdagangan,

dan Pendindustrian Kota Cirebon Tahun 2021, beberapa permasalahan yang

dihadapi pelaku UMKM diantaranya adalah masih banyak pelaku UMKM yang

belum paham terkait masalah perizinan, sehingga banyak dari mereka yang

belum memiliki izin usaha yang menyebabkan pelaku UMKM tidak

mendapatkan kepastian hukum, tidak mendapatkan pendampingan pembinaan

dan pengembangan usaha serta tidak mendapatkan sarana pemberdayaan dari

Dinas Koperasi dan UKM Kota Cirebon, kurangnya inovasi dari pelaku

UMKM untuk menciptakan produk terbaru, masih banyak pelaku UMKM yang

belum memanfaatkan pemasaran secara online/digital, serta belum

terbangunnya jiwa kewirausahaan yang dimiliki pelaku UMKM.

Saat ini perkembangan penduduk Kota Cirebon dari data Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cirebon tahun 2022 mencapai 2,3 juta

orang. Seharusnya, dengan jumlah tersebut Dinas Koperasi dan UKM Kota

Cirebon dapat mengoptimalkan kinerja mereka untuk menciptakan UMKM

agar dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, dengan perkembangan

penduduk Kota Cirebon dapat menjadikan banyak UMKM tumbuh baru.

13
Dengan perkembangan yang semakin maju seharusnya perkembangan UMKM

yang ada di Kota Cirebon juga harus maju walaupun pada kenyataannya tidak

sesuai. Permasalahan yang muncul melalui data yang penulis dapatkan, yaitu

jumlah pelaku UMKM Kota Cirebon tidak meningkat dan berkembang sesuai

harapan, dimana dalam pelaksanaannya terdapat banyak faktor penyebab

kondisi seperti kendala mengenai pengetahuan yang dimiliki pengelola usaha,

juga berkenaan dengan kemampuannya mengelola usaha dan juga penerapan

teknologi yang berkembang saat ini serta faktor lainnya.

Dinas Koperasi dan UKM Kota Cirebon memiliki wewenang untuk

memberikan pembinaan terhadap pelaku UMKM Kota Cirebon. Dengan

dilakukannya pembinaan dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Cirebon

diharapkan pelaku UMKM mendapatkan pengetahuan serta pelatihan secara

luas dan secara langsung agar lebih kompeten serta dapat mengembangkan

inovasi-inovasi terbaru terkait produk yang dipasarkan. UMKM memiliki peran

yang sangat penting, karena sebagian penduduknya masih berpendidikan

rendah dan hidup dalam kegiatan usaha mikro dan kecil baik di sektor

tradisional maupun internasional. Pembinaan oleh Dinas Koperasi dan UKM

Kota Cirebon memiliki upaya agar dapat meningkatkan produktivitas kerja

Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan cara mengadakan program-program

yang sudah ditentukan oleh pemerintah maupun oleh Dinas Koperasi dan UKM

Kota Cirebon. Berikut ini merupakan capaian pelaksanaan UKM Kota Cirebon.

14
Tabel 1.4 Data Capaian Penyelenggaraan UKM di Kota Cirebon

Indikator Target Data Realisa Keterangan


Sasaran Tahun tahun si 2022
2022 2021
Jumlah 7 unit 7 unit 21 unit Capaian
Koperasi Sehat melebihi target
Jumlah UMKM 200 unit 287 992 unit Capaian
yang dibina unit Jumlah
UMKM yang
dibina sudah
melebihi target
Jumlah PKL 200 297 500 unit Capaian pada
yang dibina PKL unit 2022
sesuai dengan meningkat
lokasi yang Jumlah PKL
ditentukan meningkat dari
tahun 2021
Terkendalinya 3,94 % 1,81% 2,85% Capaian
Laju dibawah target
Inflasi,Kepokm
as, Barang
Penting lainnya
Peningkatan 2.832.52 4.450. 15.476. Capaian
Volume Ekspor 9 KGS 695,45 262 melebihi target
KGS KGS
Peningkatan 7.187.69 11.186 60.736. Capaian
Nilai Ekspor 8 USD .632,4 470 melebihi target
USD USD
Jumlah UTTP 1720 1407 778 Capaian belum
Unit Unit Unit memenuhi
target
Peningkatan 24 IKM 30 50 IKM Capaian
Kompetensi IKM Kinerja
SDM IKM melebihi target
Jumlah Wira 24 WUB 75 30 Capaian
Usaha Baru WUB WUB Kinerja
IKM mengalami
penurunan
dibanding
tahun 2021
Tingkat 81 Point 80,44 82 Capaian kinerja
kepuasan melebihi target
terhadap kinerja
DKUKMPP
Sumber: DKUKMPP Kota Cirebon, 2023

15
Banyak program pembinaan UMKM didukung oleh pemerintah, organisasi

non-pemerintah, atau lembaga keuangan internasional. Dukungan ini mencakup

pelatihan, pendanaan, bantuan teknis, dan akses ke pasar baru, yang dapat

membantu UMKM untuk bersaing secara global. Kepentingan UMKM tidak bisa

dipungkiri karena berhasil bertahan dan menjadi salah satu pendorong utama

ekonomi Indonesia saat menghadapi krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu.

Namun, globalisasi juga telah menciptakan persaingan sengit dalam perdagangan

internasional, yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya

kesejahteraan bagi sebagian besar masyarakat. Dengan peran penting pemerintah

dalam mendukung strategi untuk meningkatkan daya saing dan pertumbuhan

UMKM, maka dibutuhkan peran pemerintah dalam regulasi dan

pembinaan( Maurina & Rusdianto, 2023).

Program pembinaan sering kali menciptakan kesempatan untuk kolaborasi

dan berbagi pengetahuan antara UMKM, baik itu dalam bentuk kelas pelatihan,

seminar, atau forum komunitas. Melalui kolaborasi ini, UMKM dapat belajar satu

sama lain, memperluas jaringan mereka, dan menciptakan peluang bisnis baru di

pasar global.

Dengan demikian, program pembinaan UMKM dapat memberikan landasan

kuat bagi pelaku UMKM untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang

di pasar global. Ini membantu meningkatkan keberhasilan dan ketahanan UMKM

dalam menghadapi lingkungan bisnis yang berubah-ubah secara global. Menurut

penelitian (Winata, 2023), menyatakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) Indonesia memiliki potensi untuk menjadi penyedia berbagai produk

16
dan layanan yang berkualitas, serta dapat meningkatkan daya saing mereka

melalui inovasi, peningkatan mutu, dan efisiensi yang ditingkatkan. Kesuksesan

UMKM dalam menjual ke luar negeri juga dapat membantu mengurangi

ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan baku utama serta memberikan

variasi ekonomi yang lebih seimbang. Hal ini melatar belakangi pentingnya peran

pembinaan UMKM agar bisa bersaing dan mengurangi produk-produk impor.

Berdasarkan uraian diatas dapat diuraikan beberapa fenomena mengenai

Program Pembinaan UMKM diantaranya :

1. Pelaku UMKM Kota Cirebon masih banyak yang mersa kesulitan dalam

melakukan pemasaran dan promosi produk secara luas karena kurangnya

pengetahuan dalam penggunaan teknologi.

2. Masih banyak pelaku UMKM Kota Cirebon yang belum terdata dan belum

memiliki surat izin usaha. Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang menyatakan Pasal 36 (1)

Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dalam melakukan

usahanya harus memiliki bukti legalitas usaha.

3. Jumlah UMKM yang semakin banyak tidak mampu tumbuh dan

berkembang.

Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui efektivitas

program pembinaan UMKM yang telah dilaksanakan oleh Dinas Koperasi dan

UKM Kota Cirebon. Dengan adanya penelitian ini diharapkan nantinya Dinas

Koperasi dan UKM Kota Cirebon dan pemerintah setempat agar dapat

menjalankan program-program yang telah dirancang oleh pemerintah dengan

17
efektif, sehingga program-program yang berjalan diharapkan mampu

menaikkan kesejahteraan bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah

di Kota Cirebon.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Program Pengembangan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pelaku UMKM”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana efektivitas Program Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pelaku UMKM di Kota

Cirebon?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam Program

Pengembangam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Pelaku UMKM di Kota Cirebon?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraikan diatas, maka

penulis dalam penelitian ini membuat tujuan untuk:

a. Mengetahui dan menjelaskan efektivitas Program Pengembangan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pelaku

UMKM di Kota Cirebon.

