Anda di halaman 1dari 16

TANTANGAN DAN STRATEGI PERBANKAN SYARIAH

DALAM MENGHADAPI COVID-19

Disusun oleh :

UMI MUSIDAH NAILA IZATIN


43118120071

Pembimbing

Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGAM STUDI BISNIS DAN MANAJEMN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022
ABSTRAK

Perbankan syariah semakin hari perkembangannya semakin dikenal di masyarakat. Tak


hanya untuk kalangan islam semata, tetapi juga bagi mereka yang non muslim. Tantangan
perkembangan perbankan syariah saat ini sebagaimana diketahui, telah memasuki usia ke dua
puluh tahun, namun dari sisi pangsa pasar masih relatif kecil (6%). Kondisi ini tentu kontadiktif,
mengingat mayoritas penduduk indonesia adalah beragama islam. Lambannya bank syariah
meningkatkan pangsa pasar tidak dapat dilepaskan dari beberapa hal. Pada awal tahun 2020
perbankan syariah mengalami kendala penurunan disebabkan dampak penyebaran virus corona
yang terjadi di semua penjuru negara khususnya di Indonesia. Tantangan selanjutnya adalah
bagaimana perbankan syariah mampu menjadikan krisis wabah ini menjadi sebuah kesempatan
pembiayaan-pembiayaan baru di sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan alat kesehatan
seperti ranjang rumah sakit, masker, ventilator rumah sakit, alat tes, vaksin, alat-alat rumah sakit
dan lain-lain. Selain membantu para petugas medis, alat-alat ini juga mampu menahan
penyebaran Covid-19. Maka dari itu, sudah saatnya perbankan syariah mulai merevisi kembali
strategi mereka, mengubah budgeting mereka, dan merencanakan hal-hal yang tidak diinginkan
dikemudian hari jikalau penyebaran virus ini berkepanjangan hingga akhir .

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ TANTANGAN
DAN STRATEGI PERBANKAN SYARIAH DALAM MENGHADAPI COVID-19 “.
Shalawat serta salam tak lupa saya curahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW dan
tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Sudjono. M.Acc selaku dosen mata kuliah
Perbankan Syariah, karena atas bimbinganya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari pentuk
penyusunan maupun isi materi. Kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi saya khusnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 15 Mei 2022

Umi Musidah Naila Izatin

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................3
1.4 Metode Penelitian.......................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
1. Tantangan Perbankan Syariah.........................................................................................................4
2. Strategi Perbankan Syariah dalam menghadapi Covid-19...............................................................5
3. Tujuh strategi bank syariah dalam menghadapi covid-19................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................................9
KESIMPULAN...............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSAKA.......................................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Virus Corona atau dikenal dengan Covid19 telah meluluh lantahkan perekonomian dunia.
Menurut kebanyakan para peneliti dan ekonom dunia, wabah ini dianggap menjadi penyebab
krisis keuangan global yang paling parah jika dibandingkan dengan krisis keuangan Asia pada
1997-1998, atau krisis subprime mortgage pada 2008. Bagaimanapun juga, virus ini telah
mempengaruhi kepercayaan pasar keuangan dan pangan global, yang mau tidak mau berimbas
kepada seluruh sektor, sedangkan sektor yang paling merasakan imbasnya adalah sektor
pariwisata, perhotelan, dan penerbangan.
Kemunculan perbankan syariah di Indonesia adalah keinginan murni masyarakat Indonesia
yang ingin melakukan transaksi keuangan mereka sesuai syariah. Meski berbeda dari negara
tetangganya yang kemunculan industri keuangan syariah mereka diinisiasi oleh pemerintah,
maka pertumbuhan bank syariah di Indonesia tidaklah mudah dikarenakan support dari
pemerintah masih sangat kurang sekali. Kita bayangkan saja, pada awal 2014 setelah 28 berdiri,
market share bank syariah di Indonesia hanya menyentuh angka 5 persen.
Hal ini berbanding terbalik dengan negara tetangganya yaitu malaysia. Saat ini, market share
perbankan syariah di Malaysia sudah menyentuh angka 35 persen lebih. Bahkan Bank Negara
Malaysia telah mematok target pada akhir 2020, market share perbankan syariah di negara
menara kembar tersebut di angka 40 persen. Bahkan jika kita bandingkan dengan Oman
sekalipun yang baru memulai operasi perbankan syariah mereka pada awal Januari 2013
berdasarkan Royal Decree No. 69 Tahun 2012, market share perbankan syariah mereka sudah
menyentuh di angka 14 persen di awal 2020. Padahal, Bank Central Oman menargetkan market
share perbankan syariah di angka 10 persen pada 2021.
Akan tetapi, kabar baik bagi pertumbuhan perbankan syariah Indonesia akhirnya datang pada
akhir bulan Oktober 2019. Seakan keluar dari kutukan market share 5 persen sejak 2014, per
Oktober 2019 pangsa pasar perbankan syariah Indonesia mampu menembus angka 6 persen
berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau sekitar Rp 513 triliun. Faktor
pendukung terbesar dari pencapaian pangsa pasar ini adalah karena meningkatkan pertumbuhan

