Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BESAR 2

PERBANKAN SYARIAH

ANALISIS DAN PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BANK SYARIAH DI


INDONESIA SEBELUM DAN SELAMA PANDEMIC COVID-19

DOSEN MATA KULIAH PERBANKAN SYARIAH :


SUDJONO, Dr.,M.Acc

Disusun Oleh :
Wahyu Novitasari (43120010105)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS MERCU BUANA – JAKARTA
NOVEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena-Nya saya dapat
menyelesaikan dan menyusun makalah ini. penyusunan makalah ini dilakukan untuk
memenuhi Tugas Besar yang kedua dalam mata kuliah perbankan syariah.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan karna masih
banyak kekurangan yang ada pada makalah ini, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
penyatuan materi yang saya tahu dan dapatkan. kepada dosen, ataupun pembaca makalah ini,
saya harap untuk menyampaikan kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah yang saya buat dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah semoga apa yang saya
susun ini penuh dengan manfaat, baik untuk pribadi saya sendiri, teman-teman, serta orang
lain yang membaca makalah saya yang berjudul “Analisis dan Pengukuran Kinerga keuangan
pada Bank Syariah Indonesia sebelum dan selama pandemic covid-19”.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................................ 4
1.2 Batasan Masalah ................................................................................................................................. 5
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 5
1.4 Tujuan ................................................................................................................................................. 6
1.5 Manfaat ............................................................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................................................. 7
LANDASAN TEORI .......................................................................................................................................... 7
2.1 Kajian Pustaka ..................................................................................................................................... 7
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................................................... 9
2.3 Hipotesis.............................................................................................................................................. 9
BAB III .......................................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 10
3.1 Penerapan ................................................................................................................................... 10
3.2 Perbandingan Teori/ Penelitian terdahulu dan praktek ................................................................... 11
3.3 Pembahasan ...................................................................................................................................... 13
BAB IV.......................................................................................................................................................... 17
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 17
4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 17
4.2 SARAN ............................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Virus covid-19 atau yang biasa disebut Coronavirus Disease 2019 adalah virus yang di
identifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan. Virus ini pertama kali
teridentifikasi dikota Wuhan,Tiongkok pada awal Desember 2019. Berdasarkan data dari
organisasi kesehatan dunia (WHO, 2023) Terdapat 697.767.248 orang positif terinfeksi virus
covid-19 di Dunia. Sampai saat ini Eropa merupakan benua dengan jumlah kasus covid-19
tertinggi di dunia dengan 251.024.850 kasus dan negara Amerika Serikat menjadi negara
dengan kasus tertinggi dengan total 109 .298.910. Saat ini Indonesia berada di urutan ke-20
dengan 6.813.875 kasus, 161.920 orang meninggal, dan 6.649.988 orang sembuh.
Dengan adanya pandemic covid-19 ini yang melanda negara di seluruh dunia memberikan
dampak kesegala bidang terutama pada bidang perekonomian dan perbankan di Dunia
khususnya di negara Indonesia. Menurut Wartaekonomi.com (2020) menuliskan bahwa
perekonomian dunia akan lebih buruk dari the great Deppresion tahun 1929 dan global finance
crisis 2008. Dengan adanya hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan yang ada
di Indonesia. Peran perbankan pada tahap ini memiliki peran penting dalam menjaga kinerja
sebuah bank itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan karena perbankan merupakan lembaga
keuangan yang berperan dalam mobilisasi simpanan untuk investasi produktif serta
memfasilitasi arus modal yang biasanya diperlukan oleh berbagai bisnis yang ada. Dang, Phan,
Nguten, & Hoeng (2020) mengatakan bahwa bank memainkan peran yang penting dalam
perekonomian dan pembangunan negara. Sektor perbankan merupakan bagian integral dari
perekonomian, juga bank merupakan komponen esensial bagi perekonomian modern serta
menjadi mesin pertumbuhan ekonomi (Barua, 2021).
Di Indonesia sendiri memiliki Bank Umum yang terbagi menjadi 2 yaitu Bank syariah dan
Bank Konvensional. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Bank Konvensional adalah bank yang
melakukan aktivitasnya dengan prinsip konvensional. Sedangkan menurut UU No. 21 Tahun
2008 Bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip syariah dalam aktivitasnya dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang harus
menerapkan universal, kemaslahatan, keadilan, serta keseimbangan, tidak terdapat unsur
dilarang dalam islam seperti riba, dzalim, gharar, dan membiayai objek haram dan maysir.
Oleh karena itu prinsip yang digunakan oleh masing-masing bank memiliki perbedaan yang
mendasar baik dari cara penghimpunan dana, penyaluran kredit atau pembiayaan dan cara
mendapatkan keuntungan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2021) terdapat 2.023 Bank
syariah yang tersebar di Indonesia.
Kinerja keuangan perbankan syariah dapat dilihat melalui tingkat rasio yang dimiliki oleh
bank. Kinerja keuangan bank dapat dilihat melalui rasio keuangan bank terutama pada pihak
bank syariah. Bank syarih akan memberikan informasi kepada pemerintah, investor dan
nasabahnya mengenai kondisi keuangan yang terjadi selama satu periode tertentu. Rasio-rasio
yang dapat mencerminkan kinerja bank meliputi rasio likuiditas, rasio asset management, rasio
solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Rasio keuangan dapat mengidentifikasi beberapa kekuatan
dan kelemahan keuangan perusahaan. Analisis rasio dapat diklasifikasikan kedalam enam
kelompok yaitu : (1.) rasio likuiditas, (2.) rasio rentabilitas, (3.) rasio solvabilitas, (4.) rasio
efisiensi usaha, (5.) rasio hutang dan, (6.) rasio nilai pasar (Pilang dan Wakil, 2008)
Berdasarkan Latar belakang makalah ini berisi mengenai analisis, dan pengukuran kinerja
keuangan pada bank syariah di Indonesia sebelum dan selama pandemic covid-19.