18
b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam Program

Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam

meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM di Kota Cirebon.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian

ini diharapkan mempunyai manfaat terhadap UMKM baik secara langsung

maupun tidak langsung. Berikut ini manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas

wawasan dan menambah pengetahuan dalam bidang ekonomi terkhusus

UMKM serta dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan bahan

bacaan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis

Diharapkan penelitian ini dapat memperluas dan mendalami

bidang sumber daya manusia khususnya dan manajemen pada

umumnya serta sebagai sarana berpikir dan berlatih dalam

menghadapi masalah untuk kemudian mencapai jalan pemecahannya.

2) Bagi Dinas Koperasi dan UMKM

Diharapkan Dinas dapat mengetahui seberapa efektif

pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan UMKM,

sehingga UMKM bisa lebih terbina dan berkembang lebih baik lagi.

3) Lembaga Pendidikan

19
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi atau

penelitian yang berhubungan dengan ekonomi terkhusus UMKM

4) Bagi Pihak Lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan pengembangan pengetahuan lebih lanjut dan

digunakan sebagai perbandingan untuk permasalahan sejenis dalam

melakukan analisis efektivitas UMKM.

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.5 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2017), dengan judul “Efektivitas

Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Kota Samarinda (Studi Pada Dinas Koperasi dan UMKM Kota

Samarinda)”. Menghasilkan temuan bahwa Dinas Koperasi dan UMKM di

Kota Samarinda memiliki peran penting dalam memberikan pelatihan,

sosialisasi, pemberdayaan, pembinaan, dan pengawasan kepada para pelaku

UMKM yang ada di kota Samarinda. Beberapa Faktor penghambatnya yaitu

kurangnya dana atau biaya sehingga membatasi pengadaan kegiatan

pelatihan. Faktor Selanjutnya yaitu Sumber Daya Manusia yang belum

memadai dalam melaksanakan kegiatan UMKM. Selain itu terdapat faktor

kemampuan teknik produksi dan manajemen terbatas, dan pemasaran yang

relatif sulit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data

kualitatif dengan Teknik anali sis data yang digunakan yaitu model interaktif

yang terdiri dari kondesasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2021), dengan judul

“Efektivitas Program Pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Tampan”.

Menghasilkan temuan penelitian bahwa pembinaan yang dilakukan oleh Dinas

21
Koperasi dan UKM di lapangan belum efektif. Hal tersebut sesuai dengan

indikator yang digunakan

22
dalam penelitian yaitu Ketepatan sasaran, Sosialisasi program, Tujuan

program, serta Pemantauan program. Hasil dari keempat indikator ini belum

sepenuhnya tercapai sehingga berdampak pada pembinaan UMKM yang ada

di kecamatan Tampan. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pandemic covid-

19 sehingga kesulitan dalam anggaran. Metode yang digunakan dengan

analisis kualitatif berupa teknis analisis deskriptif.

Penelitian yang dilakukan oleh Arini et al., (2018), dengan judul

“Efektivitas Inkubator Bisnis dalam Pelaksanaan Pembinaan Usaha

Masyarakat Kecil Menegah”. Menghasilkan temuan bahwa Cikal USU efektif

melalui dua pendekatan yang dilakukan selama penelitian yaitu Pendekatan

Sasaran (Goal Approach) di ukur melalui Kemampuan berlaba dan Pencarian

sumber daya. Selain itu pendekatan Proses (Process Approach) melalui

berbagai indikator internal organisasi yaitu Produktivitas, Kemampuan

adaptasi atau fleksibilitas, dan Kepuasan kerja. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif denagn metode

deskriptif.

Penelitian yang dilakukan Rosita & Simanjuntak (2022), dengan judul

“Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) Di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.” Menghasilkan

temuan bahwa pelaksanaan program UMKM telah efektif dilaksanakan.

Namun masih harus ada perbaikan dan perkembangan UMKM dapat

meningkatkan hasil usahanya. Selain itu faktor penghambat dari pelaksanaan

program berupa sosialisai yang masih harus diperbaiki. Diperlukan dukungan

23
dari perusahaan lokal dalam berkontribusi membangun daerah melalui

pemberdayaan UMKM. Metode yang digunakan merupakan penelitian

kualitatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Tampongangoy et al., (2017), dengan

judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Pengembangan UKM Di Dinas

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Manado”.

Menghasilkan temuan dari kemampuan sumber daya manusia yang sudah

dimiliki dinas Koperasi ini efektif, karena mereka sudah memberikan

wawasan tentang pembinaan dan pelatihan untuk Usaha Kecil dan Menengah

sesuai dengan undang-undang. Namun masih diperlukan konstruksi dalam hal

rasa tanggung jawab agar dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan

baik dalam meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil dan menengah bukan

untuk kepentingan pribadi, birokrasi, atau jenis tertentu untuk mencapai tujuan

adalah efisien. Metode dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitian

kualitatif dengan penelitian kontekstual yang menjadikan manusia sebagai

instrumen, dan disesuaikan dengan situasi yang wajar dalam kaitannya dengan

pengumpulan data.

Penelitian yang dilakukan oleh Renaldy & Herdianto (2020), dengan

judul “Analisis Peran DPKUKM terhadap Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil

Menengah Studi Kasus: DPKUKM Kota Cirebon”. Memperoleh temuan

penelitian bahwa Pemerintah kabupaten melalui Dinas Perdagangan Koperasi

Dan Usaha Kecil Menengah dapat memanfaatkan UKM untuk pengentasan

kemiskinan didaerahnya. Karena itu, pemerintah Kabupaten Cirebon malalui

24
kewenangan pembuatan peraturan agar bisa memberdayakan UKM.

Pemberdayaan dimaksudkan untuk menjadikan UKM sebagai usaha yang

tangguh dan mandiri dalam perekonomian nasional. Proses pemberdayaan

melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Dalam hal ini,

pemerintah Kabupaten Cirebon tidak menciptakan iklim usaha yang kondusif

serta melakukan pembinaan dan pengembangan berupa pembinaan dan

pendampingan lainnya. Metode yang digunakan yaitu jenis penelitian

kualitatif deskriptif dengan metode kajian Pustaka. Teknik pegumpulan data

yang digunakan dengan dokumen atau catatan sebagai sumber datanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Mirani et al., (2022), dengan judul

“Efektifitas Program Palembang Go-Digital Bagi Pelaku UMKM di Masa

Pandemi Covid-19”. Memperoleh temuan penelitian menunjukkan bahwa

program ini belum efektif. Analisis faktor pendukung menunjukkan bahwa

program ini memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam memasarkan

produknya, sehingga dukungan berasal dari pelaku usaha yang antusias

dengan program ini, namun dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa faktor

penghambat menjadi kendala dalam pelaksanaannya, antara lain kurangnya

sosialisasi, rendahnya penguasaan teknologi. Pelaku UMKM, pengurangan

anggaran program akibat pandemi, kurangnya SDM pelaksana, dan kurangnya

antusiasme dukungan konsumen terhadap website media digital yang

digunakan. Program Go-Digital Palembang sebagai upaya pengembangan

UMKM di masa pandemi Covid-19 perlu dievaluasi karena kendala yang ada

dapat menjadi penghambat peningkatan usaha UMKM dalam

25
mengembangkan dan menjaga keberlanjutan usaha. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan

teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriyani et al., (2021), dengan judul

“Menganalisis Keberlanjutan Usaha Kecil dan Menengah selama Pandemi

Covid-19 di Kabupaten Bireuen, Indonesia”. Memperoleh temuan penelitian

bahwa Inovasi Produk merupakan variabel yang paling dominan (signifikan)

dalam mempengaruhi keberlanjutan UMKM. Kepatuhan dalam muamalah,

yang tercermin dalam pembayaran zakat penjualan, kejujuran dan transparansi

serta kehalalan produk, juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberlanjutan bisnis. Sementara itu, variabel metode penjualan, penguasaan

teknologi, dan perluasan pangsa pasar tidak memiliki pengaruh signifikan

terhadap keberlanjutan bisnis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kuantitatif. Selain itu, studi ini akan menganalisis

karakteristik UMKM dalam menjaga keberlanjutan mereka dengan melihat

besarnya efek dari variabel yang telah ditentukan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Lusy et al., (2019), dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan Bisnis Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)”. Memperoleh temuan penelitian

menunjukkan bahwa UMKM memiliki kelangsungan usaha yang baik melalui

pinjaman yang diberikan oleh bank-bank perkreditan rakyat di Kabupaten

Sidoarjo. Hasil lainnya menunjukkan peningkatan baik dari segi pendapatan

maupun penambahan aset yang ada, peningkatan jumlah tenaga kerja yang

26
digunakan, dan peningkatan standar hidup yang lebih sejahtera. Pada tahap

awal, ada yang belum memiliki karyawan, tetapi setelah bisnis mereka

berkembang dengan adanya kredit dari BPR, para pengusaha UMKM dapat

memiliki karyawan dan bahkan beberapa meningkatkan jumlah karyawan.

