Anda di halaman 1dari 23

i

MAKALAH
PERBANKAN SYARIAH
Guna memenuhi tugas Perbankan Syariah dengan dosen pengampu :
Dr. Sudjono, M.Acc.
“ Hambatan dan Stategi Perbankan Syariah dalam Menghadapi Pandemi Covid-
19 ”

Disusun Oleh :
SITI LUTFI ANA
(43119310039)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI MANAJEMEN REGULER 2
UNIVERSITAS MERCU BUANA
BEKASI
2022
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Perbankan
Syariah dengan judul “Hambatan Perbankan Syariah dalam Menghadapi Pandemi
Covid-19”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dr.Sudjono, M.Acc. yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bekasi, 10 November 2022

Siti Lutfi Ana


iii

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................1

1.2 Batasan Masalah .................................................................................................2

1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................................2

1.4 Tujuan .................................................................................................................2

1.5 Manfaat ...............................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................... 4

LANDASAN TEORI .................................................................................................... 4

2.1 Landasan Teori ...................................................................................................4

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu .........................................................................11

2.3 Hipotesis ...........................................................................................................12

BAB III ....................................................................................................................... 13

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 13

3.1 Pembahasan ......................................................................................................13

3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek..............................16


BAB IV........................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan........................................................................................................18
4.2 Saran .................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengumumkan status pandemi
global pada 11 Maret 2020. Berdasarkan data yang ada, dampak Covid-19 pada ekonomi
Tiongkok berakibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 6,1% tahun lalu menjadi
hanya sekitar 3,8% tahun ini, dengan catatan pandemi tidak bertambah buruk. Jika
keadaan memburuk pertumbuhan bisa hanya 0,1% atau bahkan minus (Iskandar,
Possumah and Aqbar, 2020).
Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, Pemerintah mulai
memberlakukan kebijakan new normal. Selain kesehatan, isu ekonomi menjadi salah satu
hal yang menjadi pertimbangan pemberlakuan new normal di Indonesia. Isu kesehatan
dan ekonomi menjadi isu yang saling berkaitan dalam kondisi saat ini. Salah satu yang
terdampak dalam pandemi Covid-19 adalah perbankan syariah.
Perbankan Syariah adalah salah satu aspek yang kedepannya sangat
menjanjikan untuk Indonesia, perkembangan perbankan saat ini juga dinilai sangat pesat.
Kemajuan perkembangan perbankan syariah saat ini bukanlah tanpa halangan dan
tantangan perkembangan yang sangat pesat itu juga penuh dengan risiko yang harus
dihadapi. Perbankan syariah adalah suatu sistem yang dibangun dengan semangat
alternatif, sehingga harus berbeda dari perbankan yang telah ada. Perbedaan sistem tidak
sekedar pemakaian istilah, tetapi juga perlakuan terhadap jaminan rasa aman terhadap
nasabah. Oleh karena itu, pencantuman label syariah, pada hakikatnya mengandung
konsekuensi yang cukup berat, sehingga mekanisme pengawasannya perlu diperketat
agar menjaga amanah dan kepercayaan nasabah terjaga dengan baik (Fauziah,
Fakhriyah and Abdurrohman, 2020)
(Azhari and Wahyudi, 2020) meneliti tentang Pandemi Covid-19
mempengaruhi kinerja perbankan syariah yang ditunjukkan dengan gejolak fluktuasi
terutama diawal masa pandemi Covid-19. Kinerja pada bank syariah mengalami fluktuasi
pada sisi DPK dan debt financing. Pada sisi pembiayaan sewa mengalami penurunan yang
cukup konstan pada masa pandemi. Sedangkan pada sisi equity financing mengalami
2

pertumbuhan yang cukup signifikan dan stabil. Hal ini semakin memperkuat teori
bahwa sistem bagi hasil yang digunakan pada produk bank syariah; equity financing
mampu bertahan terhadap kondisi gejolak ekonomi domestik dan internasional.

(Sugiri, 2020) meneliti tetang dimana sektor UMKM di Indonesia mengalami


dampak dari Pandemi COVID-19. Dampak tersebut berturut adalah penurunan
penjualan, kesulitan permodalan, hambatan distribusi produk, serta kesulitan bahan
baku.
Makalah ini menjelaskan tentang tantangan permasalahan perbankan syariah di Indonesia
dalam menghadapi pandemi covid-19.