1
aset perbankan syariah pada unit BUS dan UUS sebesar 10,15 persen secara dibandingkan
sebelumnya Rp 499,98 triliun.
Dari sisi pertumbuhan pembiayaan, bank syariah mampu merealisasikan pertumbuhan
double-digit-nya di angka 10,52 persen dibanding sebelumnya. Dari Rp 345,28 triliun dana pihak
ketiga (DPK) menjadi Rp 402,36 triliun. Saat ini, pangsa pasar perbankan syariah Indonesia
dikuasai oleh 14 Bank Umum Syariah (BUS) atau sekitar 65 persen, sedangkan 32 persen pangsa
pasar perbankan syariah di kuasai 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dan dan sisanya di kuasai oleh
165 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Dibalik dahsyatnya pertumbuhan perbankan syariah di 2019. Pertumbuhan perbankan syariah
diyakini akan mengalami kendala penurunan di 2020 disebabkan penyebaran virus corona ini
sudah mulai merata di penjuru negri. Beberapa kota besar khususnya telah memberlakukan
Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) untuk mengurangi penyebaran virus ini. Imbasnya
banyak sekali kantor, toko dan pabrik yang harus memberlakukan pekerjaan dari rumah atau
betul-betul berhenti beroperasi sementara waktu.
Selain itu, pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan paket stimulus senilai Rp 405
triliun untuk menghadapi dampak terhadap penyebaran virus corona. Untuk mendukung
pemerintah pusat, OJK juga menerbitkan POJK No. 11/POJK.03/2020 untuk memberikan
relaksasi terhadap nasabah perbankan, termasuk perbankan syariah didalamnya yaitu kemudahan
proses restructuring dan rescheduling untuk nasabah yang terkena dampak penyebaran virus
corona, khususnya nasabah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ataupun non-UMKM
yang memiliki pembiayaan dibawah Rp 10 miliark, tergantung kebijakan dari masingmasing
bank syariah. Khususnya nasabah yang berkaitan langsung dengan sektor pariwisata,
transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan dan pertambangan.
Sebelum adanya penyebaran virus corona di Indonesia, perbankan syariah diharapkan tetap
mencatatkan rekor pertumbuhan doubledigit. Akan tetapi, saat ini perbankan syariah harus mulai
merevisi kembali target pertumbuhan mereka disebabkan dampak dari penyebaran Covid-19.
Perbankan syariah juga diharapkan mampu memberikan solusi-solusi atau strategi terbaik kepada
para nasabahnya seperti restrukturisasi, penambahan jangka waktu pembiayaan, ataupun
memberikan masa tenggang 3-6 bulan kedepan. Sehingga nasabah yang terkena dampak
terhadap virus ini bisa merasakan kehadiran bank yang sesuai syariah ini sebagai solusi dari
krisis perekenomian. Kedua, perbankan syariah juga harus melihat permasalahan penyebaran

