Anda di halaman 1dari 27

MODEL KEBIJAKAN TENTANG STABILITAS PERBANKAN

SYARIAH DI ERA DISRUPSI PANDEMI COVID-19 DAN TREND


DIGITALISASI INDONESIA DI KOTA MAKASSAR
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................... 3
B. RumusanMasalah............................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR................................6
A. Hakikat Ekonomi dan Perbankan Syariah.......................................................6

B. Pengaruh Ekonomi Kreatif dan Perbankan syariah Pada Masa

Pandemi Covid 19.......................................................................................... 6

C. Perkembangan Industri Kreatif Dan Perbankan Masa Pandemi Covid 19 8


D. Model Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia...................................11
E. Komponen Model Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Perbankan Syariah
F. Stabilitas Perbankan Syariah Di Era Disrupsi Pandemi COVID 19
Dan Trend Digitalisas................................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian...................................................................................23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................23
C. Fokus Penelitian............................................................................................ 23
D. Informan Penelitian.......................................................................................23
E. Teknik Pengumplan data...............................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
RAB

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandemi COVID-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi
dunia. Berbagai kebijakan diberlakukan guna mengatasi penyebaran COVID-19,
seperti physical distancing, pemakaian masker hingga Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Akibatnya terjadinya penurunan aktivitas manusia, para pelaku usaha
khususnya pedagang kecil terpaksa berhenti berjualan dan aktivitas ekonomi lainnya
sehingga mereka tidak memiliki pemasukan. Pandemi COVID-19 menyebabkan
dampak luar biasa kepada ekonomi sehingga bisa menyebabkan peningkatan jumlah
kemiskinan jika tidak ditanggulangi.
Masalah kemiskinan tidak hanya menjadi problem ekonomi, tetapi juga
menjadi problem sosial dan politik. Problem ekonomi berdampak pada problem
sosial, pendidikan, kesehatan dan politik. Problem inilah yang ini dihadapi oleh
negara-negara berpenduduk muslim karena dapat membahayakan serta mengancam
akidah, akhlak kelogisan berfikir, keluarga dan mengancam masyarakat muslim
(Qardhawi, 2005). Kemiskinan bisa disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal disebabkan oleh manusia sendiri seperti rendahnya tingkat
pendidikan, keterampilan, hingga budaya. Sedangkan faktor eksternal seperti
rendahnya kemampuan mengakses sumber daya ekonomi, keterbatasan sarana
prasarana umum hingga adanya bencana termasuk pandemi.
.
Pandemi merupakan tantangan nyata bagi dunia usaha, termasuk di dalamnya
industri jasa keuangan perbankan. Bank Syariah sebagai lembaga intermediasi
masyarakat yang memiliki dana dengan yang membutuhkan dana dituntut untuk dapat
melakukan aktivitasnya ditengah ancaman paparan COVID-19. Perbankan Syariah
memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan Syariah
harus cepat beradaptasi dengan membuat strategi yang kreatif dan inovatif untuk
bertahan dalam Pandemi COVID-19. Tantangan yang dihadapi perlu untuk diubah
menjadi sebuah kesempatan. menjadi lebih baik. Selain itu masa berakhirnya pandemi
belum bisa diketahui.

4
Bank Syariah Indonesia berperan hampir di semua sektor ekonomi
masyarakat seperti konsumsi dan investasi. Di masa pandemi COVID-19, peran BSM
sangat dibutuhkan untuk membantu sektor ekonomi yang tengah mengalami tekanan
baik melalui restrukturisasi kredit nasabah maupun melalui penyaluran pembiayaan
kredit baru. Sebagai bank syariah. Bank Syariah Indonesia memiliki peran besar untuk
memajukan ekonomi syariah, yakni ekonomi yang berbasis ajaran Islam untuk
kemaslahatan umat manusia. Mengingat besarnya efek pandemi terhadap
perekonomian dan pentingnya peran bank syariah di Indonesia maka penelitian terkait
peran Bank Syariah Mandiri bagi perekonomian Indonesia di masa pandemi COVID-
19 penting untuk dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas maka selaku peneliti memberikan batasan masalah
berupa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana model kebijakan pengembangan system pelayanan bank syariah di
Indonesia agar calon nasabah lebih muda mendapatkan informasi dan pelayanan
secara mandiri di Kota Makassar?
2. Bagaimana implementasi kebijakan tentang stabilitas perbankan syariah Indonesia
di era digilitasasi agar masyarakat dapat merasakan pelayanan syar’i Indonesia di
Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengembangan system pelayanan bank syariah di Indonesia
agar calon nasabah lebih muda mendapatkan informasi dan pelayanan secara
mandiri
2. Mengetahui stabilitas perbankan syariah Indonesia di era digilitasasi agar
masyarakat dapat merasakan pelayanan syar’i di Indonesia

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini adalah :
1. Manfaat praktis
A. Bila pengembangan system pelayanan bank syariah di Indonesia
ditemukan maka akan memberikan kemudahan bagi para calon nasabah

5
untuk mendapatkan akses informasi dan pelayanan seputar perbankan
syariah di Indonesia yang berupa e-bangking di era digitalisasi seperti
sekarang ini ditengah-tengah pandemi COVID 19
B. Bila stabilitas perbankan syariah Indonesia di era digilitasasi ditemukan
masyarakat dapat merasakan pelayanan syar’i di Indonesia maka
berdampak pada sektor investasi, perdagangan, transportasi, dan
pariwisata sehingga mengalami peningkatan dan berhasil menghasilkan
laba atau keuntungan

2. Manfaat teoritis
Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis adalah sebagai berikut
pandemi berdampak postif bagi transaksi digital BSM seperti peningkatan
jumlah pengguna Mandiri Syariah Mobile, peningkatan transaksi digital, dan
peningkatan pembukaan rekening online sehingga BSM di masa pandemi
meliputi restrukturisasi pembiayaan nasabah, bantuan sosial, pemaksimalan
program corporate social responsibility (CSR), penerapan protokol
kesehatan, dan pengalihan kegiatan bank menjadi berbasis digital

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Ekonomi Kreatif dan Perbankan Syariah

Selain pertanian, industri dan informasi sektor ekonomi menempati urutan keempat
dalam proses manifestasi pembangunan yang segera butuh penanganan pada masa pandemi
covid. Ekonomi kreatif menurut hemat saya adalah bagian dari manifestasi dalam upaya
mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan
berkelanjutan dan kontinue sebagai suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan
memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Ekonomi kreatif menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk
menciptakan, pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi.