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam makalah ini bertujuan untuk membatasi pembahasan pada pokok
permasalahan makalah saja. Ruang lingkup menentukan konsep utama dari permasalahan
sehingga masalah-masalah dalam makalah ini dapat dimengerti dengan baik.
Batasan masalah makalah ini sangat penting dalam mendekatakan pada pokok
permasalahan yang akan dibahas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam
menginterprestasi hasil dalam makalah ini. Ruang lingkup makalah dimaksudkan sebagai
penegasan mengenai batasan-batasan masalah yang akan dibahas. Ruang lingkup dalam
makalah ini adalah analisis kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia pada masa pandemic
covid-19 sebelum dan selama pandemic covid-19

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah sebelum dan saat pandemic covid-19?
1.4 Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan ditas, tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan perbankan syariah sebelum dan saat
pandemic covid-19.

1.5 Manfaat
Suatu makalah akan memiliki sebuah nilai apabila makalah tersebut memberikan manfaat
kepada berbagai pihak. Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Ilmu pengetahuan
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
mengembangkan ilmu keuangan. Serta dapat menambah ilmu mengenai kinerja keuangan
perbankan syariah sebelum pandemic dan pada saat pandemic covid-19
2. Bagi Regulator
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait seperti regulator
(Otoritas Jasa Keuangan) untuk mengawasi kinerja perbankan syariah di masa mendatang.
3. Bagi mahasiswa
Hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan belajar untuk meningkatkan pengetahuan.
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
A. Kinerja Keuangan Bank

Kinerja sebuah perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Informasi yang terdapat pada posisi keuangan dan kinerja keuangan pada masa
lalu sering digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
keuangan pada masa depan. Kinerja keuangan merupakan ukuran keberhasilan bank pada
suatu periode tertentu yang mencakup aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana.
Kinerja yang dihasilkan oleh suatu bank menunjukan suatu kekuatan serta kelemahan pada
bank tersebut. (Kusmo, 2008) Kekuatan yang ditunjukan diharapkan agar dapat
dimanfaatkan dan kelemahan harus dijadikan sebagai bahan evaluasi agar dapat dilakukan
langkah-langkah perbaikan untuk kedepannya.

B. Analisis Rasio Keuangan

Rasio merupakan salah satu alat ukur yang dilakukan oleh perusahaan untuk menganalisis
laporan keuangan. Alat analisa berupa rasio keuangan ini dapat menjelaskan serta
memberikan gambaran kepada penganalisa mengenai baik atau buruknya posisi keuangan
suatu perusahaan di setiap periodenya. Analisa rasio keuanhan adalah proses penentuan
operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuah perusahaan berdasarkan data
akuntansi dan laporan keuangan. Tujuan dari menggunakan rasio ini adalah untuk
menentukan efisiensi kinerja dari manajer yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan
laporan keuangan.

