Anda di halaman 1dari 7

1.

Di masa pandemi covid 19, saat ini pemerintah sedang berusaha keras untuk
mengatasi jumlah angka kemiskinan yang semakin meningkat. Kibijakan fiskal
seperti apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan
tersebut!
Jawab:
Menurut kajian yang berjudul Impact of COVID-19 on Child Poverty and
Mobility in Indonesia,  guncangan akibat pandemi COVID-19 berdampak pada
masyarakat di semua kelompok umur, tetapi anak dan remaja menanggung beban
yang secara khusus lebih berat karena penurunan pendapatan rumah tangga dan
kesulitan yang dialami keluarga untuk meningkatkan status ekonominya. Sebanyak
33% populasi Indonesia adalah anak berusia di bawah 18 tahun, namun mereka
menyumbang hampir 40% penduduk miskin baru pada tahun 2020 akibat pandemi.
“Analisis tersebut menunjukkan pentingnya perluasan ruang fiskal untuk
perlindungan sosial yang berfokus pada anak di tahun 2021 dan seterusnya untuk
mengentaskan kemiskinan anak di seluruh negeri. Ini juga merupakan peluang untuk
memanfaatkan dividen demografis Indonesia dan sejalan dengan prioritas Presiden
untuk berinvestasi di bidang sumber daya manusia,” ujar Amir.
Kajian tersebut menunjukkan bahwa perluasan darurat program-program
bantuan sosial yang berfokus pada anak, seperti Program Keluarga Harapan (PKH)
dan program bantuan pangan Kartu Sembako, turut mencegah 1,3 juta anak jatuh
miskin akibat pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Apabila program-program
tersebut dihentikan, akan berpotensi meningkatkan kemiskinan dan menyebabkan
sekitar 2,1 juta anak di bawah garis kemiskinan pada tahun 2021.
Deputi Perwakilan UNICEF Robert Gass menyampaikan bahwa sekarang
adalah waktunya untuk mengembangkan visi jangka panjang untuk perlindungan
sosial, sejalan dengan mandat presiden untuk mereformasi program perlindungan
sosial. Menurutnya, program perlindungan sosial yang berfokus pada anak perlu
diperluas dan ditingkatkan agar semua anak dapat dijangkau pada masa krisis.

2. Dalam rangka menurunkan angka penularan covid 19, pemerintah mengeluarkan


kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan
mengharuskan masyarakat untuk menerapkan kebijakan 3M (Memakai Masker,
Mencuci tangan, Menjaga jarak). Hal ini berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat dalam pembelian produk barang dan jasa. Upaya apa yang harus
dilakukan oleh pelaku bisnis, supaya usahanya tetap berkembang!
Jawab:
Data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) menunjukkan
risiko penularan COVID-19 tanpa berperilaku 3M, bisa mencapai 100%. Dengan
mencuci tangan risiko tertular turun 35%, ditambah memakai masker kain risikonya
turun menjadi 45%, apabila memakai masker bedah menurunkan risiko tertular
hingga 70%, lalu ditambah dengan menjaga jarak 1meter menurunkan risiko hingga
85%. Efektivitas inilah yang mendasari protokol kesehatan 3M yaitu Memakai
masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak adalah upaya utama untuk dijalankan
seluruh masyarakat. Setiap saat, pemerintah selalu menghimbau agar mentaati 3M
karena masyarakat juga memiliki peranan penting dalam upaya menekan angka
penularan COVID-19.
Hal tersebut dibenarkan dr. Muhammad Fajri Adda’I, dokter relawan COVID-
19 dan edukator kesehatan, “Kita harus terus bersama-sama dengan pemerintah
melakukan kewajiban 3T (Testing, Tracing, Treatment), dan masyarakat menjalankan
3M. Kita sama-sama ambil bagian sebagai subjek penanganan pandemi ini,”
terangnya dalam Dialog Produktif yang mengambil tema Prokes Dijalankan, COVID-
19 Kita Kalahkan, yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional.
Dengan menggunakan masker, penularan bisa ditekan jauh. Lalu, perilaku
menjaga jarak terutama di ruangan tertutup mengurangi risiko tertular lebih besar
lagi. “Apabila terpaksa di ruangan tertutup, buka semua ventilasi, dan jangan terlalu
berkerumun dan menghindari ruangan dengan ventilasi yang buruk. Yang lebih baik,
dengan melakukan pertemuan virtual apabila diperlukan,” saran dr. Fajri.
Lebih lanjut, dr. Fajri juga menjelaskan, “Kemudian pentingnya cuci tangan
adalah untuk menghindari kuman atau virus yang tidak sengaja tertempel karena
droplet (percikan) di ruangan ber-AC bisa bertahan sampai beberapa minggu. Ini bisa
menginfeksi apabila kita tidak sengaja mengucek mata, sehingga saya menyarankan
cuci tangan dengan sabun di air mengalir,” lanjutnya.
Saffri Sitepu, mengisahkan pengalamannya selaku penyintas COVID-19. “Saya
rasa saya tertular waktu itu karena kurang menjaga jarak atau bertemu orang
banyak. Pengalaman saya ketika divonis positif COVID-19, yang paling berat adalah
sepuluh hari pertama. Ketika itu saya sesak berat dan batuk berdarah. Setelah
pulang dinyatakan negatif pun saya merasa fisik masih berat, gampang lemas,
hampir tiga bulan saya rasakan pengalaman tersebut,” terangnya.
Menanggapi kisah dan saran kedua penyintas, dr. Fajri menghimbau agar
masyarakat bisa tetap menjaga jarak sambil beraktivitas. “Apabila harus terpaksa
bertemu, cari tempat yang ventilasinya baik, kalau perlu bertemu di luar ruangan,
dan usahakan jangan sembari makan, terus jaga jarak. Jika naik transportasi umum
pilih yang tidak terlalu padat. Jangan banyak bicara sehingga tidak harus
menurunkan masker. Yang terpenting apabila merasa tidak enak badan jangan
dipaksakan, sampaikan ke atasan kondisi kesehatan kita,” sarannya.
Mengambil contoh dari pengalaman Saffri Sitepu, kini dia sangat serius
menjaga jarak dan menghindari kerumunan. “Saya juga dulunya punya hobi
bersepeda dengan komunitas, tapi setelah sembuh COVID-19, sampai saat ini saya
sudah tidak lagi bersepeda dengan teman-teman. Saya hindari hal itu. Saya
bersepeda sendiri, saya jauhi kerumunan. Karena masih ada rasa takut terinfeksi
kembali. Hingga kini saya melaksanakan protokol kesehatan yang benar dan tepat,”
ujarnya.
Menurut saya pelaku bisnis tetap harus menerapkan kebijakan tersebut,
contohnya seperti menyediakan tempat mencuci tangan, memberi masker gratis
seseorang yang tidak memakai masker, serta selalu menjaga jarak dengan orang di
sekitar. Untuk melengkapi usaha tersebut, jangan lupa juga kita harus dukung
vaksinasi agar program ini bisa menurunkan penularan dan kita semua bisa sehat
selalu.