2
virus ini sebagai tantangan yang harus dirubah menjadi sebuah kesempatan untuk berbenah
khususnya dari aspek layanan digital. Apalagi ketika WHO menyebutkan bahwasanya
penyebaran virus ini bisa menyebar melalui uang kertas, bahkan ada negara yang menyemprot
uang kertasnya agar tidak terjadi penyebaran melalui channel ini. Pembayaran digital yang
mampu memudahkan para nasabah melakukan seluruh transaksi dalam satu aplikasi adalah
merupakan sebuah keharusan yang dimiliki perbankan syariah. Kita sudah melihat banyak sekali
perbankan syariah sudah berinvestasi milyaran bahkan triliunan untuk meningkatkan pelayanan
digital mereka.
Tantangan selanjutnya adalah bagaimana perbankan syariah mampu menjadikan krisis wabah
ini menjadi sebuah kesempatan pembiayaan-pembiayaan baru di sektor-sektor yang berkaitan
langsung dengan alat kesehatan seperti ranjang rumah sakit, masker, ventilator rumah sakit, alat
tes, vaksin, alat-alat rumah sakit dan lain-lain. Selain membantu para petugas medis, alat-alat ini
juga mampu menahan penyebaran Covid-19. Maka dari itu, sudah saatnya perbankan syariah
mulai merevisi kembali strategi mereka, mengubah budgeting mereka, dan merencanakan hal-hal
yang tidak diinginkan dikemudian hari jikalau penyebaran virus ini berkepanjangan hingga akhir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diurakain di atas, maka penulis menarik sebuah
rumusan masalah yaitu tantangan dan strategi perbankan syariah dalam menghadapi covid19.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, penulis memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui tantangan dan strategi perbankan syariah dalam menghadapi covid-19 khususnya
di negara Indonesia

1.4 Metode Penelitian


Penulisan ini merupakan jenis artikel Empiris yaitu merupakan suatu keadaan yang
berdasarkan pada peristiwa atau kejadian nyata yang pernah dialami serta didapat dengan
melalui penelitian, pengamatan.

3
4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Tantangan Perbankan Syariah


Perbankan syariah juga dituntut menghadapi berbagai tantangan, yang semakin kompleks.
Seperti yang telah dipaparkan usia perbankan syariah di Indonesia masih relatif muda,
laksana ‘sosok remaja yang masih mencari jati diri’. Tantangan yang dihadapinya pun
tidaklah ringan dan mudah. Kalamuddinsjah Regional Manager BMI Jateng/DIY,
mengibaratkan membangun perbankan syariah seperti membangun jaringan transportasi
kereta api yang harus dimulai dari membuat rel. Mengapa? Karena menciptakan satu
landasan ekonomi syariah, harus dimulia dari nol.
Berbeda dengan bank konvensional yang telah mapan serta dukungan penuh dari
pemerintah. Pendapat Kalamuddinsjah ini, memberi gambaran betapa tantangan yang
dihadapi bank syariah di Indonesia masih cukup berat. Secara umum, tantangan berat yang
harus dipecahkan itu adalah bagaimana menjadikan industri keuangan syariah yang mapan
(established) yakni perbankan syariah yang proposional, sehat dan terpecaya. Apabila
diklasifikasikan, berbagai tantangan tersebut ada yang berasal dari dalam (internal), dan ada
yang dari luar (eksternal). Tantangan dari dalam adalah sejumlah tantangan yang harus
dipecahkan, berasal dari ‘diri’ bank syariah sendiri.
Kondisi pandemi bisa mengurangi daya saing bank syariah dan masyarakat memindahkan
dananya ke bank konvensional. Secara umum, tantangan bank syariah saat pandemi covid-
19 yakni likuiditas dan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing finanacing (NPF),
bank syariah akan mulai tertekan pada Juli 2020 dan Agustus pada puncaknya. Pada bulan
tersebut bank syariah kehilangan pendapatan dari pembiayaan, bagi hasil karena nasabah
memasuki periode gagal bayar bulan keempat dan kelima.
Namun demikian, resiko kenaikan NPF tersebut dapat diatasi dengan kebijakan POJK
nomor 11/POJK.03/2020 tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan, bank
dapat melakukan restrukturisasi sehingga NPF bisa ditekan. Tantangan lainnya adalah
likuiditas yang tidak merata di industri sejumlah bank bisa menikmati kelebihan dan lainnya
kekurangan. Selain itu dua opsi solusi merujuk pada kondisi 1998 dan 2008 saat itu, bank-
bank syariah melakukan konversi pembiayaan dengan akad murabahah menjadi pembiayaan

