PERBANKAN SYARIAH
NIM: 43120010108
JAKARTA
2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Makalah
dengan judul “Hambatan Perbankan Syariah Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sudjono.
M.Acc. selaku Dosen mata kuliah Perbankan Syariah yang telah memberikan pengarahan
kepada kami dalam proses pembelajaran di kelas dan juga atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan, baik materi maupun pikiran.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai Tugas Besar 2 mata kuliah
Perbankan Syariah. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam proses penyusunan makalah
ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan kami berharap nilai Tugas Besar 2 ini
mendapatkan nilai yang memuaskan.
DAFTAR ISI
1.4 Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 2
3.2 Tantangan dan Kebijakan Perbankan Syariah Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
10
4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai
tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan
lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan.
Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara maju dan negara
berkembang antara lain aktivitas penyimpanan dan penyaluran dana.
Di negara maju, bank menjadi lembaga yang sangat strategis dan memiliki
peran penting dalam perkembangan perekonomian negara. Di negara berkembang,
kebutuhan masyarakat terhadap bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan
penyaluran dana saja, akan tetapi juga terhadap jasa yang ditawarkan oleh bank.
Bank syariah di Indonesia lahir sejak 1992. Bank syariah pertama di Indonesia
adalah Bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1992 hingga 1999. Perkembangan Bank
Muamalat Indonesia masih tergolong stagnan. Namun sejak adanya krisis moneter yang
melanda Indonesia pada 1997 dan 1998, maka para bankir melihat bahwa Bank
Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dari dampak krisis moneter. Para
bankir berpikir bahwa BMI satu-satunya bank syariah di Indonesia, tahan terhadap
krisis moneter. Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan
konversi dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti merupakan bank konvensional yang
dibeli oleh Bank Dagang Negara, kemudian dikonversi menjadi Bank Syariah Mandiri,
Bank syariah kedua di Indonesia.
Dalam masa pandemi, pemerintah Indonesia memutuskan untuk
memperhatikan tiga sektor, yaitu kesehatan, sektor riil dan perbankan. Pandemi Covid-
19 menjadi permasalahan bagi perbankan, karena bisa menghasilkan permasalahan di
sektor riil atau dunia usaha yang berpotensi menimbulkan persoalan di sektor
perbankan. Hal ini tentu saja bisa terjadi, dikarenakan sektor perbankan merupakan
lembaga intermediasi atau perantara yang mendukung kebutuhan dana investasi bagi
dunia usaha.
Perbankan syariah di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan di tengah
wabah Covid-19. Menurut Pengamat Ekonomi Syariah yang juga pendiri Karim
Consulting, Adi warman Karim menyampaikan kondisi industri Perbankan Syariah bisa
lebih dulu memburuk daripada industri bank konvensional.
2
1.4 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh perbankan syariah dalam menghadapi pandemic Covid-19.
1.5 Manfaat
1. Bagi Penulis
Peneliti dapat menambah wawasan terkait hambatan-hambatan perbankan syariah
dalam menghadapi Pandemic Covid-19
2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat menambah wawasan terkait apa saja hambatan-hambatan dan
kebijakan perbankan syariah dalam menghadapi pandemic Covid-19, selain itu para
pembaca diharap dapat mengetahui lebih lanjut terkait perbankan syariah yang ada
di Indonesia.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
b. Middle Theory
Perilaku konsumen adalah pergerakan konsumen saat mereka mencari,
membeli, menggunakan, menilai, dan membelanjakan uang untuk barang yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka. (Viora & Suyanto, 2020). Menurut Philip Kotler, Keller,
& Chernev, n.d. (2022:79) Studi tentang perilaku konsumen berfokus pada bagaimana
orang, kelompok, dan organisasi memilih, memperoleh, memanfaatkan, dan
membuang produk, layanan, konsep, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka. Menurut Engel et al (Sangadji dan Sopiah, 2013 : 7), perilaku
konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam pemerolehan, pengonsumsian,
dan penghabisan produk/jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul
tindakan.
