Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATNYA KEMISKINAN SEIRING DENGAN PEMUTUSAN

HUBUNGAN KERJA(PHK) DAN COVID-19

Damaiana Wulan Ningrum


Universitas Riau

Damaiana.wulan6363@student.unri.ac.id

Abstrak

Kemiskinan adalah salah satu masalah dalam perekonomian Indonesia yang


kompleks dan mendasar. Kemiskinan juga meningkat Akibat terjadi pemutusan
hubungan kerja(PHK) yang terjadi berkepanjangan dan disebabkan juga adanya
pandemi covid-19, Pemutusan Hubungan Kerja ini membuat penduduk indonesia
yang terus bertambah jumlahnya membuat meningkatnya kemiskinan diberbagai
kota kota besar maupun desa. Pemutusan Hubungan Kerja ini terus berdampak
pada masyarakat sehingga terjadinya masalah social baik individu maupun
kelompok Masyarakat. Sebab akibat terusnya kemiskinan dan juga solusi yang
tepat dalam penanganan Pemutusan kerja agar tidak terdampaknya kemiskinan.
Kata kunci: kemiskinan, pemutusan hubungan kerja(PHK), covid-19.
PENDAHULUAN

Meningkatnya kemiskinan indonesia sejak bulan Maret 2020 sebesar 26,42 juta

orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019 dan meningkat 1,28

juta orang terhadap maret 2019. Persentase penduduk miskin didaerah perkotaan

pada September 2019 sebesar 5.56, persen naik menjadi 7.38 persen pada maret

2020. (Badan Pusat Statistik, 2020).

Meningkatnya kemiskinan ini disebabkan oleh Pemutusan Hubungan

Kerja(PHK) disejumlah perusahaan perusahaan besar yang ada diindonesia

khususnya, dan juga akibat dari covid-19 yang dimana seluruh masyarakat harus

berdiam diri dirumah dan Pemerintah memberlakukan PSBB disetiap Daerah

ataupun kota kota besar. Sehingga tidak adanya pendapatan atau pemaksukkan

diperusahaan, kurangnya minat penjualaan, dan juga tidak adanya pekerja yang
masuk untuk bekerja dalam perusahaan, Turunya pendapatan nominal, pergeseran

pekerjaan dari sektor formal ke sektor informal, penurunan porsi pengeluaran

kebutuhan pangan sehingga perusahaan terpaksa mengurangi jumlah minimum

pekerja.

PEMBAHASAN

Kemiskinan adalah salah satu masalah dalam perekonomian Indonesia

yang kompleks dan mendasar. Kemiskinan menjadi salah satu maslalah yang

dihadapi oleh pemerintah Negara Indonesia. Kondisi kemiskinan Indonesia

semakin parah akibat krisis ekonomi yang menerjang Indonesia pada tahun 1998,

jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 1998, jumlah penduduk miskin

Indonesia bertambah pesat, pdahal sebelumnya penduduk miskin Indonesia

semakin terus berkurang. Secara absolut dan persentase miskin meningkat sangat

tajam dari 11,5 juta orang atau 11,34% pada tahun 1996 menjadi 49,5 juta jiwa

atau 20,30% pada tahun 1998. Untuk saat ini Kemiskinana menjadi salahsatu

masalah yang masih belum dapat atau bias dituntaskan, Karena Jumlah pendnduk

yang meningkat dan minimnya lapangan kerja.

Kemiskinan dapat membuat masalah social terus terjadi dilingkungan kota

ataupun desa. Kemiskinan di Indonesia sekarang ini telah menjadi suatu masalah

nasional yang bahkan pemerintah pun tengah mengupayakan usaha pengentasan

penduduk Indonesia dari masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah masalah yang

mempunyai keterikatan terhadap masalah-masalah social di Indonesia sebagai

contohnya keluarga yang miskin kesehatanya yang relatif minim dibandingkan

dengan orang yang hidupnya tercukupi.


