Anda di halaman 1dari 8

PERAN EKONOMI DAN KEUANGAN SOSIAL ISLAM DI MASA

PANDEMI COVID-19

Nur Laili Azizah (931409017)


Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
Jalan Sunan Ampel 7 Ngronggo, Kota Kediri
Email: lailiazizah.8847@gmail.com

Abstract

This paper explains about Islamic economic and financial policy solutions
and roles that could be offered to face of the COVID-19 pandemic in Indonesia. The
results of the research show that some solutions that can be offered within the
framework of the concept and system of Islamic Social, Economics, and Finance
are by distributing direct cash assitence from zakat, infaq, and alms, strengthening
waqf in the form of money waqf, through capital assistance of leading venture for
the business sector or micro, small, and medium enterprises (UMKM), through the
scheme of qardhul hasan, improvement of Islamic economic and financial literacy,
and through the development of Islamic financial technology.

Keywords: economy, finance, social, Islam, COVID-19

A. PENDAHULUAN
Sejak kasus COVID-19 meningkat di Indonesia, berbagai
permasalahan sosial dan ekonomi muncul di tengah masyarakat. Tak dapat
dipungkiri jika COVID-19 telah hampir melumpuhkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di Indonesia. Per 6 September 2020 jumlah kasus COVID-19 di
Indonesia telah mencapai 194,109 kasus. Jumlah total harian kasus COVID-19
sendiri dikonfirmasi melewati angka 3,000 untuk pertama kalinya sejak awal
pandemi, dengan 3,003 dan 3,308 kasus baru dilaporkan masing-masing pada
28 dan 29 Agustus. Jakarta dan Jawa Timur berkontribusi utama dalam
1
lonjakan tersebut.
Akibat kasus Corona ini, pemerintah Indonesia mulai melakukan
berbagai kebijakan seperti mengeluarkan himbauan social distancing,
mengeluarkan himbauan untuk Work From Home bagi pegawai,
memberlakukan pembatasan wilayah, membangun rumah sakit khusus untuk
penanganan COVID-19, dan lain-lain. Dengan adanya kebijakan pemerintah
ini serta situasi yang semakin genting, tentunya memberikan dampak bagi
masyarakat, baik masyarakat menengah ke bawah hingga kalangan elit.
Berbagai masalah sosial ekonomi muncul dan dampaknya langsung terasa oleh
masyarakat. Semakin hari permasalahan sosial ekonomi yang ditimbulkan
akibat COVID-19 semakin terlihat nyata bagi masyarakat.
B. DISPLAY DATA (PROBLEMATIKA PERMASALAHAN)
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya dalam
kelompok tersebut.2 Kasus Corona di Indonesia telah hampir melumpuhkan
kegiatan ekonomi masyarakat. Sejak pemerintah menerapkan berbagai
kebijakan seperti Work From Home, pembatasan wilayah, dan penutupan
berbagai tempat publik seperti tempat wisata, banyak perusahaan atau
perkantoran yang meliburkan pegawainya. Banyak pengusaha UMKM yang
melaksankan pemutihan pegawai (PHK) sebagai antisipasi dampak penutupan
usaha dalam waktu yang belum ditentukan.
Akibat pandemi ini, pekerja sektor informal juga sangat dirugikan. Para
pekerja informal yang terbiasa memperoleh pendapatan harian kesulitan untuk
memenuhi kebutuhannya. Beberapa pekerja informal tersebut diantaranya
adalah pekerja warung, toko kecil, pedagang asongan, pedagang di pasar,
pengendara ojek online, hingga pekerja lain yang menggantungkan hidup dari
pendapatan harian. Akibatnya, banyak yang memilih untuk kembali ke daerah

