PERBANKAN SYARIAH
Disusun Oleh :
Wahyu Novitasari (43120010105)
Puji dan syukur mari panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena-Nya saya dapat
menyelesaikan dan menyusun makalah ini. penyusunan makalah ini dilakukan untuk
memenuhi Tugas Besar yang kedua dalam mata kuliah perbankan syariah.
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan karna masih
banyak kekurangan yang ada pada makalah ini, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
penyatuan materi yang saya tahu dan dapatkan. kepada dosen, ataupun pembaca makalah ini,
saya harap untuk menyampaikan kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah yang saya buat dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah semoga apa yang saya
susun ini penuh dengan manfaat, baik untuk pribadi saya sendiri, teman-teman, serta orang
lain yang membaca makalah saya yang berjudul “Analisis dan Pengukuran Kinerga keuangan
pada Bank Syariah Indonesia sebelum dan selama pandemic covid-19”.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................................ 4
1.2 Batasan Masalah ................................................................................................................................. 5
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 5
1.4 Tujuan ................................................................................................................................................. 6
1.5 Manfaat ............................................................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................................................. 7
LANDASAN TEORI .......................................................................................................................................... 7
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................................................................... 7
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................................................... 9
2.3 Hipotesis.............................................................................................................................................. 9
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 10
3.1 Penerapan ................................................................................................................................... 10
3.2 Perbandingan Teori/ Penelitian terdahulu dan praktek ................................................................... 11
3.3 Pembahasan ...................................................................................................................................... 13
BAB IV.......................................................................................................................................................... 17
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 17
4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 17
4.2 SARAN ............................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Virus covid-19 atau yang biasa disebut Coronavirus Disease 2019 adalah virus yang di
identifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan. Virus ini pertama kali
teridentifikasi dikota Wuhan,Tiongkok pada awal Desember 2019. Berdasarkan data dari
organisasi kesehatan dunia (WHO, 2023) Terdapat 697.767.248 orang positif terinfeksi virus
covid-19 di Dunia. Sampai saat ini Eropa merupakan benua dengan jumlah kasus covid-19
tertinggi di dunia dengan 251.024.850 kasus dan negara Amerika Serikat menjadi negara
dengan kasus tertinggi dengan total 109 .298.910. Saat ini Indonesia berada di urutan ke-20
dengan 6.813.875 kasus, 161.920 orang meninggal, dan 6.649.988 orang sembuh.
Dengan adanya pandemic covid-19 ini yang melanda negara di seluruh dunia memberikan
dampak kesegala bidang terutama pada bidang perekonomian dan perbankan di Dunia
khususnya di negara Indonesia. Menurut Wartaekonomi.com (2020) menuliskan bahwa
perekonomian dunia akan lebih buruk dari the great Deppresion tahun 1929 dan global finance
crisis 2008. Dengan adanya hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan yang ada
di Indonesia. Peran perbankan pada tahap ini memiliki peran penting dalam menjaga kinerja
sebuah bank itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan karena perbankan merupakan lembaga
keuangan yang berperan dalam mobilisasi simpanan untuk investasi produktif serta
memfasilitasi arus modal yang biasanya diperlukan oleh berbagai bisnis yang ada. Dang, Phan,
Nguten, & Hoeng (2020) mengatakan bahwa bank memainkan peran yang penting dalam
perekonomian dan pembangunan negara. Sektor perbankan merupakan bagian integral dari
perekonomian, juga bank merupakan komponen esensial bagi perekonomian modern serta
menjadi mesin pertumbuhan ekonomi (Barua, 2021).
Di Indonesia sendiri memiliki Bank Umum yang terbagi menjadi 2 yaitu Bank syariah dan
Bank Konvensional. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Bank Konvensional adalah bank yang
melakukan aktivitasnya dengan prinsip konvensional. Sedangkan menurut UU No. 21 Tahun
2008 Bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip syariah dalam aktivitasnya dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang harus
menerapkan universal, kemaslahatan, keadilan, serta keseimbangan, tidak terdapat unsur
dilarang dalam islam seperti riba, dzalim, gharar, dan membiayai objek haram dan maysir.
Oleh karena itu prinsip yang digunakan oleh masing-masing bank memiliki perbedaan yang
mendasar baik dari cara penghimpunan dana, penyaluran kredit atau pembiayaan dan cara
mendapatkan keuntungan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2021) terdapat 2.023 Bank
syariah yang tersebar di Indonesia.