5
dengan akad musyarakah dan mudharabah. Untuk meyakini regulator akan responsive
terhadap permintaan industri dimasa paceklik seperti ini. Otoritas Jasa Keuangan juga sudah
mengeluarkan POJK Nomor 18/POJK.03/2020 tentang perintah tertulis untuk penanganan
permasalahan bank.
POJK ini memungkinkan OJK untuk melakukan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, dan / atau integrasi perbankan. Setelah melewati bulan Agustus yang
paling krusial, ia meyakini perbankan syariah bisa kembali normal dan akan memiliki
lanskap bisnis baru. Dia menyarankan industri bergotong royong saling menopang saat
menghadapi pademi covid-19. Saatnya berfikir kreatif, cerdas dan jangan menyerah,
manfaatkan segala celah dari kebijakan yang ada.
Otoritas Jasa keuangan (OJK) menyampaikan petinggi perbankan untuk membahas
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan regulator dalam menghadapi wabah virus
corona atau covid-19 khususnya kepada pelaku usaha. OJK sudah mengeluarkan kebijakan
pelonggaran kolektabilitas atau klasifikasi keadaan pembayaran kredit debitur dengan
mengabaikan dua aspek dan hanya menerapakan ketepatan membayar bagi debitur
terdampak corona. Tak hanya OJK kementrian keuangan (Kemenkeu) juga mengeluarkan
kebijakan stimulus melalui instrument fiscal, salah satunya diskon tiket pesawat. Selain itu
Bank Indonesia (BI) juga menurunkan tingkat suku bunga acuan menjadi 4,75 persen dan
menurunkan giro wajib minimum. Ini semua, perintah OJK, BI mengeluarkan kebijakan
untuk memberikan keleluasaan pengusaha untuk tetap bisa berusaha dan mengurangi beban
yang mungkin timbul. Pada pandemi covid-19 terdapat beberapa kemungkinan resiko yang
akan dihadapi sektor perbankan, yaitu resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional.

2. Strategi Perbankan Syariah dalam menghadapi Covid-19


Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi virus korona (Covid 19), termasuk di
dalamnya adalah sektor perbankan syariah. Oleh karena itu, agar sektor perbankan syariah
dapat tetap eksis di tengah pandemi virus korona, maka perbankan syariah harus melakukan
mitigasi risiko secara cermat, serta menggunakan strategi kreatif menghadapi kondisi yang
serba tidak menentu saat ini. Wabah pandemi Covid-19 memaksa
individu/kelompok/institusi/negara, untuk mengubah pola hidup dan perilakunya selama ini.
Jika individu/kelompok/institusi/negara, tidak melakukan perubahan, maka dengan

6
sendirinya perubahan tersebut yang akan melindasnya, tanpa terkecuali di dalamnya sektor
usaha perbankan syariah itu sendiri. Jika bank syariah ingin keluar dari kondisi
keterpurukan, maka sepatutnya bank syariah tidak dapat menggunakan metode atau cara-
cara lama dalam memasarkan layanan produk dan jasanya. Corona telah mendekonstruksi
tatanan/sistem perbankan yang sudah berjalan selama ini.
Virus ini sangat mematikan yang mana sampai saat ini jumlah kematian yang diakibatkan
Covid-19 di Indonesia mencapai angka kematian 1.959 orang pada tanggal 10 Juni 2020
yang menyebar hampir seluruh pelosok negeri, dengan dampak yang sangat buruk dari virus
ini mengakibatkan aktivitas kita menjadi terbatas yang hanya bisa berdiam diri di rumah
guna mematuhi arahan dari pemerintah untuk memutus rantai penyebaran dari Virus Corona
atau Covid19.
Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi virus corona (Covid19), termasuk di
dalamnya adalah sektor perbankan syariah. Oleh karena itu, agar sektor perbankan syariah
dapat tetap eksis di tengah pandemi virus corona, maka perbankan syariah harus melakukan
mitigasi resiko secara cermat, serta menggunakan strategi kreatif menghadapi kondisi yang
serba tidak menentu saat ini. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bank syariah adalah
bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga, tetapi beroperasi dengan sistem
bagi hasil dan margin.
Dalam Bank Syariah diterapkan bagi hasil sesuai kesepakatan porsi di awal akad dan akan
dijalankan hingga akhir perjanjian. Besar laba di bank syariah bergantung pada keuntungan
yang di dapat dari pihak bank. “rasionya akan meningkat seiring peningkatan keuntungan
bank syariah tersebut.