Simatupang (2017) mengatakan bahwa ekonomi kreatif merupakan industri


yang mengandalkan talenta, keterampilan, dan kreativitas yang merupakan elemen dasar
setiap individu. Unsur utama industri kreatif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta
yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual.
Ekonomi kreatif merujuk pada buku Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, yang
diterbitkan oleh Kementrian Perdagangan RI merupakan era ekonomi baru yang
mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of
knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan
ekonominya. Dengan kata lain, perhatian utama ekonomi kreatif adalah pada faktor
human capital. (Putri Andika Sari: Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013,
Antara Peluang dan Tantangan). Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan ekonomi kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta,
keterampilan, dan kreativitas setiap individu untuk meningkatkan kesejahteraan melaui
tindakan ekonomi secara berkelanjutan dan kontinue.

B. Pengaruh Ekonomi Kreatif dan Perbankan syariah Pada Masa Pandemi Covid
19

Negara Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, berkembangnya


industry manufaktur, pangsa pasar domestik yang potensial, serta kuatnya tradisi
demokratis dan artistik akan mampu membawa bangsa ini menjadi salah satu negara

7
dengan kekuatan industri kreatif yang nyata di dunia.

Ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif, dimana semakin berkembang pada
beberapa negara saat ini, diyakini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
kemajuan perekonomian bangsanya. Di Indonesia, yang dimaksud dengan kontribusi
terhadap perekonomian antara lain sebagai berikut: Pertama, kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) industri ini di Indonesia
memberi kontribusi sebesar 7,28 % terhadap PDB pada tahun 2018 dan 7,8 % terhadap
PDB secara rata-rata dari tahun 2012 sampai 2018. Kontribusi industri kreatif terhadap
PDB sebagian besar berasal dari lapangan usaha fashion (3,7
%) dan kerajinan (1,9 %).dan perbankan sekitar (4, 5) %
Kedua, penciptaan lapangan pekerjaan, data dari BPS menunjukkan bahwa industri
kreatif di Indonesia menyerap 7.686.410 tenaga kerja pada tahun 2018 dan rata-rata
7.391.642 tenaga kerja dari tahun 2012 sampai 2018. Secara rata-rata dari tahun 2012
sampai 2018, industri kreatif menyerap 7,7 % total tenaga kerja di industri. Dengan
persentase sebesar tersebut, industri kreatif merupakan industri kelima terbesar yang
menyerap tenaga kerja setelah industri Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan;
Perdagangan, Hotel dan Restoran; Jasa Kemasyarakatan; dan Pengolahan.

Ketiga adalah peningkatan kegiatan ekspor. Dalam kurun waktu tahun 2018 - 2020,
industri kreatif mencatatkan kontribusi net trade yang dominan dan selalu meningkat,
berturut- turut sebesar 41,7%, 54,7%, 57,8% dibandingkan dengan net trade nasional.
Statistik ini menunjukkan bahwa industri kreatif merupakan salah satu penopang
peningkatan pendapatan masyarakat. Dan sebagai salah satu sektor penyumbang devisa
utama nasional, industri kreatif memiliki peran penting dalam terciptanya stabilitas moneter
nasional.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jones et.al (2019) di Inggris menyatakan
bahwa industri kreatif memberikan kontribusi terhadap ekonomi dan sosial pada level
nasional, regional, dan lokal; dan adanya tantangan bagi manajemen perusahaan untuk
memberikan dukungan dan promosi pada sektor industri ini. Selain itu terdapat
berbagai dampak yang ditimbulkan oleh ekonomi kreatif terhadap suatu bangsa, yaitu
menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra dan identitas bangsa, berbasis
pada sumber daya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan kreativitas yang
merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, memberikan dampak sosial yang
positif. Oleh karena itu, Indonesia pun mulai melihat berbagai subsektor yang terdapat

8
dalam industri kreatif sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat Indonesia
memiliki warisan budaya yang kaya dan sumber daya manusia yang kreatif.
Sandiaga S.Uno (2021) mengatakan bahwa melihat ekosistem ekonomi digital
yang saling menguatkan menjadi krusial karena ekonomi digital di Indonesia tetap bisa
tumbuh di tengah pandemi Covid-19 yaitu dengan menjalankan tiga pilar yaitu Inovasi,
Adaptasi, dan Kolaborasi.pernyataan ini disampaikan pada acara ICIEFI UMY Ke-5, 25
Agustus 2021 Salah satu cara untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah global ini
adalah bekerja sebagai satu kesatuan, yaitu memperkuat kolaborasi, inovasi, dan adaptasi.
Kita harus melanjutkan kolaborasi bisa dari pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, media,
dan masyarakat pada umumnya sehingga memperkuat ekonomi kreatif dan pariwisata
bahkan pasca pandemi. Pada kegiatan ini juga pak menteri Sandiaga S.Uno menyampaikan
bahwa sektor ekonomi kreatif dan pariwisata sangat terdampak karena adanya pandemi.
Jadi dibalik kerugian triliunan rupiah yang dialami Indonesia, sebenarnya ada pelaku
ekonomi kreatif dan pariwisata di dalamnya yang terancam kehilangan mata pencaharian
mereka. “Maka dari itu kita perlu berjuang di setiap sektor pekerjaan di masa pandemi ini.,
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Sandiaga S. Uno pada acara seminar
tersebut maka selaku penulis bisa berkesimpulan bahwa cara untuk mengelola produk
pada masa pandemic yakni pelajari kembali target pasar dan ubah produk kreatif pada saat
pandemi

C. Perkembangan Industri Kreatif Dan Perbankan Masa Pandemi Covid 19


Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan talenta, keterampilan, dan
kreativitas. Pada dasarnya setiap orang mempunyai potensi kreatif dalam dirinya masing-
masing yang merupakan anugrah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Model
pendampingan bagi Pengelolaan Ekonomi Kreatif Sektor Pariwisata secara Integratif yaitu
bangunan ekonomi kreatif ini dipayungi oleh interaksi triple helix yang terdiri dari
Intellectuals (Intelektual), Business (Bisnis), dan Government (Pemerintah) sebagai para
aktor utama penggerak industri kreatif.Adapun pelaku bisnis ekonomi kreatif sektor
pariwisata menginginkan ketertiban administrasi usaha, membutuhkan pendampingan usaha.
(Jeni Susyanti, Seminar Nasional Riset Inovatif II, Tahun 2014. ISSN : 2339-1553) . Sejalan
dengan ini sebagaimana yang disampaikan dalam jurnal ilmu pendidikan oleh Muhammad
Rakib (2010) mengatakan bahwa temuan penelitian menunjukkan bahwa model komunikasi
wirausaha, pembelajaran wirausaha, dan sikap kewirausahaan berpengaruh secara