3. Di masa pandemi covid 19 seperti saat ini, berbagai upaya pemerintah dan non
pemerintah membantu UMKM supaya bisa tetap berkembang. Apa yang menjadi
alasan UMKM supaya tetap berkembang, baik di masa pandemi covid 19 maupun
di masa new normal!
Jawab:
Meningkat atau menurunnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya keterlibatan UMKM. Sesuai dengan
UUD 1945 pasal 33 ayat 4, UMKM merupakan bagian dari perekonomian nasional
yang berwawasan kemandirian dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. UMKM memiliki peran yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi negara.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini
mencapai 64,19 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,97% atau senilai
8.573,89 triliun rupiah. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia
meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat
menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.
Tingginya jumlah UMKM di Indonesia tidak terlepas dari berbagai tantangan
serta kondisi pandemi Covid-19 yang mendorong perubahan pada pola konsumsi
barang dan jasa menjadi momentum untuk mengakselerasi transformasi digital.

Sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia, UMKM memiliki peran yang
signifikan yaitu sebagai berikut:
 UMKM memiliki kontribusi besar terhadap PDB yaitu 61,97% dari total PDB
nasional atau setara dengan Rp. 8.500 triliun pada tahun 2020.
 UMKM menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar yaitu 97% dari daya
serap dunia usaha pada tahun 2020. Jumlah UMKM yang banyak berbanding
lurus dengan banyaknya lapangan pekerjaan di Indonesia sehingga UMKM
memiliki andil besar dalam penyerapan tenaga kerja.
 UMKM menyerap kredit terbesar pada tahun 2018 sebesar kurang lebih Rp. 1
triliun.

Menurut Tulus Tambunan dalam bukunya yang berjudul Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Indonesia, ada beberapa alasan yang mengemukakan pentingnya
UMKM bagi perekonomian nasional:

 Jumlah UMKM yang sangat banyak dan tersebar di perkotaan maupun


pedesaan bahkan hingga di pelosok terpencil.
 UMKM tergolong sangat padat karya, mempunyai potensi pertumbuhan
kesempatan kerja yang besar dan peningkatan pendapatan.
 UMKM banyak terdapat dalam sektor pertanian yang secara tidak langsung
mendukung pembangunan.
 UMKM membantu dalam menampung banyak pekerja yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
 Dalam kondisi krisis ekonomi, UMKM mampu untuk bertahan, seperti yang
terjadi pada tahun 1997/1998.
 Menjadi titik awal mobilitas investasi di pedesaan sekaligus wadah bagi
peningkatan kemampuan wiraswasta.
 Menjadi alat untuk mengalihkan pengeluaran konsumsi warga pedesaan
menjadi tabungan.
 UMKM mampu menyediakan barang-barang kebutuhan relatif murah.
 Melalui beragam jenis investasi dan penanaman modal, UMKM mampu dan
cepat beradaptasi dalam kemajuan zaman.
 Memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi.

