TB2 Perbankan Syariah Inas Alya Nadyah 43120010143
TB2 Perbankan Syariah Inas Alya Nadyah 43120010143
Di Susun Oleh:
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah sesuai dengan waktu yang telah
diberikan. Adapun tema dari makalah ini adalah “Fenomena Pandemi Covid-19 terhadap Perbankan
Syariah”. Makalah ini di susun dengan tujuan untuk memenuhi Tugas Besar 2 dalam mata kuliah Perbankan
Syariah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Sudjono, M. Acc, selaku
dosen Perbankan Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai
dengan bidang studi.
Mungkin penulis juga menyadari bahwa makalah yang di buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kepada para pembaca dimohon kritik dan saran yang dapat membangun sangat kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 7
ii
BAB IV ................................................................................................................................................ 12
PENUTUP............................................................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Covid-19 juga memberikan dampak yang cukup luas terhadap kegiatan yang dilakukan
masyarakat, salah satunya adalah dampak dalam kegiatan perekonomian dalam lembaga keuangan
perbankan baik dalam bank konvensional maupum bank syariah. Kegiatan perekonomian adalah
segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Definisi
kegiatan ekonomi dapat juga diartikan sebagai upaya yang dilakukan manusia untuk mencapai suatu
tingkatan kesejahteraan atau kemakmuran dalam hidup.
Fenomena Covid-19 menekan posisi pasar keuangan dan sektor perbankan global. Perbankan
pada tahap ini memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan sistem perkreditan.
Bank diperlukan untuk menjamin likuiditas yang diperlukan bagi ekonomi riil. Industri perbankan
dihadapkan pada serangkaian masalah operasional, termasuk kerugian yang disebabkan oleh
penurunan nilai pinjaman yang tinggi, credit origination dan manajemen risiko, dorongan untuk
efisiensi operasional dan pengelolaan kelangsungan bisnis serta pendanaan dan likuiditas. Pandemi
Covid-19 menyebabkan kepanikan disektor keuangan pada perbankan baik bank konvensional
maupun syariah, dimana dari segi pendapatan dan penyaluran pembiayaan perbankan mengalami
penurunan.
Selain itu, dampak lain bagi bank sebagai imbas Covid-19 ini adalah kemungkinan munculnya
risiko yang akan dihadapi bank seperti peningkatan kesulitan likuiditas, penurunan profitabilitas,
penurunan kualitas aset serta pertumbuhan yang melambat yang akan menyebabkan penurunan kinerja
keuangan bank. Adapun penyebab munculnya risiko-risiko tersebut yaitu perlambatan pertumbuhan
ekonomi, kesulitan keuangan serta nilai mata uang yang anjlok akan mempengaruhi sisi likuiditas
bank. Sedangkan penurunan profitabilitas dikarenakan penurunan jumlah konsumsi atau daya beli
masyarakat serta hilangnya pendapatan sebagai lembaga intermediasi.
1
1.2 Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya pelebaran pokok masalah agar
penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan
tercapai. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah penjelasan mengenai Fenomena
Pandemi Covid-19 terhadap Perbankan Syariah, demi menjawab permasalahan yang nanti akan
dijabarkan di bawah khususnya mengenai bagaimana perbankan syariah tersebut dalam menghadapi
fenomena pandemic Covid-19.
a. Tantangan apa yang di alami oleh perbankan syariah selama terjadinya pandemi Covid-19?
b. Bagaimana Covid-19 bisa menyebabkan penurunan kinerja keuangan bank?
c. Bagaimana solusi dalam penanganan pembiayaan perbankan syariah yang mengalami
penurunan akibat dampak Covid-19?
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk
mendeskripsikan mengenai tantangan apa yang di alami oleh perbankan syariah selama terjadinya
pandemi Covid-19 dan bagaimana Covid-19 bisa menyebabkan penurunan kinerja keuangan bank,
serta bagaimana solusi dalam penanganan pembiayaan perbankan syariah yang mengalami penurunan
akibat dampak Covid-19.