9
signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Hal ini membawa implikasi bahwa untuk memprediksi
pembentukan kinerja usaha kecil harus diperhitungkan besaran variabel model komunikasi
wirausaha, pembelajaran wirausaha, dan sikap kewirausahaan. Sejalan dengan model
pengembangan Ekonomi kreatif dimasa pandemi Covid 19 sehingga dimungkinkan bahwa
pembelajaran wirausaha sebagai bagian penting dari model ekonomi kraetif yang prlu
dikembangkan oleh para pelaku usaha.
Pada kesempatan yang lain Muhammad Rakib (2017) dalam jurnal kepariwisataan
mengatakan bahwa sumbangsih ekonomi kreatif dalam perekonomian dan kultur Indonesia
dengan keragaman sosio-budaya menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan ekonomi
kreatif di Indonesia. Keragaman sosio-budaya Indonesia memberikan indikasi bahwa
kreativitas masyarakat Indonesia sangat tinggi. Begitu pula halnya dengan keragaan produk
dari berbagai etnis, yang menjadi factor pendukung pengembangan ekonomi kreatif.
Pengembangan ekonomi kreatif tidak terlepas dari budaya masyarakat setempat.
Pengembangan ekonomi kreatif harus berbasis budaya masyarakat setempat. Budaya
masyarakat setempat merupakan kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dikembangankan
dalam bentuk terintegrasi dalam setiap kegiatan pembangunan. Kearifan local dalam budaya
biasa dalam bentuk fisik dan non fisik. Kearifan local dalam bentuk fisik dan non fisik dapat
berupa produk-produk yang memiliki nilai-nilai yang bermakna seperti kerajian, seni,
kuliner, dan lain-lain.
Ekonomi kreatif bukan hanya diukur dari segi ekonomi tetapi juga dapat diukur dari
segi dimensi budaya. Dewasa ini, ide- ide kreatif yang muncul pada dasarnya bersumber
dari kearifan localdaerah. Hal ini memberikan makna bahwa kearifan lokal sangat
menentukan arah perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Ekonomi kreatif yang dikembangkan dengan memperhatikan kearifan lokal
merupakan solusi alternative yang dapat mendorong perkembangan ekonomi kreatif untuk
menjadi lebih mandiri terutama di daerah. Dimana, daerah memiliki produk-produk yang
mencerminkan budayanya masing-masing. Hal ini merupakan potensi yang dapat
dikembangkan menjadi produk berbasis kearifan lokal yang dengan sentuhan teknologi
sehingga memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri.

Menurut UK Government Task Force yang disitasi oleh Jones et.al (2014)
mengartikan industri kreatif sebagai berikut “those industries which have their origins in
individual creativity, skill and talent and which have a potential for wealth and job

10
creation hrough the generation and exploitation of intellectual property”. Kemudian
pengertian industri kreatif hampir sama dengan yang dirujuk oleh buku Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-
2015,‖ yang diterbitkan oleh Kementrian Perdagangan RI, industri kreatif didefinisikan
sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu
untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan
memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian Perdagangan RI,


mengelompokkan 14 jenis industri ekonomi, yaitu: 1) Periklanan, 2) Arsitektur, 3)
Pasar Barang Seni, 4) Kerajinan, 5) Desain, 6) Fesyen, 7) Video, Film, dan Fotografi, 8)
Permainan Interaktif, 9) Musik, 10) Seni Pertunjukan, 11) Penerbitan dan Percetakan, 12)
Layanan Komputer dan Piranti Lunak, 13) Televisi dan Radio, serta 14) Riset dan
Pengembangan.

Klasifikasi 14 subsektor industri kreatif yang ada di Indonesia dibagi


berdasarkan dua dimensi, yaitu: (a) substansi yang dominan dalam subsektor industri
kreatif; (b) intensitas sumber daya yang dibutuhkan dalam subsektor industri kreatif.
Kedua aspek dominan tersebut menentukan perkembangan industri kreatif.
1. Substansi Yang Dominan
Substansi dominan pada suatu subsektor ekonomi dapat dibedakan menjadi empat
aspek yang menjadi ciri-cirinya, yaitu:
a) Media. Pada subsektor ini, barang/jasa yang dihasilkan mengandalkan media
untuk menampilkan kontennya sehingga dapat memberikan nilai tambah (value
added).
b) Seni dan budaya. Pada subsektor ini, barang/jasa yang dihasilkan
mengandalkan kandungan seni dan budaya yang terkandung di dalamnya
sehingga dapat memberikan nilai tambah.
c) Desain. Pada subsektor ini, barang/jasa yang dihasilkan mengandalkan aspek
perancangan/desain sehingga dapat memberikan nilai tambah.
d) Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pada subsektor ini, barang/jasa yang dihasilkan mengandalkan penggunaan
teknologi berbasis pengetahuan (knowledge) sebagai sarana penciptaannya
sehinggadapat memberikan nilai tambah.

11
2. Intensitas Sumber Daya
Secara umum, industri kreatif menekankan pada kreativitas sebagai sumber daya
utama. Tetapi, terdapat banyak industri yang membutuhkan sumber daya yang bersifat fisik,
seperti penggunaan sumber daya alam. Misalnya saja pada industri fashion , meskipun tren
globalnya adalah pada peningkatan nilai tambah dari aspek desain, tetap saja industri ini
memerlukan sumber daya alam berupa benang yang kemudian dijadikan kain sehingga
produk yang dihasilkan nampak bentuk fisiknya. Contoh lainnya adalah industri kerajinan
yang masih memerlukan bahan baku alam seperti kayu, rotan, batu- batuan, logam, dan lain
sebagainya juga industri percetakan yang masih memerlukan kertas yang kesemuanya
memerlukan bahan baku dari alam.
Contoh industri-industri di atas merupakan industri yang berbasis pada sumber daya
yang kasat mata (tangible-based). Sementara beberapa subsektor industri kreatif lainnya
sangat minim menggunakan sumber daya fisik. industri- industri seperti permainan interaktif,
film dan musik misalnya yang mengandalkan sumber daya kreativitas sebagai sumber daya
utamanya. Industri-industri ini merupakan contoh dari industri yangberbasis pada sumber
daya yang tidak kasatmata (intangible-based).

