Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS ANGKA PENGANGGURAN DI INDONESIA

AKIBAT PANDEMI COVID-19

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD SANDY YUDHA P.P.

NIM: 14020122140117

MATA KULIAH: EKONOMI POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK 2022

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG


PENDAHULUAN

Akhir tahun 2019 merupakan masa dimulainya wabah Covid-19 di dunia, China menjadi
negara pertama yang terkena wabah berbahaya ini, hingga awal tahun 2020, Covid-19 merambah
ke negara kita, Indonesia. Munculnya Covid-19 di dunia tentunya berdampak pada sektor sosial
dan kesehatan, bahkan beberapa di antaranya berdampak pada perekonomian global, khususnya
perekonomian Indonesia. Dengan adanya dampak Covid-19 terhadap perekonomian global,
otomatis berdampak pula pada tingkat pengangguran. Dalam laporan tertulis Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) 2020 Forecast, angka pengangguran pada tahun
2020 lebih tinggi dibandingkan krisis tahun 2008. Penyebabnya adalah karena merebaknya
epidemi Covid-19 di seluruh dunia. OECD mencatat tingkat pengangguran pada Februari 2020
sebesar 5,2%, kemudian pada Mei 2020 meningkat menjadi 8,4%.

Tingkat pengangguran, yang merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi


pendapatan negara dan kesejahteraan negara, merupakan tantangan bagi Indonesia sebagai negara
berkembang. Akibatnya, untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, perlu dilakukan penelitian
kritis tentang tingkat kepuasan kerja yang masih sangat rendah.

Tidak semua orang mengharapkan untuk menganggur; namun, semua orang ingin
mendapatkan pekerjaan yang sesuai untuk bertahan hidup di era saat ini, di mana persaingan kerja
sangat ketat. Ada beberapa jenis pengangguran: (1) pengangguran terselubung adalah ketika
seseorang tidak bekerja secara maksimal karena alasan tertentu, (2) setengah mengaggur adalah
ketika seseorang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, dan (3) pengangguran terbuka adalah
ketika seseorang benar-benar tidak memiliki pekerjaan.

Ada empat komponen kelompok penduduk usia kerja yang terkena dampak COVID-19,
menurut data dari National Statistical Agency. Mereka adalah: 1) Pengangguran akibat COVID-
19; 2) Pengangguran (BAK) akibat COVID-19. 3) Orang yang tidak bekerja sementara karena
COVID-19, 4) Orang yang mengalami pemotongan jam kerja karena COVID-19. Kondisi 1) dan
2) yang kehilangan pekerjaannya karena COVID-19, sedangkan kondisi 3) dan 4) yang masih
memiliki pekerjaan tetapi tetap terdampak oleh COVID-19.

Pada bulan februari 2021, ada 10,02 juta orang yang terkena dampak pandemi COVID-19,
turun 34,41% menjadi 19,10 dari agustus 2020. COVID-19 menyebabkan 1,62 juta orang dari
populasi usia kerja menganggur, 0,65 juta orang menjadi bukan angkatan kerja (BAK), 1,11 juta
orang harus menghadapi kehilangan pekerjaan sementara, dan 15,72 juta pekerja mengalami
penurunan jam kerja. Dibandingkan Agustus 2020, keempat komponen tersebut menurun.
Penurunan terbesar terjadi pada bagian angkatan kerja yang mengalami penurunan jadwal kerja
akibat Covid-19 menjadi 8,31 juta orang. ("Badan Pusat Statistik")

Dari uraian tersebut data di atas, terlihat bahwa peningkatan kasus COVID-19 sangat
berdampak pada tingkat angka pengangguran di Indonesia. Meskipun data di atas menunjukkan
penurunan tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun 2020 ke tahun 2021 sebesar 34,41%,
angka kasus COVID-19 masih meningkat. Pertengahan tahun 2021 akan menyaksikan
peningkatan pandemi COVID-19 yang signifikan. Ini akan menentukan keluarnya kebijakan baru
pemerintah yang berdampak pada perekonomian nasional, terutama yang berkaitan dengan
peningkatan pengangguran yang disebabkan oleh pandemi. Oleh karena itu, penulis harus
melakukan penyelidikan dan analisis lebih lanjut mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap
tingkat pengangguran di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandemi COVID-19
berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, menambahkan data dari sumber sekunder, seperti penelitian sebelumnya dan
data saat ini di organisasi atau instansi. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode
kepustakaan untuk mengumpulkan data; metode kepustakaan menggunakan data dari buku, jurnal,
laporan publikasi, dan karangan lain yang relevan dengan topik penelitian. Metode ini
memungkinkan penulis untuk menghindari melakukan penelitian lapangan yang cukup dengan
mengumpulkan data dan dokumen dari referensi yang relevan dengan penelitian mereka.