3. Tujuh strategi bank syariah dalam menghadapi covid-19


Adapun strategi bank syariah yang dapat dilakukan di tengah pandemi, yaitu melalui :
1) Bank harus mengelola mitigasi risiko dengan tepat. Bank harus punya peta navigasi baru
untuk dapat menghadapi krisis yang ada. Proses mapping debitur untuk proses restrukrisasi
harus segera jalan dan jelas sehingga cashflow bank terlihat setelah melakukan treatment.
Dengan begitu, bank mengetahui posisi StrengthsWeakness-Opportunities-Threats (SWOT)
untuk dapat membuat revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan memperhatikan kondisi
karena covid .

7
2) Bank harus fokus pada industri yang prospek untuk dibiayai. Bank harus tebang pilih pada
sektor usaha yang eksis dan berkembang di tengah merebaknya wabah Korona. Adapun,
menurut riset Dcode EFC (2020), sektor usaha (potential winner) tersebut adalah sektor;
agribisnis, telekomunikasi, ritel ecommerce, farmasi, produk pembersih & alat kesehatan.
Dan, untuk sektor-sektor yang terkapar merugi ataupun sektorsektor yang terpuruk sehingga
tidak mempunyai prospek sama sekali untuk bangkit, maka sebaiknya tidak menjadi pilihan
bank atas pembiayaan kreditnya terlebih dahulu. Harapannya, bank tidak lagi bekerja dengan
membawa beban kredit macet atas ekspansi kredit barunya.
3) Digital banking. Layanan produk dan jasa harus dikonversi menjadi digital banking. Proses
tersebut harus berjalan bertahap dan inisiasinya dilakukan secara terus menerus. Namun,
tidak semua produk dan jasa harus menggunakan digital banking, terdapat bisnis inti yang
masih membutuhkan fungsi oleh unsur manusia. Beberapa fungsi yang melibatkan unsur
manusia, sehingga keberadaannya tidak dapat digantikan oleh digital banking. Salah satu
peran tersebut adalah aktivitas pendampingan dan konsultasi bisnis. Sebagai contoh,
misalnya ketika nasabah bank yang bisnisnya terganggu akibat Covid-19, maka ia akan
mendapatkan pendampingan dan konsultasi bisnis dari tenaga pemasar bank. Bank memiliki
Relationship Manager (RM) yang tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini akan
mendampingi sekaligus sebagai konsultan apabila nasabah mengalami masalah dalam
operasional bisnisnya.
4) Inovasi dan kreativitas bank. Korona menuntut bank harus semakin berinovasi. Misalkan,
bank saat ini tidak hanya menuntut pembayaran angsuran dan bunga kredit oleh debiturnya.
Namun, bank juga harus memikirkan untuk dapat membantu nasabah, melalui penjualan
produknya. Seperti diketahui, imbauan pemerintah agar masyarakat melakukan physical
distancing maupun social distancing mempengaruhi penjualan pelaku Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Menyiasati hal tersebut, bank dapat membantu pelaku UMKM
binaannya untuk terhubung dengan ekosistem sehingga mampu berjualan secara online.
Contohnya adalah dengan create UMKM Go Online. UMKM Go Online merupakan
platform digital yang bertujuan untuk memfasilitasi UMKM binaan Bank dalam memperluas
jangkauan penjualan produk mereka. Para pelaku UMKM yang berminat masuk dalam
UMKM Go Online cukup melalui proses tahapan-tahapan mudah. Nasabah wajib
melengkapi data dan mendaftarkan usahanya terlebih dahulu dengan mengakses microsite
UMKM Go Online di website bank lewat tautan portal bank. Selanjutnya, pihak penjual
akan diminta untuk menyiapkan dokumentasi produk, mengirimkan sampel barang, hingga
proses pengiriman barang ke gudanggudang inventori yang dikelola oleh bank. Barang