D. Model Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Layaknya suatu bangunan kokoh yang akan menguatkan pembangunan ekonomi


Indonesia, model pengembangan ekonomi kreatif ditopang oleh pilar-pilar penting seperti,
lembaga pembiayaan keuangan, sumber daya, institusi, teknologi, dan industri. Kemudian
yang menaunginya, yang merupakan aktor penting dalam ekonomi kreatif, adalah
pemerintah, bisnis, dan para cendikiawan. Sementara yang menjadi pondasi adalah sumber
daya kreatif yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa yang menjadi pondasi dalam


pengembangan ekonomi kreatif adalah sumber daya manusia (people). Keunikan dari
industri kreatif adalah peran sumber daya manusia yang menjadi modal utama untuk
membuat aktivitas ekonomi untuk menghasilkan satu industri baru. Human capital
adalah aset yang paling berharga dalam perusahaan khususnya daya intelektualnya.
Manusialah yang mengatur suatu perusahaan dan yang menyatakan nilai tambah. Dengan
kata lain manusia khususnya kemampuannya, kebijaksanaannya, atau daya
intelektualnya memiliki arti penting dan memiliki peranan yang sangat besar dalam

12
mengelola suatu perusahaan.pembelajaran, kompetensi inti para karyawan dalam rangka
mencapai tujuan, program- program di organisasi dan tugas-tugas fungsional mereka. Mc
Gregor et.al (2019) menyatakan bahwa human capital mencakup pertimbangan sumber
daya manusia secara luas, yaitu sebagai tenaga kerja pada suatu perusahaan dan secara
lebih spesifik, yaitu kompetensi individu dalam bentuk pengetahuan, skill, dan sifat- sifat
dari para manajer serta orang-orang yang diaturnya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa human capital


merupakan keterpaduan pengetahuan, pembelajaran, pengalaman, kompetensi inti,
keterampilan, kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu yang ada dalam suatu
organisasi atau perusahaan yang akhirnya dapat meningkatkan produktivitas karyawan dan
berimbas pada produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, pendekatan sumber daya manusia
sebagai human capital selaras dengan pengembangan ekonomi kreatif yang menitikberatkan
pada manusia yang memiliki pengetahuan dan kreativitas.
Di era ekonomi kreatif, di mana kreativitas menjadi industri, pekerja kreatif
tidak hanya dari dunia seni saja melainkan dari dunia manajemen, sains, dan teknologi.
Misalnya, para pendidik, arsitek, desainer, insinyur, sains, artis, musisi dan entertainer.
Mereka adalah orang-orang yang menciptakan ide-ide baru, teknologi baru dan konten
baru. Dari dunia manajemen sumber daya kreatif memainkan peranan penting dalam hal
pengambilan keputusan dan mengandalkan daya pikir mereka dalam memecahkan
masalah.
Menurut Sintha Wahjusaputri, et al mengatakan bahwa pendekatan triple helix
diperkenalkan oleh Etzkowitz dan Leydesdorff (2019), menekankan bahwa interaksi ketiga
kompenen ABG merupakan kunci utama bagi peningkatan kondisi yang kondusif bagi
lahirnya inovasi, ketrampilan, kreativitas, ide dalam pengembangan ekonomi kreatif bagi
UKM. Permasalahan dalam kerjasama antar pihak dalam model triple helix pada kluster-
kluster ekonomi kreatif bagi UKM terjadi di daerah Padurenan Kudus dan Troso Jepara,
Jawa Tengah, yang diidentifikasi oleh penelitian Prabawani et al. (2017), meskipun
polatriple helix telah lama terbentuk, masih kurang berdampaknya knowledge hubs bagi
inovasi usaha kalangan UKM sebagaimana yang diharapkan. Hal ini diduga, selain karena
lebih diutamakannya faktor input modal, terutama akibat tidak adanya mekanisme inovasi,
transfer teknologi, inkubasi serta riset yang tepat untuk diterapkan. Sedangkan menurut Prof
Carunia Mulya Firdausy sektor ekonomi kreatif mutlak harus mendapat perhatian. Hal ini
karena sektor ini memiliki peranan penting terhadap perekonomian nasional. Namun upaya

13
mengembangkan sektor ekonomi kreatif kini dan mendatang masih menghadapi
permasalahan.
Pertama, penetapan 16 subsektor ekonomi kreatif belum diiringi upaya penyiapan
yang sistemik, khususnya pada tataran regulasi dan infrastruktur penunjang. Artinya,
sebagian besar pemerintah daerah belum menyadari keberadaan ekonomi kreatif sebagai
suatu talenta baru yang dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi dan bahkan memicu daya
saing daerah.
Kedua, kehadiran ekonomi kreatif sebagai wujud ide kreatif-inovatif masyarakat dan
manfaat keekonomiannya, belum mampu menstimulasi pemerintah daerah khususnya untuk
segera merespons melalui pengaturan dan penataan serta pengembangan usaha dan produk-
produk kreatif yang mampu memberikan nilai tambah ekonomi dan nilai kemanfaatan yang
dapat langsung dirasakan masyarakat.
Ketiga, diversifikasi budaya dan potensi wilayah yang spesifik dan sangat variatif
telah mendorong masyarakat untuk melakukan usaha-usaha dan menghasilkan produk-
produk kreatif. Hanya saja, pemerintah daerah belum melakukan upaya yang dapat
terjangkau untuk mengangkat keunggulan, budaya, dan karakteristik wilayahnya, sehingga
dapat menstimulasi lahirnya kewirausahaan lokal yang berkontribusi bagi pertumbuhan
perekonomian daerah dan turut memicu daya saing daerah, bahkan nasional.
E. Komponen Model Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Perbankan Syariah

Dalam pengembangan ekonomi kreatif terdapat lima pilar utama yang harus
diperkuat agar industri kreatif dapat terus tumbuh dan berkembang. Kelima pilar utama
tersebut antara lain:

1. Industri

Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang berhubungan langsung dengan
kegiatan produksi, distribusi serta konsumsi dari suatu produk baik itu berupa barang
ataupun jasa pada suatu area tertentu. Industri menjadi pilar utama dalam
pengembangan ekonomi kreatif ini dianalisi dengan smenggunakan pendekatan teori
Michael Porter yang dikenal dengan sebutan five forces model. Porter berpendapat
bahwa terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis jika perusahaan ingin berjalan
sukses dan bertahan dalam suatu industri tertentu, yaitu persaingan antar perusahaan
sejenis, ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar pemasok,
dan kekuatan tawar pembeli.

14
2. Teknologi

Kemajuan teknologi sangat penting peranannya dalam segala bidang misalnya dalam
industri kreatif ini yang berbasis pada kreativitas manusia dan terdapat pengetahuan di
dalamnya. Teknologi bukan hanya mesin ataupun alat bantu tetapi termasuk di
dalamnya adalah kumpulan teknik atau metode-metode, atau atktivitas yang membentuk
dan mengubah budaya. Teknologi merupakan tools bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, teknologi dapat digunakan untuk berkreasi, memproduksi,
mencari informasi, sarana berkomunikasi dan bersosialisasi yang akan memudahkan
proses ekonomi kreatif
3. Sumber daya

Sumber daya yang dimasudkan adalah input bagi suatu proses penciptaan nilai tambah, yaitu
sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya lain. Ide dan kreativitas
merupakan sumbangan dari sumber daya manusia sebagai human capital. Negara Indonesia
kaya akan sumber daya alamnya, seperti kayu, rotan, kapas, batu-batuan bahkan sampai ke
logam mulia. Sinergi antara sumber daya manusia dan sumber daya alam yang optimal akan
menciptakan daya kreasi berupa produk yang bernilai.