Untuk menurunkan tingkat kemiskinan terlebih dahulu perlu diketahui faktor-

faktor apa yang efektif untuk menurunkan angka kemiskinan di antara lain (1)

pendidikan; (2)pengangguran; (3)Pertumbuhan penduduk. Faktor lain penyebab

terjadinya kemiskinan adalah pengangguran. Arsyad (1997) menyatakan bahwa

ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dan

kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat, yang tidak mempunyai pekerjaan

tetap atau hanya part-time berada diantara kelompok masyarakat yang sangat

miskin. Dan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK adalah pengakhiran hubungan

kerja yang disebabkan karena suatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan

kewajiban antara pekerja /buruh dan pengusaha/majikan. Ketentuan mengenai

pemutusan hubungan kerja diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia no.

13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.(Wikipedia)

Adanya PHK yang secara tiba tiba akibat covid-19 membuat masyarakat

atau individu Mengalami permasalahan Pemasukkan, Dilematis berbagai negara

dalam menanggulangi covid-19 membuat pemerintahan bahkan masyarakat

merasakan keresahan dan kerugian yang berdampak pada kesehatan maupun

perekonomian. Sehingga, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang diatur

dalam PP No. 21 Tahun 2020 tentang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)

dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut,

membuat beberapa perusahaan mengambil langkah untuk mengurangi kerugian

akibat Covid-19. Salah satu langkah yang diambil oleh beberapa perusahaan di

Indonesia yaitu harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada para

karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini sejalan dengan Pasal 164

dan 165 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang


kurang lebih frasanya menyatakan bahwa suatu perusahaan berhak memutus

hubungan kerja terhadap pekerja apabila suatu perusahaan mengalami kerugian.

sehingga menyebabkan terjadinya krisis ekonomi. Krisis ekonomi akhir akhir ini

menjadi meningkat banyak Masyarakat yang kebingunangan untuk mencari

pekerjaan, sehingga masyarakat belum bias atau mampu melakukan pekerjaan

sendiri karena tidak adanya basic yang memandai atau skill yang kurang.

Meningkatnya kemiskinan seiring dengan pemutusan hubungan kerja (PHK)

dan covid-19 emang terlihat sangat berdampak bagi individu, Kelompok

masyarakat, dan Permasalah Permasalahan social. Kemiskinan dapat membuat

masalah social terus terjadi dilingkungan kota ataupun desa. Kemiskinan di

Indonesia sekarang ini telah menjadi suatu masalah nasional yang bahkan

pemerintah pun tengah mengupayakan usaha pengentasan penduduk Indonesia

dari masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah masalah yang mempunyai

keterikatan terhadap masalah-masalah social di Indonesia sebagai contohnya

keluarga yang miskin kesehatanya yang relatif minim dibandingkan dengan orang

yang hidupnya tercukupi. Untuk menurunkan tingkat kemiskinan terlebih dahulu

perlu diketahui faktor-faktor apa yang efektif untuk menurunkan angka

kemiskinan di antara lain :(1) pendidikan; (2)pengangguran; (3)Pertumbuhan

penduduk.

Selanjutnya Meningkatnya kemiskinan juga disebabkan oleh dampak dari

covid -19. Pandemic covid-19 yang terjadi menyebabkan pemerintahan

menerapkan kebijakan pembatasan social berskala besar (PSBB) dibeberapa

daerah. Kebijakan tersebut mengubah aktifitas social ekonomi masyarakat seperti

transportasi terbatas, pusat perbelanjaan, tempat reaksi dan hiburan ditutup.


Keaddan ini berdampak luas terhadap kondisi social ekonomi masyarakat

termasuk keberlangsungan pekerjaan dan penurunan pendapat pekerja. Pada fase

awal International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa sekitar 25

juta pekerjaan didunia dapat hilang disebabkan oleh pandemic COVID-19,

selanjutnya ILO memprediksikan jam kerja seluruh pekerja akan menurun 10,5%

atausetara dengan 305 juta pekerja penuh waktu dengan asumsi jam kerja penuh

waktu adalah 48 jam perminggu (ILO, 2020).

Pandemi COVID-19 menyebabkan 15,6 persen pekerja di Indonesia terkena

PHK, bahkan 13,8 persennya tidak mendapatkan pesangon. Pekerja ter-PHK ini

mayoritas dari kalangan pekerja usia muda 15-24 tahun. Beberapa sektor terparah

yang perlu menjadi perhatian khusus adalah sektor konstruksi (29,3 persen),

sektor perdagangan, rumah makan dan jasa (28,9 persen), dan sektor transportasi,

pergudangan dan komunikasi (26,4 persen). PHK tanpa pesangon merupakan

salah satu bentuk pelanggaran UU No.13 Tahun 2003 terkait ketenagakerjaan.