8
tersebut selanjutnya akan dibantu oleh bank untuk dijual melalui platform UMKM Go
Online. Produk-produk unggulan dari UMKM mitra binaan bank dapat langsung dibeli di e-
commerce rekanan seperti Qoo10 Singapura, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blanja.com
dan Blibli.com.
5) Pergunakan tools zoom untuk On The Spot (OTS). Ketika pemerintah mengharuskan social
distancing ataupun physical distancing, maka, harapannya respon bank ialah dengan
memberlakukan verifikasi jaminan kredit di lapangan atau OTS melalui video call atau
zoom.
6) Pendampingan dan konsultasi bisnis. Nasabah UMKM yang bisnisnya terganggu akibat
Covid-19 mendapatkan pendampingan dan konsultasi bisnis oleh staf bank, yaitu
relationship manager (RM) yang tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini, akan
melakukan pendampingan sekaligus sebagai konsultan apabila pinjaman nasabah dilakukan
restrukturisasi hingga proses restrukturisasi tersebut berjalan lancar.
7) Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responbility (CSR)
melalui pendidikan dan pelatihan online bagi pelaku UMKM. Bank dapat menyelenggarakan
program pendidikan dan pelatihan online 'Bank Virtual Training and Education' yang
dilakukan melalui aplikasi UMKM Go Online. Ini merupakan upaya Bank untuk terus
mendorong para pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas diri dan usahanya di tengah
imbauan pemerintah untuk pembatasan fisik yang berguna untuk menekan penyebaran
Covid-19.
Alhasil, bank syariah harus segera beradaptasi dengan kondisi pandemi virus Korona dengan
menerapkan strategi baru, dan kembali pada jalur kinerja yang good performance.
Harapannya, fungsi intermediary bank berjalan smooth dan mampu menjadi pengungkit
pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia di era new normal.

9
10
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, melihat fenomena yang sekarang ini sedang terjadi yaitu wabah
covid-19 yang ada di dunia khususnya di Indonesia. Perbankan syariah harus bisa menghadapi tantangan
dan strategi. Pertama, perbankan syariah melakukan mitigasi risiko dengan cara restrukturisasi pinjaman
dengan memilih secara hati-hati nasabah yang layak pembiayaannya direstrukturisasi. Kemudian akan
mapping nasabah semuanya mana yang layak direstrukturisasi dan mana yang belum layak. Kedua,
perbankan syariah tetap harus tumbuh, oleh karena itu harus fokus pada industri yang masih bisa
memiliki prospek baik di tengah pandemi. Karena bagaimanapun bank ini tetap harus mengembalikan
dana kepada para nasabah deposannya. Nah pada saat itulah bank harus tumbuh. Bank harus bisa memilih
sektor usaha yang bisa eksis dan berkembang. Ketiga, perbankan syariah akan fokus mengembangkan
digital banking dan online banking. Kondisi pandemi Corona saat ini menguji layanan digital dan online
banking perbankan syariah apakah benar dimanfaatkan oleh nasabahnya. Keempat, perbankan syariah
harus melakukan pendampingan kepada para nasabahnya terutama UMKM. Nasabah harus diberikan
pendampingan untuk mempertahankan usahanya. Dengan begitu nasabah masih bisa memiliki
kemampuan untuk membayar kewajibannya. Kelima, perbankan syariah mau tidak mau harus melakukan
digital marketing. Kondisi pandemi memaksa semua pertemuan dilakukan secara virtual. Hal itu harus
dimanfaatkan sebagai ajang untuk berjualan. Terakhir ini yang paling penting, para pemimpin perbankan
syariah harus bisa agile leadership-nya, tidak bisa pakai cara yang lama. Kita harus cari cara yang baru
sehingga kita bisa beradaptasi, karena yang menang saat ini bukan yang pintar tapi yang bisa beradaptasi.
Jadi kunci dari menghadapi tantangan krisis yang mengakibatkan kondisi uncertaintly saat ini bergantung
kepada how to respon positively, tidak panik dalam menghadapinya, melakukan analisis perubahan di
pasar/perilaku kompetitor dan nasabah serta merencanakan untuk sisi preventif serta preparing strategy
dalam kondisi post pandemic Covid-19.

11
DAFTAR PUSAKA

Bank Indonesia. Outlook Perbankan Syariah. Statistik Perbankan Indonesia. Vol. 11, No. 6 April
2019. Perkembangan Perbankan Syariah. Yogyakarta: Cetak Biru Pengembangan Perbankan
Syariah Nasional.
Imam Humam, dkk 2018. Perbankan Syariah Masa Depan, Jakarta : Senayan Abadi Publishing.
Rahman, A. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Market Share Bank Syariah.
Analytica Islamica. 291-314
Saddam, Muhammad. Sistem Ekonomi Menurut Islam. Taramedia. Jakarta: 2003.
https://republika.co.id/berita/q9tijc320/perbankan-syariah-hadapi-covid19-tantangan-dan-
solusi
https://www.iainpare.ac.id/dampak-pandemi-covid-19-stimulus-di-tengah-krisis-ekonomi-
global/

12

Anda mungkin juga menyukai