Permasalahan UMKM Akibat Pandemi

Penurunan jumlah UMKM dan kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia disebabkan
oleh pandemi sejak 2020 lalu. Permasalahan yang dialami sebagai berikut:

 Perubahan pola konsumsi barang dan jasa masyarakat dimasa pandemi dari offline
ke online
 UMKM mengalami permasalahan tenaga kerja akibat pemberlakuan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB)
 Hambatan distribusi produk
 Kesulitan bahan baku produksi

Upaya Pemerintah Untuk Memajukan UMKM Indonesia

1) Undang-Undang Cipta Kerja.

Dari total keseluruhan jumlah UMKM di Indonesia, sebanyak 64,13 juta


merupakan UMK yang masih berada di sektor informal sehingga perlu didorong
untuk bertransformasi ke sektor formal. Indonesia masih memiliki kendala dalam
perizinan yang rumit serta tumpang tindih antara regulasi di tingkat pusat dan
daerah. Oleh karena itu Pemerintah berupaya mengakomodir permasalahan
tersebut melalui penyusunan UU Cipta Kerja yang telah disahkan pada tahun 2020.
Salah satu substansi yang diatur adalah mengenai kemudahan, perlindungan dan
pemberdayaan UMKM. Pemerintah berharap melalui UU Cipta Kerja, UMKM dapat
terus berkembang dan berdaya saing.

2) Program PEN.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) merupakan salah satu program


yang dicetuskan pemerintah untuk memulihkan ekonomi Indonesia akibat dampak
Covid-19. Program ini juga merupakan respon pemerintah atas penurunan aktivitas
masyarakat yang terdampak, khususnya sektor informal atau UMKM. Program ini
dibuat berdasarkan PP Nomor 23 tahun 2020 yang kemudian diubah menjadi PP
Nomor 43 tahun 2020.

Sebagai salah satu upaya pemerintah untuk memajukan UMKM, berikut merupakan
rincian program PEN untuk UMKM, yaitu:
 Subsidi bunga/margin
 Belanja Imbal Jasa Penjaminan (IJP)
 Penempatan Dana Pemerintah di perbankan
 Penjaminan loss limit kredit UMKM
 Pajang penghasilan final UMKM ditanggung pemerintah
 Pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana
Bergulir (LPDB) koperasi UMKM
 Program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif Usaha Mikro

3) Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Upaya lain dari pemerintah untuk memajukan UMKM yaitu program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan melalui lembaga keuangan dengan pola
penjaminan. Adapun biaya jasa (suku bunga) atas kredit/pembiayaan modal kerja
disubsidi oleh pemerintah. Tujuan KUR adalah untuk meningkatkan meningkatkan
akses pembiayaan dan memperkuat permodalan UMKM.

4) Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI)

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) merupakan salah


satu program pemerintah sebagai upaya pemerintah untuk memajukan UMKM yang
diluncurkan pada tahun 2020. Tujuan Gernas BBI yaitu mendorong national branding
produk lokal unggulan untuk menciptakan industri baru dan tentunya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Melalui program ini, pemerintah mendorong pelaku UMKM
untuk bergabung ke platform digital.

5) Perluasan Ekspor Produk Indonesia melalui ASEAN Online Sale Day (AOSD)

ASEAN Online Sale Day (AOSD) atau Hari Belanja Daring ASEAN merupakan
acara belanja yang dilakukan secara serentak oleh platform niaga-elektronik di
sepuluh negara ASEAN. AOSD diselenggarakan bertepatan pada hari ulang tahun
ASEAN yaitu 8 Agustus sejak tahun 2020. Peserta AOSD adalah pelaku usaha di
Kawasan ASEAN yang menyediakan barang dan jasa melalui Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik (PMSE). AOSD merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk
mempromosikan dan membangun citra produk lokal nusantara ke kancah ASEAN
serta mendorong dan meningkatkan kegiatan ekspor produk Indonesia. Upaya-upaya
tersebut diharapkan dapat memajukan UMKM, meningkatkan jumlah UMKM di
Indonesia dan tentunya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dengan demikian, semakin banyak lapangan pekerjaan yang dibuka sehingga angka
pengangguran dan kemiskinan di negeri ini dapat menurun.

Anda mungkin juga menyukai