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kredit yang diberikan oleh BPR

memiliki peran yang signifikan dalam kemajuan UMKM, seperti yang di

buktikan dengan peningkatan standar hidup UMKM yang semakin sejahtera

dengan peningkatan pendapatan mereka. Melalui penelitian ini, diharapkan

Pemerintah akan memberikan perhatian lebih pada BPR, dalam bentuk

kebijakan yang memungkinkan BPR untuk bertahan menghadapi persaingan,

terutama dari bank-bank komersial. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menentukan dampak

distribusi kredit BPR terhadap kelangsungan usaha para pengusaha UMKM,

dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsani et al., (2021), dengan judul

“Strategi Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) Di Banyumas Selama Pandemi COVID-19”. Setelah

mengidentifikasi apa yang ada dalam UMKM di Kabupaten Banyumas,

menggunakan analisis SWOT, yaitu EFAS, IFAS, dan matriks SWOT. Maka

disimpulkan bahwa:

a. UMKM di Kabupaten Banyumas memiliki posisi yang sangat strategis

untuk mendukung peningkatan daya saing selama pandemi COVID-19.

27
b. UMKM di Kabupaten Banyumas berada di kuadran I, yang berarti dalam

posisi ini UMKM di Kabupaten Banyumas sangat mendukung strategi

pertumbuhan agresif untuk memperoleh keuntungan perusahaan guna

bersaing dengan entitas bisnis lainnya.

c. Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan adalah memperkuat

kemitraan dengan pemangku kepentingan dan menerapkan prinsip

membangun bisnis bersama secara saling mendukung, yaitu strategi ST.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode

deskriptif dan analisis SWOT.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama penulis Judul Persamaan Perbedaan


Putri (2017) Efektivitas 1. Objek yang 1. Lokasi
Pelaksanaan dikaji penelitian di
Program efektivitas Samarinda
Pengembangan pelaksanaan 2. Lingkup studi
Usaha Mikro Kecil program kasus lebih
dan Menengah UMKM sempit sedang
(UMKM) di Kota 2. Studi kasus yang diteliti
Samarinda (Studi pada Dinas lebih luas
Pada Dinas Koperasi dan
Koperasi dan UMKM
UMKM Kota 3. Menggunaka
Samarinda) n analisis
kualitatif
Nurjanah “Efektivitas 1. Objek yang 1. Lokasi
(2021) Program dikaji penelitian di
Pembinaan Usaha efektivitas Kecamatan
Mikro Kecil dan pembinaan

28
Menengah program Tampan
(UMKM) Pada UMKM 2. Lingkup studi
Masa Pandemi 2. Menggunaka kasus lebih
Covid-19 Di n analisis sempit sedang
Kecamatan kualitatif yang diteliti
Tampan” lebih luas
3. Melaksanakan
di masa
pandemic
Covid-19
Arini et al., Efektivitas 1. Objek yang 1. Focus
(2018) Inkubator Bisnis dikaji penelitian pada
dalam Pelaksanaan efektivitas efektivitas
Pembinaan Usaha pembinaan incubator
Masyarakat Kecil program bisnis
Menegah UMKM 2. Lingkup studi
2. Menggunaka kasus lebih
n analisis sempit sedang
kualitatif yang diteliti
lebih luas

Rosita & “Efektivitas 1. Objek yang 1. Fokus


Simanjuntak Program dikaji penelitian pada
(2022) Pemberdayaan UMKM pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil 2. Menggunaka 2. Lokasi
dan Menengah n analisis penelitian di
(UMKM) Di kualitatif Kota Dumai
Kecamatan Sungai
Sembilan Kota
Dumai.”
Tampongango Efektivitas 1. Objek yang 1. Fokus

29
y et al., (2017) Pelaksanaan dikaji penelitian pada
Program UMKM pengembangan
Pengembangan 2. Menggunaka 2. Lokasi
UKM Di Dinas n analisis penelitian di
Koperasi dan kualitatif Kota Manado
Usaha Mikro,
Kecil dan
Menengah Kota
Manado
Renaldy & Analisis Peran 1. Objek yang 1. Fokus
Herdianto DPKUKM dikaji penelitian pada
(2020) terhadap UMKM DPKUKM
Pertumbuhan 2. Menggunaka pada
Usaha Mikro Kecil n analisis pertumbuhan
Menengah Studi kualitatif UMKM
Kasus: DPKUKM 2. Lokasi
Kota Cirebon penelitian di
Kabupaten
Cirebon
Mirani et al., Efektivitas 1. Objek yang 1. Focus
(2022) Program dikaji penelitian
Palembang Go- UMKM pada aspek
Digital Bagi 2. Menggunaka teknologi
Pelaku UMKM di n analisis yaitu go-
Masa Pandemi kualitatif digital
Covid-19 2. Melaksanakan
di masa
pandemic
Covid-19
3. Lokasi
penelitian di

30
Palembang
Andriyani et al., Jurnal International 1. Objek yang 1. Melaksanakan
(2021) “Analisis dikaji di masa
Keberlanjutan UMKM pandemic
Usaha Mikro, Covid-19
Kecil, dan 2. Lokasi
Menengah selama penelitian di
Pandemi Covid-19 Kabupaten
di Kabupaten Bireuen.
Bireuen, 3. Metode yang
Indonesia” digunakan
dalam
penelitian ini
adalah metode
deskriptif
kuantitatif.
Lusy et al., Jurnal 1. Objek yang 1. Lokasi
(2019) Internasional dikaji penelitian
“Analisis Faktor- UMKM 2. Lebih banyak
faktor yang 2. Menggunaka membahas
Mempengaruhi n analisis terkait BPR.
Keberlanjutan kualitatif
Bisnis Usaha
Mikro, Kecil, dan
Menengah
(UMKM)”
Sumber: Putri (2017), Nurjanah (2021), Arini et al., (2018), Rosita &
Simanjuntak (2022), Tampongangoy et al., (2017), Renaldy & Herdianto (2020),
Mirani et al., (2022), Andriyani et al.,(2021), Lusy et al., (2019)

31
1.6 Tinjauan Pustaka
1.6.1. Administrasi Publik
1.6.1.1. Pengertian Administrasi Publik
Secara etimologi (Bahasa) kata administrasi berasal

dari Bahasa Latin (Yunani) yang terdiri atas dua kata, yaitu

“ad” dan “ministrate” yang memiliki arti “to serve” yang

dalam bahasa Indonesia berarti melayani atau memenuhi.

Dimock dan Dimock dalam.... (2008) menjelaskan bahwa

kata administrasi berasal dari kata “ad” dan “minister” yang

berarti juga “to serve”. Jadi dapat dipahami bahwa yang

dimaksud dengan administrasi adalah suatu proses pelayanan

atau pengaturan. Siagian(2008) mendefinisikan administrasi

sebagai rangkaian proses kegiatan kerja sama antara dua

orang maupun lebih berdasarkan rasionalitas tertentu dalam

mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan Secara etimologi, kata publik berasal dari Bahasa

Inggris “public” yang berarti umum, masyarakat atau negara.

Kencana dalam (2006) menjelaskan bahwa kata publik dalam

bahasa Indonesia diberi terjemahan sebagai kata “praja”, Arti

sebenarnya dari kata praja tersebut adalah rakyat, sehingga

untuk pemerintah yang melayani keperluan seluruh rakyat

diberi istilah “pamong praja” (Pelayan rakyat). Beliau

memberikan definisi bahwa kata publik itu sendiri

mempunyai arti sejumlah manusia yang memiliki kesamaan

32
berfikir, kesamaan perasaan, kesamaan harapan, kesamaan

sikap dan kesamaan tindakan yang benar dan baik,

berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Administrasi publik dapat di ibaratkan sebagai tali

penghubung antara pemerintah dengan masyarakat (publik).