C. Permodalan

Permodslan adalah jumlah modal tertentu yang secara aman dan seimbang harus dimiliki
oleh bank dibandingkan dengan dana yang harus siap tiba-tiba harus dikeluarkan apabila
ada penarikan dana yang akan ditarik segera. Semakin besar posisi modal dibandingkan
dengan simpanan pihak ketiga atau anggota yang dapat ditarik segera akan lebih baik
tingkat permodalan pada bank tersebut. Modal bank dibagi menjadi dua yaitu model inti
dan model pelengkap (Sumadi, 2018)
D. Kualitas aktiva produktif

Kualitas aktiva pada bank dapat menghasilkan pendapatan atau bagi hasil yang
dihubungkan dengan pembiayaan bermasalah. Terdapat 2 cara yang dapat dilakukan dalam
menganalisis penilaian aktiva produktif, yakni : terhadap total pembiayaan yang diberikan,
dan tersedianya dana penghapusan pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah. Semakin
kecil pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberimakan maka semakian
baik kualitas aktiva produktif bank dalam menghasilkan pendapatan. Pembiayaan
bermasalah adalah pembiayaan yang telah tertunggak, melampaui masa perjanjian
pengembaliannya sesuai dengan jenis pembiayaan.

E. Rentabilitas

Rentabilitas merupakan aspek penilaian tingkat kesehatan bank yang dapat dilihat dari
kemampuan bank dalam menghasilkan laba. (Suhartono, 2017) mengatakan bahwa bank yang
sehat adalah bank yang diukur secara reantabilitas terus meningkat diatas standar yang telah
ditetapkan. Semakin besar rentabilitas maka semakin baik tingkat kinerjanya.

F. Likuiditas

Likuiditas pada sebuah bank menunjukan bahwa kemampuan sebuah bank untuk
memenuhi kemungkinan pernarikan simpanan dan kewajiban lainnya dana tau memenuhi
kebutuhan masyarakat lainnya berupa kredit dan penyimpanan lainnya. Menurut Irawati
(2012) Bank dapat dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat mebayar semua
hutang-hutangnya seperti simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat
pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiyai oleh bank.

G. Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabilitas menurut Kasmir (2003) adalah ukuran kemampuan sebuah bank dalam
mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Suatu bank dikatakan solvable
apabila bank tersebut mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutangnya.
Salah satu rasio yang digunakan untuk menilai tingkat solvabilitas bank adalah capitak
adequancy rastio (CAR) dan debt equity ratio (DER).
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Kholiq dan Rahmawati (2020) menyatakan bahwa tingkat likuiditas bank umum syariah
dikategorikan sehat atau likuid. Tingkat likuiditas unit usaha bank syariah dikategorikan
kurang sehat atau kurang likuid.
2. Yudi Krisno Wicaksono dan Binti Maunah (2021) menyatakan bahwa asset perbankan
syariah mengalami perkembangan dan pertumbuhan selama pandemic Covid-19.
3. Anita (2021) menyatakan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah
berdasarkan rasio likuiditas pada bank syariah menurun namun tetap dikeadaan aman yaitu
cukup sehat.
4. Riftisari dan Sugiarti (2020) dalam penelitiannya “Analisis kinerja keuangan bank BCA
Konvensional dan bank BCA Syariah akibat dampak dari pandemic covid-19”menyatakan
bahwa jika dilihat dari kinerja keuangan selama masa pandemic covid-19 memperlihatkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Canendra dan Karina dwi indah (2020) dalam penelitiannya “Financial Performance
Islamic Bangking : A Comprative Analysis Before and During the Covid 19 Pandemic In
Indonesia” menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
keuangan berdasarkan indikator Non perfomong Financing Capital Adequacy Ratio, Retun
On Asset pada bank umum syariah dan unit usaha syariah.

2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis yang dapat disusun oleh penulis adalah
sebagai berikut :

H1 : Rasio Profitablitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Bank


Syariah.

H2 : Rasio Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Bank


Syariah.