4. Institusi

Merujuk pada buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana


Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, yang diterbitkan oleh
Kementerian Perdagangan RI, institusi didefinisikan sebagai tatanan sosial di mana
didalamnya termasuk kebiasaan, norma, adat istiadat, aturan serta hukum yang berlaku.
Tatanan sosial dapat bersifat informal dan formal. Adat istiadat, norma dan kebiasaan
dapat digolongan ke dalam tatanan sosial informal. Sedangankan tatanan sosial formal
seperti hukum dan peraturan yang berlaku. Industri kreatif yang berbasis pada kreativitas
sangat erat dengan Hak Kekayaan Atas Intelektual (HKI) sehingga diperlukan dukungan
dari pemerintah mengenai perlindungan HKI ini agar karya-karya yang dihasilkan
merupakan karya orisinal dari seorang kreator. Dengan demikian kasus-kasus
pembajakan dapat ditekan sampai akhirnya dapat dihilangkan khususnya di Indonesia
ini.
5. Lembaga intermediasi keuangan

Pilar terakhir yang sangat penting menopang ekonomi kreatif adalah lembaga

15
intermediasi keuangan. Lembaga ini merupakan lembaga yang menyalurkan pendanaaan
kepada masyarakat terutama para pelaku bisnis di industri kreatif baik berupa
pinjaman/kredit maupun dalam bentuk modal/ekuitas. Sudah lazim kita dengar salah satu
faktor produksi yang dapat menghambat para pelaku bisnis (entrepreneur) pemula
adalah dalam hal modal. Sekarang ini banyak ide-ide kreatif yang berasal dari kaum
muda namun usaha mereka non formal dan belum mature, sehingga dibutuhkan
dukungan yang kondusif terhadap akses-akses finansial. Bentuk dukungan yang bisa
diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Intelektual
Dalam konteks ekonomi kreatif, para intelektual mencakup budayawan,
seniman, punakawan, begawan, para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan, para
pelopor paguyuban, sanggar budaya dan seni, individu atau kelompok studi dan peneliti,
penulis, dan tokoh-tokoh lainnya di bidang seni, budaya (nilai dan filsafat) dan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan pengembangan industry kreatif. Di Indonesia sendiri
terdapat beberapa tokoh intelektual baik dari bidang seni maupun bidang lainnya yang
mempunya potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia, misalnya M.H
Ainun Nadjib, Sudjiwo Tedjo, Rhenald Khasali, Iwan Fals, (Alm) Rendra, Saung Udjo
dan masih banyak lagi. Para intelektual ini memiliki kapasitas yang sangat besar dalam
memperkuat basis-basis formal dan informal dari inovasi, dan memeiliki kemampuan
untuk mematangkan konsep- konsep inovasi dan juga memiliki kapasitas mendesiminasi
informasi dengan jejaring di dunia internasional.
2. Pemerintah
Pemerintah merupakan sutu organisasi yang memiliki kewenangan untuk
mengelola suatu negara, sebagai sebuah kesatuan politik serta memiliki
kekuasaan untuk membuat dan menerapkan undang- undang di wilayah tertentu.
Dalam pelaksanaan kegiatannya pemerintah dibantu oleh para menteri yang
terbagi dalam kementrian-kementrian yang membawahi badan-badan negara.
Dalam mewujudkan pengembangan ekonomi kreatif suatu bangsa diperlukan
dukungan pemerintah, baik pemerintah daerah dan pusat, akan berjalan dengan
kondusif. Hal ini disebabkan pengembangan ekonomi kreatif tidak hanya pada
pembangunan industrinya melainkan juga pada pembangunan ideologi, sosial,
budaya, dan politik. Sebagai contoh pemerintah Korea Selatan telah berhasil
mengembangkan bahkan memajukan ekonomi kreatifnya pada sektor film, musik,

16
fesyen sampai mendunia yang dikenal dengan gelombang hallyu (hallyu wave). Saat
ini juga hallyu diikuti dengan banyak perhatian pada produk buatan Korea Selatan,
misalnya masakan, barang elektronik serta mempromosikan bahasa dan budaya
Korea Selatan. Hal ini terjadi bukan untuk waktu yang instan. Pemerintah Korea
Selatan sendiri mempersiapkan budaya korea menjadi kiblat hiburan di dunia telah
dirintis selama dua puluh tahun.
Hal ini dimulai dengan pemberian beasiswa kepada para seniman untuk
belajar bagaimana dapat membuat film dan musik dengan kulitas yang baik sehingga
bisa disejajarkan dengan produk-produk Hollywood. Dampaknya banyak para
wisatawan yang berbondong-bondongdatang ke Korea Selatan untuk berwisata yang
akhirnya sektor pariwisata Korea Selatan dapat menyumbangkan devisa. Berdasarkan
hal tersebut pemerintah Korea Selatan menyadari dengan penuh bahwa human
capital yang menjadi basis industri kreatif mempunyai peranan yang sangat penting.
Dengan melihat hallyu wave berhasil menembus dunia, pemerintah Indonesia dapat
melakukan studi banding mengenai hal ini.

F. Stabilitas Perbankan Syariah Di Era Disrupsi Pandemi COVID 19 Dan


Trend Digitalisasi
Seperti yang dikemukakan Imam Mukhlis dalam Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol.16, No.2 Mei 2012, hlm. 275–285 yang mengatakan bahwa Munculnya bank syariah
dalam system keuangan dan moneter sebagai respon dari semakin tumbuh dan
berkembangnya ragam usaha dan jenis kegiatan ekonomi masyarakat. Di beberapa negara
muslim bank syariah telah menjelma menjadi lembaga keuangan baru yang dapat mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat. Peran penting bank syariah dalam perekonomian tersebut
telah banyak dianalisis.
Dalam hal ini menurut Didi & Hasan (2010) berpendapat bahwa lembaga keuangan
Islam merupakan sebuah viable alternative untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
lebih sesuai untuk menyerap macro-financial shocks karena keuntungan structural yang
dimilikinya dibandingkan dengan model perbankan konvensional. Di sisi lain El-Gamal
(2005) berpendapat bahwa keuangan yang menganut prinsip syariah (Islam) dapat dengan
sederhana mereplikasikan fungsi dari instrument keuangan konvensional. Selain itu pula
dalam model perbankan Islam mendorong adanya prinsip partisipasi yang sama dan
pembagian risiko manakala sistem sharia compliant bank derive keuntungannya dari bentuk

17
investasi venture financing (Cevik & Charap, 2011). Tumbuh dan berkembangnya lembaga
keuangan bank dalam perekonomian, sangat ditentukan oleh besarnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam kegiatan operasional.