Administrasi publik digunakan untuk lebih memahami

hubungan tersebut dan dapat meningkatkan responsibilitas

sebuah kebijakan publik demi keefektiifan dan keefesienan

pelaksanaanya. Dalam pengembangan administrasi publik

harus memperlihatkan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi keberhasilan atau eksistensi dari suatu bidang

yang dikelolanya, faktor lingkungan sangat berpengaruh

terhadap pengembangan administrasi publik, khususnya dari

lingkungan luar. (Malawat,2022)

Administrasi publik yang menganut prinsip-prinsip

etika yang tinggi akan selalu berusaha untuk menjaga dirinya

agar tidak terlibat dalam pelanggaran aturan. Hal ini karena

memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan tanggung

jawab dan tugas yang diberikan. Etika memainkan peran

yang sangat penting dalam mencapai tata kelola yang baik.

Salah satu tantangan dalam penyelenggaraan pemerintahan

adalah masih adanya perilaku menyimpang yang dilakukan

oleh beberapa administrator publik. Oleh karena itu,

33
pentingnya nilai-nilai etika sebagai pedoman yang harus

dipegang teguh oleh administrator publik dalam upaya

mencapai tata kelola yang baik. Yang terpenting adalah

bahwa penerapan etika dalam administrasi publik tidak hanya

berdampak pada individu itu sendiri, tetapi juga memberikan

manfaat positif bagi masyarakat secara luas, terutama dalam

mencapai tata kelola yang baik (Nuraeni, 2020).

1.6.1.2. Unsur Administrasi Publik


Menurut The Liang Gie, ada 8 unsur administrasi,

yaitu:

a. Organisasi, pentingnya organisasi dalam administrasi

publik ialah untuk mengelompokkan pekerjaan yang

harus dilakukan setiap orang serta membagikannya

kepada pihak yang terkait, termasuk dalam menetapkan

wewenang serta tanggungjawabnya masing-masing.

Sehingga bisa diartikan bahwa organisasi yang dimaksud

adalah kerjasama suatu kelompok guna mencapai tujuan

yang telah ditentukan bersama.

b. Manajemen, manajemen di sini berperan untuk

menggerakkan orang-orang yang terkait dalam organisasi

guna mengerjakan tugasnya masing-masing, hal ini

sangat penting demi tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Itulah mengapa kemampuan

34
manajer sangat diuji untuk mengerahkan setiap orang

yang ada sekaligus memanfaatkan segala fasilitas yang

tersedia guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sejak

awal.

c. Komunikasi, kegiatan ini bertujuan untuk mengatur

penyampaian berita dari satu orang kepihak yang lain

mengenai perkembangan kerjasama yang sedang

dilakukan, dengan adanya komunikasi melalui suatu

media yang dilakukan oleh pihak yang berkaitan, maka

akan timbul timbal balik serta pengertian di antara semua

pihak yang berguna untuk mencapai tujuan tertentu.

d. Kepegawaian, disebut juga sebagai rangkaian kegiatan

yang berkutat dalam penghimpunan, pencatatan,

pengolahan, penggandaan, pengiriman, penyimpanan,

pemeliharaan, penyusutan, dan pemusnahan suatu

informasi dalam organisasi. Tujuannya adalah untuk

memelihara potensi yang ada dalam diri manusia guna

tercapainya tujuan tertentu.

e. Perbekalan, perbekalan yang dimaksud di sini ialah

kegiatan yang menyangkut soal sarana dan prasarana

yang ada, bisa berupa kerja sama antar anggota organisasi

dalam memproses pengadaan dan pemeliharaan peralatan

yang dipakai hingga memilah-milah barang yang

35
sekiranya tak terpakai.

f. Keuangan, keuangan sangatlah penting guna mengatasi

masalahmasalah yang berkaitan dengan pembiayaan,

biaya yang dimaksud bisa berupa penataan maupun

pengelolaan dalam perkatoran atau perusahaan.

g. Ketatausahaan, merupakan kegiatan dalam penyediaan

layanan usaha kerjasama, baik itu berupa catatan keluar

masuknya barang yang diperlukan, serta pengiriman dan

penyimpanan fasilitas maupun informasi yang terkait.

h. Hubungan Masyarakat, Hubungan masyarakat yang

dimaksud dalam administrasi publik ialah menjaga relasi

yang terjalin antar pihak internal maupun eksternal,

disebut juga sebagai public relation dimana kegiatan

usaha kerjasama yang sedang dijalani harus bisa

menciptakan hubungan yang baik antar setiap pihak yang

terkait, tujuannya agar penyampaian keputusan yang telah

ditetapkan bisa diterima secara sukarela.

1.6.1.3. Perkembangan Paradigma Administrasi Publik


Perkembangan peradaban, pemikiran dan dinamika

masyarakat berdampak pada perkembangan ilmu

pengetahuan termasuk ilmu administrasi publik. Denhardt

dan Denhard dalam Malawat (2022) membagi perkembangan

ilmu administrasi Publik pada tiga paradigma besar, yaitu:

36
a. Paradigma Administrasi Publik Klasik (Old public

Administration) 1887-1987

Denhardt dan Denhardt dalam Malawat (2022)

menjelaskan pandangan old public administration yaitu:

1) Titik perhatian pemerintah adalah pada jasa pelayanan

yang diberikan langsung oleh instansi yang

berwenang.

2) Public policy dan administrasi berkaitan dengan

merancang dan melaksanakan kebijakan untuk

mencapai tujuan politik.

3) Administrasi publik mempunyai peranan terbatas

dalam pembuatan kebijakan dan lebih banyak

dibebani dengan fungsi implementasi kebijakan

publik.

4) Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh

administrator yang bertanggung jawab kepada pejabat

atau birokrat politik .

5) Administrasi negara bertanggung jawab secara

demokratis kepada pejabat politik.

6) Program publik dilaksanakan melalui organisasi

hirarkis, dengan manajer menjalankan puncak

organisasi.

7) Peranan administrator publik dirumuskan sebagai

37
fungsi planning, organizing, staffing, directing,

coordinating, reporting and budgeting.

Berdasarkan pandangan tersebut maka perspektif

Administrasi public klasik menempatkan organisasi

tertutup sehingga keterlibatan masyarakat dan

pemerintahan dinilai tidak penting.

b. Paradigma New Public Management (Manajemen Publik

Baru) 1990- 2000

Lahirnya konsep new public management (NPM)

pada awal tahun 1990-an merupakan reaksi terhadap

lemahnya birokrasi tradisional dalam paradigma

administrasi publik klasik. Dernhardt dan Dernhardt

dalam Malawat (2022) menjelaskan perspektif new public

management semua pimpinan/manajer didorong untuk

menemukan cara baru dan inovatif untuk mencapai hasil

maksimal atau melakukan privatisasi terhadap fungsi-

fungsi pemerintahan. NPM berkehendak meningkatkan

efisiensi, efektivitas, dan produktivitas sehingga kurang

memperhatikan keadilan sosial. Nilai-nilai ekonomis

(bisnis) yang dianut NPM seringkali bertentangan dengan

demokrasi dan kepentingan publik. Pengelolaan

pelayanan publik yang diserahkan kepada sektor swasta

pada satu sisi meningkatkan kinerja pelayanan publik,

38
namun cenderung dinikmati orang-orang yang memiliki

kekuasaan dan kekayaan.

c. Paradigma New Public Service ( Pelayanan Publik baru)

Menurut Dernhardt dan Dernhardt (dalam

Malawat 2022) perspektif NPS mengawali pandangannya

dari pengakuan atas warga negara dan posisinya sangat

penting bagi pemerintahan demokratis. Jati diri warga

negara tidak hanya dipandang semata sebagai

kepentingan pribadi namun juga melibatkan nilai,

kepercayaan, dan kepedulian terhadap orang lain. Dalam

pendekatan NPS, administrasi public tidak bisa

dijalankan seperti perusahaan swasta seperti dikehendaki

NPM karena administrasi Negara harus mampu

menciptakan suasana demokratis dalam keseluruhan

proses kebijakan public, yaitu dengan memperhatikan

kepentingan dan nilai yang hidup dalam masyarakat.

Pegawai pemerintah tidak melayani pelanggan tetapi

memberikan pelayanan untuk kepentingan demokrasi

(Dernhardt dan dernhardt dalam Malawat 2022).

1.6.2. UMKM
1.6.2.1. Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang

UMKM. (Tambunan, 2009). Menurut Undang-Undang No.