Perilaku konsumen merujuk pada tindakan dan keputusan yang diambil oleh
individu atau kelompok dalam memilih, membeli, menggunakan, dan membuang
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan mereka. Perilaku konsumen melibatkan
sejumlah tahapan, dan faktor-faktor yang memengaruhinya bisa sangat bervariasi.
Menurut Abraham Maslow dalam teori hierarki kebutuhan Maslow, perilaku konsumen
5
dipahami sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan yang disusun dalam hierarki,
mulai dari kebutuhan dasar (seperti makanan dan tempat tinggal) hingga kebutuhan
psikologis dan self-actualization.
c. Operational Theory
1. Minat
Minat dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memusatkan perhatian dan
ingatan seseorang pada suatu topik dalam jangka waktu yang lama, dengan hasil
akhirnya berupa rasa senang dan puas setelah mencapai tujuan seseorang (Suartana
& Witami, 2019). Salah satu penanda yang dapat digunakan untuk mengukur
ketertarikan adalah pengalaman keinginan, penggunaan kompulsif, dan
penggunaan yang berkelanjutan. Minat berkaitan dengan terminology dari aspek
kepribadian yang menggambarkan adanya kemauan dan dorongan yang muncul
pada diri individu untuk memilih objek lain yang sejenis. Minat menurut pendapat
Kotler merupakan suatu hal yang muncul sesudah mendapat rangsangan dari
produk yang dilihatnya, yang selanjutnya memunculkan ketertarikan untuk
mencoba produk tersebut.
2. Produk
Secara umum, produk dapat diartikan sebagai barang atau jasa yang dihasilkan
melalui proses produksi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen.
Produk bisa berupa barang fisik atau jasa, dan kualitas serta cakupannya dapat
sangat bervariasi. Menurut Kotler dan Armstrong (2017:244), Produk adalah semua
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk perhatian, perolehan, pemakaian, atau
konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
3. Fitur Layanan
Fitur merupakan elemen penting dalam sebuah atribut produk ataupun jasa, fitur
dapat dikatakan aspek sekunder dari suatu produk. Konsumen dapat membedakan
produk yang sejenis dengan cara membandingkan fitur yang dimiliki suatu produk
atau jasa,yaitu perbandingan antara kelengkapan fitur, kecanggihan fitur atau
keistimewaan yang ditonjolkan dari satu fitur dalam sebuah produk atau jasa dengan
produk atau jasa yang lain.
6
3 Ihsan Effendi & Prawidya Dampak Covid 19 Hasil menunjukkan bahwa Return
Hariani RS Terhadap Bank on Assets telah menurun secara
Syariah signifikan, sedangkan Non
performing finance dan Financing
7
Agama adalah penghayatan seseorang yang menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan
perilaku yang didorong oleh kekuatan spiritual. Agama dapat digambarkan sebagai adanya
konsistensi kepercayaan sebagai unsur kognitif dan perasaan beragama sebagai unsur afektif
dan perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. (Rahmat dalam Astogini, 2011).
Agama, menurut Schiffman dan Kanuk (2007) dalam Asih (2015) telah berperan penting dalam
masyarakat muslim di Amerika Serikat dalam mempengaruhi keputusan membeli produk.
Masyarakat muslim di Amerika menganggap masalah halal adalah perkara penting di dalam
memilih suatu produk yang akan dikonsumsinya. Hal serupa juga terdapat di Indonesia
berdasarkan beberapa penelitian yang menemukan kecenderungan konsumen muslim untuk
mempertimbangkan masalah kehalalan dalam memilih produk yang akan dikonsumsi.