1.5 Manfaat
Manfaat dari makalah ini diharapkan agar dapat mengetahui kondisi perbankan syariah saat
terjadinya pandemi Covid-19. Serta untuk menambah ilmu pengetahuan bagi akademisi tentang
penanganan pembiayaan perbankan syariah yang mengalami penurunan akibat dampak Covid-19.
Adapun manfaat lainnya yaitu ntuk memenuhi referensi yang bermanfaat untuk menambah wawasan
dan pengetahuan terutama bagi pembaca.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Perbankan Syariah adalah salah satu aspek yang kedepannya sangat menjanjikan untuk Indonesia,
perkembangan perbankan saat ini juga dinilai sangat pesat. Kemajuan perkembangan perbankan syariah
saat ini bukanlah tanpa halangan dan tantangan perkembangan yang sangat pesat itu juga penuh dengan
risiko yang harus dihadapi. Pada perkembangan dunia perbankan syariah dapat ditentukan dengan
kemampuan manajemen perbankan syariah dalam menghadapi berbagai perubahan pesat perekonomian
seperti pesatnya informasi juga teknologi dan globalisasi. Pada keadaan ini berpotensi meningkatkan
risiko terhadap perbankan syariah dimana semua itu mutlak harus dikelola. Oleh sebab itu risiko
operasional pada bank syariah memerlukan perhatian juga.
Pandemi berdampak terhadap aktivitas bisnis Perbankan Syariah. Dampak yang dirasakan oleh
bank syariah meliputi: Pertama, kewajiban menjalankan secara maksimal protokol kesehatan. Kedua,
bank syariah harus memberikan keringanan kepada debitur untuk menunda pembayaran. Adanya
protokol kesehatan tentu bisa menghambat kegiatan bisnis bank syariah namun demi tujuan
kemanusiaan melalui menjaga kesehatan maka hal tersebut perlu dilaksanakan. Penggunaan layanan
digital bisa menjadi salah satu solusi atas pembatasan aktivitas sosial. Kemudian pemberian keringanan
pembayaran pembiayaan di bank merupakan upaya penyelamatan UMKM dari kebangkrutan. Apabila
banyak usaha mengalami kebangkrutan maka ekonomi Indonesia akan terus menurun.
3
b. Middle Theory
Perbankan syariah didasarkan pada pembiayaan bagi hasil yang dikembangkan melalui produk
pembiayaan musyarakah dan mudharabah. Dengan demikian, kehadiran perbankan syariah seharusnya
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan sektor riil. Salah satu unit usaha yang perlu
dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan sektor riil adalah usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) yang dalam perekonomian nasional saat ini memiliki posisi yang sangat penting. Bank syariah
sebagai lembaga intermediasi masyarakat yang memiliki modal dengan yang membutuhkan modal
dituntut untuk dapat melakukan aktivitasnya di tengah pandemi COVID-19. Perbankan syariah berperan
strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan Syariah harus cepat beradaptasi dengan
membuat strategi yang kreatif dan inovatif untuk bertahan dalam Pandemi COVID-19. Tantangan yang
dihadapi perlu untuk diubah menjadi sebuah kesempatan menjadi lebih baik. Selain itu masa berakhirnya
pandemi belum bisa diketahui.
4
c. Operational Theory
Salah satu masalah yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah terkait dengan risiko operasional
yang tanpa diduga sering terjadi pada setiap lembaga keuangan baik perbankan maupun lembaga
lainnya. Akhir-akhir ini, atau selama beberapa bulan terakhir di tahun 2020 dunia dikejutkan dengan
adanya situasi yang cukup krisis ekonomi ini berdampak pada dunia perbankan, termasuk dunia
perbankan syariah di Indonesia. Pada risiko operasional adalah salah satu satu risiko kerugian, akibat
oleh proses internal yang kurang memadai perbankan, adanya kegagalan proses internal, adanya
kesalahan manusia dan juga sistem dan juga adanya karena eksternal.