H3 : Rasio Solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Bank


Syariah.
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Penerapan yang terjadi pada kinerja bank syariah sendiri diakui oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang menyatakan bahwa kinerja keuangan industry perbankan syariah
ditengan pandemic covid-19 lebih baik dibangdingkan dengan capaian industry
konvensional. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah menembus Rp.394,6 triliun atau
tumbuh 8,08% selama tahun 2020. Sementara pembiayaan yang disalurkan industry
perbankan pada periode sama sebanyak Rp. 5.482,5 triliun atau terkontraksi sebesar minus
2,7%. Menurut Heru Kristiyana yaitu kepala eksekutif pengawasan perbankan OJK
mengatakan bahwa di dalam masa pandemic ini dibandingkan dengan perbankan nasional,
pembiayaan yang diberikan perbankan syariah masih tumbuh dengan sangat
membanggakan dengan intensitas cukup tinggi. Hal ini tentunya membuat OJK
memberikan apresiasi atas kerja keras dari seluruh pemangku kepentingan perbankan yang
masih dapat bertumbuh di saat pandemic covid-19.

Dengan pertumbuhan yang dimiliki oleh perbankan syariah ini menjadikan OJK
semakin yakin dengan roadmap pengembangan perbankan syariah yang dijadikan sebagai
hal yang sangat penting. Upaya roadmap ini merupakan pelaksanaan master plan sector
jasa keuangan Indonesia 2021-2025 (MSPJKI) yang telah diluncurkan beberapa waktu
yang lalu. Roadmap ini menunjukan bahwa OJK memberikan perhatian khusus karena
memiliki keinginan untuk menuju pusat ekonomi dan syariah di dunia berada di Indonesia.
Ditengah situasi pandemic covid-19 ini menjadi tantangan tersendiri terhadap pelayanan
keuangan perbankan, termasuk perbankan syariah, seperti pola transaksi dari psycal ke
virtual yang kini sangat berkembangan dan masif. OJK berharap tantangan ini dapat segera
terselesaikan oleh perbankan syariah dengan solusi seperti berkolaborasi dengan berbagai
pihak. Ini dapat mencapai kunci untuk ekonomi Indonesia semakin positif dan Indonesia
dapat keluat dari permasalahan pandemic covid-19 selama 2020 lalu.

Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan perbankan syariah untuk terus
melebarkan sayapnya adalah dengan menyelasaikan pekerjaa rumah (PR) yang harus
dipenuhi lembaga keuangan syariah menjadi raksasa di sector keuangan. Tantangan-
tantangan ini seperti permodalan, terbatasnya SDM industry keuangan syariah, daya saing
produk dan layanan keuangan syariah serta rendahnya riset dan pengembangan ekonomi
dan keuangan syariah. Terdapat tiga pilar agar market share bank syariah dapat
mendominasi. Pertama, penguatan identitas perbankan syariah, kedua, sinergi ekosistem
ekonomi syariah, dan yang ketiga adalah penguat,proses, pengaturan dan pengawasan.
Berbagai tantangan tersebut harus segera diatasi sehingga nasabah bisa memilih produk
yang diharapkan dengan kualitas terbaik.

3.2 Perbandingan Teori/ Penelitian terdahulu dan praktek


Salah satu bank syariah yang ada di Indonesia yaitu PT bank Syariah Indonesia
Tbk. (BSI) menjadi salah satu bukti bahwa kinerja perbankan syariah dapat cemerlang
dimasa pandemic covid-19. Hal ini menegaskan prosepek dan potensi ekonomi syariah
yang sangat besar dalam membangkitkan ekonomi dari tekanan krisis di dalam negri. Hal
ini dapat terjadi karena masyarakat melihat perbankan syariah menjadi salah satu
alternative layanan jasa keuangan karena lebih transparan, berpihak kepada public dan
tidak memberatkan. Alasan masyrakat lebih memilih perbankan syariah adalah Perbankan
syariah mempermudah masyarakat melakukan transaksi sosial seperti wakaf, zakat dan
infaq tanpa harus berinteraksi sevara langsung.
Ditengah kondisi ekonomi yang menantang karena pandemic covid-19, total asset
perbankan syariah secara nasional tetap tumbuh. Pada Juli 2021, asset perbankan syariah
tumbuh sebesar 16,35%, pembiayaan tumbuh 6,82 dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh
17,98%. Hal ini menjadi ciri positif yang artinya semakin banyak masyrakat yang sudah
memilih perbankan syariah dikarenakan cukup kompetitif. Diharapkan dengan adanya
peran perbankan syraih dapat mengambil posisi dan kontribusi agar potensi besar ini
memberikan manfaat lebih bagi masyarakat.
Kinerja dari BSI ini sendiri mampu membukukan catatan yang baik selama kondisi
pandemic covid-19. Pada semester I/2021, BSI mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp.
1,48 triliun atau naik sekitar 34,29% secara year on year. Kenaikan laba tersebut dipicu
oleh pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas. Dengan
kinerja yang positif , BSI berhasil mencatat total asset sebesar Rp. 247,3 triliun hingga juni
2021. Jumlah tersebut naik sebesar 15,16% secara yoy. menguasai pangsa pasar industry
perbankan syariah. Untuk menunjang pertumbuhan BSI akan terus meningkatkan
kapabilitas digital. Hal ini dapat dilihat dari volume transaksi kanal digital BSI yang
tumbuh signifikan sepanjang triwulan kedua 2021.
Dengan adanya hal tersebut hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anita (2021) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran tingkat kesehatan perbankan
syariah dimasa pandemic covid-19” yang mendapatkan hasil penelitian yang menyatakan
bahwa penilaian kesehatan bank umum syariah menggunakan metode CAMELS yang
terdiri dari enam aspek yaitu : aspel permodalan (Capital), aspek kualitas aktiva produktif
(assets), aspek manajemen (management), aspek rentablitas (earning), aspek likuiditas
(liquidity), dan risiko pasar (market risk). Pengukuran tingkat kesehatan perbankan umum
syariah terhadap 13 sampel bank umum syariah berdasarkan metode CAMERLS dapat
dilihat melalui gambar dibawah ini.