Kemudian dalam Schiffman dan Kanuk, agama dimasukkan sebagai sub budaya dalam
kelompok sosio-kultural yang juga memberikan pengaruh eksternal dalam proses memilih
produk perbankan. Kelompok agama cenderung mebuat keputusan pembelian yang
dipengaruhi oleh identitas keagamaan mereka (Schiffman, 2010). Menurut Kotler dan Keller,
perilaku pembelian konsumen akan dipengaruhi oleh subbudaya agama sehingga hal itu akan
mempengaruhi keputusan pembelian suatu produk. (Kotler dan Keller, 2009)
8
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara sebagai dasar pijakan bagi peneliti
untuk membuktikan kebenarannya jadi masih bersifat praduga dan tentative. Adapun
hipotesis yang penulis rumuskan dalam membuktikan hubungan variable diatas yaitu:
Hipotesis: Covid-19 telah memberikan pengaruh terhadap Perbankan Syariah di
Indonesia
9
BAB III
PEMBAHASAN
dibandingkan tahun lalu. Sektor perbankan syariah terus menerapkan prinsip kehati-
hatian dengan menciptakan kerangka manajemen dan mitigasi risiko yang kuat guna
mendukung kebijakan pemerintah yang menjaga stabilitas perekonomian Indonesia,
meskipun terdapat ketidakpastian mengenai panjangnya pandemi Covid-19.
Akibat pembatasan operasional terkait pandemi Covid-19, seluruh industri—
termasuk perbankan syariah—diharapkan dapat beradaptasi dengan perubahan yang
cepat. Perbankan syariah harus mengubah praktiknya sesuai dengan arahan dan saran
pemerintah, termasuk pembatasan fisik, kebijakan bekerja/belajar dari rumah, dan
pembatasan sosial luas (PSBB). Hal ini sejalan dengan inisiatif pemerintah untuk
menurunkan dan membatasi kemungkinan penyebaran Covid-19.
Menurut Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), tantangan pertama yang
dihadapi sektor perbankan syariah adalah menjaga jarak fisik (Physical Distancing).
Bank syariah harus melayani nasabah dari rumah dan menyesuaikan praktik bisnisnya
dalam merespons pandemi Covid-19. Perbankan syariah juga harus melayani nasabah
melalui digitalisasi layanan bank, termasuk pembiayaan dan penggalangan dana. Sektor
perbankan harus bertindak cepat dan beradaptasi mengingat pergeseran perilaku
konsumen dari transaksi tradisional ke digital dan semakin populernya ponsel pintar.
Layanan perbankan digital menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah
penyelenggaraan perbankan yang dapat dilakukan secara mandiri dan memanfaatkan
fasilitas elektronik atau digital bank serta media digital yang dimiliki oleh nasabah saat
ini atau calon nasabah. Nasabah dan calon nasabah kini dapat secara mandiri
memperoleh layanan perbankan (self-service) tanpa harus mengunjungi bank secara
fisik berkat digitalisasi layanan perbankan.
Cara termudah untuk memahami bagaimana teknologi, seperti perbankan
digital, diterapkan untuk menciptakan layanan baru yang memenuhi kebutuhan nasabah
dan/atau calon nasabah ketika mempertimbangkan emosi alami dan pengalaman
mereka menggunakan layanan tersebut. Melayani pelanggan tidak hanya membutuhkan
penawaran layanan tetapi juga kesadaran menyeluruh akan kebutuhan dan pengalaman
mereka. Akibatnya, tingkat keterlibatan emosional pelanggan—juga disebut sebagai
“berbagi hati”—akan dicapai melalui kualitas layanan. Loyalitas pelanggan terhadap
suatu produk bisa meningkat karena adanya heart and mind share ini, sehingga akan
menguntungkan reputasi perusahaan.
Menyediakan layanan perbankan online dan seluler hanyalah salah satu aspek
dari tantangan dalam mentransformasi penggunaan teknologi digital; Cara lainnya
12
pelonggaran persyaratan pinjaman kepada usaha mikro dan kecil senilai kurang dari Rp
10 miliar. Tunjangan ini mencakup kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada
debitur perbankan oleh bank dan lembaga keuangan non bank. Peraturan OJK Nomor
11/POJK.03/2020 yang diterbitkan pada 16 Maret 2020 membahas Stimulus
Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Debitur perbankan berhak mendapatkan penundaan selama satu tahun dan
pengurangan bunga, sesuai ketentuan OJK. Angsuran untuk pembiayaan ditangguhkan
sebagai bagian dari penundaan ini. Melalui mekanisme ini, setiap pembiayaan atau
utang yang direstrukturisasi oleh bank atau perusahaan pembiayaan dan diberikan
kepada debitur yang teridentifikasi terkena dampak pandemi Covid-19 dapat dianggap
lancar.