Pada perbankan syariah terdapat beberapa beda pendapat ada yang mengatakan perbankan syariah
lebih rentan, jika pada konvensional yang umum maka kalau perbankan syariah akan tambah risiko
operasionalnya yaitu pada pengendalian, prosedur dan juga model analitis atau bahkan pandanan hukum
islam tetapi ada yang juga yang mengatakan bahwa risiko operasional bank syariah lebih rendah
risikonya dalam perjanjian akad pendapatan tetap dan lebih tinggi dalam akad perjanjian tangguhan
dalam produk perbankan syariah. Pada perbankan syariah, risiko operasional ada pengaruh disebabkan
pada bank syariah terdapat bentuk perjanjian khusus dan lingkungan yang umum, dan pada aspek khusus
pada bank syariah ini dapat meningkatkan risiko operasional salah satu diantaranya adanya pembatalan
salah satu kontrak akad, ketidakmampuan memenuhi pada pengendalian internal, pemeliharaan terhadap
persediaan komoditas dalam pasar karena tidak liquid.
1. Penelitian Silfia Permata Sari (2020) yang Berjudul “Determinan Tingkat Pembiayaan Pada
Bank Syariah Di Indonesia (Studi Kasus Sebelum Dan Saat Terjadi Pandemi Covid-19)”
Penelitian Silfia Permata Sari (2020) bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga,
capital adequacy ratio, financing to deposit ratio dan non-performing financing terhadap
pembiayaan Bank Syariah sebelum dan saat terjadi pandemic Covid-19. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan jenis kausalitas. Populasi yang digunakan pada
penelitian ini yaitu bank syariah di Indonesia sebanyak 33 Provinsi di Indonesia. Analisis data
dilakukan dengan Regresi Linear Berganda dengan bantuan program SPSS versi 23. Hasil Uji
Parsial menunjukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, FDR, dan CAR berpengaruh positif
signifikan terhadap Pembiayaan Bank Syariah. Secara simultan Dana Pihak Ketiga, Capital
Adequacy Ratio, Financing to Deposit Ratio dan Non-Performing Financing secara simultan
5
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bank syariah di Indonesia. Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang saat ini terletak pada variabel dan teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian.
2. Hani Tahliani, Tantangan perbankan syariah dalam menghadapi pandemi Covid-19, Jurnal
STAI Binamadani Tangerang 2020. Penelitian ini membahas mengenai tantangan perbankan
syariah pada masa pandemi Covid-19 dan peran kebijakan perbankan dalam masa pandemi
untuk menghadapi keadaan ekonomi yang tidak pasti efek pandemi, objek penelitian ini
dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menelaah sumber-sumber tertulis
seperti jurnal ilmiah, buku refrensi, karangan ilmiah serta sumber-sumber lain baik dalam
bentuk tulisan maupun format digital yang relevan serta berhubungan dengan objek kajian
penelitian serta menyiapkan inovasi baru untuk bertahan dari pandemi. Perbedaanya adalah
kali ini lebih terfokus pada implementasi kebijakan relaksasi pembiayaan yang dilakukan
perbankan syariah serta tantangan perbangkan syariah dalam menghadapi Covid-19 di
Indonesia, menyesuaikan pola bisnis dengan digitalisasi layanan bank, baik digitalisasi dalam
penghimpunan pembiayaan. Sedangkan yang dibahas kali ini terfokus pada imflementasi
kebijakan relaksasi pembiayaan sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor
11/POJK.03/2020. Mengenai relaksasi pembiayaan terdampak Covid-19 dan bagaimana
memulihkan UMKM pasca pandemi.
2.3 Hipotesis
Dari uraian penjelasan diatas, makalah ini menyebutkan beberapa hipotesis yaitu:
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Industri perbankan di Indonesia sebagai salah satu industri di sektor keuangan yang mempunyai
andil cukup penting pada tatanan sektor perekonomian di Indonesia. Fungsinya sebagai lembaga
perantara pada sektor keuangan, bank berperan mengumpulkan dana dari pihak ketiga dan
menyalurkannya kembali berupa produk pembiayaan (kredit) kepada nasabah. Terdapat dualisme
sistem operasional perbankan di Indonesia, yaitu perbankan yang umum dan perbankan berbasis
syariah. Islam meninjau bahwa dana-dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat oleh bank syariah
tersebut dianggap sebagai amanat dari pemilik dana yang diamanatkan pada pihak bank syariah untuk
dapat dikelola dengan baik oleh pihak bank. Pembiayaan oleh bank syariah tidak terlepas dari risiko
pembiayaan bermasalah.