1.2 Batasan Masalah


Untuk lebih terarahnya penulisan ini serta menghindari meluasnya masalah yang
dibahas, maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian mengenai “Analisis
Tantangan Perbankan Syariah Dalam menghadapi Pandemi Covid-19 di Indonesia”

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana tantangan yang dihadapi pada perbankan syariah di masa pandemi
Covid-19?
2. Bagaimana strategi pada perbankan syariah yang dilakukan dalam menghadapi
Pandemi Covid-19?

1.4 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis tantangan yang di hadapi perbankan syariah di masa
pandemi Covid-19.
2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan dalam menyelesaikan penurunan
jumlah nasabah dan jumlah dana pencairan pembiayaan murabahah pada masa
pandemi Covid-19
3

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dalam makalah ini adalah :


a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang
tantangan yang dihadapi perbankan syariah pada pandemi covid-19.
b. Manfaat Praktis
Makalah ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi
masyarakat umum dan mahasiswa tentang tantangan dan strategi yang dihadapi
perbankan syariah pada pandemi covid-19.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

1.1 Konsep Perbankan Syariah

A. Pengertian Bank Syariah


Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank Islam atau Bank Syariah adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur‟an dan Hadis Nabi SAW atau
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
serta peredaran uang yang pengoperasiannnya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Bank Syariah dikembangkan sebagai lembaga bisnis keuangan yang melaksanakan
kegiatan usahanya sejalan dengan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi islam. Tujuan
ekonomi islam bagi Bank syariah tidak hanya terfokus pada tujuan komersial yang
tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal, tetapi perannnnya dalam memberikan
kesejahteraan secara luas bagi masyarakat.
5

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga


perantara keuangan (financial intermediary), artinya bank adalah lembaga yang segala
aktivitasnya berkaitan dengan masalah keuangan. Di Indonesia bank berdasarkan prinsip
operasinya dibagi atas dua, yaitu bank syariah dan bank konvensional. Bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Sedangkan bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional (Muhammad, 2014).
Salah satu kegiatan bank syariah adalah melakukan penyaluran dana. Penyaluran dana
pada bank konvensional disebut dengan kredit, sedangkan penyaluran dana pada bank
syariah disebut dengan pembiayaan. Pembiayaan secara luas berarti financing atau
pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. dalam arti
sempit, pembiayaan dikaitkan untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah (Muhammad, 2014).
Jadi Bank syariah adalah Bank yang melakukan kegiatan usaha Perbankan
berdasarkan “prinsip syariah”. Sebagaimana telah ditegaskan dalam penjelasan umum
UU Perbankan Syariah bahwa kegiatan usaha yang tidak bertentangan unsur riba, maisir,
gharar, haram dan zalim. Pengertian dari prinsip-prinsip tersebut sebagaimana penjelasan
pasal 2 undang-undang tersebut, yaitu :
1) Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak (batil) antara lain dalam transaksi
pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan
(fadhl) atau dalam transaksi pinjam- meminjam yang mensyaratkan nasabah penerima
fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjam karena berjalannya
waktu (nasi’ah).
2) Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepda suatu keadaan yang tidak pasti
dan bersifat untung-untungan.
3) Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur
lain dalam syariah.
4) Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah atau
5) Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya
6

B. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia


Di Indonesia, Bank syariah yang pertama di dirikan pada tahun 1992 adalah
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannya agak terlambat bila
dibandingkan dengan NegaraNegara Muslim lainnya, Perbankan di Indonesia akan
terus berkembang. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank
syariah., maka pada tahun 2005, jumlah Bank syariah di Indonesia telah bertambah
menjadi 20 unit, yaitu 3 Bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah.
Perkembangan Perbankan syariah ini tentunya juga harus didukung oleh sumber daya
insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Tentunya kondisi
ini cukup signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan
syariah itu sendiri.
Pada 1999 berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari
Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti merupakan Bank konvensional yang dibeli oleh
Bank Dagang Negara, kemudian dikonversi menjadi Bank Syariah Mandiri Bank
Syariah kedua di Indonesia. Pendirian Bank Syariah (BSM) menjadi pertaruhan bagi
Banker syariah. Bila BSM berhasil, maka Bank syariah di Indonesia dapat
berkembang. Sebaliknya, Bila BSM gagal, maka besar kemungkinan Bank syariah
di Indonesia akan gagal. Hal ini disebabkan karena BSM merupakan Bank syariah
yang didirikan oleh Bank BUMN milik pemerintah. Ternyata BSM dengan cepat
mengalami perkembangan. Pendirian Bank Syariah Mandiri diikuti oleh pendirian
beberapa Bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.