PEMBAHASAN

Virus corona, juga dikenal sebagai COVID-19, adalah wabah penyakit menular yang
menyebar dengan cepat dan menyerang semua usia, menyebabkan kematian. Angka kematian
karena virus ini sangat tinggi dan terus meningkat hingga saat ini. Penyakit baru ini muncul
pertama kali di kota Wuhan, China, pada bulan desember 2019. Negara Indonesia menyatakan
bahwa virus COVID-19 masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020, dan pada 11 Maret 2020, orang
Indonesia pertama kali meninggal akibat terinfeksi. Pada minggu yang sama, pasien 01 dan 03
sembuh dari virus COVID-19, dan mereka dibebaskan dari rumah sakit pada 13 Maret 2020.
Mereka adalah pasien pertama yang berhasil sembuh dari virus COVID-19 di Indonesia.

Pemerintah mengeluarkan banyak kebijakan sebagai akibat dari pandemi COVID-19.


Sebagai contoh, penerapan PSBB menyebabkan perusahaan yang terkena dampak negatif berhenti
beroperasi, menyebabkan PHK masal. PHK masal terjadi karena penurunan tingkat produksi
akibat penurunan tingkat permintaan barang dan jasa. Beberapa perusahaan memberhentikan
pekerja secara permanen, sebagian lainnya hanya memberhentikan pekerja untuk waktu singkat.

Grafik 1. Pertumbuhan Kasus Covid 19 di Indonesia Maret 2020-Mei 2021

Kasus COVID-19 meningkat setiap bulan. Pada bulan Maret, ada 114 kasus positif, April,
347 kasus positif, Mei, 700 kasus positif, Juni, 1,293 kasus positif, Juli, 2,040 kasus positif,
Agustus, 2,743 kasus positif, September, 4,283 kasus positif, Oktober, 3,143 kasus positif,
November, 4,617 kasus positif, Desember, 8,074 kasus positif, Januari 2021 12,001 kasus positif,
Februari 2021 5,560 kasus positif, Maret 2021 4,COVID-19 dsb.

Dengan mempertimbangkan bagaimana pandemi COVID-19 berkembang di Indonesia,


pemerintah memiliki tugas yang luar biasa untuk mencegah penyebaran virus tidak terus berlarut-
larut. Mengoptimalkan distribusi vaksin di seluruh negeri harus dilakukan untuk segera
menghentikan penyebaran virus. Ini seharusnya membawa harapan besar bagi masyarakat
Indonesia bahwa vaksin ini dapat menghentikan penyebaran virus COVID-19. Karena vaksin tidak
sepenuhnya efektif dalam memerangi penularan COVID-19, kedisiplinan masyarakat harus terus
ditingkatkan. Peran pemerintah tentunya harus bisa mempengaruhi masyarakat dalam menjaga
protokol kesehatan di masa vandemi covid 19 ini, sosialisasi dan penyuluhan yang
berkesinambungan diharapakan akan memperkuat kedisiplinan masyarakat dalam menghadapai
era new normal.

Tabel 1. Dampak COVID-19 pada Penduduk Usia Kerja dari Agustus 2020 hingga Februari 2021

Pada bulan februari 2021, ada 10,02 juta orang yang terkena dampak pandemi COVID-19,
turun 34,41% menjadi 19,10 dari agustus 2020. COVID-19 menyebabkan 1,62 juta orang dari
populasi usia kerja menganggur, 0,65 juta orang menjadi bukan angkatan kerja (BAK), 1,11 juta
orang harus menghadapi kehilangan pekerjaan sementara, dan 15,72 juta pekerja mengalami
penurunan jam kerja. Dibandingkan Agustus 2020, keempat komponen tersebut menurun.
Penurunan terbesar terjadi pada bagian angkatan kerja yang mengalami penurunan jadwal kerja
akibat Covid-19 menjadi 8,31 juta orang.

Karena fakta bahwa angka pengangguran telah meningkat selama pandemi ini,
pemerintah seharusnya membuat rencana yang tepat untuk mengatasi dampak pandemi pada
berbagai bidang, terutama sektor ekonomi yang relevan dengan penelitian ini. Agar angka
pengangguran tidak naik lagi, pemerintah harus mengembalikan stabilitas ekonomi negara.

Pemerintah membuat program kartu prakerja untuk membantu pekerja dan wirausaha
kecil menengah meningkatkan keterampilan mereka.("Gali potensi dirimu dengan Kartu
Prakerja dan #SiapDariSekarang | Kartu Prakerja" t.t.) Diharapkan program ini akan
memberikan kesempatan baru kepada orang-orang yang belum memiliki pekerjaan karena
pandemi COVID-19 untuk memperoleh keterampilan khusus yang dapat meningkatkan taraf
hidup mereka atau membantu mengembangkan bisnis dan menciptakan lapangan kerja baru
(Hamzah dan Khusnia 2021).