Besarnya tingkat pembiayaan bermasalah memungkinkan bank untuk lebih berhati-hati dalam
menyalurkan pembiayaan, hal tersebut berdampak pada besaran dana yang dikeluarkan oleh bank
syariah menjadi berkurang. Pembiayaan bermasalah yang tinggi juga mendorong bank syariah lebih
meningkatkan penggunaan dana untuk alokasi Penghapusan Pada Aktiva Produktif (PPAP) sehingga
modal yang dimiliki bank syariah berkurang yang berdampak pada dana untuk operasional
pembiayaan menjadi berkurang.
Dalam masa pandemi, pemerintah Indonesia memutuskan untuk memperhatikan tiga sektor,
yaitu kesehatan, sektor riil dan perbankan. Perbankan syariah di Indonesia menghadapi sejumlah
tantangan di tengah wabah Covid-19. Tantangan yang dimiliki oleh bisnis syariah dan konvensional
tentunya berbeda dan dalam hal ini pemerintah serta pihak terkait perlu terus mendorong bisnis syariah
di Indonesia dalam berbagai bidang tidak hanya keuangan saja. Oleh karenanya, resiko tersebut pada
akhirnya akan memiliki dampak terhadap kinerja keuangan perbankan di Indonesia.
Melihat potensi Indonesia dengan pasar yang besar dapat dikembangkan dengan lebih intensif
bisnis yang berbasis syariah yang akan menjadikan barometer perekonomian syariah global. Disatu
sisi bank syariah harus memberikan pembiayaan agar memperoleh pendapatan, ketika memberikan
pembiayaan juga harus melalui penyaringan yang ketat mengingat dimasa pandemi banyak usaha yang
terkena dampak. Proses seleksi pembiayaan di masa pandemi berbeda dengan diluar masa pandemic
dampak dan kemampuan pihak nasabah. Proses seleksi pembiayaan yang ketat menjadi tantangan
tersendiri bagi bank syariah di masa pandemi. Pihak bank harus tetap memperoleh keuntungan, tetapi
7
dalam penyaluran pembiayaan tetap harus selektif banyaknya sektor yang terkena dampak pandemi
covid-19.
Dalam masa pandemi covid-19, pembiayaan bank Syariah justru mengalami peningkatan
daripada pembiayaan bank konvensional. Hal ini teidak terlepas dari prinsip-prinsip yang diterapkan
oleh bank syarian dalam pembiayaannya. Prinsip bank syariah secara umum adalah melarang adanya
transaksi yang mengandung unsur-unsur riba, makruh, dan melakukan transaksi dengan cara haram.
Adanya prinsip yang diterapkan pada bank syariah adalah bertujuan untuk mengatur dan memberikan
arahan tentang dunia perbankan agar sesuai dengan aturan Islam dan dapat membedakan secara jelas
antara transaksi halal dan haram.
Bank syariah saat pandemi covid-19 mengalami likuiditas dan rasio pembiayaan bermasalah
atau Non Performing Finanacing (NPF), untuk menekan NPF mengharuskan bank untuk
restrukturisasi. Restrukturisasi bertujuan untuk meringankan kreditur dalam bentuk penyesuaian
cicilan pokok, penurunan suku bunga serta perpanjangan waktu. Disamping meringankan kreditur,
restrukturisasi kredit juga menjaga likuiditas dari suatu bank, mengingat situasi perekonomian di
tengah pandemic Covid-19 seperti ini, sehingga nasabah dapat melanjutkan mengangsur kewajiban
kepada bank syariah.