39
20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha yang dimiliki

orang perseorangan atau badan usaha perorangan yang

produktif dan memenuhi kriteria yang ditulis oleh Undang-

Undang.

a. Usaha Mikro: Usaha mikro, atau usaha dengan aset usaha

bersih sekitar $50 juta per bulan, merupakan salah satu

persyaratan yang terdapat dalam UMKM. Aset dalam

bentuk usaha atau bangunan yang menampung

perusahaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan jenis

ini.

b. Usaha Kecil : Jenis usaha yang dijalankan oleh

perseorangan namun tidak termasuk dalam badan usaha,

memenuhi syarat sebagai badan usaha UMKM. Kekayaan

tahunan usaha kecil kurang dari $300 juta, yang

merupakan kekayaan bersih yang diukur dengan tepat.

Department store, minimarket, koperasi, industri kecil,

dan lain-lain adalah beberapa contohnya.UMKM (Usaha

Menengah Kecil dan Mikro) merupakan usaha produktif

milik perorangan ataupun badan usaha perorangan.

UMKM memiliki beberapa kriteria yang di atur dalam

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008.

c. Usaha kecil yang dimaksud yaitu usaha yang di lakukan

oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

40
anak perusahaan yang di miliki, di kuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria

Usaha Kecil.

d. Usaha menengah adalah usaha yang ekonomi produktif

yang berdiri sendiri. Usaha ini bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang di miliki, di

kuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Kecil ataupun Usaha Besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan.

1.6.2.2. Klasifikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Dengan menggunakan kriteria kewirausahaan,

UMKM dapat dibagi menjadi empat bagian (Partomo, 2008)

yaitu:

a. Livelihood Activities

UMKM yang termasuk kedalam kategori ini pada

umumnya bertujuan mencari nafkah. Para pelaku usaha

dikelompok ini tidak memiliki jiwa kewirausahaan.

Kelompok ini disebut sebagai sektor informal. Di

Indonesia jumlah UMKM kategori ini adalah yang

terbesar. Contohnya pedagang kaki lima.

b. Micro Enterprises

41
UMKM ini biasanya berupa artisan (pengrajin)

dan tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Jumlah UMKM

ini di Indonesia relatif besar.

c. Small Dynamic Enterprises

Pelaku UMKM jenis ini biasanya memiliki jiwa

kewirausahaan. Banyak pengusaha skala menengah dan

besar yang tadinya berasal dari kategori ini. Jika dibina

dengan baik, sebagian UMKM kategori ini akan masuk

ke kategori keempat. Jumlah kelompok UMKM ini jauh

lebih kecil dari jumlah UMKM pada kategori I dan II.

Kelompok UMKM ini sudah dapat menerima pekerjaan

sub-kontak dan ekspor.

d. Fast Moving Enterprises

Pelaku UMKM jenis ini memiliki jiwa

kewirausahaan yang sebenarnya. Dari kelompok ini akan

muncul usaha skala menengah dan besar.

1.6.2.3. Ciri dan Karakteristik UMKM


Menurut (Koerniawati, 2009) Usaha mikro dicirikan

oleh beberapa kriteria berikut:

a. Jenis barang atau komoditas usahanya tidak selalu tetap

dan empat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu

dapat berpindah tempat, SDM belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai.

42
b. Belum melakukan administrasi keuangan, yang sederhana

sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga

dengan keuangan usaha, serta tingkat pendidikan rata-rata

relatif sangat rendah.

c. Umumnya belum memiliki akses ke perbankan, tetapi

sebagian dari mereka sudah memiliki akses ke lembaga

keuangan non-bank dan tidak memiliki izin usaha atau

persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Sedangkan Menurut (Koerniawati, 2009) Usaha kecil

dicirikan sebagai berikut:

a. Jenis usaha atau barang komoditas yang diusahakan

umumnya tidak mudah berubah, lokasi usaha umumnya

sudah menetap dan tidak berpindah-pindah

b. Pada umumnya, sudah melakukan administrasi keuangan

perusahaan sudah mulai dipisahkan dari keuangan

keluarga dan sudah membuat neraca usaha dan sudah

memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP, serta SDM memiliki pengalaman dalam

berwirausaha.

c. Sebagian sudah memiliki akses ke perbankan dalam hal

keperluan modal dan sebagian besar belum dapat

membuat manajemen usaha dengan baik, seperti business

planning.

43
Menurut (Koerniawati, 2009) Secara umum ciri-ciri

usaha menengah meliputi beberapa hal, yaitu :

a. Umumnya memiliki manajemen dan organisasi yang

lebih baik, teratur bahkan lebih modern dengan

pembagian tugas yang jelas dan elah melakukan

manajemen keuangan dengan menerapkan sistem

akuntansi dengan teratur.

b. Telah melakukan aturan atau pengeloaan dan organisasi

perburuhan, sudah menyediakan Jamsostek, pemeliharaan

kesehatan dan lain sebagainya.

c. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas, antara lain

izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya

pengelolaan lingkungan dan lain-lain.

d. Sudah memiliki akses terhadap sumber-sumber

pendanaan perbankan dan mumnya telah memiliki SDM

yang terlatih dan terdidik.

1.6.2.4. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Pengertian UMKM menurut Undang-Undang No. 20

Pasal 1 Tahun 2008 (Indonesia, 2008) adalah sebagai

berikut :

a. Usaha Mikro

Kriteria yang termasuk dalam UMKM adalah

usaha mikro yang merupakan suatu usaha atau

44
perusahaan yang memiliki aset bersih usahanya kurang

lebih 50 juta perbulan. Usaha jenis ini kekayaan yang

berupa bangunan maupun perusahaan yang menjadi

tempat usaha tidak masuk kedalam kalkulasi. Contoh

UMKM yang termasuk kedalam kriteria usaha mikro

adalah warung kelontong, peternak ayam, peternak lele,

tukang cukur dan warung nasi dan usaha sejenis lainnya

b. Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan kriteria dari sebuah badan

usaha UMKM yang mana usaha ini dikelola oleh personal

namun tidak tergolong sebagai badan usaha. Kekayaan

usaha kecil berada dibawah 300 juta per tahun yang

merupakan kekayaan bersih yang sudah dikalkulasi

secara sempurna. Contohnya seperti industri kecil,

koperasi, minimarket, toserba dan lainnya.

c. Usaha Menengah

Sebuah badan usaha bisa dikatakan usaha

menengah apabila laba bersih atau kekayaan aset dari

perusahaan mencapai 500 juta perbulan, namun kekayaan

seperti tanah dan bangunan sebagai tempat usaha didalam

jenis ini tidak dimasukkan dalam kalkulasi. Contoh dari

usaha menengah adalah usaha perkebunan, perdagangan

ekspor impor, ekspedisi muatan laut dan sejenisnya.

45
1.6.2.5. Permasalahan dan pengembangan UMKM
UMKM juga masih menghadapi berbagai

permasalahan terkait iklim usaha seperti besaran biaya

transaksi, lamanya proses perizinan, dan munculnya berbagai

pungutan. Masalah lain yaitu adanya praktik bisnis yang tidak

sehat. Selain itu, terdapat juga masalah mengenai otonomi

daerah yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan

iklim usaha yang kondusif bagi UMKM belum menunjukkan

kemajuan yang merata (Putri, 2017).

Permasalahan UMKM yang sering ditemui yaitu

banyak UMKM yang tidak bisa membaca situasi pasar dan

kurang memahami ilmu pemasaran yang baik. Sehingga

banyak UMKM yang tidak mengikuti perkembangan trend

pasar secara global. Hal ini juga menjadi masalah serta

tantangan tersendiri bagi pelaku UMKM. (Urfa et al., 2013).

Pengembangan UMKM pada hakikatnya merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat,

seperti : Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif, Bantuan

Permodalan Pemerintah, Perlindungan Usaha Jenis-jenis

Usaha tertentu, dan Pengembangan Kemitraan. Selain itu,

adanya Pelatihan Pemerintah dan Membentuk Lembaga

Khusus yang bertanggungjawab dalam koordinasi (Putri,

2017).

46
Permasalahan UMKM salah satunya keadaan UMKM

di Indonesia semakin menurun. Hal ini dikarenakan

kesalahan pengurusan dan kurangnya perhatian pemerintah.

Disebabkan pelaksanaan program pemberdayaan UMKM

berikut anggarannya yang sangat melimpah tiap tahun dinilai

tidak efektif (Arini et al., 2018).

Proses pelaksanaan pengembangan UMKM memiliki

permasalahan yaitu kurangnya modal, kurangnya jiwa

kewirausahaan serta keterbatasan sumberdaya manusia.

