Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 PENGANTAR ILMU POLITIK

NAMA : PUTRI ZHAFIRA SUHAILA


NIM : 042387778
UPBJJ-UT : PANGKALPINANG

Tugas 1
Aksi demonstrasi merupakan hak warga negara yang telah diakomodir dalam UUD 1945.
Pada bulan Oktober 2020, terjadi serangkaian aksi demonstrasi terkait UU Omnibus Law.
Dampak dari serangkaian demonstrasi tersebut diantaranya kerusakan fasilitas publik, di
antaranya 25 halte Trans-Jakarta. Kerugian demonstrasi di Jakarta tersebut diperkirakan
mencapai Rp 65 miliar
Pertanyaan:
Aksi demonstrasi yang merusak fasilitas umum tersebut tentu melanggar undang-undang
(UU) yang mengatur tentang demonstrasi..
A. Telusuri secara online peraturan perUUan tersebut. Sebutkan UU tersebut dan pasalnya
serta jelaskan isi dari UU yang mengatur mengenai demonstrasi tersebut?
B. Urutkan peraturan perUUan tersebut dari peraturan yang tertinggi (UUD 1945) sampai
dengan peraturan pelaksananya?
C. Beri kesimpulan (argumentasi Anda)!

JAWABAN :

A. 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. Tentang Kemerdekaan Menyampaikan


Pendapat di Muka Umum (“UU 9/1998”), pada Pasal 1 Ayat, 1 menjelaskan
“Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.
2. Kemudian Pasal 1 Ayat 2, menjelaskan “Di Muka Umum adalah di hadapan orag
banyak atau orang lain termasuk juga di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat
setiap orang”. Sehingga berdasarkan bunyi rumusan tersebut dapat dikatakan,
walaupun kebebasan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara
termasuk mengkritik Pemerintah, namun hal tersebut harus dipertanggung jawabkan
sesuai aturan hokum yang berlaku.
3. Menyampaikan pendapat di Muka Umum dijamin dalam Pasal 28 Undang-Undang
Dasar 1945 (“UUD 1945”) ysng berbunyi : “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
Undang-Undang”.
Sumber : https://www.bphn.go.id/data/documents/98uu009.pdf

Aksi demontrasi yang merusak fasilitas umum tersebut tentunya melanggar Undang-
Undang tentang demonstrasi yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998.
Terutama dalam UU No.9 (C) dan (D) Tahun 1996 tertulis :
c) bahwa untuk membangun negara demokrasi yang menyelenggarakan keadilan sosial
dan menjamin hak asasi manusia diperlukan adanya suasana yang aman, tertib,dan
damai;
d) bahwa hak menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan secara
bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Sumber : https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/17462/node/21/uu-no-9-
tahun1998-kemerdekaan-menyampaikan-pendapat-di-muka-umum

Demonstrasi terkait penolakan UU Omnibus Law sampai merusak fasilitas public seperti
25 halte Trans-Jakarta tersebut sungguh amat disayangkan karena merugikan masyarakat
dan juga negara . Pelaku pengrusakan juga dapat dikenakan sanksi hukum pidana
sebagaimana tertulis dalam Pasal 406 KUHP :
1. Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hak membinasakan, merusak ,
membuat hingga tidak dapat dipakai lagi atau menghilangkan sesuatu barang yang
sama sekali atau sebagiannya kepunyaan orang lain , dihukum penjara selama-
lamanya 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-banyak Rp 4.500,
Sumber: https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt539a466693874/akibat-
hukum-jika-merusak-barang-orang-lain-tanpa-sengaja/

B. Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka Peraturan Perundang-undangan sesuai


urutan dari yang tertinggi adalah :
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. UU/Perpu;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah Provinsi;
6. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Sumber : https://www.kai.or.id/berita/19246/tata-urutan-perundang-undangan-di-
indonesia-disertai-jenis-dan-fungsinya.html

C. Kesimpulan :
Aksi demonstrasi yang terkadang disertai juga dengan tindakan yang tidak
bertanggungjawab yaitu dengan melakukan pengerusakan fasilitas umum, yang
tentunya bertentangan dengan tujuan dari demonstrasi itu sendiri. Aksi demonstrasi
yang tidak bertanggungjawab tersebut tentunya melanggar ketentuan yang terdapat
dalam KUHP dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Demonstrasi pun telah menjadi semakin
tak berarah, dan merugikan masyarakat apabila terjadi tindak pidana misalnya
dengan pengerusakan serta penganiayaan atau anarkhisme.

Demonstrasi yang seharusnya dilakukan secara damai yang sebagaimana telah diatur
dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 nyatanya tidak dihiraukan. Demonstrasi
secara damai dan sederhana belum mampu membuka telinga pemerintah. Sehingga
tidak jarang penyaluran aspirasi dengan cara yang untuk menekan pemerintah
dilakukan dengan cara kekerasan atau anarkhisme.

Anda mungkin juga menyukai