8
3.3 Pembahasan
Di tengah kondisi ekonomi terserang pandemi Covid-19, semua bisnis mengalami perlambatan,
tidak terkecuali industri perbankan syariah. Sebagai lembaga intermediasi, denyut bisnis bank sangat
bergantung pada perputaran roda ekonomi, yang digerakkan oleh aktivitas masyarakat. Sehingga
ketika masyarakat 'dipaksa' tinggal di rumah maka bank juga terpaksa rela untuk kehilangan potensi
pendapatan. Industri perbankan syariah setidaknya ada 8 item yang terdampak di saat pandemi, yaitu
pertumbuhan pembiayaan, Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR),
likuiditas, Net Interest Margin (NIM), kualitas aset, operasional, dan customer relationship.
Tantangan Industri perbankan syariah Pertama menjaga jarak fisik (Physical Distancing),
Industri perbankan syariah dituntut untuk melayani nasabah dari rumah, bank syariah harus
menyesuaikan pola bisnis akibat pandemi Covid-19, perbankan syariah juga dituntut melayani nasabah
melalui digitalisasi layanan bank, baik layanan digitalisasi dalam penghimpunan dana maupun
pembiayaan. Tantangan kedua bagi Industri bank syariah saat pandemi covid-19 yakni likuiditas dan
rasio pembiayaan bermasalah atau non performing finanacing, untuk menekan NPF mengharuskan
bank untuk restrukturisasi. Restrukturisasi bertujuan untuk meringankan kreditur dalam bentuk
penyesuaian cicilan pokok, penurunan suku bunga serta perpanjangan waktu. Tantangan Ketiga adalah
mencari alternatif market baru, minimal market yang tidak terdampak signifikan akibat pandemi
Covid-19, seperti pemberian pembiayaan kepada para UMKM, produsen Alat Kesehatan seperti Alat
Pelindung Diri (APD), Masker, dll yang saat pandemi Covid-19 ini permintaan barang tersebut sangat
tinggi, dengan memberikan pemberian pembiayaan pada fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga
industri perbankan syariah tidak terjadi penurunan market secara signifikan, dengan memberikan
pemberian UMKM produsen Alat Kesehatan. Dengan begitu, tentunya sekaligus mempertahankan
UMKM agar tetap produktif dan eksis di tengah masa pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan dampak pada perekonomian, tak terkecuali yang di
alami oleh sektor perbankan syariah. Perbankan syariah adalah sektor keuangan yang terdampak
pandemi yang berkepanjangan. Momen ini menjadi peluang bagi perbankan syariah dan lembaga-
lembaga keuangan lainnya untuk dapat berkontribusi dalam membantu ekonomi masyarakat. Bank
syariah harus terus melakukan inovasi melalui produk pembiayaannya dan yang terpenting adalah
konsistensi dalam penerapan Syariat Islam agar setiap pihak yang bekerja sama akan merasakan
manfaatnya, bahkan tidak mungkin akan menjadi nasabah yang loyal.
Perbankan di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan ditengah pandemic covid-19 agar tetap
bisa tumbuh dan berkembang, salah satunya dengan cara menjaga kinerja keuangannnya yang nantinya
akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank. Di masa pandemi Covid-19 saat ini, perbankan Indonesia
9
akan menghadapi beberapa kemungkinan resiko, seperti resiko kredit, resiko pasar dan resiko
likuiditas. Oleh karenanya, resiko tersebut pada akhirnya akan memiliki dampak terhadap kinerja
keuangan perbankan di Indonesia. Kinerja perbankan di suatu negara tidak dapat dilepaskan dari
kondisi makro dan mikro negara dimana perbankan tersebut berada. Salah satu kondisi yang dapat
mempengaruhi kinerja perbankan yaitu kondisi krisis baik krisis dibidang ekonomi seperti krisis
moneter maupun krisis dibidang kesehatan seperti adanya pandemi Covid 19.
Pada sisi pembiayaan yang mengalami penurunan yang cukup konstan pada masa pandemi.
Sedangkan pada sisi equity financing mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dan stabil. Hal
ini semakin memperkuat teori bahwa sistem bagi hasil yang digunakan pada produk bank syariah;
equity financing mampu bertahan terhadap kondisi gejolak ekonomi domestik dan internasional.