Kinerja keuangan perbankan syariah dapat dilihat melalui tingkat rasio yang dimiliki oleh
bank. Kinerja keuangan bank dapat dilihat melalui rasio keuangan bank terutama pada pihak
bank syariah. Bank syarih akan memberikan informasi kepada pemerintah, investor dan
nasabahnya mengenai kondisi keuangan yang terjadi selama satu periode tertentu. Rasio-rasio
yang dapat mencerminkan kinerja bank meliputi rasio likuiditas, rasio asset management, rasio
solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Rasio keuangan dapat mengidentifikasi beberapa kekuatan
dan kelemahan keuangan perusahaan. Analisis rasio dapat diklasifikasikan kedalam enam
kelompok yaitu : (1.) rasio likuiditas, (2.) rasio rentabilitas, (3.) rasio solvabilitas, (4.) rasio
efisiensi usaha, (5.) rasio hutang dan, (6.) rasio nilai pasar (Pilang dan Wakil, 2008)
Berdasarkan Latar belakang makalah ini berisi mengenai analisis, dan pengukuran kinerja
keuangan pada bank syariah di Indonesia sebelum dan selama pandemic covid-19.
1.5 Manfaat
Suatu makalah akan memiliki sebuah nilai apabila makalah tersebut memberikan manfaat
kepada berbagai pihak. Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Ilmu pengetahuan
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
mengembangkan ilmu keuangan. Serta dapat menambah ilmu mengenai kinerja keuangan
perbankan syariah sebelum pandemic dan pada saat pandemic covid-19
2. Bagi Regulator
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait seperti regulator
(Otoritas Jasa Keuangan) untuk mengawasi kinerja perbankan syariah di masa mendatang.
3. Bagi mahasiswa
Hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan belajar untuk meningkatkan pengetahuan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
A. Kinerja Keuangan Bank
Kinerja sebuah perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Informasi yang terdapat pada posisi keuangan dan kinerja keuangan pada masa
lalu sering digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
keuangan pada masa depan. Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan bank pada
suatu periode tertentu yang mencakup aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana.
Kinerja yang dihasilkan oleh suatu bank menunjukan suatu kekuatan serta kelemahan pada
bank tersebut. (Kusmo, 2008) Kekuatan yang ditunjukan diharapkan agar dapat
dimanfaatkan dan kelemahan harus dijadikan sebagai bahan evaluasi agar dapat dilakukan
langkah-langkah perbaikan untuk kedepannya.
Rasio merupakan salah satu alat ukur yang dilakukan oleh perusahaan untuk menganalisis
laporan keuangan. Alat analisa berupa rasio keuangan ini dapat menjelaskan serta
memberikan gambaran kepada penganalisa mengenai baik atau buruknya posisi keuangan
suatu perusahaan di setiap periodenya. Analisa rasio keuanhan adalah proses penentuan
operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuah perusahaan berdasarkan data
akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari menggunakan rasio ini adalah untuk
menentukan efisiensi kinerja dari manajer yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan
laporan keuangan.
C. Permodalan
Permodslan adalah jumlah modal tertentu yang secara aman dan seimbang harus dimiliki
oleh bank dibandingkan dengan dana yang harus siap tiba-tiba harus dikeluarkan apabila
ada penarikan dana yang akan ditarik segera. Semakin besar posisi modal dibandingkan
dengan simpanan pihak ketiga atau anggota yang dapat ditarik segera akan lebih baik
tingkat permodalan pada bank tersebut. Modal bank dibagi menjadi dua yaitu model inti
dan model pelengkap (Sumadi, 2018)
D. Kualitas aktiva produktif
Kualitas aktiva pada bank dapat menghasilkan pendapatan atau bagi hasil yang
dihubungkan dengan pembiayaan bermasalah. Terdapat 2 cara yang dapat dilakukan dalam
menganalisis penilaian aktiva produktif, yakni : terhadap total pembiayaan yang diberikan,
dan tersedianya dana penghapusan pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah. Semakin
kecil pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberimakan maka semakian
baik kualitas aktiva produktif bank dalam menghasilkan pendapatan. Pembiayaan
bermasalah adalah pembiayaan yang telah tertunggak, melampaui masa perjanjian
pengembaliannya sesuai dengan jenis pembiayaan.
E. Rentabilitas
Rentabilitas merupakan aspek penilaian tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. (Suhartono, 2017) mengatakan bahwa bank yang
sehat adalah bank yang diukur secara reantabilitas terus meningkat diatas standar yang telah
ditetapkan. Semakin besar rentabilitas maka semakin baik tingkat kinerjanya.
F. Likuiditas
Likuiditas pada sebuah bank menunjukan bahwa kemampuan sebuah bank untuk
memenuhi kemungkinan pernarikan simpanan dan kewajiban lainnya dana tau memenuhi
kebutuhan masyarakat lainnya berupa kredit dan penyimpanan lainnya. Menurut Irawati
(2012) Bank dapat dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat mebayar semua
hutang-hutangnya seperti simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat
pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiyai oleh bank.
G. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas menurut Kasmir (2003) adalah ukuran kemampuan sebuah bank dalam
mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Suatu bank dikatakan solvable
apabila bank tersebut mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutangnya.
Salah satu rasio yang digunakan untuk menilai tingkat solvabilitas bank adalah capitak
adequancy rastio (CAR) dan debt equity ratio (DER).
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Kholiq dan Rahmawati (2020) menyatakan bahwa tingkat likuiditas bank umum syariah
dikategorikan sehat atau likuid. Tingkat likuiditas unit usaha bank syariah dikategorikan
kurang sehat atau kurang likuid.
2. Yudi Krisno Wicaksono dan Binti Maunah (2021) menyatakan bahwa asset perbankan
syariah mengalami perkembangan dan pertumbuhan selama pandemic Covid-19.
3. Anita (2021) menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah
berdasarkan rasio likuiditas pada bank syariah menurun namun tetap dikeadaan aman yaitu
cukup sehat.
4. Riftisari dan Sugiarti (2020) dalam penelitiannya “Analisis kinerja keuangan bank BCA
Konvensional dan bank BCA Syariah akibat dampak dari pandemic covid-19”menyatakan
bahwa jika dilihat dari kinerja keuangan selama masa pandemic covid-19 memperlihatkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Canendra dan Karina dwi indah (2020) dalam penelitiannya “Financial Performance
Islamic Bangking : A Comprative Analysis Before and During the Covid 19 Pandemic In
Indonesia” menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
keuangan berdasarkan indikator Non perfomong Financing Capital Adequacy Ratio, Retun
On Asset pada bank umum syariah dan unit usaha syariah.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis yang dapat disusun oleh penulis adalah
sebagai berikut :
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Penerapan yang terjadi pada kinerja bank syariah sendiri diakui oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan industry perbankan syariah
ditengan pandemic covid-19 lebih baik dibangdingkan dengan capaian industry
konvensional. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah menembus Rp.394,6 triliun atau
tumbuh 8,08% selama tahun 2020. Sementara pembiayaan yang disalurkan industry
perbankan pada periode sama sebanyak Rp. 5.482,5 triliun atau terkontraksi sebesar minus
2,7%. Menurut Heru Kristiyana yaitu kepala eksekutif pengawasan perbankan OJK
mengatakan bahwa di dalam masa pandemic ini dibandingkan dengan perbankan nasional,
pembiayaan yang diberikan perbankan syariah masih tumbuh dengan sangat
membanggakan dengan intensitas cukup tinggi. Hal ini tentunya membuat OJK
memberikan apresiasi atas kerja keras dari seluruh pemangku kepentingan perbankan yang
masih dapat bertumbuh di saat pandemic covid-19.
Dengan pertumbuhan yang dimiliki oleh perbankan syariah ini menjadikan OJK
semakin yakin dengan roadmap pengembangan perbankan syariah yang dijadikan sebagai
hal yang sangat penting. Upaya roadmap ini merupakan pelaksanaan master plan sector
jasa keuangan Indonesia 2021-2025 (MSPJKI) yang telah diluncurkan beberapa waktu
yang lalu. Roadmap ini menunjukan bahwa OJK memberikan perhatian khusus karena
memiliki keinginan untuk menuju pusat ekonomi dan syariah di dunia berada di Indonesia.
Ditengah situasi pandemic covid-19 ini menjadi tantangan tersendiri terhadap pelayanan
keuangan perbankan, termasuk perbankan syariah, seperti pola transaksi dari psycal ke
virtual yang kini sangat berkembangan dan masif. OJK berharap tantangan ini dapat segera
terselesaikan oleh perbankan syariah dengan solusi seperti berkolaborasi dengan berbagai
pihak. Ini dapat mencapai kunci untuk ekonomi Indonesia semakin positif dan Indonesia
dapat keluat dari permasalahan pandemic covid-19 selama 2020 lalu.
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan perbankan syariah untuk terus
melebarkan sayapnya adalah dengan menyelasaikan pekerjaa rumah (PR) yang harus
dipenuhi lembaga keuangan syariah menjadi raksasa di sector keuangan. Tantangan-
tantangan ini seperti permodalan, terbatasnya SDM industry keuangan syariah, daya saing
produk dan layanan keuangan syariah serta rendahnya riset dan pengembangan ekonomi
dan keuangan syariah. Terdapat tiga pilar agar market share bank syariah dapat
mendominasi. Pertama, penguatan identitas perbankan syariah, kedua, sinergi ekosistem
ekonomi syariah, dan yang ketiga adalah penguat,proses, pengaturan dan pengawasan.
