Sudah 1 Tahun lamanya Indonesia mengalami pandemi Covid-19. Pandemi ini tidak
hanya menciptakan krisis kesehatan, namun juga mengganggu aktivitas ekonomi.
Kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan kenaikan yang signifikan belakangan ini.
Penyebaran virus ini masih menjadi fokus utama pemberlakuan kebijakan Indonesia.
Hingga pada saat ini, belum ditemukan formula yang efektif dan efisien untuk
menangani penyebaran virus Covid-19 beserta akibatnya. Data menunjukkan pada
tanggal 3 Juli terkonfirmasi sebanyak 27.913 jiwa dan naik terus hingga pada tanggal
20 Juli terkonfirmasi sebesar 38.325 jiwa.
Data di atas menunjukkan bahwa penambahan kasus meningkat dari hari ke hari.
Kasus penyebaran semenjak pemberlakuan kebijakan PPKM dinilai menunjukkan
angka yang justru bertambah bukan berkurang. Hal ini pastinya memberikan kerugian
yang besar pada masyarakat dan Indonesia.
Sementara beberapa sektor yang bertahan selama pandemi berlangsung adalah bidang
usaha yang meliputi sektor Pengadaan Air, Informasi dan Komunikasi, Jasa
Keuangan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Dampak ekonomi akibat pandemi terlihat juga dengan menurunnya tingkat upah,
dimana per Agustus 2020 turun 5,2 persen, dari Rp2,89 juta ke Rp2,76 juta (BPS,
2020). Semakin tingginya gap penghasilan antara “si kaya” dan “si miskin” terjadi
selama pandemi ini. Masyarakat yang tergolong ekonomi kaya mampu bertahan
bahkan harta kekayaannya meningkat.
Jumlahnya bertambah dari 106.215 pada tahun 2019 menjadi 171.740 orang pada
tahun 2020. Data Forbes juga menyebut bahwa harta miliuner Indonesia meningkat di
tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 dari 341 jiwa menjadi 417 jiwa.
Akibat Pandemi ini juga menjadikan beberapa sendi kehidupan terpuruk. Yang paling
terpengaruh adalah meningkatnya jumlah pengangguran karena pihak perusahaan
telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas dasar efisiensi biaya
operasional dan menurunnya permintaan.
Pertumbuhan ekonomi yang memburuk tak terlepas dari daya beli masyarakat yang
tergoncang. Pengangguran meningkat menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Padahal, ekonomi Indonesia ditumpu oleh konsumsi rumah tangga.
Secara teori yang populer dalam bidang ilmu ekonomi, yaitu teori keynessian
menjelaskan dimana pengaruh pendapatan akan mempengaruhi konsumsi dan
tabungan sehingga akan mempengaruhi output. Output yang menurun menandakan
kontraksi ekonomi.
juga menyatakan bahwa terdapat relasi negatif antara pengangguran dan Produk
Domestik Bruto (pertumbuhan ekonomi) yang berarti ketika terjadi peningkatan
dalam pengangguran maka akan menurunkan PDB.Teori Okun’s Law juga
menyatakan bahwa terdapat relasi negatif antara pengangguran dan Produk Domestik
Bruto (pertumbuhan ekonomi) yang berarti ketika terjadi peningkatan dalam
pengangguran maka akan menurunkan PDB.
Perekonomian Indonesia semakin menurun akibat adanya aturan masyarakat
diperbolehkan keluar hanya untuk keperluan yang penting saja. Industri yang dapat
berjalan hanya pada sektor-sektor yang esensial yang ditentukan oleh pemerintah.
Sementara bagi mayoritas masyarakat sekarang dimana sekecil apapun usaha yang
dimilikinya, bermakna sangat esensial untuk kelangsungan kehidupannya.
Sebagaimana kita tahu bahwa sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
memiliki peran yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia.
Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia tahun 2018
menunjukkan jumlah unit usaha UMKM 99,9 % dari total unit usaha atau 62,9 juta
unit. UMKM menyerap 97 % dari total penyerapan tenaga kerja, 89 % di antaranya
ada di sektor mikro, dan menyumbang 60 % terhadap produk domestik bruto.
Akan sulit untuk UMKM dalam mendapatkan pendapatan yang besar karena kondisi
yang sedang tidak baik-baik saja yang menjadikan konsumen UMKM berkurang
signifikan.
Dalam situasi krisis seperti ini, sektor UMKM sangat perlu perhatian khusus oleh
pemerintah karena merupakan penyumbang terbesar terhadap PDB Indonesia dan
dapat menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya beli
masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk membangun kembali sektor ekonomi di Indonesia
adalah melalui pemberian bantuan langsung tunai (BLT) dengan menggunakan data
terbaru yang valid dan holistik integratif, pembatasan kegiatan masyarakat yang
lingkupnya diperkecil dengan konsekuensi penerapan ketat protokol kesehatan,
pemberitaan media yang terbuka dan bijaksana yang menenangkan psikologi
masyarakat.
Selain itu menumbuhkan iklim investasi pada pilihan yang rasional dan melakukan
revitalisasi kebudayaan ekonomi memanfaatkan teknologi digital (online). Terakhir
adalah meningkatkan kerjasama antar lembaga, dimana persoalan pelemahan ekonomi
di Indonesia dapat melibatkan peran Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda dalam
mencerdaskan kehidupan usaha untuk menggerakkan ekonomi lokal.