Anda di halaman 1dari 4

PEREKONOMIAN DESA SEBAGAI PENGUATAN DI TENGAH PANDEMI COVID-

19

Coronavirus Disease atau yang biasa dikenal dengan Covid-19 beberapa bulan
belakangan ini telah menciptakan keresahan di tengah masyarakat. Seperti yang kita ketahui,
virus ini pertama kali ditemukan pada akhir tahun 2019 tepatnya di kota Wuhan China.
Penyebaran Covid-19 ini telah meluas keseluruh belahan dunia, khususnya di Indonesia. Tak
peduli siapa yang diserangnya, entah dia orang kaya atau miskin, entah dia kaum bangsawan
atau hanya rakyat biasa.
Covid-19 telah berhasil menciptakan kegentingan ditengah kehidupan umat manusia.
Berbagai masalah bermunculan akibat adanya virus menular ini, salah satunya adalah
permasalahan perekonomian. Covid-19 telah menciptakan perlemahan perekonomian
Indonesia. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) perekonomian Indonesia pada tahun 2019
berada pada kuartal I dengan pertumbuhan sebesar 5,02 persen. Pada tahun 2020
perekonomian Indonesia masuk pada kuartal III dengan pertumbuhan hanya sebesar 2,97
persen.
Pergerakan perekonomian sejak sepuluh bulan terakhir mengalami ketidakjelasan.
Beberapa sektor penunjang perekonomian seperti mati suri. Chatib Basri selaku mantan
menteri keuangan, dikutip oleh CNN Indonesia (2020) melihat kondisi seperti ini diibaratkan
zombie companie yakni perusahaan sebagai pelaku usaha mengalami keadaaan seperti mayat
hidup. Itu artinya sektor usaha ada wujudnya namun tidak ada pergerakan dalam perputaran
ekonomi. Bahkan mereka tidak memperoleh pertambahan pemasukan untuk perusahaan. Hal
ini juga dipengaruhi karena adanya ketidakmampuan masyarakat sebagai konsumen untuk
membeli barang.
Penularan Covid-19 yang sangat cepat membuat pemerintah harus membuat kebijakan
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Seluruh kegiatan diluar rumah termasuk
pekerjaan dilaksanakan di rumah atau yang disebut dengan work from home (WFH). Tidak
ada pilihan lain untuk menghindari Covid-19 selain mematuhi kebijakan pemerintah dan
menerapkan protokol kesehatan. Di sisi lain, aktifitas perekonomian di berbagai negara juga
mengalami hambatan. Negara Tiongkok sebagai yang merupakan negara asal ditemukannya
Covid-19 juga mengalami kemandekan perekonomian. Seperti yang dilansir di website
Katadata, penerapan kebijakan lockdown di berbagai negara membuat kegiatan impor dan
ekspor terhenti. Dampaknya adalah adanya kerentanan pemenuhan kebutuhan hidup karena
banyak barang-barang yang menjadi mahal akibat keterbatasan barang itu sendiri.
Adanya pembatasan sosial membuat perusahaan kehilangan aktifitas produksi sedangkan
mereka harus tetap mengeluarkan biaya untuk membayar beberapa tagihan perusahaan.
Akibatnya banyak pekerja yang dirumahkan dan terkena PHK (Pemberhentian Hak Kerja).
Dikutip dari Kompas.com tercatat 39.977 perusahaan sektor formal melakukan PHK dan
merumahkan pekerja untuk memangkas biaya pengeluaran perusahaan. Terdapat 1.010.579
pekerja yang terkena imbas dari pandemi ini. Sedangkan pada perusahaan informal sebanyak
34.453 perusahaan dan 189.452 pekerja yang juga dirumahkan dan PHK.
Covid-19 memberikan dampak terhadap adanya peningkatan pengangguran, belum lagi
para angkatan kerja baru yang belum mendapatkan pekerjaan, hal ini mempengaruhi
bertambahnya angka kemiskinan. Permasalahan yang muncul akibat dampak Covid-19 pada
perekonomian melahirkan tatanan kehidupan baru. Masyarakat dituntut harus melakukan
perubahan sosial, sehingga muncul berbagai permasalahan yang kompleks dan saling
berintegrasi. Kesulitan ini sangat berat dirasakan oleh masyarakat, khususnya mereka yang
tinggal di perkotaan dan sangat menggantungkan hidup pada industri serta perdagangan.
Kepadatan penduduk yang tinggi di kota membuat keadaan semakin rawan tertular Covid-19
jika mereka mengabaikan kebijakan dari protokol kesehatan yang telah dianjurkan. Sehingga
banyak masyarakat perantauan yang memilih pulang ke kampung halaman untuk
menyambung kehidupan.
Desa memang seringkali dipandang sebagai wilayah yang memiliki berbagai
keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Namun banyak orang lupa
bahwa potensi sumber daya yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan manusia adalah
berawal dari desa. Dengan ciri khas sebaran penduduknya yang tidak padat, membuat desa di
masa pandemi Covid-19 memiliki potensi yang sangat rendah dalam penyebaran virus.
Kementerian Desa PDTTT (Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi) seperti yang
dikutip Katadata mengatakan bahwa penyebaran Covid-19 di desa lebih rendah dibandingkan
di kota, sehingga hal demikian berdampak pada pemulihan ekonomi akan lebih cepat di desa
daripada di kota. Di samping itu, penyaluran distribusi di desa lebih mudah dilakukan karena
minimnya resiko penyebaran Covid-19.
Di masa pandemi masyarakat yang bekerja di perantauan lokal dan TKI di Malaysia
banyak yang memilih pulang kampung karena mereka mengalami kesulitan mencari
pendapatan. Sedangkan di desa mereka dapat bekerja dengan mengelolah potensi yang ada
seperti bertani atau berkebun. Tidak hanya itu, harga kebutuhan pokok di desa relatif lebih
murah daripada di kota, sehingga masyarakat masih dapat memenuhi kebutuhannya. Hal ini
dikarenakan kebutuhan pokok seperti bahan pangan dapat disuplai sendiri oleh masyarakat
desa serta perputaran kegiatan ekonomi oleh masyarakat dapat dilaksanakan dengan mudah.
Wakil menteri PDTT Budi Arie Setiadi juga menegaskan bahwa ketahanan pangan dalam
upaya menumbuhkan perekonomian di masa pandemi dapat disokong dari potensi yang ada
di desa. Hal ini dapat dilihat pada sektor pertanian pedesaan serta bagaimana sistem
kehidupan yang ada di desa. Kegiatan sosial di desa masih kental dengan sistem paguyuban
atau gotong royong. Meskipun masyarakat desa sering dipandang memiliki kelemahan
ekonomi secara finansial. Namun sikap saling berbagai dan toleran yang tinggi di desa
membuat masyarakat memiliki kekuatan sosial dalam ketahanan pangan.
Adanya modal sosial dan potensi yang berada di desa perlu diberdayakan sebagai
penguatan perekonomian bagi masyarakat luas di masa pandemi. Dukungan pada masyarakat
desa tidak hanya berupa materi, tetapi juga dapat dilakukan dengan adanya pemberdayaan
masyarakat yang mampu memberikan penguatan sosial. Dimana tidak hanya masyarakat desa
yang dapat terpenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri dari hasil potensi pertanian lokal
tanpa harus bergantung pada barang ekspor, tetapi masyarakat luas yang terdampak Covid-19
juga mendapatkan manfaatnya.
Fenomena pandemi Covid-19 tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Meskipun tidak
dapat dipungkiri bahwa Covid-19 memberikan dampak yang sangat negatif bagi kehidupan,
akan tetapi Fenomena ini dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk menciptakan
pembangunan masyarakat yang lebih tangguh. Perlu adanya mitigasi untuk mengadapi
dampak perubahan sosial yang disebabkan oleh covid-19, sehingga masyarakat memiliki
kekuatan sosial dan ekonomi dalam menjalakan kehidupan baik saat ini dan berikutnya.