Menurut Nur Ichsan, et al ( 2010) mengatakan bahwa perubahan kondisi ekonomi


makro dapat berdampak terhadap industri keuangan, khususnya pada industri perbankan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi makro terhadap
penyaluran pembiayaan produktif (mudharabah) dan pembiayaan konsumtif (murabahah)
perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan metode Vector Error Correction
Model (VECM). Berdasarkan hasil analisis Impulse Response Function (IRF) respon yang
ditunjukan oleh variabel pembiayaan mudharabah terhadap guncangan tingkat inflasi, suku
bunga Bank Indonesia (BI rate) adalah positif, sedangkan guncangan variabel nilai tukar
rupiah direspon positif dan negatif, dan guncangan variabel stabilitas perbankan syariah
direspon negatif oleh pembiayaan mudharabah perbankan syariah. Kemudian hasil analisis
Impulse Renponse Function (IRF) respon yang ditunjukan oleh variabel pembiayaan
murabahah terhadap guncangan tingkat inflasi, suku bunga Bank Indonesia (BI rate), nilai
tukar rupiah, dan stabilitas perbankan syariah direspon negatif. Hasil Forecast Error
Variance Decomposition (FEVD) pembiayaan mudharabah perbankan syariah menunjukan
bahwa inflasi dan stabilitas perbankan syariah memberikan konstribusi paling besar
dibandingkan dengan variabel lainnya. Sedangkan hasil analisis FEVD pembiayaan
murabahah perbankan syariah menunjukan bahwa variabel suku bunga dan stabilitas
perbankan syariah memberikan konstribusi paling besar dibandingkan dengan variabel
lainnya.
Perekonomian di Indonesia sebagian besar didukung oleh sektor usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM). Pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997-
1998 sektor UMKM mampu bertahan dalam menghadapi gejolak ekonomi yang melemahkan
hampir semua sektor ekonomi (Kara, 2013: 2). Sektor UMKM memiliki keunggulan dan
potensial untuk lebih dikembangkan melalui kebijakan yang tepat dan peran dari lembaga-
lembaga yang dapat mendukung perkembangan UMKM.
Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh sektor UMKM adalah masalah
permodalan. Sektor UMKM mengalami kesulitan dalam memperoleh atau mengakses modal
usaha yang dapat menghambat perkembangan sektor UMKM karena tidak dapat memenuhi
permintaan konsumen. Perkembangan sektor UMKM tidak terlepas dari peran lembaga

18
keuangan yang dapat mendukung dan membantu mengatasi permasalahan permodalan
yang dihadapi oleh sektor UMKM.
Lembaga keuangan syariah hadir salah satu contohnya adalah perbankan syariah
sebagai wujud perkembangan aspirasi masyarakat yang menginginkan kegiatan
perekonomian yang berdasarkan prinsip syariah (Hermanita, 2013: 3). Kehadiran
perbankan syariah seharusnya dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan
sektor riil khususnya UMKM. Hal ini dikarenakan perbankan syariah memiliki core product
pembiayaan bagi hasil yang dikembangkan dalam produk pembiayaan mudharabah dan
musyarakah yang dapat digunakan dalam usaha produktif pada sektor riil (Kara, 2013: 2).
Selain pembiayaan produktif perbankan syariah juga menyediakan pembiayaan konsumtif
dengan akad jual beli yang dikembangkan dalam produk pembiayaan murabahah, dan
istishna seperti jual beli kendaraan operasional usaha, yang juga dapat membantu kelancaran
kegiatan operasional usaha pada sektor UMKM. Perbankan sebagai lembaga keuangan tentu
pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.

Kondisi perekonomian dan keuangan syariah Indonesia di tahun 2017 secara umum
menunjukkan perbaikan pertumbuhan, kinerja yang stabil dengan struktur yang lebih
berimbang. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Riil
dalam 3 tahun terakhir menunjukkan trend yang stabil dan mengalami peningkatan dari
5,03% menjadi sebesar 5,07%, angka inflasi yang terjaga pada kisaran 3±1% dan nilai tukar
rupiah yang stabil yang berada pada rentang Rp13.323 – Rp13.563 per USD pada akhir tahun
2017. Di sektor perbankan syariah sendiri, meskipun mengalami perlambatan dibandingkan
tahun sebelumnya, namun pertumbuhan aset, pembiayaan yang disalurkan (PYD), dan dana
pihak ketiga (DPK) masih terjaga angka yang cukup tinggi (dua digit), yaitu masing-masing
sebesar adalah 18,97%, 15,24% dan 19,83% (yoy). Perbaikan kinerja tersebut antara lain
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional yang stabil dan berdampak kepada
perbaikan kinerja Indeks Jasa Keuangan (IJK) Syariah. Selain perbaikan kinerja keuangan,
capaian juga dapat dilihat dengan adanya keberagaman produk dan aktivitas, kelengkapan
kerangka hukum dan peraturan, dan meningkatnya jumlah pelaku yang turut melakukan
kegiatan usaha di industri keuangan syariah.
. Di Indonesia, penelitian tentang stabilitas keuangan bank syariah telah dilakukan oleh
(Rokhim and Gamaginta, 2011) yang menganalisis stabilitas keuangan 12 bank syariah dan
71 bank konvensional selama periode 2004-2009. Dengan menggunakan ZSCORE sebagai

19
ukuran kesehatan bank, mereka menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
bank syariah dengan bank konvensional terkait dengan istilah stabilitas keuangan. Bank
Islam kecil memiliki level stabilitas yang hampir sama dengan stabilitas bank kecil
konvensional. Sedang full-fledged Islamic banks memiliki ZSCORE yang rendah
dibandingkan dengan unit bisnis Islam. Secara umum stabilitas keuangan bank syariah lebih
rendah dibandingkan dengan kinerja stabilitas keuangan bank konvensional. Sampai saat ini
belum ada definisi baku dari stabilitas keuangan yang diterima secara internasional. Oleh
karena itu, muncul beberapa definisi yang pada intinya mengatakan bahwa suatu sitem
keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan
menghambat kegiatan ekonomi. Lebih lanjut, Bank Indonesia menyebutkan bahwa arti
stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap faktor-
faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan yang dapat dipicu oleh
berbagai macam penyebab dan gejolak yang pada intinya merupakan kombinasi antara
kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar dapat
bersumber dari eksternal (internasional) dan internal (domestik). Risiko yang sering
menyertai kegiatan dalam keuangan seperti risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko
operasional (www.bi.go.id). Pertumbuhan bank dapat dipengaruhi oleh kondisi makro
ekonomi seperti inflasi dan GDP. Meningkatnya harga-harga secara umum dan terjadi secara
terus menerus sering disebut dengan inflasi. Inflasi berdampak pada terjadinya penurunan
daya beli masyarakat karena tingkat pendapatan riilnya juga menurun. Bagi industri
perbankan, keadaan tersebut dapat berimbas langsung pada perannya sebagai lembaga
intermediasi yang menjalankan sirkulasi dana di masyarakat. Inflasi dapat mengganggu
fungsi kerja uang, menyebabkan masyarakat enggan menabung, menarik dananya di bank
dan gangguan-gangguan lain yang pada akhirnya berdampak pada sistem ketahanan
keuangan bank. Sedangkan GDP adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam satu
tahun oleh suatu negara. GDP riil dianggap sebagai ukuran luas untuk menggambarkan
kemakmuran ekonomi. Semakin tinggi angka kemakmuran, semakin baik ia dalam
mendukung stabilitas sistem keuangan. Kegairahan ekonomi akan berdampak pada
meningkatnya daya beli dan keinginan untuk menyimpan dana sehingga berdampak positif
pada stabilitas bank
Meskipun belum ada konsensus tunggal tentang definisi corporate governance,
namun sejumlah teori menyatakan bahwa corporate governance yang lemah dapat mengikis
stabilitas keuangan melalui peningkatan kerentanan terhadap kejutan-kejutan eksternal.