1
Estro Dariatno Sihaloho, Wiksadana, Cavin Dennis, “Impacts of Regional Economic Factors on
the Transmission of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in Indonesia”, Journal of Economic
and Business (online), Vol. 04, No. 02, September 2020, diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/340554267 pada tanggal 23 Agustus 2020.
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), 44.
masing-masing karena tidak mampu menanggung beban kehidupan tanpa
adanya kepastian pemasukan. Selama delapan hari terakhir, tercatat 876
armada bus antar provinsi yang membawa kurang lebih 14.000 penumpang
dari Jabodetabek, menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Yogyakarta dimana sebagian besar dari penumpang adalah pekerja informal
yang bekerja di ibu kota. 3Hal ini tentu bisa menyebabkan angka kemiskinan
dan pengangguran di Indonesia meningkat. Per Maret 2019 saja, penduduk
golongan rentan miskin dan hampir miskin di Indonesia telah mencapai 66,7
juta orang atau hampir tiga kali lipat jumlah penduduk di bawah garis
kemiskinan (golongan miskin dan sangat miskin). Ironisnya sebagian besar
dari golongan ini bekerja di sektor informal, khususnya yang mengandalkan
upah harian. Apabila penanganan pandemi berlangsung lama, periode
pembatasan dan penurunan mobilitas orang akan semakin panjang. Akibatnya,
golongan rentan miskin dan hampir miskin yang bekerja di sektor informal dan
mengandalkan upah harian akan sangat mudah kehilangan mata pencaharian
dan jatuh ke bawah garis kemiskinan.4
C. PEMBAHASAN (SOLUSI PERMASALAHAN)
Beberapa solusi permasalahan yang dapat ditawarkan oleh konsep
ekonomi dan keuangan sosial Islam untuk mengatasi permasalahan ekonomi
yang muncul di masyarakat adalah:
Pertama, Penyaluran Bantuan Langsung Tunai yang berasal dari zakat,
infak dan sedekah, berasal dari lembaga-lembaga pengumpul zakat maupun
dari masyarakat langsung. Dalam menghadapi pandemi yang saat ini sedang
terjadi, selain pemerintah, setiap lapisan masyarakat diharapkan dapat
memberikan kontribusi untuk membantu meningkatkan kualitas kehidupan
kualitas masyarakat terdampak sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.
Dalam konteks ini, diperlukan pengorbanan dari orang yang lebih mampu
secara materi dan kesabaran dari orang yang kurang mampu yang terdampak

3
BBC Indonesia, 30 Maret 2020, “Virus Corona: Pendapatan Usaha Kecil Pupus Akibat Covid 19,
Pemerintah Siapkan Bantuan Sosial Untuk Pekerja Harian”, diakses melalui
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52059235 pada tanggal 24 Agustus 2020.
4
CNBC Indonesia, 29 Maret 2020, “Karena Corona, Ekonomi RI Diprediksi -2%”, diakses melalui
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200329113617-17-148245/karena-corona-ekonomi-ri-d
iprediksi-2 pada tanggal 24 Agustus 2020.
wabah, atas dasar cinta yang diwujudkan dalam bentuk solidaritas sesama
manusia, di mana orang yang lebih beruntung bersedia dan ikhlas membantu
mereka yang kurang beruntung. Salah satu bentuk solidaritas yang dapat
dilakukan di tengah pandemi ini adalah dengan menunaikan zakat, infak, dan
5
sedekah.
Kedua, penguatan wakaf uang baik dengan skema wakaf tunai, wakaf
produktif maupun waqf linked sukuk perlu ditingkatkan. Badan Wakaf
Indonesia (BWI) perlu bekerja sama dengan lembaga keuangan syariah untuk
mempromosikan skema wakaf ini, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk
pembangunan berbagai infrastruktur berbasis wakaf seperti Rumah Sakit
Wakaf (RSW) khusus korban COVID-19, Alat Pelindung Diri (APD) wakaf,
masker wakaf, poliklinik wakaf, Rumah Isolasi Wakaf (RIW), dan lain
sebagainya. Manajemen wakaf harus dilakukan secara profesional, sehingga
wakaf dapat dimanfaatkan secara produktif dan berkelanjutan mengingat
realita bahwa banyak harta benda wakaf yang ada, tetapi kurang dan bahkan
tidak diproduktifkan, sehingga tidak bermanfaat secara maksimal. 6 Seperti
yang diketahui, wakaf memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan
infrastruktur pada berbagai macam fasilitas umum dan pemberdayaan ekonomi
umat, dimana wakaf tunai adalah satu alternatif yang diharapkan dapat
mengatasi permasalahan kemiskinan di tengah masyarakat, khususnya bagi
mereka yang terdampak COVID-19.
Ketiga, bantuan modal usaha unggulan saat krisis. Di tengah-tengah
krisis, tidak sedikit sektor usaha atau Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
yang berjuang agar tetap eksis. Usaha ini seringkali sulit bertahan karena
keterbatasan permodalan. Keberadaan UMKM sebagai kelompok
non-muzakki adalah kelompok yang sangat rentan untuk jatuh ke dalam jurang
kemiskinan dan kebangkrutan karena guncangan atau hantaman shock