Refrensi :
Badan Pusat Statisti. 2020. Laporan Perekonomian Indonesia 2020. Dikutip dari
https://www.bps.go.id/publication/2020/09/16/be7568ad496829f35cea4b27/laporan-
perekonomian-indonesia-2020.html. Tanggal 19 Desember 2020.
CNN Indonesia. 2020. Dampak Resesi Corona Mengalir Ke Berbagai Sektor. Di kutip dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200908105412-532-543899/dampak-resesi-
corona-mengalir-ke-berbagai-sektor. Tanggal 18 Desember 2020.
Katadata. 2020. Kemendes Prediksi Perekonomian Desa Lebih Cepat Pulih Pasca Covid-19.
Di kutip dari https://katadata.co.id/ekarina/berita/5ee9dec78b8a5/kemendes-prediksi-
perekonomian-desa-lebih-cepat-pulih-pasca-covid-19. Tanggal 19 Desember 2020.
Biografi Penulis :

Robi’a Al Adawiyah adalah seorang mahasiswi Pascasarjana


Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Alumni S1 Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya. Kelahiran
Lamongan pada tanggal 29 April 1997. Penulis merupakan salah satu
penerima beasiswa LPDP dari Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Penulis memiliki minat pada kajian sosial khususnya
pemberdayaan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai