Anda di halaman 1dari 24

FENOMENA COVID-19 TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

Nama: Divky Alfarabby

NIM: 43120010169

Dosen: Sudjono, Dr., M. Acc

LINK SCRIBD :

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA


2023

2
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini tepat waktu. Tanpa
rahmat dan bantuan Anda, penulis tidak akan dapat menyelesaikan artikel ini dengan baik.
Tak lupa shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya
kita nantikan nanti.

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas limpahan nikmat sehatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel tentang fenomenna covid-19 terhadap
perbankan syariah. Pekerjaan ini diciptakan untuk memenuhi mata kuliah perbankan syariah.

Penulis berharap artikel tentang fenomena covid-19 terhadap perbankan syariah ini dapat
menjadi sarana untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang perubahan ekonomi
perbankan syariah di negara kita tercinta ini terkhusus karena sebuah pandemi covid-19 .
Penulis mengakui bahwa kontribusi pada fungsi sebuah perbankan syariah ini masih
membutuhkan banyak perbaikan, karena kesalahan dan kelalaian yang tidak disengaja dapat
terjadi. Penulis terbuka untuk kritik dan saran dari pembaca untuk menjadikan artikel ini
lebih baik. Penulis mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan baik dalam penulisan maupun
isi dari karya ini. Penulis dapat menyampaikan hal itu. Akhir kata, semoga dokumen ini dapat
bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................................3
1.4 Kontribusi Penelitian...................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
LANDASAN TEORI.........................................................................................................5
2.1 Grand Theory, Middle, dan Operational Theory.........................................................................5
2.2 Studi dan Penelitian dahulu.......................................................................................................11
2.3 Hipotesis...................................................................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................13
PEMBAHASAN..............................................................................................................13
3.1 Penerapan..................................................................................................................................13
3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek.....................................................14
3.3 Pembahasan...............................................................................................................................14
BAB IV............................................................................................................................18
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................18
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................18
4.2 Saran.........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini dunia sedang mengalami fenomena yang luar biasa tak terkecuali negeri
kita Indonesia, fenomena tersebut adalah pandemi corona virus (Covid-19). Wabah tersebut
memberikan dampak ke seluruh sektor dan sendi kehidupan, tak terkecuali sistem keuangan
perbankan syariah terkena dampaknya. Adanya karantina wilayah menyebabkan produk tidak
terdistribusi dengan baik. Hal ini menyebabkan sistem keuangan tergerus, termasuk bunga
yang ada di bank konvensional. Sebagaimana instruksi Gubernur Bank Indonesia (BI),
perbankan diharap segera menurunkan bunga kredit (Laucereno, Sylke Febrina, 2020)

Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan ekonomi dunia.


Pandemi Covid-19 adalah tantangan bagi dunia bisnis, termasuk industri jasa keuangan
perbankan. Berdasarkan data statistik perbankan Syariah pada Januari 2020, jumlah jaringan
kantor Bank Umum Syariah adalah 1.922 cabang yang tersebar di berbagai wilayah di
Indonesia yang didominasi oleh Pulau Jawa. Sejalan dengan wilayah terbanyak ditemukan
Covid-19 yaitu di pulau Jawa (Statistik Perbankan Syariah, Januari 2020). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar Kantor Bank Syariah berada di zona merah.

Terlebih lagi penyebaran virus Covid-19 yang sangat cepat ke negara-negara lainya
termasuk Indonesia juga memperparah keadaan ekonomi (Sumandi, 2020). Pasalnya
pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang digunakan untuk memutus rantai
penyebaran virus seperti pem- batasan sosial dan penutupan sejumlah perusahaan yang
membuat masyarakat membatasi tingkat konsumsinya karena minimnya pemasukan atau
bahkan sama sekali tidak ada pemasukan sementara kebutuhan sehari-hari terus berjalan.
Sejumlah kebijakan dikeluarkan untuk mering- ankan beban rakyat termasuk pemberian
subsidi listrik dan pemberian bantuan tunai setiap bulannya. Hal ini membuat anggaran
negara yang terus berkurang sementara tidak ada pemasukan yang membuat negara
melakukan hutang dalam jumlah besar termasuk meluncurkan global kupon bon guna
menstabilkan keadaan perekonomian di Indonesia (Syukra, Ridho, 2020).

1
Di masa pandemi Covid-19, kinerja Bank Umum Syariah (BUS) selama tahun 2020
menunjukkan stabilitas yang terjaga bila dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional
(BUK). Dari sisi permodalan, CAR BUS menunjukkan tren pertumbuhan yang positif
meskipun masih di bawah CAR BUK. Pada tahun 2020, CAR BUS mencapai 21,64% (yoy).
Secara umum, aktivitas pembiayaan baik oleh BUK maupun BUS menunjukkan tren yang
melambat ditunjukkan oleh rasio FDR BUS sebesar 76,36% yang lebih rendah dari tahun
sebelumnya yang sebesar 77,91%. Dari sisi rentabilitas, BUS menunjukkan tren yang positif
yang ditunjukkan dalam setahun terakhir. Dari sisi efisiensi, pandemi Covid-19 menekan
efisiensi BUS, sehingga terjadi penurunan yang ditunjukkan dari nilai BOPO yang meningkat
hingga akhir tahun 2020 mencapai 85,55%.

Perbankan syariah dengan kredit yang underline-nya jelas ada aset yang benar-benar
terprediksi dan dari sistem keuangan menggunakan bagi hasil, bukan dengan bunga. Hal itu
diharapkan bisa memberikan ketahanan lebih kuat dari sisi kualitas aset dibandingkan dengan
perbankan konvensional. Kemudian dari sisi likuiditas, perbankan syariah punya sisi
fanatisme. Para penabung di perbankan syariah menabung salah satunya karena faktor
keyakinan bahwa sistem syariah sesuai dengan ajaran Islam. Maka likuiditas perbankan
syariah di masa seperti ini tidak akan mengalami kekurangan likuiditas.

Berdasarkan data indikator utama perbankan syariah periode 2016 sampai dengan
periode 2020 menunjukkan kenaikan. Dimana pada tahun 2019 aset perbankan syariah masih
menunjukkan pertumbuhan yang positif, meski mengalami perlambatan jika dibandingkan
tahun sebelumnya. Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan aset perbankan syariah masih
terjaga double digit, dengan pangsa aset mencapai 6,18% terhadap perbankan nasional,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,96%. Sepanjang tahun 2019, OJK
terus mendorong penguatan permodalan perbankan syariah sehingga perbankan syariah dapat
semakin baik dalam melakukan ekspansi usahanya. Rentabilitas Perbankan Syariah membaik,
tercermin dari rasio ROA pada 2019 sebesar 1,83%, meningkat dari 2018 yang sebesar
1,59%. Hal ini didorong oleh peningkatan pembiayaan dan membaiknya efisiensi perbankan
syariah. Efisiensi membaik dengan menurunnya nilai BOPO. Likuiditas perbankan syariah
selama tahun 2019 memadai. Hal ini ditunjukkan oleh rasio FDR yang selalu terjaga dalam
threshold. Sepanjang tahun 2020, OJK terus berupaya menjaga permodalan perbankan
syariah, sehingga dapat bertahan menghadapi pandemi yang terjadi. CAR BUS pada akhir
tahun 2020 mencapai 21,64%, meningkat 105 bps dari tahun sebelumnya. Peningkatan CAR

2
BUS dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan pembiayaan dan bank semakin berhati-hati
dalam melakukan penyaluran pembiayaan. Rentabilitas BUS-UUS terselama oleh
perlambatan pembiayaan, tercermin dari rasio ROA pada 2020 sebesar 1,54% turun dari
tahun sebelumnya 1,83%. Efisiensi BUS-UUS terselama perlambatan menjadi sebesar
83,63% walaupun BOPO masih dalam kisaran stabil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Dampak Covid-19 terhadap perbankan syariah


2. Strategi perbankan syariah dalam menghadapi fenomena covid-19

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui dampak Covid-19 terhadap sektor perbankan khususnya bank syariah
2. Untuk Mengetahui strategi apa yang diterapkan oleh bank syariah dalam menghadapi
fenomena covid-19

1.4 Kontribusi Penelitian

Kontribusi penelitian penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan kontribusi dalam

menganalisis pengaruh pandemi covid-19 terhadap perbankan syariah

1) Kontribusi Teoritis

Diharapkan dari hal penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu

manajemen sumber daya manusia, khususnya. mengenai pengaruh pengaruh pandemi covid -

19 terhadap perbankan syariah

2) Kontribusi praktis

a) Bagi penulis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bahwa terdapat

pengaruh pandemi covid-19 terhadap perbankan syariah. Penulis diharapkan dapat

3
memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis dari upaya identifikasi permasalahan yang

berhubungan dengan penelitian.

b) Bagi perusahaan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perusahaan tentang

pengaruh pandemi covid-19 terhadap perbankan syariah

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle, dan Operational Theory

a Grand Theory
Grand theory atau teori besar terkait dampak fenomena COVID-19 terhadap
perbankan syariah dapat melibatkan beberapa aspek. Salah satu aspek utama adalah
adanya perubahan perilaku ekonomi masyarakat selama pandemi. Misalnya,
penurunan pendapatan dan ketidakpastian ekonomi dapat memengaruhi kinerja
perbankan syariah.

Selain itu, aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah perubahan regulasi
dan kebijakan pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi.
Kebijakan stimulus dan langkah-langkah lainnya dapat memiliki dampak signifikan
terhadap perbankan syariah, baik dalam hal likuiditas maupun pembiayaan.

Faktor ketiga yang relevan adalah adaptasi teknologi dalam industri perbankan
syariah. Pandemi mendorong percepatan digitalisasi, dan perbankan syariah perlu
merespons dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjaga
keberlanjutan operasional.

Secara keseluruhan, teori besar terkait fenomena COVID-19 terhadap


perbankan syariah bisa mencakup interaksi kompleks antara perubahan perilaku
ekonomi, regulasi pemerintah, dan transformasi digital dalam rangka menjaga
stabilitas dan pertumbuhan sektor perbankan syariah.

b Middle Theory
Middle theory atau teori menengah dalam konteks dampak COVID-19
terhadap perbankan syariah dapat mencakup analisis lebih mendalam terkait
perubahan operasional, risiko keuangan, dan respon strategis yang diambil oleh
lembaga-lembaga perbankan syariah.

5
Operasional:
Menengah teori dapat mengeksplorasi bagaimana pandemi mengubah
operasional sehari-hari perbankan syariah. Hal ini mencakup penggunaan teknologi
untuk memfasilitasi layanan jarak jauh, perubahan dalam manajemen risiko
operasional, dan strategi operasional yang diterapkan untuk menjaga kontinuitas
bisnis.

Risiko Keuangan:
Teori menengah dapat memeriksa dampak COVID-19 terhadap risiko
keuangan perbankan syariah, seperti risiko kredit, likuiditas, dan pasar. Analisis ini
dapat melibatkan penilaian terhadap portofolio pembiayaan, kualitas aset, dan strategi
mitigasi risiko yang diadopsi oleh lembaga-lembaga tersebut.

Respon Strategis:
Fokus pada bagaimana perbankan syariah menanggapi tantangan ekonomi
yang dihadapi akibat pandemi. Ini melibatkan penilaian kebijakan internal, strategi
penyesuaian produk dan layanan, serta langkah-langkah strategis untuk memitigasi
dampak jangka panjang pada kesehatan keuangan perbankan syariah.

