Anda di halaman 1dari 5

PANDEMI COVID-19 MEMBUAT JUMLAH

PENGANGGURAN DI INDONESIA MENINGKAT.

Corona virus atau sekarang kita kenal dengan Covid-19 merupakan jenis penyakit menular
yang disebabkan oleh jenis Corona virus yang baru ditemukan, yang sudah masuk
keindonesia sejak 2 Maret 2020 yang lalu.

Ternyata virus ini tidak hanya menyerang manusia tetapi juga menyerang perekonomian
Indonesia sehingga membuat ekonomi Indonesia semakin terpuruk. Karena dengan adanya
pandemi Covid-19 ini menyebabkan angka pengangguran di Indonesia meningkat dengan
sebab banyaknya PHK di masa pandemi ini.

Bahkan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan 4 kondisi ketenagakerjaan di


Indonesia , sebelum merebaknya Covid-19, sedang mengalami tren positif dengan tingkat
pengangguran semakin menurun hingga mencapai 4,9 persen pada survey BPS Februari 2020
lalu.

Berdasarkan data BPS atau Badan Pusat Statistik 2020 lalu, TPT (Tingkat Pengangguran
Terbuka) mencapai 7,07 persen dari 138,22 juta angkatan kerja. Artinya terdapat 9,77 juta
penduduk pengangguran terbuka.

Walaupun terjadi kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebanyak 0,24
persen poin menjadi 67,77 persen, terjadi penurunan pada jumlah penduduk yang bekerja.

Didasarkan klasifikasi tempat tinggal terdapat 8,98 persen pengangguran dari jumlah
tersebut. Sedangkan untuk daerah perdesaan terdapat 4,71 persen penduduk.
Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, tingkat pengangguran di Indonesia sudah mencapai 2,
56 juta penduduk dari 29,12 juta penduduk usia kerja. Pandemi Covid-19 turut memberikan
imbasnya dalam jumlah pengangguran tersebut.

Berdasarkan data September 2020 lalu, tingkat pengangguran memberi dampak kepada
jumlah kemiskinan mencapai 4,83 orang anggota rumah tangga. Dengan hal ini membuat
rata-rata garis kemiskinan per rumah tangga miskin dalam jangka per bulan mencapai Rp
2.216.714.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia (LPEM FEB UI) juga menyebutkan bahwa krisis di sektor kesehatan akibat adanya
pandemi Covid-19 turut memengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat, termasuk di
antaranya adalah memberikan dampak bagi kondisi kemiskinan dan ketimpangan di
Indonesia.

Hal ini terlihat pada bagaimana angka kemiskinan pada September 2020 meningkat
dibandingkan dengan pada Maret 2020. Telebih jika dibandingkan dengan persentase dan
jumlah penduduk miskin Indonesia yang sebelumnya terus mengalami penurunan selama 10
tahun terakhir.

Kegiatan membatasi masyarakat untuk bekerja ini dapat memicu bertambahnya angka
pengangguran. Pengangguran adalah orang yang belum melakukan sesuatu kegiatan yang
menghasilkan uang. Pengangguran tidak terbatas hanya pada orang yang belum bekerja tetapi
orang yang sedang mencari pekerjaan dan orang yang sedang bekerja namun pekerjaanmya
tidak produktif pun dapat dikategorikan sebagai pengangguran.

Termasuklah orang-orang stay at home, semuanya untuk memutus penyebaran virus covid-19
ini. Menurut proyeksi Core Indonesia penambahan jumlah pengangguran terbuka yang
signifikan bukan hanya disebabkan oleh perlambatan laju pertumbuhan ekonomi, melainkan
disebabkan oleh perubahan perilaku masyarakat terkait pandemic covid 19 dan kebijakan
pembatasan sosial, baik dalam skala kecil maupun skala besar.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Covid-19 adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh jenis corona virus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan
penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di wuhan, tiongkok, bulan
desember 2019. Gejala-gejala covid 19 yang umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk
kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, sakit tenggorokan,pilek,
hidung tersumbat, gejala- gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa
sehat. Orang dapat tertular oleh covid 19 dari orang lain yang sudah terjangkit virus covid 19
ini, dimana virus ini dapat menyebar melalui percikan-percikan dari hidung ataupun mulut
yang keluar saat orang yang terpapar virus ini batuk atau mengeluarkan nafas.

Kondisi ini menakutkan semua negara. Sehingga kita dihimbau untuk selalu waspada dengan
virus ini. Dampaknya perekonomian terganggu. Negara-negara di dunia banyak
menghentikan kegiatan produksinya, orang-orang dilarang bepergian sehingga ikut
menganjlokkan sektor pariwisata, pendapatan individu, perusahaan bahkan negara menurun.
Karena itu tidak hanya masyarakat secara pribadi yang merasakan imbasnya tetapi seluruh
sendi kehidupan terutama karyawan perusahaan yang banyak dirumahkan

Penyebab Angka Pengangguran Meningkat di Masa Pandemi

Sejak adanya pandemic covid-19, banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pandemi ini
baik dari segi ekonomi, politik, sosial maupun budaya semuanya merasa kan dampaknya.
Dari segi ekonomi ternyata pandemi ini juga meningkatkan angka pengangguran di Indonesia
hal ini disebabkan oleh berapa hal antara lain:

1. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang menutup ataupun ditutup operasionalnya,


sehingga mendorong perusahaan tersebut memPHK karyawankaryawannya, di mana salah
satu penyebab pengangguran ialah PHK.