Gambar 3.1

Gambar diatas menunjukan bahwa meskipun pandemic covid-19 cukup


berdampak pada performa bank umum syariah terlihat dari penurunan pada beberapa rasio
keuangan. Namun dapat dinyatakan bahwa selama periode 2019-2020 kinerja bank umum
syariah memiliki tingkat kesehatan dengan kategori SEHAT.
3.3 Pembahasan
Makalah ini mencoba untuk memetakan dan menganalisis kinerja keuangan yang
diakili oleh rasio profitabilitas/rentabilitas, rasio likuiditas dan rasio solvabilitas pada bank
syariah di Indonesia saat terjadi pandemic covid-19 kedalam bentuk gambar dan table
berdasarkan penelitian terdahulu.
a. Rasio Profitabilitas

Ratio Sample Years Period


2019 2020
Profitability Ratio
BOPO Bank Muamalat 99,50% 99,45%
Bank Syariah Mandiri 82,89% 81,81%
BRI Syariah 96,80% 91,01%
BNI Syariah 81,26% 84,06%
BCA Syariah 87,60% 86,30%
ROA Bank Muamalat 0,05% 0,03%
Bank Syariah Mandiri 1,69% 1,65%
BRI Syariah 0,31% 0,81%
BNI Syariah 1,82% 1,33%
BCA Syariah 1,20% 1,10%
ROE Bank Muamalat 0,45% 0,29%
Bank Syariah Mandiri 15,56% 15,03%
BRI Syariah 1,57% 5,03%
BNI Syariah 13,54% 9,97%
BCA Syariah 4,00% 3,10%

Menurut Bank Indonesia tingkat efisiensi operasional diukur dengan


membandingkan total biaya operasional dengan total pendapatan operasional atau disebut
BOPO. Rasio BOPO bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional
dalam menutupi biaya operasional atau dapat dikatakan untuk mengukur efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio ROA digunkan untuk mengevaluasi aktiva keseluruhan perusahaan. Standar
ROA yang baik adalah 1,5% dan semakin tinggi nilai ROA menandakan bahwa
kinerja/kemampuan bank dalam hal pengembalian semakin baik. Bank muamalat dan Bank
BRI syariah memiliki nilai ROA terkecil yang tidak mencapai 1%. Sedangkan BNI syariah
berada pada tingkat paling efisien pada tahun 2019 sebelum pandemi sebesar 1,82% dan
BSM berada pada tingkat paling efisien di tahun 2020 dengan angka 1,65% pada 2020.