C. Produk- Produk Perbankan Syariah


Produk yang ditawarkan oleh Perbankan syariah menjadi tiga bagian besar yaitu:
1) Produk Penghimpunan Dana
a. Tabungan
Menurut Undang-Undang Perbankan syariah nomor 21 tahun 2008
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana
berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan
ketentuan tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
Bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
7

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSNMUI/IV/2000,


tabungan ada dua jenis yaitu : Pertama, tabungan yang tidak dibenarkan
secara prinsip syariah yang berupa tabungan dengan berdasarkan perhitungan
bunga. Kedua, tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni
tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini
memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktuwaktu apabila nasabah
membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung
kecil.
b. Deposito
Deposito menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun
2008 adalah investasi dana berdasarkan akad Mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan
dan Bank syariah dan/atau unit usaha syariah (UUS).
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-MUI/ IV/2000,
deposito terdiri atas dua jenis : Pertama, deposito yang tidak dibenarkan
secara prinsip syariah yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.
Kedua, Deposito yang dibenarkan secara syariah yaitu deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Deposito adalah bentuk simpanan nasabah
yang mempunyai jumlah minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi
hasilnya lebih tinggi daripada tabungan.
c. Giro
Giro Menurut Undang-undang Perbankan syariah Nomor 21 tahun 2008
adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan perintah pemindahbukuan. Sementara dalam fatwa
Dewan Syariah Nasional No. 01/DSN-MUI/IV/2000 disebutkan bahwa giro
adalah simpanan dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
8

penggunaan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
pemindahabukuan.
Giro ada dua jenis yaitu : Pertama, giro yang tidak dibenarkan secara
syariah yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, giro yang
dibenarkan secara syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah
dan wadi’ah.
Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi hasil, dan
pengambilan dana menggunakan cek, biasanya digunakan oleh perusahaan
atau yayasan dan atau bentuk badan hukum lainnya dalam proses keuangan
mereka. Dalam giro meskipun pihak Bank tidak memberikan bagi hasil,
namun pihak Bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang besarnya
tidak ditentukan di awal tergantung kebaikan pihak Bank.
2) Produk Pembiayaan Dana
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pedanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Secara garis besar pembiayaan dapat dibagi dua jenis yaitu:
a) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk
pembiayaan yang bersifat komsumtif seperti pembiayaan untuk pembelian
rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan dan apapun yang sifatnya
komsumtif.
b) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk
pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan
pembelian barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan untuk
pemberdayaan sektor rill.
3) Produk Jasa
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara pihak
yang kelebihan dana (Surplus of fund) dan kekurangan dana (Defivit of fund),
Bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
9

nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa Perbankan
tersebut antara lain berupa :
a) Sharf ( Jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf. Jual beli
mata uang yang sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang
sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
Prinsip ini dipraktikkan pada Bank syariah devisa yang memiliki ijin untuk
melakukan jual beli valuta asing.
b) Wadi’ah (Titipan)
Jenis produk jasa tambahan yang dapat diterapkan adalah wadi‟ah, namun
wadi‟ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad al-Amanah. Aplikasi Perbankan
wadi’ah yad al-amanah adalah penyewaan kontak simpanan (Safe deposit
box) sebagai sarana penitipan barang berharga nasabah. Bank mendapat
imbalnya sewa dari jasa tersebut.
D. Pengertian Covid-19
Menurut Richman DD (2016) Corona virus adalah virus RNA positif yang tidak
tersegmentasi yang termasuk dalam famili Coronaviridae dan ordo Nidovirales yang
didistribusikan secara luas pada manusia dan mamalia lainnya (Huang et al., 2020).
Ren et al., (2020) mengungkapkan bahwa Coronavirus merupakan salah satu patogen
utama yang menyerang sistem pernapasan manusia. Karena wabah ini terjadi pada
tahun 2019, maka sering disebut sebagai penyakit coronavirus 19 (Covid-19). Secara
genealogi, pada Desember 2019, serangkaian kasus pneumonia yang tidak diketahui
penyebabnya muncul di Wuhan, Hubei, China, dengan presentasi klinis yang sangat
mirip dengan pneumonia virus. Analisis sekuensing mendalam dari sampel saluran
pernapasan bagian bawah menunjukkan virus corona baru, yang diberi nama 2019
novel coronavirus (2019-nCoV) (Huang et al., 2020). Sejak kasus pertama di Wuhan,
terjadi peningkatan kasus COVID-19 di China setiap hari dan memuncak diantara
akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari
Hubei dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi lain
dan seluruh China. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti
10

Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang,


Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia,
Prancis, dan Jerman(Susilo et al., 2020). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
akhirnya mengumumkan status pandemi global pada 11 Maret 2020 (Safitri, Fasa, &
Suharto, 2021). Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO pada 14 Juli 2021, penyakit
ini menginfeksi setidaknya 188,655,968 orang dengan kematian 4,067,517 orang
secara global (World Health Organization, 2021). Pandemi virus corona benar-benar
menjadi ancaman bagi dunia baik sektor kesehatan maupun ekonomi(Desky &
Mukhtasar, 2021). COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020 sejumlah dua kasus(Susilo et al., 2020). Berdasarkan data yang dirilis oleh
Liputan 6.com tercatat bahwa 2.832.755 orang yang dinyatakan terkonfirmasi Covid-
19 di Indonesia terhitung sejak Maret 2020. Meningkatnya kasus positif, juga diikuti
dengan bertambahnya kasus kematian di Tanah Air. Pada hari ini bertambah 1.092,
maka totalnya menjadi 72.489 orang yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.
Sedangkan jumlah kasus sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 bertambah 27.903
orang. Maka jumlah keseluruhan saat ini mencapai 2.232.394 orang. Tingkat
mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi
di Asia Tenggara.
E. Perkembangan Covid-19 di Indonesia
Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Corona virus jenis baru yang ditemukan pada
manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019,
kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Gejala
umum berupa demam ≥380C, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang
dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara
atau wilayah terjangkit, atau pernah merawat/kontak erat dengan penderita Covid-19,
maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut
11

untuk memastikan diagnosisnya. Seseorang dapat terinfeksi dari penderita Covid-19.


Penyakit ini dapat menyebar dari orang-orang melalui tetesan kecil (droplet) dari
hidung atau mulut pada saat batuk, bersin, atau berbicara. Bisa juga seseorang
terinfeksi Covid-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah
sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter
dari orang lain. Droplet tersebut dapat juga jatuh pada benda di sekitarnya, kemudian
jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet
tersebut dan orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka
orang itu dapat terinfeksi Covid-19. Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk
mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir atau membersihkannya
dengan alkohol.

1.2 Studi dan Penelitian Terdahulu


Penelitian ini sebelumnya pernah diteliti oleh Hani Tahliani dengan judul “
Tantangan Perbankan Syariah Dalam Menghadapi Pandemi Covid19” hasil
penelitian menunjukkan bahwa diantara tantangan perbankan syariah dalam
menghadapi pandemi covid-19 di Indonesia ada 3 yaitu pertama, menyesuaikan
pola bisnis dengan digitalisasi layanan bank, baik digitalisasi dalam penghimpunan
dana maupun pembiayaan. Kedua, menekan/meminimalisasi pembayaran Non
Performing Financing (NPF) agar tetap bisa surveive dimasa pandemi covid-19.
Ketiga, mencari alternative market baru, minimal market yang tidak terdampak
signifikan akibat pandemic Covid-19, seperti sector usaha yang berkaitan dengan
industry kesehatan, sehingga industry perbankan syariah tetap dapat bertahan di
tengah serangan pandemi Covid-19.
Penelitian ini sebelumnya pernah diteliti oleh Joni Zulhendra dengan judul:
“ Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat Di Sumatera Barat” hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengembangan perbankan syariah memerlukan penunjang dalam rangka
peningkatan kualitas perbankan syariah yakni dukungan dari pemerintah dan
Dewan Perwakilan Rakyat, adanya pengembangan produk agar mampu bersaing
12

dan dukungan masyarakat yang diperoleh melalui program komunikasi dan


sosialisai secara terpadu.
Penelitian sebelumnya pernah diteliti oleh Andi Prayoga dengan judul:
“Tantangan Dan Strategi Bank Dalam Mencari Nasabah (Studi Kasus Pada Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Bandar Jaya). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh BMI KCP Bandar Jaya adalah
nasabah, pesaing, bagi hasil, kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,
lokasi dan kondisi kantor. Dan strategi yang dilakukan BMI KCP Bandar Jaya
dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut adalah seperti strategi produk,
strategi harga, strategi saluran distribusi atau tempat, strategi promosi yang meliputi
periklanan, personal selling, promosi penjualan, publisitas, dan strategi people.

1.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
1. H1 : Variabel tantangan berpengaruh secara signifikan terhadap Perbankan
syariah dalam menghadapi pandemi covid-19.
2. H2 : Variabel strategi berpengaruh secara signifikan terhadap Perbankan
Syariah dalam menghadapi pandemi covid-19.
3. H3 : Variabel tantangan dan strategi berpengaruh secara signifikan terhadap
perbankan syariah dalam menghadapi pandemi covid-19.
13

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
A. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
Menurut J.P Morgan Ada tiga risiko yang membayangi industri perbankan
dalam masa pandemi covid-19 yaitu penyaluran kredit, penurunan kualitas aset dan
pengetatan margin bunga bersih.
Dari ketiga risiko tersebut mari kita analisa apakah bank syariah lebih kuat
dalam menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi covid-19 dibandingkan bank
konvensional atau malah sebaliknya(Sunaria and Itsnaini, 2020).
1. Penyaluran kredit (pembiayaan) Dalam hal ini bank syariah maupun bank
konvensional akan mengalami kondisi yang sama. Baik bank syariah maupun
bank konvensional akan sama- sama mengalami pelambatan penyaluran kredit
(pembiayaan).
2. Penurunan kualitas aset Dalam hal ini baik bank syariah maupun bank
konvensional akan sedikit terbantu dengan adanya POJK
No.11/POJK.03/2020. POJK tersebut akan membantu bank syariah maupun
bank konvensional terutama dalam Pengetatan margin bunga bersih Hal tersebut
dikarenaka bank syariah menggunakan sistim bagi hasil seperti yang
disampaikan dalam penjelasan di atas. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi
neraca bank syariah pada mas krisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis
karena besarnya biaya yang diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan
ikut menurun dengan penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah. Hal
ini berbeda dengan bank konvensional yang mana disaat pendapatan bunga
kredit menurun tidak diikuti dengan penurunan biaya bunga untuk deposan,
inilah yang akan menjadi permaslahan serius dari bank konvensional.
pencadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Bank syariah diprediksi
akan memiliki keunggulan dibandingkan dengan bank konvensional.
3. Pengetatan margin bunga bersih Hal tersebut dikarenaka bank syariah
menggunakan sistim bagi hasil. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca
14

4. bank syariah pada buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan
penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah. Hal ini berbeda dengan
bank konvensional yang mana disaat pendapatan bunga kredit menurun tidak
diikuti dengan penurunan biaya bunga untuk deposan, inilah yang akan menjadi
permaslahan serius dari bank konvensional.
Dengan adanya factor-faktor tersebut yaitu saat perbankan nasional
diprediksi akan mengalami depresi akibat pandemi covid-19. dalam bank syariah
ada beberapa hal keunggulan terhadap bank konvensional sehingga bisa menjadi
solusi yang terhadap pandemi covid-19, yakni : Di saat perbankan nasional diprediksi
akan mengalami depresi akibat pandemi covid-19, bank syariah memiliki kelebihan
dengan konsep bagi hasilnya untuk bisa satu level lebih kokoh dalam
menghadapi krisis. Keunggulan disaat masa-masa sulit ini tentunya menjadi peluang
yang bagus untuk penguatan market share bank syariah(Ningsih and Mahfudz, 2020).
Melihat tiga risiko yang akan dihadapi oleh perbankan seperti disampaikan oleh JP
Morgan di atas maka bank syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah
pandemi covid-19. Melakukan ekspansi yang terukur ke segmen digital adalah opsi
yang cukup menantang yang bisa diambil oleh bank syariah.
B. Tantangan Bank Syariah di Masa Pandemi Covid 19
Berikut sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bank syariah di masa Pandemi Covud
19:
a. Risiko pembiayaan yang ditimbulkan oleh kondisi pasar yang tidak stabil. Salah
satu kondisi pasar hari ini adalah banyaknya perusahaan terdampak oleh pandemi
Covid 19. Konsekuensinya tentu pelaku usaha harus berupaya mempertahankan
bisnis agar tetap survive di masa pandemi. Tidak sedikit pula yang harus
memnghentikan operasional perusahaan. Dapat dikatakan hanya sebahagian kecil
perusahaan saja yang dapat bertahan dengan adanya pandemi COVID-19 ini seperti
perusahaan yang bergerak pada industri food and beverage, industri telekomunikasi,
peralatan kesehatan yang dibutuhkan tenaga medis, serta pertanian dan perkebunan.
Kendati ada regulasi yang mengatur tentang restrukturisasi pembiayaan yang
bertujuan untuk memudahkan angsuran pembiayaan bagi mitra, bank syariah harus
tetap berhati-hati dalam memutuskan untuk memberikan pembiayaan kepada mitra
15

dengan cara lebih selektif dalam memilih calon mitra yang sekiranya usahanya
mampu untuk bertahan di tengah pandemi COVID-19.
b. Risiko operasional. Pemberlakuan PSBB atau PPKM oleh pemerintah melalui
kebijakannya membuat bank syariah untuk berupaya merumuskan strategi yang tepat
dalam memberikan pelayanan terhadap nasabah. Karena tidak smeua layanan bias
dibuat dalam bentuk digital. Apalagi kondisi teknologi bank syariah masih belum bias
menyamai teknologi bank konvensional.
c. Untuk meningkatkan infrastruktur teknologi dalam rangka menyaingi fintech yang
tengah menjamur saat ini tentu bank syariah membutuhkan investasi modal yang
besar. Selama ini bank syariah dalam upaya ekspansi aatau perluasan pasar terkendala
oleh persoalan modal. Apalagi dalam hal peningkatan teknologi, bank sayriah harus
lebih berfikir keras agar persoalan modal untuk peningkatan teknologi dapat dipenuhi.
C. Strategi Perbankan Syariah Terdahadap Dampak Pandemi Covid-19
Adapun strategi bank syariah yang dapat dilakukan di tengah pandemic
(Nurul Fitri Habibah, 2020), yaitu melalui :
Pertama, bank harus mengelola mitigasi risiko dengan tepat. Bank harus
punya peta navigasi baru untuk dapat menghadapi krisis yang ada. Proses mapping
debitur untuk proses restrukrisasi harus segera jalan dan jelas sehingga cashflow
bank terlihat setelah melakukan treatment.
Kedua, bank harus fokus pada industri yang prospek untuk dibiayai. Bank
harus tebang pilih pada sektor usaha yang eksis dan berkembang di tengah
merebaknya wabah Korona. Harapannya, bank tidak lagi bekerja dengan membawa
beban kredit macet atas ekspansi kredit barunya.
Ketiga, digital banking. Layanan produk dan jasa harus dikonversi menjadi
digital banking. Proses tersebut harus berjalan bertahap dan inisiasinya dilakukan
secara terus menerus.
Keempat, inovasi dan kreativitas bank. Korona menuntut bank harus
semakin berinovasi. Misalkan, bank saat ini tidak hanya menuntut pembayaran
angsuran dan bunga kredit oleh debiturnya. Namun, bank juga harus memikirkan
untuk dapat membantu nasabah, melalui penjualan produknya.
16

Kelima, pendampingan dan konsultasi bisnis. Nasabah UMKM yang


bisnisnya terganggu akibat Covid-19 mendapatkan pendampingan dan konsultasi
bisnis oleh staf bank, yaitu relationship manager (RM) yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Keenam, program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responbility (CSR) melalui pendidikan dan pelatihan online bagi pelaku UMKM.
Kebijakan untuk meminimalkan dampak Covid-19, termasuk di sektor industri
perbankan. Kebijakan stimulus yang dimaksud terdiri atas kebijakan penilaian
kualitas pembiayaan hanya didasarkan pada ketepatan pembayaran pokok dan
margin/ bagi hasil/ujrah dengan pembiayaan mencapai 10 Miliar dan Skema
Restrukturisasi pembiayaan.
POJK No. 18/POJK.03/2020 mengambil langkah-langkah untuk menjaga
stabilitas sistem keuangan, terutama di sektor perbankan, ancaman pelemahan
ekonomi akibat pandemi Covid-19. OJK memberikan perintah kepada Bank untuk
yang Pertama, melakukan merger, konsolidasi, pengambilalihan, dan atau integrasi.
Kedua, menerima merger, konsolidasi, akuisisi, atau integrasi(Otoritas Jasa
Keuangan, 2020).
3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek
Penelitian sebelumnya pernah diteliti oleh Andi Prayoga dengan judul:
“Tantangan Dan Strategi Bank Dalam Mencari Nasabah (Studi Kasus Pada Bank
Muamalat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Bandar Jaya). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh BMI KCP Bandar Jaya adalah
nasabah, pesaing, bagi hasil, kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,
lokasi dan kondisi kantor. Dan strategi yang dilakukan BMI KCP Bandar Jaya
dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut adalah seperti strategi produk,
17

strategi harga, strategi saluran distribusi atau tempat, strategi promosi yang meliputi
periklanan, personal selling, promosi penjualan, publisitas, dan strategi people.
18