Mengingat Usaha Kecil dan Menengah diakui menjadi

lapangan kerja bagi sebagian pekerja. Pelaksanaan program

pengembangan UMKM secara umum selama ini tidak

memberikan banyak hasil yang maksimal terhadap

peningkatan kinerja. (Tampongangoy et al., 2017).

Permasalahan UMKM berkembang tahun ke tahun.

Permasalahan tersebut diantaranya yaitu rendahnya kualitas

SDM, kurangnya inovasi, akses permodalan rendah dan

minimnya pendampingan. Pendekatan yang akan diterapkan

dalam program pendampingan kewirausahaan bagi UMKM

dari Pemerintah. (Renaldy & Herdianto, 2020).

1.6.3. Kesejahteraan UMKM


Pemerintah memiliki upaya menciptakan kesejahteraan

masyarakat termasuk pelaku UMKM. Hal ini ditujukan guna

47
mencapai otonomi daerah mendukung sepen uhnya kebijakan

pemerintah pusat ataupun daerah. Terkhusus pada kebijakan program

bantuan permodalan yang saat ini semakin bervariasi baik dari fungsi,

sasaran, dan tujuan. Salah satu cara menyejahterakan UMKM melalui

permodalan yaitu salah satunya KUR (Putra & Saskara, 2013).

Kesejahteraan UMKM Ketika terjadi penambahan dan

kestabilan dalam pendapatan. Salah satu upaya melalui pemberdayaan

UMKM. Dimana proses ini mengembangakkan suatu potensi yang

dimiliki guna meningkatkan taraf hidup dengan menggunakan SDA

yang ada. Sehingga UMKM bisa memperoleh pendapatan yang sesuai

(Rifa’i, 2013).

Kesejahteraan adalah bagaimana terjadi peningkatan taraf

hidup baik itu masyarakat maupun kelompok seperti usaha mikro,

kecil, dan menegah. Pemberian bantuan sarana dan prasarana sebagai

upaya membantu peningkatan kesejahteraan UMKM. Hal ini bis

didukung oleh peran CSR (Corporate Social Responsibility) dari

setiap perusahaan(Gaus & Meirinawati, 2021).

1.6.4. Dinas Koperasi


Dinas Koperasi merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah kota

yang memiliki tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga

daerah pada bidang pengkoperasian, pengusaha kecil, dan menengah.

Selain itu dinas ini melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan

48
bidang tugasnya. Sehingga tugas pengembangan menjadi tugas pokok

dari pelaksanaan program kerja Dinas Koperasi (Putri, 2017).

Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menegah

memiliki berbagai program yang berkaitan dengan UMKM. Beberapa

program diantaranya program pengembangan kewirausahaan dan

keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah. Selanjutnya

program pemberdayaan dan peningkatan usaha koperasi. Dan program

pemberdayaan pedangan kaki lima (Dinas Perdagangan, Koperasi, dan

UKM 2020).

1.6.5. Kewirausahaan
Berwirausaha yaitu sikap mental dan jiwa yang selalu aktif,

kreatif, berdaya, kreatif, dan karismatik. Ditujukan dalam rangka

menciptakan peluang dan meningkatkan penghasilan dalam kegiatan

usaha atau pekerjaan. Kewirausahaan secara umum merupakan proses

melakukan sesuatu yang baru atau kreatif dan berbeda (innovativ)

yang berguna dalam memberikan nilai lebih (Putri, 2017).

Kewirausahaan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh

pelaku UMKM. Maka adanya program pendampingan kewirausahaan

bagi UMKM diantaranya adalah sosialisasi, pelatihan dan

pembimbingan serta pendampingan teknis usaha dapat membantu

UMKM meningkatkan pendapatan (Astuti et al., 2020).

49
1.6.6. Organisasi dan Manajemen
Organisasi merupakan sistem peran, aliran aktivitas dan pola

hubungan kerja yang melibatkan beberapa orang sebagai pelaksana

tugas yang di desain untuk mencapai tujuan Bersama. Syarat syarat

adanya organisasi yaitu terdapat sejumlah orang, adanya tujuan

Bersama, adanya interaksi yang dapat diukur, memiliki tujuan pribadi,

dan interaksi diarahkan untuk tujuan Bersama. Manusia adalah salah

saltu faktor pendukung keberhasilan organisasi dalam mencapai

tujuannya.

Manajemen memiliki peran sangat penting bagi setiap aktivitas

individu atau kelompok dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang

di inginkan bersama. Manajemen berorientasi pada proses (procces

oriented) yang memiliki pengertian bahwa adanya manajemen

membutuhkan sumber daya manusia, pengetahuan, dan keterampilan.

Hal tersebut bertujuan agar aktivitas lebih efektif atau dapat

menghasilkan tindakan dalam mencapai kesuksesan (Putri, 2017).

1.6.7. Efektivitas
Konsep efektif berasal dari bahasa inggris “effective yang

berarti berhasil. Atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian

tercapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Efektivitas selalu terkait antara hasil yang diharapkan

dengan hasil yang ingin tercapai. Efektivitas merupakan unsur pokok

aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

50
Efektivitas mengacu pada dua kepentingan yaitu baik secara teoritis,

maupun praktis. Artinya, adanya ketelitian yang bersifat komprehensif

dan mendalam dari efesiensi serta kebaikan-kebaikan dalam

memperoleh masukan tentang produktivitas. Efektivitas merupakan

keadaan yang berpengaruh terhadap suatu hal yang berkesan

kemanjuraan, keberhasilan usaha, tindakan maupun hal lain yang

berlaku. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat memberikan

gambaran terkait seberapa jauh target yang telah ditetapkan oleh

sebuah organisasi dapat tercapai. Yang nantinya target tersebut

penting dan berguna untuk melihat perkembangan lembaga/organisasi

itu sendiri. (Sawir, 2020). Menurut Effendy (1989:14) efektivitas

didefinisikan sebagai komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan

yang direncanakan sesuai dengan anggaran yang direncanakan waktu

yang ditentukan, dan jumlah personil yang ditentukan. Suatu aktivitas

dapat dikatakan efektif apabila mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan sebelumnya. Sehingga, efektivitas pelaksanaan suatu

organisasi diartikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan oleh

suatu organisasi (Putri, 2017).

Menurut (Budiani, 2007) untuk mengukur efektivitas program

dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel sebagai

berikut:

1.6.7.1. Ketepatan Sasaran Program


Merupakan target yang telah ditetapkan oleh Dinas

51
Koperasi dan UKM, dalam hal ini sasaran program

pembinaan adalah terwujudnya usaha kecil menjadi usaha

dan gerakan ekonomi rakyat yang lebih tangguh dan mandiri

serta memiliki daya saing tinggi serta dapat berkembang

menjadi usaha menengah

1.6.7.2. Sosialisasi Program


Merupakan titik awal yang menentukan keberhasilan

program dalam mencapai tujuan yang telah diharapkan.

Kemampuan penyelenggara program pembinaan UMKM

dalam melakukan sosialisasi kepada pelaku UMKM sehingga

program tersampaikan. Dalam hal ini sosialisasi yang

dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Pekanbaru

dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada

yang menjadi sasaran program pembinaan UMKM dalam

upaya meningkatkan kinerja UMKM serta mempersiapkan

menghadapi persaingan usaha.

1.6.7.3. Pencapaian Tujuan Program


Merupakan sejauhmana organisasi mencapai tujuan

yang ditetapkan sehingga program dapat dijalankan sesuai

dengan kemampuan operasionalnya dan tujuan program.

Dalam hal ini program pembinaan bertujuan untuk

meningkatkan kinerja UMKM serta mempersiapkan

menghadapi persaingan usaha.

52
1.6.7.4. Pemantauan Program
Merupakan kegiatan mengamati perkembangan

pelaksanaan program, mengidentifikasi serta mengantisipasi

permasalahan yang timbul dan yang akan timbul agar dapat

diambil tindakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan

setelah program dilaksanakan sebagai bentuk perhatian

kepada pelaku UMKM sebagai peserta program.

1.6.8. Program
Program memiliki dua pengertian yaitu secara umum dan

kusus. Pengertian secara umum, program diartikan sebagai “rencana”.