Dengan mengeksplorasi aspek-aspek ini secara mendalam, teori menengah dapat


memberikan pemahaman yang lebih rinci tentang bagaimana perbankan syariah
beradaptasi dan mengelola dampak COVID-19 dalam berbagai dimensinya.

c Operational Theory:
1. Pengertian Pandemi
o Pengertian Pandemi
Pengertian pandemi merupakan suatu keadaan atau tempat dimana
masalah yang terjadi pada kesehatan (umumya penyakit) dengan frekuensinya
dalam waktu yang begitu singkat memperlihatkan adanya peningkatan yang
sangat maksimum juga penyebarannya telah mencapai kapasitas di suatu
wilayah yang sangat luas dan cepat. Hingga pandemi bisa juga dikatakan
sebagai wabah yang menyebar hampir di penjuru negara atau dunia akibat
banyaknya orang telah terpapar penyakit wabah tersebut, contoh yang saat ini

6
terjadi adalah pandemi Corona Virus Disease 2019 atau biasa di singkat
dengan sebutan Covid- 19. Pada saat ini di seluruh dunia sedang terjadi
sebuah Pandemi yang mempunyai dampak yang cukup besar hampir di semua
sektor kehidupan masyarakat. World Health Organization (WHO) sudah
menetapkan bahwa Coronavirus Disease 2019 atau lebih di kenal dengan
sebutan Covid-19 adalah sebagai sebuah ancaman pandemi yang sedang
terjadi. Dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengertian
Pandemi adalah wabah yang sedang berjangkit semerbak terjadi dimana-mana
atau meliputi geografi yang luas. Yang pertama kali kasus ini mulai terjadi di
Wuhan, Cina. Tiongkok, maka mulailah menyebar luas dari negeri ke negeri
lain dan hamper keseluruh dunia. Penyebaran Covid-19 ini sangatlah cepat
dan tidak ada lagi yang mampu memprediksi sampai kapan akan berakhirnya
pandemi Covid-19 ini berlangsung.

Kasus Covid-19 yang merupakan pandemi global telah menimbulkan


kekhawatiran yang begitu jelas mulai dari berbagai kalangan, khususnya yang
terjadi pada masyarakat. Karena kekhawatiran masyarakat semakin sangat
terasa dengan kita melihat kejadian kasus yang semakin cepat melonjak luas,
serta melihat kurangnya kesiapan di beberapa elemen yang cukup vital guna
“memerangi” virus Covid-19 ini. serta juga melihat tingginya tingkat
penyebaran yang begitu cukup mengharuskan pemerintah untuk segera bisa
mengambil strategis atau langkah seperti dengan menetapkan sebuah
kebijakan-kebijakan antisipasif untuk mengatasi penyebaran luas Covid-19
tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa


pandemi merupakan suatu penyakit yang di kategorikan sebagai pandemi jika
penyakit tersebut dapat berkembang di beberapa wilayah dengan sangat cepat
dan meluas yang menyebabkan penularan setempat. Status virus corona ini
telah berubah menjadi pandemi, namun bukan berarti virus tersebut semakin
liar dan kuat, akan tetapi adanya penyebaran virus corona yang semakin hari
semakin banyak dan meluas hingga ke berbagai wilayah dunia, sampai
akhirnya dinamakan sebagai pandemi Covid-19.
o Faktor Terjadinya Pandemi Covid-19
7
Pandemi COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang
menyebar dari manusia ke manusia melalui tetesan udara yang dihasilkan saat
seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Virus ini pertama kali
terdeteksi di Wuhan, China pada Desember 2019 dan menyebar dengan cepat
ke seluruh dunia. Beberapa faktor yang mempercepat penyebaran virus ini
antara lain mobilitas manusia yang tinggi, kurangnya kesadaran dan ketaatan
terhadap protokol kesehatan, serta kurangnya fasilitas kesehatan yang
memadai di beberapa negara.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan


seseorang tentang Covid-19, semakin besar kemungkinan mereka untuk
mengambil tindakan pencegahan penularan Covid-19. Oleh karena itu, edukasi
dan peningkatan pengetahuan tentang Covid-19 sangat penting untuk
meningkatkan perilaku pencegahan penularan Covid-19. Dalam kesimpulan
penelitian ini, disebutkan bahwa untuk meningkatkan perilaku pencegahan
penularan Covid-19, diperlukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
secara terus-menerus dan berkesinambungan. Hal ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara, baik penyuluhan secara langsung maupun tidak langsung, dan
juga bisa secara individu atau kelompok kecil maupun kelompok besar. Dalam
hal ini, pemerintah dan lembaga kesehatan dapat berperan penting dalam
memberikan edukasi dan informasi yang akurat dan terpercaya tentang Covid-
19 kepada masyarakat. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam
meningkatkan pengetahuan mereka tentang Covid-19 dengan mencari
informasi dari sumber yang terpercaya dan mengikuti protokol kesehatan yang
telah ditetapkan.
2. Perbankan Syariah

o Sejarah Bank Syariah

Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,


memiliki potensi untuk menjadi yang terdepan dalam industri Keuangan
Syariah. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap halal matter serta
dukungan stakeholder yang kuat, merupakan faktor penting dalam
pengembangan ekosistem industri halal di Indonesia. Termasuk di dalamnya
adalah Bank Syariah. Bank Syariah memainkan peranan penting sebagai

8
fasilitator pada seluruh aktivitas ekonomi dalam ekosistem industri halal.
Keberadaan industri Perbankan Syariah di Indonesia sendiri telah mengalami
peningkatan dan pengembangan yang signifikan terhadap inovasi produk,
peningkatan layanan, serta pengembangan jaringan menunjukan trend yang
positif dari tahun ke tahun. Bahkan, semangat untuk melakukan percepatan
juga tercermin dari banyaknya Bank Syariah yang melakukan aksi korporasi.
Tidak terkecuali dengan Bank Syariah yang di miliki Bank BUMN, yaitu
Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah.

Pada 1 Februari 2021 pukul 13:00 WIB yang bertepatan dengan 19


Jumadil Akhir 1442 H menjadi penanda sejarah bergabungnya Bank Syariah
Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi satu entitas yaitu PT Bank
Syariah Indonesia Tbk (BSI). Penggabungan ini akan menyatukan kelebihan
dari ketiga Bank Syariah sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap,
jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih baik. Di
dukung sinergi dengan perusahaan induk (Mandiri,BNI,BRI) serta komitmen
pemerintah melalui Kementerian BUMN, Bank Syariah Indonesia di dorong
untuk dapat bersaing di tingkat global. Penggabungan ketiga Bank Syariah
tersebut merupakan ikhtiar untuk melahirkan Bank Syariah kebanggaan umat,
yang di harapkan menjadi energi baru pembangunan ekonomi nasional serta
berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Keberadaan Bank
Syariah Indonesia juga menjadi cerminan wajah Perbankan Syariah di
Indonesia yang modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap

alam (Rahmatan Lil’Alamiin). Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah lembaga


perbankan syariah. Bank ini berdiri Pada tanggal 1 Februari 2021, tiga Bank
anak perusahaan BUMN itu merger secara nasional di bawah Kementrian
BUMN. BNI Syariah, BRI Syariah dan Mandiri Syariah, dari ketiga bank
tersebut merger menjadi Bank Syariah Indonesia. dari februari sampai bulan
juni hampir akan menginjak setengah tahun. Untuk sistemnya sendiri sudah
terpisah dari masing-masing induk, yang awalnya BNI Syariah induknya dari
BNI, BRI Syariah dari BRI, Bank Mandiri Syariah dari Bank Mandiri sudah
terpisah dan sudah menjadi sendiri, Bank syariah yang besar di Indonesia.
Diharapkan kedepannya proses migrasi dan roll out nya berjalan lancar karena

9
sekarang ini masih di jadwalkan untuk proses migrasi nasabahnya karena
nasabah masing-masing bank banyak, jadi dari Februari sampai 31 Oktober
2021 itu proses migrasi nanti setelah bulan Oktober, di bulan November itu
semua tidak ada lagi BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Mandiri Syariah.
Karena semuanya sudah terkumpul dan sudah menjadi legasi Bank Syariah
Indonesia (BSI).