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penyebaran virus Covid-19 telah menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi di
seluruh dunia dan menimbulkan risiko baru terhadap stabilitas keuangan. Dampak
pandemi ini menyebabkan beberapa negara mengalami krisis ekonomi bahkan
resesi. Dampak COVID-19 terhadap beberapa kegiatan ekonomi (produksi,
konsumsi) pada akhirnya berdampak pada sektor perbankan sebagai lembaga
intermediasi keuangan.
2. J.P Morgan dalam riset yang dilakukan mengungkapkan bahwa ada tiga risiko
yang akan dihadapi oleh industri perbankan di masa pandemi covid-19, yaitu:
Penyaluran kredit/pembiayaan, Penurunan kualitas asset, dan Pengetatan margin
bunga bersih.
3. Bank syariah memiliki beberapa tantangan yang harus dicarikan strateginya agar
tetap survive di masa pandemi. Peluang itu adalah:
a. Risiko pembiayaan yakni pembiayaan bermasalah disebabkan situasi pasar
yang tidak stabil saat ini.
b. Risiko operasional yang disebabkan pemberlakuan kebijakan lockdown,
physical distancing dan PPKM.
c. Keterbatasan teknologi bank syariah
d. Keterbatasan modal dalam rangka investasi peningkatan teknologi.
4.2 Saran
1. Pandemi bukan halangan bagi Lembaga Keuangan Syariah dalam hal ini bank
Syariah untuk terus meningkatkan pelayanan, namun pandemi bias menjadi batu
pijakan bagi bank syariah untuk terus memperbaiki layanan. Artikel ini berisi
masukan bagi bank syariah untuk mengembangkan sisi lain yang dapat
dioptimalkan bagi bank syariah.
2. Bagi Bank Syariah kota Palangka Raya alangkah lebih baik menerapkan protokol
kesehatan dan physical distancing dengan baik, apabila terjadi antrian nasabah
area banking hall penuh maka mendirikan tenda diluar agar nasabah bisa duduk
19

antri tidak kepanasan dan tetap bisa menjaga jarak antara nasabah satu dan
nasabah lainnya.
3. Bagi nasabah hendaknya tetap menerapkan protokol kesehatan Mencuci tangan
ditempat yang telah disediakan, Memakai masker dan juga menjaga jarak agar
terhindarnya dari Covid-19.
4. Bagi pihak perbankan syariah diharapkan tetap menjaga hubungan baik dengan
nasabah baik dengan via daring atau telepon agar bisa memberitahukan ketentuan
baru yang berlaku di masa pandemi Covid-19.
20

DAFTAR PUSTAKA

Safitri, A. N., Fasa, M. I., & Suharto. (2021). Dampak Pandemi terhadap
Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah. Economics and Digital
Business Review, 2(2), 103–117.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto, R., …
Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–67.
Wicaksono, Y. K., & Maunah, B. (2021). Peran Negara Dalam Ketahanan Perbankan
Syariah Di Masa Pandemi Covid-19. An-Nisbah:Jurnal Ekonomi Syariah, 8(1),
206–225. Retrieved from
http://ejournal.iaintulungagung.ac.id/index.php/nisbah/article/view/3600
Fasa, M. I. (2013) ‘Tantangan Dan Strategi Perkembangan Perbankan Syariah Di
Indonesia’, Jurnal EKONOMI ISLAM, 2(1), pp. 19–40.
Ningsih, M. R. and Mahfudz, M. S. (2020) ‘Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Manajemen Industri Perbankan Syariah: Analisis Komparatif’,
Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 2(1), pp. 1–10. doi: 10.46918/point.v2i1.576
Nurul Fitri Habibah (2020) ‘Tantangan dan Strategi Perbankan Syariah dalam
Menghadapi Covid-19’, Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah
(IQTISHODIAH), 2(1), pp. 1–9. Available at:
https://ejournal.ibntegal.ac.id/index.php/iqtishodiah ISSN 2714-8572.

Anda mungkin juga menyukai