Namun, agar program prakerja ini tidak terkesan mencingcang air, pemerintah harus
meninjau kembali program ini. Peningkatan kemampuan masyarakat harus dilakukan, tetapi
jika tidak diimbangi dengan peningkatan lapangan pekerjaan yang cukup, akan ada sedikit
kesempatan kerja bagi masyarakat. Lebih baik lagi jika pemerintah berkonsentrasi pada
program bantuan sosial seperti bantuan langsung tunai, subsidi, dan bantuan sosial. Jika
mungkin, pemerintah juga seharusnya memperhatikan pengusaha untuk menekan angka PHK,
yang dapat menyebabkan peningkatan pengangguran (Consuello 2020).

Karena pertumbuhan lapangan pekerjaan berkorelasi dengan peningkatan angka


pengangguran, pemerintah harus mulai meningkatkan kembali lapangan pekerjaan karena
pengangguran merupakan masalah dalam pembangunan suatu negara, dan lapangan pekerjaan
merupakan wadah bagi manusia yang menempatkan mereka pada posisi utama dalam
pembangunan, dan lapangan pekerjaan akan menjadi sumber pendapatan negara. Seharusnya
menjadikan lapangan pekerjaan sebagai cara untuk mencapai kemakmuran di negara dengan
mayoritas penduduk muslim (Sumodiningrat 2007).

Di era industri 4.0, peningkatan UMKM dapat menghasilkan lapangan pekerjaan;


kemajuan teknologi mendukung keberlangsungan usaha kecil menengah dan membantu
menghentikan peningkatan pengangguran. Usaha kecil menengah (UMKM) didefinisikan
dalam undang-undang sebagai jenis usaha kecil dengan omset paling besar 200 juta rupiah; ini
tidak termasuk bangunan dan tanah tempat usaha. Karena keberlangsungan UMKM di
Indonesia, ada peningkatan jumlah pengangguran.Dunia digital saat ini sangat penting untuk
pertumbuhan ekonomi nasional, dan pada saat pandemi, orang dapat menggunakan teknologi
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Banyak UMKM bergerak melalui media digital dan
pertumbuhannya sangat besar karena tidak terpengaruh oleh COVID-19. Dengan semakin
tumbuhnya UMKM diharapkan bisa menjadi angin segar untuk membuka lapangan pekerjaan
baru dan membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
KESIMPULAN

Mencermati data resebut diatas dapat kami simpulkan bahwa, pandemi COVID-19 jelas
memengaruhi pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia. Peningkatan
pengangguran adalah hasil dari PSBB ( Pembatasan Sosial Bersekala Besar), atau pembatasan,
yang diberlakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus yang semakin meluas. Namun,
pembatasan ini benar-benar berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk
peningkatan angka pengangguran. PHK masal terjadi karena PBB membuat perusahaan yang
terdampak dan terparah harus berhenti beroperasi, yang mengakibatkan penurunan tingkat
produksi karena rendahnya atau berkurangnya tingkat permintaan untuk barang dan jasa. Beberapa
perusahaan memberhentikan karyawan secara permanen, sebagian lainnya hanya memberhentikan
sementara.

Walaupun pertumbuhan pengangguran dari tahun 2020 ke tahun 2021 menurun sebesar
34,41%, atau 19,10 juta orang usia kerja, atau 10,02 juta orang, pemerintah tetap harus
berhati-hati karena pandemi COVID-19 belum usai, dan pertumbuhan kasus kembali
meningkat di pertengahan tahun 2021, yang dikenal sebagai gelombang kedua. Jika
pemerintah tidak berhati-hati, ini mungkin juga berdampak pada peningkatan angka
pengangguran seperti yang terjadi di tahun 2020 saat virus COVID-19 mulai menyebar di
Indonesia.

Pemerintah harus tetap konsisten untuk memperhatikan pertumbuhan lapangan


pekerjaan yang sudah ada, serta mengoptimalkan penurunan angka kasus COVID-19 dengan
mengirimkan vaksin, memberikan bantuan sosial, dan mendorong orang untuk mematuhi
protokol kesehatan. Di era digital yang tidak terlalu terdampak oleh COVID-19, pertumbuhan
UMKM dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Dengan
tumbuhnya UMKM, diharapkan akan menjadi angin segar untuk membuka lapangan
pekerjaan baru dan membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Agustiana, L. E. (2020). PENGARUH WABAH COVID-19 TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA PADA
SEKTOR TERDAMPAK DI INDONESIA. Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 546-556.

Franita, R. (2016). Analisa Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 88-93.

Hartono, B., & Indrayani, S. (2020). Analisis Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Akibat
Pandemi Covid 19. Jurnal Perspektif, 201-208.

Kasnelly, F. A. (2020). Meningkatnya angka pengangguran ditengah pandemi covid 19. Al Mizan Jurnal
Ekonomi Syariah, 45-60.

Anda mungkin juga menyukai