(Sugiri, 2020) meneliti tetang dimana sektor UMKM di Indonesia mengalami dampak dari Pandemi
COVID-19. Dampak tersebut berturut adalah penurunan penjualan, kesulitan permodalan, hambatan
distribusi produk, serta kesulitan bahan baku. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam rangka
memperdayakan UMKM dalam situasi pandemi Covid-19.
a. Pemerintah mendorong untuk tumbuhnya industri syariah nasional di mana salah satunya adalah
memberikan kebijakan–kebijakan untuk industri perbankan syariah melalui komite, hal tersebut
berlandaskan Peraturan Presiden Republik Indonesia No.91 Tahun 2016 Tentang Komite
Nasional Keuangan Syariah.
b. Bank syariah menjadi bagian dari bank yang ditunjuk sebagai pengelola dana rekening khusus
(reksus) yang dikelola oleh pemerintah pusat (kementrian keuangan) untuk program–program
pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 182 / PMK.05/2017 tentang
Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja Ruang Lingkup Kementrian Negara/Lembaga.
10
c. Pemerintah mewajibkan setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji wajib dilakukan di Bank
Syariah maupun Bank Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah berlandaskan Peraturan
Menteri Agama No. 30 Tahun 2013 tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung saat ini, industri perbankan
syariah perlu beradaptasi, menyusun strategi baru yang sesuai dengan kondisi terkini agar tetap
relevan serta mampu melihat peluang dari setiap tantangan yang ada. Tantangan Pertama, industri
perbankan syariah harus menyesuaikan pola bisnis dengan digitalisasi layanan bank, baik digitalisasi
dalam penghimpunan dana maupun pembiayaan. Kedua, menekan/meminimalisasi pembayaran Non
Performing Finanacing (NPF) agar tetap bisa survive di masa pandemi Covid-19. Ketiga, mencari
alternatif market baru, minimal market yang tidak terdampak signifikan akibat pandemi Covid-19,
sehingga industri perbankan syariah tetap dapat bertahan di tengah serangan pandemi Covid-19.
4.2. Saran
Adapun saran mengenai penjelasan di atas yaitu, dengan adanya pembatasan kegiatan akibat
pandemi Covid-19, setiap industri harus siap bergerak menghadapi perubahan-perubahan yang
dinamis tidak terkecuali pada industri perbankan syariah. Untuk tetap survive di tengah pandemi
Covid-19 agar industri perbankan syariah tetap berada dalam aturan-aturan syariah dan tetap
menjalankan fungsi bank syariah sesuai kaidah yang berlaku. Selain itu, bank syariah juga
diharuskan menjaga kesesuaian prinsip syariah dalam operasionalnya serta menjaga citra atau
reputasi sebagai bank Syariah, termasuk manajemen syariah yang harus baik, agar tidak ada
anggapan buruk terhadap pengelolaan bank syariah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, H. W. (2018). Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia: Analisis Peluang dan
Tantangan. Maksimum, 8(1), 16-23.
Mulato, T., Mustamin, A., Supriadi, S., & Ningsih, S. (2021). Strategi Bisnis Bank Syariah di Masa
Pandemi Covid-19 Pada PT. Bank Panin Dubai Syariah Cabang Makassar. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, 7(3), 1293-1305.
Muttaqin, H. M., Kosim, A. M., & Devi, A. (2021). Peranan Perbankan Syariah Dalam Mendorong Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Dimasa Pandemi Covid-19. El-Mal: Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis
Islam, 2(1), 110-119.
Sumadi, S. (2020). Menakar Dampak Fenomena Pandemi Covid-19 Terhadap Perbankan Syariah. Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah, 3(2), 145-162.
Tahliani, H. (2020). Tantangan Perbankan Syariah dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Madani Syari'ah,
3(2), 92-113.
Widya, W., Nurbaya, S., Nasrullah, N., & Maklassa, D. (2022). The Impact of the Covid-19 Pandemic on
the Financial Performance of Islamic Banking Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX).
SEIKO: Journal of Management & Business, 5(2), 103-177.
13