20
Kaufman, Kraay and Mastruzzi (2007) mendefnisikan governance sebagai perkembangan
institusional suatu negara yang mungkin berdampak pada risiko bank yang diukur
berdasarkan enam dimensi yaitu berpendapat dan akuntabilitas, kualitas regulasi, stabilitas
politik, efektifitas pemerintah, aturan hukum dan kendali atas korupsi. Keenam dimensi
tersebut dikompilasi dalam suatu indeks Government.

Menurut Ahmad Mansur ( 2011) mengatakan bahwa dihapuskannya system bunga


dan digantikannya dengan sistem bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam, ternyata tidak
menurunkan kinerja dan performa bank syariah di dalam memerankan peranannya sebagai
lembaga intermediasi dan transformasi di dalam sistem keuangan nasional. Bahkan bank
syariah dapat melakukan mobilisasi, alokasi dan utilisasi sumber sumber daya ekonomi
yang dimiliki dengan baik. Hal ini terbukti dengan tetap meningkatnya dana pihak ketiga
dan meningkatnya asset yang dimilki bank syariah yang terus bertambah setiap tahun.
Dihapuskannya sistem bunga dan digantikannya dengan sistem bagi hasil tidak
memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja dan performa bank syariah. Berdasarkan
analisis data, bank syariah terus mengalami perkembangan dan kemajuan di dalam
memperkembangkan modal, pendapatan dan kekayaan mereka secara syar’i tanpa
melibatkan sistem bunga dan unsur riba yang dilarang oleh Islam. Perkembangan dan
keberhasilan perbankan syariah di dalam menunjukkan eksistensinya dan di dalam
melakukan kompetisi dengan perbankan konvensional yang berdasarkan sistem bunga dan
yang sudah lebih dulu eksis di Indonesia, tak bisa dilepaskan dari kebijakan Bank Indonesia
yang tak pernah lelah dalam mendorong berkembangnya perbankan syariah di bumi
Indonesia. Bahwa dengan menggunakan sistem bagi hasil di dalam setiap aktivitas dan
operasional perbankan, bank syariah justru dapat berperan dan memberikan kontribusinya di
dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan cara memerkembangkan modal,
pendapatan dan kekayaan masyarakat di dalam kegitan investasi, produksi dan usaha usaha
baru melalui pembiayaan pembiyaan yang dilakukan bank syariah. Dengan kata lain, bank
syariah mempunyai peran dan kontribusi di dalam pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Bahkan peran dan kontribusi bank syariah merupakan peran dan kontribusi
positif, karena kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah sangat jauh dari praktek praktek
spekulasi, penimbunan, gharar atau penipuan dan usaha yang bersifat perjudian. Semua
bentuk ketidak-adilan ekonomi tersebut dilarang oleh Islam dan di dalam sistem ekonomi
Islam termasuk di dalam sistem keuangan Islam. Dengan demikian peranan dan kontribusi
bank

21
syariah sangat mendorong kepada terciptanya kegiatan kegiatan riil ekonomi dan
menjauhkan dari kegiatan ekonomi semu yang dapat menciptakan terjadinya gelembung
gelembung ekonomi (bubble economy) yang suatu saat dapat menghancurkan sendi-sendi
ekonomi itu sendiri yang disebabkan oleh pertumbuhan semu. Penciptaan kegiatan ekonomi
riil juga dapat membantu melakukan kontrol terhadap inflasi. Inflasi dipicu oleh kegiatan
kegiatan yang bersifat spekulatif dan perjudaian serta pertumbuhann semu. Peran dan
kontribusi bank syariah di dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan di
dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pembiayaan pembiayaan
yang diberikan bank syariah di sektor usaha skala kecil dan menengah. Di sektor pertanian,
bank syariah membantu para petani dalam menggerakkan ekonomi pertanian, sehingga
keberhasilan mereka dapat membantu swasembada pangan bagi pemerintah dan negara.
Keberhasilan di sektor pertanian juga akan membantu menahan laju urbanisasi atau
berpindahnya orang orang pedesaaan ke kota kota guna memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Bila kebutuhan hidup mereka dapat dipenuhi di pedesaan dan pendapatan mereka dapat
ditingkatkan dan dikembangkan di tingkat pedesaan, maka ini dapat mengurangi arus
urbanisasi. Di sektor perumahan dan konstruksi, bank syariah juga berperan dalam
membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Inilah peran dan kontribusi
positif yang diberikan oleh bank syariah dalam membantu pertumbuhan dan pembanguan
ekonomi.

Menurut Jefik Zulfikar Hafizd (2020) mengatakan bahwa Bank Syariah Indonesia
merupakan salah satu lembaga keuangan dengan kontribusi besar pada perekonomian
Indonesia. Pandemi Coronavirus Disease-19 (COVID-19) menyebabkan berbagai sektor
khususnya ekonomi terdampak. Menurutnya Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui
efek pandemi terhadap ekonomi Indonesia, dampak pandemi terhadap BSM, dan peran BSM
bagi perekonomian di masa pandemi. Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi
berdampak pada sektor investasi, perdagangan, transportasi, dan pariwisata. Kegiatan
intermediasi BSM mengalami peningkatan dan berhasil menghasilkan laba. Pandemi
berdampak postif bagi transaksi digital BSM seperti peningkatan jumlah pengguna Mandiri
Syariah Mobile, peningkatan transaksi digital, dan peningkatan pembukaan rekening online.
Peran BSM di masa pandemi meliputi restrukturisasi pembiayaan nasabah, bantuan sosial,
pemaksimalan program corporate social responsibility (CSR), penerapan protokol kesehatan.