2. Adanya lock down dan PSBB membuat pengguna barang dan jasa atau pelanggan sepi
sehingga mengakibatkan usaha- usaha di bidang ekonomi tutup dan menyebabkan mereka
menganggur.

3. Adanya rasa takut yang tinggi dan aturan pemerintah untuk dirumah saja selama pandemi
ini membuat masyarakat terbatasi dalam bekerja ataupun melakuan usaha sehingga mereka
lebih memilih menganggur dan bahkan terpaksa harus menganggur karena aturan tersebut.
Secara garis besar mungkin tiga hal tersebut adalah penyebab utama angka pengangguran di
masa pandemi ini bisa meningkat pesat.
Solusi Agar Pengangguran Tidak Meningkat Pesat di Masa Pandemi

Core Indonesia mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah mengambil langkah- langkah
untuk menghambat penyebaran pandemi dan juga mengambil kebijakan-kebijakan untuk
membantu eknomi masyarakat yang terdampak, memberikan insentif dunia usaha, serta
meningkatkan stimulus terhadap ekonomi makro.

Adapun solusi yang bisa dilakukan agar pengangguran tidak meningkat pesat ialah:

1. Mengoptimalkan program kartu Pra-Kerja di mana program ini dapat menjadi basis untuk
membenahi data pengangguran sehingga dapat dijadikan sebagai basis data pengangguran
yang real time, yang dapat dijadikan sebagai basis kebijakan-kebijakan dibidang ketenaga
kerjaan, seperti memberikan sejenis unemployment benefit baik berbentuk bantuan untuk
mendapatkan pekerjaan. Apalagi sasaran kartu Pra-Kerja sebanyak 5,6 juta orang, setara
dengan 80% angka pengangguran yang mencapai 7 juta orang.

2. Mendorong kepada dunia usaha melalui pemberian insentif agar mereka mengoptimalkan
alternatif-alternatif untuk mempertahankan tenaga kerja mereka dibandingkan dengan PHK.
Beberapa alternative tersebut diantaranya pengurangan jam kerja dan hari kerja, pengurangan
shift dan lembur, hingga pemotongan gaji, dan penundaan tunjangan dan insentif13 .

3. Mengusahakan dan mengupayakan agar pandemi ini cepat berlalu sehingga keadaan bisa
kembali seperti semula, perusahaan-perusahaan dapat beroperasional kembali, orang-orang
tidak takut lagi untuk berusaha, karyawankaryawan yang sudah di PHK ditarik kembali
bukan mencari pekerja-pekerja lain apa lagi dari luar negri atau pekerja asing.
Upaya Pemerintah Tekan Pengangguran Diapresiasi Buruh

Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Keenaker) berupaya menekan


angka pengangguran lewat program perluasan kesempatan kerja, khususnya perluasan
program padat karya.

Selain itu Kemenaker juga mengoptimalkan pelatihan kerja di balai latihan kerja dan stimulus
lainnya yang dapat dimanfaatkan seperti program Kartu Prakerja.

Tidak hanya itu, pemerintah juga memperbanyak program padat karya baik di Kemenaker
maupun di lembaga lain. Mulai dari peningkatan infrastruktur, melakukan kegiatan tenaga
kerja mandiri, dan teknologi tepat guna, serta kegiatan lain yang sifatnya perluasan
kesempatan kerja dan membantu menekan jumlah pengangguran yang terdampak akibat
pandemi COVID-19.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kondisi ekonomi para
pekerja yang terdampak pandemi virus corona diapresiasi berbagai pihak, khususnya pekerja
yang berkecimpung di sektor padat karya.

Salah satu sektor yang memiliki banyak tenaga kerja dan menjadi perhatian pemerintah
adalah industri hasil tembakau (IHT) segmen sigaret kretek tangan (SKT).

Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang masih terdampak pandemi virus corona
terutama para pelinting yang menggantungkan hidupnya di sektor ini, pemerintah
memutuskan untuk tidak menaikkan cukai SKT di 2021. Ini bukan saja kabar baik bagi para
pelinting namun juga memberikan sedikit kelegaan kepada mereka karena masih punya mata
pencaharian.

“Sangat bersyukur dan berterimakasih kepada pemerintah karena memperhatikan rakyat kecil
seperti kami dengan tidak menaikkan cukai SKT, kami sebagai pelinting yang bekerja untuk
keluarga sangat lega,” ujar salah satu pekerja, Masnah, Jumat (5/3/2021).

Sebelum pemerintah mengumumkan tidak adanya kenaikan cukai di SKT, dia dan rekan
sesama buruh pelinting selalu harap-harap cemas. Sebab, kenaikan cukai SKT pasti akan
berdampak pada sektor yang memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Belum lagi harus
menghadapi dampak pandemi COVID-19.

Nama : Puji Aloina Br Ginting

Kelas : XI – IIS 1

EKONOMI

Anda mungkin juga menyukai