Berbagai tantangan tersebut harus segera diatasi sehingga nasabah bisa memilih produk
yang diharapkan dengan kualitas terbaik.
Gambar 3.1
b. Rasio Likuiditas
Menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio
yang menunjukkan jumlah seluruh aset bank yang mengandung risiko (pembiayaan,
ekuitas, surat berharga, tagihan kepada bank lain) untuk dibiayai dari modal sendiri.
Variabel CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk mendukung atas aset yang mengandung atau menimbulkan risiko. Dengan
memantau secara ketat nilai CAR (modal yang digunakan untuk pembiayaan kredit) dapat
meningkatkan profit perbankan. Untuk menjaga rasio CAR pada batas 8% (normal), bank
harus mengelola Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), karena aset tetap dan aset
lainnya tidak memberikan kontribusi pendapatan bank. oleh karena itu jika terjadi
peningkatan ATMR maka CAR dan ROA juga akan meningkat (Nahar et al., 2020).
Pada tahun 2020, Rasio Kecukupan Modal pada Bank Muamalat, BSM dan BNI
Syariah masing-masing meningkat sebesar 2,79%, 2,5% dan 0,73% dari tahun sebelumnya.
Di sisi lain, BRI Syariah dan BCA Syariah mengalami penurunan rasio masing-masing
sebesar 6,22% dan 7%. BCA Syariah memiliki rasio CAR terbesar pada tahun sebelum dan
ketika terjadi pandemi COVID-19. Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 21/POJK.03/2014, Rasio Kecukupan Modal minimum dikaitkan dengan profil
risiko Bank yang ditetapkan OJK adalah sebesar 9,99%. Dengan rasio kecukupan masing-
masing bank syariah yang berada di atas 10%, maka struktur permodalan perbankan syariah
memiliki kapabilitas untuk mengimbangi risiko pasar, risiko kredit dan risiko operasional
dimana rasio tersebut lebih tinggi dari rasio kecukupan minimum OJK dan struktur modal
Bank sudah memenuhi Peraturan OJK. Hal ini berarti bahwa bank syariah terkait telah
mengelola dengan baik modal bank dan memiliki kecukupan modal untuk melindungi dari
risiko solvabilitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Makalah ini menganalisis kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia
berdasarkan rasio profitabilitas/rentabilitas yang terdiri dari BOPO, ROA dan ROE,
rasio likuiditas yang terdiri dari Cash Ratio dan FDR, serta rasio solvabilitas yang
tercerminkan melalui nilai CAR. Penelitian ini juga membandingkan kinerja
perbankan syariah sebelum dan ketika terjadi pandemi COVID-19 yaitu pada tahun
2019 dan 2020. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan beberapa artikel lainnya
dapat diketahui bahwa bank syariah Indonesia memiliki kinerja yang cukup baik dan
meningkat serta dalam kategori sehat. Hal ini dapat dibuktikan variabel profitabilitas
pada masing-masing perbankan dilihat dari sisi BOPO memiliki kinerja yang baik,
yang artinya pendapatan operasional bank dapat menutupi seluruh biaya operasional
yang ada, di mana BSM memiliki tingkat efisiensi tertinggi. Dari sisi ROA dan ROE,
BSM memiliki nilai rasio tertinggi jika dibandingkan dengan bank syariah lainnya.
BPS. (2021). Jumlah Bank dan kantor bank (unit), 2019-2021. Badan Pusat Statistik.
Irawati, R. S. (2012). Penilaian Kinerja Perbankan Syariah Melalui Pendekatan CAMEL. Modernisasi.
Kusmo, Y. A. (2008). Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 . Jurnal Ekonomi
Islam.
Suhartono, D. A. (2017). Analisis kesehatan bank dengan menggunakan Rised Based Bangking (Studi
pada Bank Milik Pemerintah Pusat Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ). Jurnal
Adminitrasi Bisnis.
Sumadi, G. (2018). Analis tingkat kesehatan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dengan
Bangak Belitung Menggunakan Metode CAMEL. I-Finance.
Kholiq, A., & Rahmawati, R. (2020). Dampak implementasi restrukturisasi pembiayaan terhadap
likuiditas bank syariah pada situasi pandemi covid-19. El Barka: Journal of
Islamic Economics and Business, 3(2), 282-316.
Wicaksono, Y. K., & Maunah, B. (2021). Peran Negara Dalam Ketahanan Perbankan Syariah Di
Masa Pandemi Covid-19. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 8(1), 206-225.
Anita, A. (2021). Pengukuran Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah di Masa Pandemi Covid-
19. Tazkiya, 22(1), 57-78.