Debitur yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada
perbankan akibat dampak wabah virus COVID-19 terhadap usaha atau keuangannya,
termasuk debitur UMKM, diberikan perlakuan khusus berdasarkan Peraturan OJK
Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Virus Corona. Kredit atau pembiayaan yang
memenuhi kriteria berikut ini tunduk pada ketentuan Pasal 6 Peraturan OJK Nomor
11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Corona Virus Disease 2019:
• Diberikan kepada debitur yang terkena dampak penyebaran coronavirus disease
2019 (Covid-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil dan menengah
• Direstrukturisasi setelah debitur terkena dampak penyebaran coronavirus
disease 2019 (Covid-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah
Ketentuan OJK tersebut di atas semakin diperkuat dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19
Tahun 2019 dan/atau Dalam Rangka Mengatasi Bahaya Pada Sistem Keuangan dan
/atau Perekonomian Nasional. Sejumlah kebijakan diambil dalam peraturan pemerintah
ini, termasuk alokasi tambahan dana dan belanja dalam APBN 2020 untuk penanganan
Covid-19. Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp450,1 triliun untuk keperluan
tersebut, yang akan disalurkan ke beberapa bidang penanganan, mulai dari sisi
kesehatan hingga dampak ekonomi yang ditimbulkannya.
15
Peraturan tersebut secara umum mendapat respon positif dari masyarakat dan
tentunya memberikan keringanan yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang terkena
dampak pandemi Covid-19 serta memberikan peluang baru bagi sektor perbankan.
Menurut penulis, kebijakan ini sangat mengurangi beban masyarakat yang terkena
dampak pandemi Covid-19 untuk membayar utang usaha dan memungkinkan
masyarakat untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar mereka di atas hal
lainnya. Industri perbankan syariah pun menyambut baik kebijakan ini. Tentu saja
perbankan bisa melakukan restrukturisasi untuk menurunkan NPF.
Menemukan pasar baru dan alternatif—atau setidaknya pasar yang tidak terlalu
terkena dampak pandemi Covid-19—adalah tantangan ketiga. Salah satu pasar tersebut
adalah pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memproduksi
peralatan kesehatan selama pandemi, seperti masker dan alat pelindung diri (APD).
Mengingat tingginya permintaan terhadap produk-produk tersebut di tengah pandemi
Covid-19, maka penting untuk mendukung UMKM yang memproduksi peralatan
kesehatan sekaligus memastikan bahwa mereka tetap layak dan produktif dengan
membiayai fasilitas layanan kesehatan. Hal ini akan mencegah penurunan pasar sektor
perbankan syariah secara signifikan.
Sektor perbankan syariah mematuhi peraturan syariah dan menjaga operasional
perbankan syariah sesuai dengan peraturan terkait agar dapat bertahan dari pandemi
Covid-19. Selain itu, bank syariah harus tetap beroperasi sesuai prinsip syariah dan
menjaga reputasinya sebagai bank syariah, termasuk menjaga manajemen syariah yang
baik, guna mencegah persepsi negatif terhadap pengelolaan bank syariah.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Karena banyaknya permasalahan yang terus bermunculan, virus 2019-nCoV
atau yang dikenal dengan nama virus Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China, kini
menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia. Untuk menghentikan penyebaran virus
Covid-19 di seluruh Indonesia, pemerintah telah melakukan sejumlah inisiatif. Selain
berdampak pada kesehatan manusia, pandemi ini juga berdampak pada perekonomian
Indonesia, khususnya sektor perbankan syariah. Dampak pandemi Covid-19 membuat
perbankan syariah semakin rentan terhadap risiko bisnis.