22
KERANGKA PIKIR
Trend
Digitalisasi

Stabilisasi
perbankan syariah

Model
Kebijakan Tentang Stabilitas Perbankan
Syariah
Era Disrupsi
Pandemi Covid 19

23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian
Penelitian ini berfokus pada bank Syariah yang ada di Indonesia yang lokus
penelitiannya dimakassar . Nasir ( 2021) mengatakan bahwa penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk
menganalisis, menemukan, memahami dan memberikan gambaran secara jelas serta
mendalam tentang yang dikaji/diteliti.karena dinilai lebih mampu untuk mengkaji hal
hal yang fenomenologis serta digunakan untuk mengungkapkan dan memahami
sesuatu dibalik fenomena yang belum diketahui ( Corbin dan Strauss, 2003:5).
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong J. Lexi ( 2008:5)
mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
belakang alamiah dengan tujuan untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada.dalam hala ini biasanya
menggunakan instrument wawancara dan dokumentasi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 1 Juli sampai 1 November 2022. Lokasi Penelitian
di Kota Makassar .
C. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian ini, antara lain
3. Model kebijakan pengembangan system pelayanan bank syariah di Indonesia agar
calon nasabah lebih muda mendapatkan informasi dan pelayanan secara mandiri di
Kota Makassar
4. Implementasi kebijakan tentang stabilitas perbankan syariah Indonesia di era
digilitasasi agar masyarakat dapat merasakan pelayanan syar’i Indonesia di kota
Makassar

D. Informan Penelitian

Secara konkrit informan dalam penelitian ini adalah pimpinan dan karyawan bank
syariah dan nasabah

24
E. Teknik Pengumplan data
Untuk memperoleh data, dapat digunakan teknik penelitian lapangan sebagai
berikut:
a. Observasi, yaitu penelitian dengan cara menggunakan data yang diperoleh
secara langsung yang disesuaikan dengan objek yang diteliti.
b. Teknik wawancara. Untuk lebih melengkapi data yang diperoleh maka
penulis juga menggunakan teknik wawancara.
c. Teknik Dokumenter .yaitu mengumpulkan data dengan cara meneliti
dokumen-dokumen tentang gejala atau fenomena yang akan diteliti
dilapangan.
d. Tekinik Analisis Data
Secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap penataan data, yaitu tahap dimana sebelum memulai analisis data,
penting untuk memastikan bahwa semua data telah lengkap, tercatat dan
diberi label dengan sistematis, sehingga data menjadi teratur dan mudah
dilacak.
2. Tahap reduksi data, yaitu dengan melakukan perangkuman data, memilih
hal hal yang pokok,memfokuskan pada hal hal penting, melakukan
pengkodean, merumuskan tema, membuat kategorisasi dan menyajikan
data secara tertulis
3. Tahap penyajian data, yaitu menyajikan data dalam bentuk matriks dan
bagian jaringan kausal
4. Tahap penarikan kesimpulan, pada tahap ini peneliti melakukan
interpretasi dan penetapan makna dari data tersaji.

25
DAFTAR PUSTAKA

Evarista, Tiara. 2021. Dampak Ekonomi Kreatif pada Pelaku Usaha UMKM di Masa
Pandemic covid-19. https://mridn.com. Diakses 24 oktober 2021

Firdausy, Mulya Carunia.. 2007. Strategi pengembangan Ekonomi Kreatif . Yayasan Pustaka
Obor Indonesia

Firdausy, Mulya, Carunia. 2017. Strategi pengembangan ekonomi kreatif Indonesia.Yayasan


penerbit obor Indonesia.

Hafizd, Jefik Zulfikar (2020) .Peran Bank Syariah Mandiri (BSM) Bagi Perekonomian
Indonesia DI Masa Pandemi Covid-19. Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum
Ekonomi Islam Vol. 5, No. 2, Desember 2020

Heniwati, Elok.2019. Studi Empiris Kekuatan Stabilitas Keuangan Perbankan Syariah di


Indonesia . Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan (JEBIK) 2019, Vol. 8, No.
2, 147-160. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura, Indonesia

HP, Manurung. 2021. Peran Pemuda dalam Menciptakan Usaha Ekonomi Kreatif di Era
Revolusi Industry 4.0 di Desa Pulau Tanjung Alam Asahan. Jurnal pengabdian
kepada masyarakat.Vol 1 No 1 Juni 2021.
http://jurnal.una.ac.id/index.php/comunitaria. Di akses tgl 28 oktober 2021.
Ichsan, Nur. Et al 2010. Analisis Pengaruh Ekonomi Makro Dan Stabilitas Perbankan
Syariah Terhadap Pembiayaan Produktif Dan Konsumtif Pada Perbankan Syariah
DI Indonesia Periode Januari 2010 – Maret 2017. Jurnal Akses Volume 12 Nomor
23 – April 2017 Fakultas Ekonomi, Universitas Wahid Hasyim.
Mansur , Ahmad.2011. Peran Bank Syariah Di Dalam Pembangunan Ekonomi (Analisis
Teoritis Atas Mobilisasi, Alokasi dan Utilisasi Sumber Daya Ekonomi Vol. 01, No.
01, Oktober 2011 ISSN 2252-7907 . Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya

26
Matondang, Khairani Awaliyah. 2018. Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan
Lokal Besiang Air dalam Meningkatkan Pendapatan Penganyam. Jurnal Niagawan
Vol 7 No 3 November 2018. https://jurnal.unimed.ac.id. Diakses 26 Oktober 2021.
Muklis, Imam.2010. kinerja Keuangan Bank Dan Stabilitas makroekonomi terhadap
Profitabilitas Bank Syariah DI Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang Jl.Semarang No.5 Malang, 65145.

Rakib, Muhammad. 2010. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 2, Juni 2010, hlm. 121-
129

Rakib, Muhammad . 2017. Jurnal Kepariwisataan, Volume 01, No. 02 Agustus 2017. Hal. 54
– 69 ISSN 2580-7803 (print), 2580-5681 (online) Politeknik Pariwisata Makassar

Rakib, Muhammad, syam, Agus. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Life
Skills Berbasis Potensi Lokal untuk Menigkatkan Produktifitas Keluarga di Desa
Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
volume 6 No 1 Thn 2016. https://ojs.unm.ac.id. Diakses tgl 28 Oktober 2021

Rakib, Muhammad. 2017. Strategi Pengembangan Ekonomi Kretif Berbasis Kearifan Lokal
sebagai Penunjang Daya Tarik Wisata. Jurnal Kepariwisataan Volume 01 No.02
Agustus 2017. http://eprints.unm.ac.id. Diakses 29 Agustus 2021.

Sari, Putri Andika: 2013.Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara
Peluang dan Tantangan) STIE EKUITAS

Susyanti, Jeni. 2014. Seminar Nasional Riset Inovatif II, Tahun 2014. ISSN : 2339-1553)

27

Anda mungkin juga menyukai