Rasio ROE mengukur kemampuan manajemen bank syariah dalam mengelola


ekuitas yang ada untuk mendapatkan laba bersih. ROE menunjukkan efektivitas dan
efisiensi pemakaian modal untuk menghasilkan laba. ROE berhubungan langsung dengan
kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan, maka semakin baik
perusahaan dalam mengelola manajemennya. Pada tahun 2020, data menunjukkan bahwa
Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat efisiensi terbaik dibandingkan dengan bank syariah
lainnya yaitu sebesar 15,3%, turun 0,36% dibandingkan tahun sebelumnya 15,66%. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 laba bersih dijamin oleh modal sendiri sebesar 15,3%.
Berdasarkan peraturan bank Indonesia, Bank Muamalat, BRI Syariah dan BCA Syariah
tergolong dengan inefisiensi rasio pada ROA di mana persentase ROA bank berada di
bawah standar rasio minimum 12%.

b. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan seberapa besar kemampuan bank syariah dalam


memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek bank. Suatu bank dapat dikatakan likuid
apabila dapat memenuhi kewajiban utangnya termasuk membayar Kembali depositonya,
memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.
Kemampuan membayar Utang Jangka Pendek (Likuiditas Bank) dipengaruhi oleh
struktur pembiayaan, likuiditas aset, kewajiban dengan pihak ketiga, dan komitmen
pembiayaan kepada debitur. Melalui nilai cash ratio dapat diketahui besarnya uang kas
yang tersedia untuk melunasi kewajiban jangka pendek yang ditunjukkan dari tersedianya
dana kas atau setara kas. Semakin besar nilai cash rasio yang dimiliki menandakan semakin
baiknya kinerja likuiditas bank. Rasio kas terhadap liabilitas jangka pendek (cash ratio)
bank pada masa terjadi pandemi COVID-19 rata-rata mengalami penurunan rasio. Cash
ratio Bank Muamalat turun sebesar 7.8%, BSM turun 10.27%, BRI Syariah turun 50.9%,
dan BCA Syariah turun 14.42%. Di sisi lain kontras, Bank BNI Syariah justru
menunjukkan adanya kenaikan signifikan yaitu meningkat sebesar 89%. Hal tersebut
disebabkan karena kecilnya nilai realisasi dana kewajiban jangka pendek BNI Syariah di
tahun 2020.
Financing to deposit ratio (FDR) menunjukkan perbandingan antara volume
pembiayaan dengan volume simpanan yang dimiliki oleh bank. Artinya tingkat likuiditas
semakin kecil dan sebaliknya karena sumber dana (deposito) yang dimiliki telah digunakan
untuk membiayai pembiayaan portofolio pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini maka
semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank tersebut sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Pembiayaan yang diberikan tidak
termasuk pembiayaan kepada bank lain sementara untuk dana pihak ketiga terkait giro,
tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito. Data menunjukkan masing-masing bank
syariah mengalami penuruna rasio FDR pada tahun 2020. Bank Muamalat mengalami
penurunan sebesar 3.67%, BSM turun 1.56%, BNI Syariah turun 5.5% dan BCA Syariah
turun sebesar 9.7%. Nilai FDR Bank Mumalat, BSM dan BNI Syariah tahun 2020 berada
sedikit di bawah standar batas bawah yang ditetapkan yaitu 80%. Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun likuiditas Bank tinggi namun hal tersebut menunjukkan perlunya
peningkatan efektivitas penyaluran pembiayaan.
c. Rasio Solvabilitas

Menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio
yang menunjukkan jumlah seluruh aset bank yang mengandung risiko (pembiayaan,
ekuitas, surat berharga, tagihan kepada bank lain) untuk dibiayai dari modal sendiri.
Variabel CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk mendukung atas aset yang mengandung atau menimbulkan risiko. Dengan
memantau secara ketat nilai CAR (modal yang digunakan untuk pembiayaan kredit) dapat
meningkatkan profit perbankan. Untuk menjaga rasio CAR pada batas 8% (normal), bank
harus mengelola Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), karena aset tetap dan aset
lainnya tidak memberikan kontribusi pendapatan bank. oleh karena itu jika terjadi
peningkatan ATMR maka CAR dan ROA juga akan meningkat (Nahar et al., 2020).
Pada tahun 2020, Rasio Kecukupan Modal pada Bank Muamalat, BSM dan BNI
Syariah masing-masing meningkat sebesar 2,79%, 2,5% dan 0,73% dari tahun sebelumnya.
Di sisi lain, BRI Syariah dan BCA Syariah mengalami penurunan rasio masing-masing
sebesar 6,22% dan 7%. BCA Syariah memiliki rasio CAR terbesar pada tahun sebelum dan
ketika terjadi pandemi COVID-19. Sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 21/POJK.03/2014, Rasio Kecukupan Modal minimum dikaitkan dengan profil
risiko Bank yang ditetapkan OJK adalah sebesar 9,99%. Dengan rasio kecukupan masing-
masing bank syariah yang berada di atas 10%, maka struktur permodalan perbankan syariah
memiliki kapabilitas untuk mengimbangi risiko pasar, risiko kredit dan risiko operasional
dimana rasio tersebut lebih tinggi dari rasio kecukupan minimum OJK dan struktur modal
Bank sudah memenuhi Peraturan OJK. Hal ini berarti bahwa bank syariah terkait telah
mengelola dengan baik modal bank dan memiliki kecukupan modal untuk melindungi dari
risiko solvabilitas.
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Makalah ini menganalisis kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia
berdasarkan rasio profitabilitas/rentabilitas yang terdiri dari BOPO, ROA dan ROE,
rasio likuiditas yang terdiri dari Cash Ratio dan FDR, serta rasio solvabilitas yang
tercerminkan melalui nilai CAR. Penelitian ini juga membandingkan kinerja
perbankan syariah sebelum dan ketika terjadi pandemi COVID-19 yaitu pada tahun
2019 dan 2020. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan beberapa artikel lainnya
dapat diketahui bahwa bank syariah Indonesia memiliki kinerja yang cukup baik dan
meningkat serta dalam kategori sehat. Hal ini dapat dibuktikan variabel profitabilitas
pada masing-masing perbankan dilihat dari sisi BOPO memiliki kinerja yang baik,
yang artinya pendapatan operasional bank dapat menutupi seluruh biaya operasional
yang ada, di mana BSM memiliki tingkat efisiensi tertinggi. Dari sisi ROA dan ROE,
BSM memiliki nilai rasio tertinggi jika dibandingkan dengan bank syariah lainnya.

Selanjutnya, berdasarkan rasio kemampuan bank dalam memenuhi utang jangka


pendeknya (likuiditas bank), diketahui masing-masing perbankan mengalami
penurunan kemampuan likuiditas, kecuali BNI Syariah yang secara signifikan
menunjukkan adanya peningkatan rasio. Dari sisi FDR menunjukkan bahwa meskipun
likuiditas bank tergolong tinggi namun perlu adanya peningkatan efektivitas dalam
penyaluran pembiayaan. Pada sisi solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjangnya, menunjukkan bahwa
masing-masing bank syariah memiliki kemampuan dan kinerja baik yang ditandai
dengan rasio kecukupan yang berada di atas standar minimum baik yang ditentukan.
Hal ini berarti bahwa bank syariah terkait telah mengelola dengan baik modal bank
dan memiliki kecukupan modal untuk melindungi dari risiko solvabilitas.
4.2 SARAN
Berdasarkan pemaparan data diatas, maka penulis mengemukakan saran-saran
nya seperti melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan dan
mengembangkan layanan digital. Serta meningkatkan permodalan, memperbaiki SDM
industry keuangan syariah, meningkatkan daya saing produk dan layanan keuangan
syariah serta rendahnya riset dan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2021). Jumlah Bank dan kantor bank (unit), 2019-2021. Badan Pusat Statistik.

Irawati, R. S. (2012). Penilaian Kinerja Perbankan Syariah Melalui Pendekatan CAMEL. Modernisasi.

Kusmo, Y. A. (2008). Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 . Jurnal Ekonomi
Islam.

Suhartono, D. A. (2017). Analisis kesehatan bank dengan menggunakan Rised Based Bangking (Studi
pada Bank Milik Pemerintah Pusat Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ). Jurnal
Adminitrasi Bisnis.

Sumadi, G. (2018). Analis tingkat kesehatan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dengan
Bangak Belitung Menggunakan Metode CAMEL. I-Finance.

WHO. (2023). Sebaran covid 19 Dunia.

Kholiq, A., & Rahmawati, R. (2020). Dampak implementasi restrukturisasi pembiayaan terhadap
likuiditas bank syariah pada situasi pandemi covid-19. El Barka: Journal of
Islamic Economics and Business, 3(2), 282-316.
Wicaksono, Y. K., & Maunah, B. (2021). Peran Negara Dalam Ketahanan Perbankan Syariah Di
Masa Pandemi Covid-19. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 8(1), 206-225.

Anita, A. (2021). Pengukuran Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah di Masa Pandemi Covid-
19. Tazkiya, 22(1), 57-78.

KULKARNI, K. (2022). ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK ALADIN SYARIAH PERIODE


2020-2021 (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo).

Anda mungkin juga menyukai