Agar tetap relevan dan mampu melihat peluang dari setiap kendala, sektor
perbankan syariah harus beradaptasi dan menciptakan strategi baru yang sesuai dengan
kondisi saat ini di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Kesulitan
pertama adalah mengubah praktik bisnis untuk memanfaatkan layanan bank digital
untuk pembiayaan dan penggalangan dana. Mengurangi atau meminimalkan
pembayaran Non-Performing Financing (NPF) menjadi tantangan kedua agar
organisasi dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Tantangan ketiga adalah
menemukan pasar baru yang tidak terlalu terkena dampak pandemi Covid-19, atau
setidaknya pasar yang memungkinkan sektor perbankan syariah tetap beroperasi
meskipun ada serangan pandemi.
4.2 Saran
Di era modern saat ini kita sebagai masyarakat Indonesia harus bisa bergandeng
tangan bersama agar bias memelihara perekonomian negara kita. Kita tidak boleh egois,
karena negara ini membutuhkan kerjasama kita sehingga permasalahan-permasalahan
yang sedang di alami oleh bangsa ini dapat diselesaikan dengan baik dan bersama-sama.
Covid-19 yang sudah berlalu merupakan bukti bahwa kita sudah bekerja sama dengan
baik dan melalui berbagai macam cobaan dalam perekonomian, dengan adanya
makalah ini diharap dapat menjadi pedoman para masyarakat Indonesia mengenai
betapa pentingnya kebijakan pemerintah dalam menghadapi pandemic Covid-19
khususnya dalam perbankan syariah di Indonesia.
17
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I., & Rs, P. H. (2020). Dampak Covid 19 Terhadap Bank Syariah.
Ningsih, M. R., & Mahfudz, M. S. (2020). Dampak pandemi covid-19 terhadap manajemen industri
perbankan syariah: analisis komparatif. POINT: Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 2(1).
Thamrin, H. (2021). Analisis dampak covid 19 terhadap kinerja keuangan perbankan syariah
di indonesia. Jurnal Tabarru': Islamic Banking and Finance, 4(1), 37-45.
Azwar, Pelaksana Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Solusi Ekonomi dan Keuangan
Islam saat Pandemi Covid-19, dalam website Kementerian Keuangan
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/solusi-ekonomi-dan-
keuangan-islam-saat-pandemi-covid-19/. Diakses 29 Juli 2020.
Hartati, Syafrida Ralang, Bersama Melawan Virus Covid-19 di Indonesia, dalam Jurnal
Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Jakarta, Vol 7, No. 6, 2020.
Hidayat, Sutan Emir, Farooq, Mohammad Omar dkk, “Covid-19 and Its Impact OnThe
Islamic Financial Industry In The OIC Countries”, dalam buku KNEKS, April 2020.
Hudaefi, Fahmi Ali, “Mencegah Covid-19: Apa Peran Organisasi Lembaga Zakat?”,dalam
Policy Brief, Februari 2020.
Marlina, Asti dan Bimo, Widhi Ariyo, Digitalisasi Bank Terhadap Peningkatan Pelayanan dan
Kepuasan Nasabah Bank, Jurnal Ilmiah Inovator, Edisi Maret 2018.
Novinawati, Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Juris, Vol. 14, No. 2,
Desember 2015.
Yuliana, Corona Virus Diseases (Covid-19) Sebuah Tinjauan Literatur, Jurnal Wellnes and
Healty Magazine, Vol. 2, Nomor 1, February 2020.
Yusif, B., "Adopting a specific innovation type versus composition of different innovation
types: Case study of a Ghanaian bank,"International Journal of Bank Marketing,
Vol. 30, 2012.
Yusif, B., "Adopting a specific innovation type versus composition of different innovation
types: Case study of a Ghanaian bank,"International Journal of Bank Marketing, Vol.
30, 2012.