5
A. Linge, “Filantropi Islam Sebagai Instrumen Keadilan Ekonomi”, Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam, Vol . 01, No. 02, September 2015, diakses melalui
http://jurnal.unsyiah.ac.id/JPED/article/view/6551 pada tangga 25 Agustus 2020.
6
Sakni A. S., “Konsep Ekonomi Islam dalam Mengentaskan Kesenjangan Sosial: Studi atas
Wacana Filantropi Islam dalam Syari’at Wakaf”, Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran,
Dan Fenomena Agama, Vol. 14, No. 1, Juni 2013, diakses melalui
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/view/466 pada tanggal 25 September 2020.
ekonomi. Sehingga jumlah mustahik dapat meningkat dengan sangat tajam,
sementara jumlah muzakki dapat terus menurn secara signifikan. Pemberian
modal ini dapat dilakukan dengan beberapa alternatif kebijakan, seperti
pemberian stimulasi tambahan relaksasi perbankan syariah dan restrukturisasi
atau penangguhan pembayaran kredit/pembiayaan syariah selama beberapa
bulan ke depan.
Keempat, permodalan usaha di atas juga dapat diikuti dengan dengan
pinjaman qardhul hasan. Dalam terminologi ekonomi/keuangan syariah,
qardhul hasan adalah pinjaman yang tidak mengambil manfaat (keuntungan)
apa pun namun tetap ditekankan untuk dibayarkan kembali (). Produk/skema
ini merupakan salah satu produk/skema sistem keuangan syariah yang sangat
penting dalam mendukung pemulihan atau menopang perekonomian. Diantara
pilihan penyaluran yang dapat dilakukan adalah melalui:
1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam membiayai usaha nano
dimana dananya dapat berasal dari beberapa sumber, baik dari masyarakat
umum, perusahaan swasta maupun BUMN/BUMD;
2. Pinjaman langsung tanpa margin baik untuk usaha maupun konsumsi yang
disalurkan oleh perusahaan (swasta atau BUMN/BUMD) kepada karyawan
atau mitranya (seperti pengemudi ojek online) dimana dananya dapat
berasal dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) atau pos lainnya.
3. Baitul Mal wa Tamwil (BMT), melalui Baitul Mal-nya menjadi salah satu
lembaga yang dapat berperan serta dalam memberikan solusi terhadap
masalah ini, yaitu dengan cara melaksanakan program-program
pemberdayaan melalui produk qardhul hasan (). Implementasi qardhul
hasan ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah pembiayaan semata, akan
tetapi bentuk pembiayaan ini juga dibekali dengan model pendampingan,
sehingga dengan adanya pendampingan ini pelaksanaan model
pembiayaan dapat berjalan dengan baik dan pada akhirnya tujuan mulia ini
juga akan terwujud. 7

7
Azwar Iskandar, “Peran Ekonomi dan Keuangan Sosial Islam saat Pandemi Covid-19”, Jurnal
Sosial & Budaya Syari, Vol. 07, No. 07, 2020, diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/341624080 pada tanggal 25 Agustus 2020.
Kelima, memperkuat usaha UMKM dari sebagian dana yang
dikumpulkan oleh unit-unit atau organisasi pengumpul zakat, khususnya yang
ada di daerah. Menyelamatkan kelompok UMKM yang krisis atau terancam
bangkrut karena terkena dampak ekonomi dari wabah COVID-19, dapat
dikategorikan sebagai golongan asnaf (penerima zakat), yaitu sebagai
kelompok miskin, berjuang di jalan Allah (fii sabilillah), atau orang yang
berhutang (gharimin).
Keenam, Sistem Ekonomi dan Keuangan Syariah sebagai sistem yang
sarat dengan nilai sekaligus merupakan petunjuk dari Sang Pencipta diyakini
mampu mewujudkan kegiatan ekonomi yang produktif dalam kerangka
keadilan. Untuk itu, masyarakat perlu diberi pemahaman yang benar tentang
ekonomi dan keuangan syariah dalam rangka peningkatan literasi ekonomi dan
keuangan syariah, diantaranya melalui pengadaan bantuan pendidikan
ekonomi syariah untuk mahasiswa terkena dampak COVID-19; pemberian
perizinan dan fasilitas bagi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta untuk
menjalankan program Program Jarak Jauh (PJJ) yang menawarkan program
Ekonomi Syariah dengan salah satu penekanan pada pembinaan akhlak; dan
perluasan infrastruktur sambungan internet penunjang PJJ yang merata di
seluruh Indonesia secara gratis.
Ketujuh, pengembangan teknologi finansial syariah untuk
memperlancar likuiditas pelaku pasar daring secara syariah, dimana pada saat
yang bersamaan juga diupayakan peningkatan fokus pada social finance (zakat,
infak, sedekah dan wakaf) di samping commercial finance. Termasuk pula
dalam hal ini, pengembangan market place untuk mengumpulkan pasar
tradisional dan UMKM, dengan tujuan mempertemukan permintaan dan
penawaran baik di dalam negeri maupun luar negeri, khususnya di masa-masa
lockdown karena pandemi. Perkembangan teknologi di bidang keuangan telah
berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini dan berdampak perubahan
perilaku masyarakat dalam bertransaksi keuangan. Hal ini dapat menjadi solusi
bagi permasalahan keuangan yang dihadapi UMKM.8

8
Azwar Iskandar, “Peran Ekonomi dan Keuangan Sosial Islam saat Pandemi Covid-19”, 7-12.
D. KESIMPULAN
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, umat Islam
dapat memberikan peran terbaiknya melalui berbagai bentuk atau model
philanthropy dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah, khususnya dalam masa
pandemi COVID-19. Peran ini diharapkan dapat mengatasi guncangan
ekonomi yang terjadi dan seluruh masyarakat, khususnya umat muslim, dapat
ikut serta berkontribusi dalam memulihkan guncangan tersebut. Di antara
solusi yang dapat ditawarkan dalam kerangka konsep dan sistem Ekonomi dan
Keuangan Sosial Islam adalah: (1) dengan penyaluran bantuan langsung tunai
yang berasal dari zakat, infak dan sedekah; (2) dengan penguatan wakaf; (3)
melalui bantuan modal usaha unggulan untuk sektor usaha atau Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM); (4) melalui skema qardhul hasan; (5) peningkatan
literasi ekonomi dan keuangan syariah; (6) melalui pengembangan teknologi
finansial syariah. Jika program-program di atas, khususnya bantuan langsung
tunai, zakat, infak, wakaf, atau CSR, betul-betul dapat digalakkan, maka
diharapkan akan membantu surplus ekonomi terbentuk kembali sehingga
percepatan pemulihan ekonomi dapat terwujud.
A. REKOMENDASI
Dengan banyaknya problematika yang muncul akibat pandemi ini,
sangat diharapkan bahwa sebagai sesama manusia hendaknya kita saling
membantu. Dengan melaksanakan beberapa solusi yang teah dipaparkan di
atas seperti menyalurkan bantuan langsung tunai yang berasal dari zakat, infak,
dan sedekah, penguatan wakaf, memberikan bantuan modal usaha, dan lain
sebagainya diharapkan mampu membantu memulihkan perekonomian
masyarakat yang terdampak COVID-19 ini.
DAFTAR PUSTAKA

BBC Indonesia. 30 Maret 2020. “Virus Corona: Pendapatan Usaha Kecil Pupus
Akibat Covid 19, Pemerintah Siapkan Bantuan Sosial Untuk Pekerja
Harian”, (https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52059235 diakses
pada 24 Agustus 2020).

CNBC Indonesia. 29 Maret 2020. “Karena Corona, Ekonomi RI Diprediksi


-2%”
(https://www.cnbcindonesia.com/market/20200329113617-17-148245
/karena-corona-ekonomi-ri-diprediksi-2 diakses pada 24 Agustus
2020).

Iskandar, Azwar. “Peran Ekonomi dan Keuangan Sosial Islam Saat Pandemi
COVID-19”. Jurnal Sosial & Budaya Syari, Vol. 07, No. 07, 2020,
(https://www.researchgate.net/publication/341624080, diakses pada 25
Agustus 2020).

Linge, A. “Filantropi Islam Sebagai Instrumen Keadilan Ekonomi”. Jurnal


Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol . 01, No. 02, 2015,
(http://jurnal.unsyiah.ac.id/JPED/article/view/6551 diakses pada 25
Agustus 2020).
Sakni A. S.“Konsep Ekonomi Islam dalam Mengentaskan Kesenjangan Sosial:
Studi atas Wacana Filantropi Islam dalam Syari’at Wakaf”. Jurnal Ilmu
Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, Dan Fenomena Agama, Vol. 14,
No. 01, 2013,
(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/view/466, diakses
pada 25 September 2020).
Sihaloho, Estro Dariatno, Dkk. “Impacts of Regional Economic Factors on the
Transmission of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in Indonesia”.
Journal of Economic and Business (online), Vol. 04, No. 02, 2020,
(https://www.researchgate.net/publication/340554267 diakses pada
23 Agustus 2020)

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada,


2013.

Anda mungkin juga menyukai