Dalam menentukan program ada tiga pengertian penting yang perlu

ditekankan yaitu: (1) implementasi atau realisasi suatu kebijakan, (2)

bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan dan terjadi

pada waktu yang relatif lama, dan (3) terjadi dalam organisasi yang

mengikutsertakan sekumpulan orang. Program bukan merupakan

kegiatan tunggal yang relatif dapat diselesaikan dalam waktu yang

singkat tetapi, kegiatan yang berlanjut terus/berkesinambungan sebab

melakukan suatu kebijakan. Oleh sebab itu, program berlangsung

dalam kurun waktu yang cukup lama. Pengertian program ialah

kesatuan kegiatan yang merupakan sebuah sistem dan suatu rangkaian

kegiatan dilakukan secara terus menerus/ berkesinambungan

(Arikunto dan Jabar, 2010). Menurut Tayibnapis 2008 (dalam Munthe

2015) “program ialah segala sesuatu yang dicobalakukan seseorang

dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh”. Hal senada

53
menurut Munthe “program ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh suatu organisasi secara terencana dengan saksama dan terjadi

dalam proses kegiatan yang terus berlangsung/berkesinambungan dan

melibatkan banyak orang”. Program dapat diartikan sebagai kegiatan

yang terencana secara sistematis, berkelanjutan untuk

diimplementasikan dalam kegiatan yang nyata dalam organisasi serta

melibatkan banyak orang didalamnya. Dari pendapat beberapa ahli

diatas Arikunto (2010) menjelaskan bahwa dalam penentuan program

dilihat dari kesinambungan kegiatan yang berlangsung secara terus

menerus dan bukan kegiatan tunggal yang berlangsung secara singkat.

Program itu adalah sebagai suatu kesatuan sistem.

Hal senada oleh Widoyoko (dalam Munthe, 2015) mengatakan

bahwa program ialah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

saksama dan berkesinambungan. Tayibnapis (2008) mengemukakan

hal yang berbeda tentang definisi program yaitu program ialah segala

sesuatu yang dilakukan oleh orang dengan harapan mendatangkan

hasil atau suatu keberhasilan. Maka, jika penulis mendalami pendapat

para ahli diatas bahwa definisi program ialah sebuah kegiatan dalam

rangkaian suatu sistem yang berkesinambungan dan berlansung secara

terus menerus yang pada akhirnya mendapatkan hasil (output).

54
BAB III

METODE PENELITIAN

Asal kata “metode” berasal dari bahasa Latin “methodus”, yang berasal

dari kata Yunani “methodos” yang berarti “cara agar tujuan tercapai”. Istilah ini

pertama kali digunakan pada abad ke-16 dan menjadi bagian penting dalam

bahasa dan penelitian ilmiah. Kata “metode” focus terhadap pendekatan yang

terorganisir dan sistematis dalam mencari jawaban atau mencapai tujuan tertentu.

Metode menunjukkan suatu rencana maupun strategi yang dirancang secara

cermat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam konteks keilmuan, metode

adalah pedoman dalam melakukan penelitian secara obyektif dan teratur sehingga

menghasilkan data yang akurat dan valid. Kata "penelitian" berasal dari bahasa

Jawa Kuno yaitu "teliti" yang berarti mengamati atau meneliti secara cermat.

Kemudian, dalam bahasa Indonesia, kata "penelitian" diadaptasi dari kata "teliti"

yang menjadi "meneliti" yang memiliki arti mencari informasi atau fakta dengan

menggunakan metode tertentu untuk menjawab pertanyaan atau mengatasi

permasalahan yang dihadapi. Penelitian merujuk pada proses atau kegiatan yang

dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data, atau fakta dengan tujuan untuk

memperoleh pengetahuan baru, memverifikasi hipotesis, atau menjawab

pertanyaan penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi

yang terstruktur dan sistematis untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan

dapat diandalkan dan relevan. Tujuan dari penelitian dapat beragam, seperti untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, memecahkan masalah, mengidentifikasi tren,

55
atau menguji teori. Metode penelitian merupakan serangkaian langkah atau teknik

yang digunakan dalam rangka merancang, melaksanakan, dan menganalisis

sebuah penelitian. Metode ini memberikan panduan dan kerangka kerja yang

sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyajikan hasil

penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian yang telah

ditetapkan.

1.7 Pendekatan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif. Menurut (sugiyono, 2011), Desain kualitatif merupakan

pendekatan penelitian yang ditujukan untuk menginvestigasi keadaan alami

suatu objek, dengan peneliti sebagai instrumen utama. Analisis data bersifat

induktif, teknik pengumpulan data multifaset, dan hasil penelitian ditekankan

pada pemahaman makna daripada generalisasi. Penelitian ini bersifat

kualitatif, di mana peneliti bertujuan untuk merinci fenomena yang terjadi

melalui penjelasan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks

spesifik yang alami, menggunakan berbagai metode alamiah.

1.8 Lokasi Penelitian Penelitian


Penelitian ini dilakukan di dinas koperasi, UKM, perdagangan, dan

perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon. dan beberapa tempat usaha para

pelaku UMKM Kota Cirebon. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja

(purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa adanya kesediaan perusahaan

untuk memberikan informasi dan data yang diperlukan untuk penelitian.

56
1.9 Jenis dan Sumber data
Adapun jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merujuk pada informasi yang diperoleh secara

langsung melalui penerapan metode pengumpulan data khusus yang

dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan oleh

peneliti. Data-data ini dikumpulkan melalui observasi langsung dan

wawancara yang dipandu oleh kuisioner, dengan tujuan untuk menggali

informasi yang mendukung perjalanan penelitian. Pengamatan langsung

dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan pembinaan UMKM di Kota

Cirebon, sementara kuisioner yang digunakan dirancang dengan

pertanyaan-pertanyaan yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder merujuk pada informasi yang diperoleh dan

dikumpulkan melalui kajian literatur guna menjawab pertanyaan

penelitian. Data sekunder yang diperlukan berasal dari penelusuran

literatur serta informasi yang relevan yang dikeluarkan oleh lembaga

pemerintah atau instansi terkait, bertujuan untuk mendukung ketersediaan

data. Seluruh data sekunder ini digunakan untuk menganalisis persebaran

petani. Sumber data sekunder yang dimanfaatkan dalam penelitian ini

mencakup data dari BPS dan berbagai dinas terkait.

57
1.10Fokus Penelitian
Fokus penelitian dibutuhkkan agar penelitian berhubungan dengan

masalah yang ada dan memfokuskan terhadap bahasan sehingga

mempermudah penulis dalam mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan

hanyalah data yang relevan dengan focus penelitian. Adapun focus dalam

penelitian ini yaitu:

a. Efektivitas program pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Kota Cirebon. Dengan menggunakan teori efektivitas dari

Budiani (2004) yaitu menentukan efektivitas terkait sebuah program

dilihat dari : ketepatan sasaran program, sosialisasi program, pencapaian

tujuan program, dan pemantauan program.

b. Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan program

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Cirebon.

1.11Teknik Pengambilan Data


Pengumpulan data merupakan tahap di mana satu atau lebih metode

penelitian dipilih untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Dalam

penelitian ini, digunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi melibatkan penyelidikan terhadap benda-

benda tertulis seperti sumber buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen

pribadi, dan dokumen resmi dari Lembaga Arsip Nasional atau tempat

arsip penting lainnya. Peneliti mengumpulkan dokumen yang berisi

informasi terkait mekanisme program pembinaan UMKM. Selain itu,

58
informasi juga diperoleh dari sumber pustaka yang relevan dengan

penelitian.

b. Metode Wawancara

Wawancara merupakan metode pengambilan data dengan cara

memberikan pertanyaan kepada informan atau responden secara langsung

melalui percakapan tatap muka. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan wawancara terstruktur, di mana pertanyaan-pertanyaan

telah disiapkan, seringkali dengan pedoman wawancara. Wawancara

dilakukan dengan pihak-pihak terkait, membahas aspek-aspek terkait

mekanisme program pembinaan UMKM.

1.12Unit Analisis
Unit analisis terkait dengan penentuan konsep "kasus" dalam

penelitian tersebut, mengacu pada masalah yang menjadi fokus penelitian dan

mendorong penelitian untuk menyelidiki lebih lanjut aspek tertentu yang

dijadikan permasalahan penelitian. Dua kasus yang menjadi fokus penelitian

ini adalah:

a. Efektivitas program pembinaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di

Kota Cirebon

b. Program pembinaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk

meningkatkan kesejahteraan UMKM

1.13Keabsahan Data
Keabsahan hasil penelitian ini adalah dengan melakukan triangulasi.

Teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan

59
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data

dan sumber data yang telah ada atau triangulasi bermakna silang yakni

mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari

sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta

pengecekan pada waktu yang berbeda. Menurut Sugiyono (2014) ada tiga

macam triangulasi yaitu:

a. Triangulasi sumber, merupakan teknik yang dilakukan untuk

membandingkan dengan sumber data yang lain atau yang berbeda untuk

mendapatkan data yang valid atau benar. Seperti melalkukan

perbandingan anatar hasil wawancara dengan document yang ada

b. Triangulasi teknik, merupakan teknik yang digunakan untuk dapat

memperoleh data maupun informasi yang diperlukan untuk menguji

kredibilitas melalui sumber data yang sama namun dengan teknik yang

berbeda.

c. Triangulasi waktu, merupakan teknik melakukan wawancara secara

ulang, observasi atau dengan melakukan dengan teknik yang lain dengan

waktu yang lain. Ini dilakukan karena perubahan suatu prilaku manusia

dapat berubah dari waktu-kewaktu sehingga pengamatan tidak dilakukan

hanya sekali saja

1.14Teknik Analisis Data


Pada dasarnya, analisis data melibatkan serangkaian kegiatan yang

saling terkait, termasuk reduksi data, presentasi data, dan penarikan

kesimpulan. Analisis data kualitatif merupakan usaha yang melibatkan

60
pengolahan data, pengorganisasian, penyortiran menjadi unit yang dapat

dikelola, sintesis, penemuan pola, identifikasi aspek yang penting, penemuan

pembelajaran, dan penentuan apa yang dapat disampaikan kepada orang lain.

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini dianalisis menggunakan metode

analisis deskriptif untuk menjelaskan fenomena yang terkait dengan masalah

penelitian. Hasil analisis menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-

kata, baik tertulis maupun lisan, yang menggambarkan perilaku yang diamati.

Proses analisis menggunakan Model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2020)

dengan langkah-langkah yang dijelaskan dalam gambar 3.1.

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan

Huberman dalam (Sugiyono, 2020).

Berikut tahapan analisisnya:

a. Pengumpulan data melibatkan pencarian dan pencatatan data yang

dibutuhkan dari berbagai jenis dan bentuk data yang ada di lapangan

penelitian.

61
b. Reduksi data dilakukan untuk mengasah, mengelompokkan,

mengarahkan, menghilangkan informasi yang tidak relevan, dan

mengorganisirnya agar mempermudah proses penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Proses reduksi melibatkan seleksi, pembuatan ringkasan atau

uraian singkat, serta pengelompokan data ke dalam pola yang lebih luas.

Dalam konteks ini, data yang direduksi mencakup hasil pertemuan

langsung, wawancara, dan dokumentasi yang ditemukan di lapangan.

c. Penyajian data merujuk pada penyusunan informasi yang telah direduksi

dan akan digunakan sebagai dasar penyusunan laporan.

d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi melibatkan analisis catatan yang

telah diambil di lapangan. Penarikan kesimpulan merupakan upaya untuk

mencari dan memahami makna, pola penjelasan, keteraturan, alur sebab-

akibat, atau proposisi. Kesimpulan yang ditarik kemudian diverifikasi

dengan melihat kembali catatan lapangan untuk memastikan pemahaman

yang lebih akurat. Jika diperlukan, penulis dapat kembali ke lapangan

untuk mengumpulkan data tambahan jika kesimpulan dinilai kurang

memadai.

62
DAFTAR PUSTAKA

Arini, H., Badarrudin, B., & Kariono, K. (2018). Efektivitas Inkubator Bisnis
dalam Pelaksanaan Pembinaan Usaha Masyarakat Kecil Menegah. Jurnal
Administrasi Publik : Public Administration Journal, 8(1), 1.
https://doi.org/10.31289/jap.v8i1.1575
Astuti, R. P., Kartono, K., & Rahmadi, R. (2020). Pengembangan UMKM melalui
Digitalisasi Tekonolgi dan Integrasi Akses Permodalan. ETHOS: Jurnal
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 8(2), 248–256.
https://doi.org/10.29313/ethos.v8i2.5764
Aliyah, A. H. (2022). PERAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
(UMKM) UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT. WELFARE Jurnal Ilmu Ekonom, Volume 3, Nomor 1,
Halaman 64-72.
Budiani, N. W. (2007). Efektivitas Program Penganggulangan Karang Taruna
(Eka Taruna Bhakti) Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota
Denpasar. Jurnal Ekonomi dan Sosial, 53.
Dinas Perdagangan, Koperasi, U. K. dan M. (2020).
Laporan_Interim_Triwulan_IV_DINAS_PERDAGANGAN,_KOPERASI,_US
AHA_KECIL_DAN_MENENGAH_2020.
Gaus, N. Z., & Meirinawati, M. (2021). Efektivitas Program Pusat Ekonomi
Jambangan Hebat (Pejabat) Melalui Csr (Corporate Social Responsibility)
Umkm Pt. Pertamina Di Kelurahan Jambangan Kota Surabaya. Publika, 9(3),
125–138. https://doi.org/10.26740/publika.v9n3.p125-138
Ibrahim, Amin. (2009). Pokok-pokok Administrasi Publik dan Sejenisnya.
Bandung: Refika Aditama
Ita Rosita, & Simanjuntak, H. T. R. F. (2022). Efektivitas Program Pemberdayaan
Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kecamatan Sungai
Sembilan Kota Dumai.Jurnal Niara, 14(3), 259–265.
https://doi.org/10.31849/niara.v14i3.8020
Liviawati, J. W. (2020). Pentingnya Penerapan Pengelolaan Keuangan Bagi
UMKM. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 57
Mirani, D., Aryansah, J. E., & Musdalifah, F. S. (2022). Efektifitas Program
Palembang Go-Digital Bagi Pelaku UMKM di Masa Pandemi Covid-19.
Kolaborasi : Jurnal Administrasi Publik, 8(1), 1–121.
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi
Nurjanah, S. (2021). Efektivitas Program Pembinaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Tampan.
SKRIPSI.FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU.
Putra, I. G. A. A. S., & Saskara, I. A. N. (2013). Efektivitas dan dampak program
bantuan kredit usaha rakyat (KUR) terhadap pendapatan dan kesempatan
kerja usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Denpasar. E-Jurnal
EP Unud, 2(10), 457–468.
Putri, E. H. (2017). Efektivitas Pelaksanaan Program Pengembangana Usaha

63
Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota Samarinda (Studi Pada Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Samarinda). Administrasi Negara, 5(1), 5431–
5445.
Prasetyo, P. E. (2008). Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dalam
Kebijakan Penanggulan Kemiskinan dan Pengangguran. AKMENIKA UPY,
10.
Renaldy, R., & Herdianto, T. (2020). Analisis Peran DPKUKM Terhadap
Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah Studi Kasus: DPKUKM Kota
Cirebon. Jurnal Ekonomi, Koperasi & Kewirausahaan, 11(2), 50–59.
https://journal.ikopin.ac.id/index.php/covalue/article/view/1264/864
Republik Indonesia. (2009). UndangUndang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
Rifa’i, B. (2013). Efektivitas pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) krupuk ikan dalam program pengembangan labsite pemberdayaan
masyarakat Desa Kedung Rejo Kecamatan Jabon Kabupatem Sidoarjo.
Kebijakan Dan Manajemen Publik, 1(1), 130–136.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-16 Baktiar_KMP V1 N1 Jan-
April 2013.pdf
Rintuh, Cornelis & Miar. (2005). Kelembagaan dan ekonomi kerakyatan.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta melalui jurnal Kesejahteraan Ekonomi
Masyarakat Peserta Pelatihan Kelompok Prakoperasi Ateng Wesa, Yoyon
Suryono
Sitna Hajar Malawat, S. M. (2022). BUKU AJAR PENGANTAR ADMINISTRASI
PUBLIK. Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjary.

64
65

Sugiyono. (2011). prof. dr. sugiyono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan
r&d. intro ( PDFDrive ).pdf. In Bandung Alf (p. 143).
Tampongangoy, D. L., Karauwan, N. M., & Laloma, A. (2017). Efektivitas
Pelaksanaan Program Pengembangan UKM Di Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro , Kecil dan Menengah Kota Manado. Jurnal Administrasi Publik,
3(46), 1–11.
Urfa, V. H., Handayani, S. R., & Hidayat, R. R. (2013). Efektifitas Penggunaan
Kredit Program Kemitraan BUMN Terhadap Kinerja UMKM (Studi Kasus
Pada Program Kemitraan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Sub Area
Malang Untuk Industri Sari Apel Brosem Kota Batu). Jurnal Adminstrasi
Bisnis, 6(1), 1–10.

Anda mungkin juga menyukai