Upaya Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi meningkatnya

kemiskinan seiring dengan pemutusan Hubungan kerja(PHK) dan Covid-19:

1. Update Data Penduduk Target penerima Program Keluarga Harapan (PKH)

yang dianggarkan pemerintah selama pandemi adalah 10 juta keluarga dengan

alokasi anggaran Rp 37,4 triliun atau Rp 3,7 juta per tahun. Sementara, Kartu

Sembako ditargetkan sebanyak 20 juta keluarga dengan anggaran Rp 43,6 triliun,

yang terdiri dari Rp 200.000 per bulan selama sembilan bulan, termasuk Rp

600.000 untuk 1,776 juta keluarga. Selain itu, ada transfer cash dari Program

Kartu Prakerja untuk 5,6 juta peserta senilai Rp 600.000 selama empat bulan.
Memperbaharui data penduduk miskin dan rentan miskin yang layak

mendapatkan bantuan sosial, pemerintah meningkatkan anggaran Bantuan Sosial

dan memperluas jumlah penerima bantuan kepada penduduk yang jatuh miskin

akibat Covid-19.

2. Integrasi Penyaluran Bansos Di banyak tempat, berbagai bentuk Bantuan

Sosial yang berbeda-beda jenis dan jumlahnya telah menimbulkan ketegangan

sosial di sejumlah daerah. Hal ini diperparah dengan basis data Bantuan Sosial,

khususnya Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), yang digunakan oleh

pemerintah daerah yang belum mencakup masyarakat yang sebelumnya tidak

terdata namun kondisi ekonominya memburuk selama pandemi. Salah satu

alternatif yang dapat ditempuh pemerintah adalah menggandeng bank-bank

pemerintah untuk melakukan transfer Bantuan Sosial secara langsung melalui

rekening khusus untuk setiap penerima bantuan.

3. Subsidi Administered Prices Mengurangi beban pengeluaran masyarakat

khususnya masyarakat miskin dan hampir miskin, terutama dengan menurunkan

biaya-biaya yang dikontrol pemerintah (administered prices). Di antaranya:

a. Menurunkan harga BBM yang menjadi salah satu komponen terbesar

pengeluaran penduduk miskin (5 persen untuk penduduk miskin di kota dan 4

persen untuk penduduk miskin di desa). Meskipun penurunan mobilitas orang

saat ini berdampak pada berkurangnya penggunaan BBM, BBM tetap berperan

besar dalam mobilitas barang (logistik) yang tetap sangat krusial perannya

selama masa wabah. Apalagi, harga minyak mentah terus mengalami

penurunan hingga di bawah 25 dollar per barel. Semestinya harga dasar BBM
di bawah RON 95 dapat turun setidaknya pada kisaran Rp 4.500 sampai Rp

Rp5.000 per liter.

b. Menambah jumlah rumah tangga penerima diskon pemotongan tarif listrik

sehingga mencakup minimal seluruh pelanggan 900 VA. Saat ini, selain

golongan R1/450VA (24 juta pelanggan) yang mendapatkan listrik gratis

selama tiga bulan, golongan rumah tangga R1/900VA yang mendapat

pemotongan 50 persen hanya sebanyak 7,2 juta pelanggan dari total 22,1 juta.

c. Menurunkan harga LPG tiga kilogram yang kebanyakan dikonsumsi oleh

masyarakat menengah bawah. Ini juga sejalan dengan harga propane dan

butane yang menjadi bahan baku utama LPG yang turun tajam. Harga propane

Aramco, yang menjadi acuan perhitungan harga subsidi LPG, turun dari 430

dollar AS per ton pada bulan Maret menjadi 230 dollar AS per ton pada April

2020. Sementara itu, harga butane turun dari 480 dollar AS per ton menjadi

240 dollar AS per ton pada periode yang sama. Oleh sebab itu, seiring dengan

potensi penurunan realisasi anggaran subsidi LPG tiga kilogram (Rp 50,6

triliun) tahun ini, pemerintah memiliki cukup ruang untuk menurunkan harga

bahan bakar itu di kisaran Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per kg.

d. Memberikan diskon atau menggratiskan tarif air untuk rumah tangga

khususnya di daerah-daerah yang menerapkan PSBB. Banyak negara-negara

berkembang telah mengadopsi kebijakan ini, seperti Malaysia dan Thailand.

Oleh karena pengelolaan air bersih berada dalam kendali Pemerintah Daerah,

maka Faisal mengimbau sudah saatnya mereka ikut serta menanggung sebagian
beban masyarakat dengan memberikan diskon atau menggratiskan tarif air

bersih di daerah mereka.

4. Insentif Dibudang Pertanian, Peternakan dan Perikanan Meningkatkan

insentif bagi petani, peternak, dan nelayan melalui skema pembelian produk oleh

pemerintah dan perbaikan jalur logistik hasil pertanian, peternakan, dan perikanan

perlu dilakukan mengingat sektor tersebut terus berproduksi dan menghadapi

minimnya serapan pasar. Baca juga: BPK: Program Pensiun PNS, TNI dan Polri

Belum Transparan dan Akuntabel Jika insentif di sektor ini tidak segera dan

secara khusus diberikan, maka mereka berpotensi menambah jumlah penduduk

kemiskinan. Sektor pertanian saat ini masih menjadi penyerap tenaga kerja

terbanyak hingga 34,58 juta orang atau 27,3 persen tenaga kerja nasional per

Agustus 2019.

5. Pengelolaan APBN Secara Cermat Meningkatnya intervensi pemerintah

untuk mengatasi pandemi tentunya berdampak pada peningkatan anggaran belanja

pemerintah. Meskipun terdapat ruang untuk memperlebar defisit, pemerintah

dapat mengoptimalkan realokasi anggaran yang telah disusun dan menerapkan

beberapa kebijakan alternatif, meliputi:

a. Melakukan realokasi sebagian anggaran belanja modal dan belanja barang

APBN, dan melakukan pembagian beban (burden sharing) antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah dengan mengalihkan sebagian anggaran Transfer Ke

Daerah dan Dana Desa, untuk dialokasikan menjadi anggaran Bantuan Sosial.
Pemerintah juga perlu melakukan renegosiasi pembayaran utang luar negeri

kepada kreditur asing baik lembaga ataupun negara.

b. Melakukan realokasi anggaran penanganan Covid-19 senilai Rp 150 triliun

(dari total pembiayaan Rp 405 triliun) yang semula diperuntukkan untuk

mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang belum dijelaskan

rinciannya, untuk kegiatan anggaran social safety-net dan peningkatan anggaran

penanggulangan Covid-19.

c. Melakukan realokasi anggaran program Kartu Prakerja yang digunakan

untuk membayar program pelatihan senilai Rp 5,63 triliun, yang tidak relevan

dengan kebutuhan masyarakat saat ini, khususnya angkatan kerja yang

menganggur akibat PHK. Lagi pula, kebanyakan materi yang ditawarkan dapat

diperoleh secara gratis di internet.

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Valeriana Darwis dan A Rozany Nurmana. Juli 2001. PENGENTASAN KEMISKINAN :


UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN DAN RENCANA WAKTU MENDATANG. FAE. Volume 19
No. 1 Juli 2001 : 55 - 67

(https://media.neliti.com/media/publications/63395-ID-pengentasan-kemiskinan-
upaya-yang-telah.pdf )
Ngadi, Ruth Meilianna*, Yanti Astrelina Purba. Juli 2020. DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP PHK DAN PENDAPATAN PEKERJA DI INDONESIA. JURNAL KEPENDUDUKAN
INDONESIA. Edisi Khusus Demografi dan COVID-19| 43-48

(file:///C:/Users/mariati/Downloads/576-1701-1-PB.pdf )
Dwi Resti Pratiwi, Hikmatul Fitri. Juni 2020. Potensi Lonjakan Kemiskinan Indonesia
Akibat Pandemi Covid-19. Buletin APBN Vol. V. Ed. 09

( https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public-file/buletin-apbn-
public-106.pdf )

Anda mungkin juga menyukai