Proses merger tiga Bank Syariah besar di Indonesia menjadi salah satu
tonggak sejarah yang akan membuka banyak peluang-peluang baru dalam
mendukung perekonomian masyarakat secara nasional. Setiap Bank Syariah
memiliki latar belakang dan sejarahnya sendiri sehingga semakin menguatkan
posisi BSI kedepannya. Berdirinya Bank Syariah Indonesia (BSI) di resmikan
melalui surat yang di keluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Surat
yang di rilis dengan Nomor: SR-3/PB.1/2021 tanggal 27 Januari 2021 perihal
pemberian izin penggabungan PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI
Syariah ke dalam PT Bank BRI syariah Tbk serta izin perubahan nama dengan
menggunakan Izin Usaha PT Bank BRI syariah Tbk menjadi Izin Usaha atas
nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk sebagai Bank hasil penggabungan.
Dengan di keluarkannya surat dari OJK ini maka semakin menguatkan posisi
BSI untuk melakukan aktivitas perbankan berlandaskan konsep syariah dan
penggabungan dari 3 Bank pembentuknya.
o Pengertian Perbankan Syariah
Bank Syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU
No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan UU
No. 10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Sedangkan yang dimaksud dengan Kegiatan Usaha Berdasarkan


Prinsip Syariah menurut Pasal 1 angka 13 Undang – undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan yang saat ini telah diubah dengan Undang – undang
Nomor 10 Tahun 1998 adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan

10
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain :
- Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil ( mudharabah )
- Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal ( musharakah )
- Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (
murabahah)
- Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni
- Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang ( ijarah wa iqtina ).
o Peran dan Fungsi Bank Syariah
Bank syariah memiliki peran dan fungsi yang sama dengan bank
konvensional, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Namun,
bank syariah memiliki prinsip syariah Islam, demokrasi ekonomi, dan prinsip
kehati-hatian yang menjadi pedoman untuk sistem operasinya. Terdapat tiga
fungsi utama bank syariah, yaitu menghimpun dana dari masyarakat,
menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan, dan memberikan
pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah . Selain itu, bank syariah juga
memiliki fungsi sosial sebagai lembaga baitul mal, di mana bank syariah dapat
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah
nasabahnya. Dalam menjalankan aktivitas perbankan pada prinsip syariah,
bank syariah juga diawasi oleh Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI).

2.2 Studi dan Penelitian dahulu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Diana et.al (2021) dengan judul
penelitian analisis kinerja keuangan perbankan syariah indonesia pada masa pandemi covid-
19 ditemukan hasil kinerja perbankan syariah sebelum dan ketika terjadi pandemi COVID-19
yaitu pada tahun 2019 dan 2020 dan variabel profitabilitas pada masing-masing perbankan
dilihat dari sisi BOPO memiliki kinerja yang baik, yang artinya pendapatan operasional bank
dapat menutupi seluruh biaya operasional yang ada, di mana BSM memiliki tingkat efisiensi
tertinggi. Dari sisi ROA dan ROE, BSM memiliki nilai rasio tertinggi jika dibandingkan
dengan bank syariah lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sumandi (2020) dengan judul
menakar dampak fenomena pandemi covid-19 terhadap perbankan syariah. Ditemukan hasil

11
bahwa Covid-19 memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi dunia.
Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi dunia usaha, termasuk industri jasa keuangan
perbankan. Hal ini menyebabkan sistem keuangan kita tergerus, termasuk bunga di bank
konvensional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana manajemen strategi
operasional yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam menjalankan fungsinya sebagai
lembaga intermediasi perbankan yaitu dalam hal penghimpunan dana dan penyaluran dana
dalam menjalankan tugas dan fungsinya di tengah pandemi Covid-19

2.3 Hipotesis

 Pengaruh Covid-19 terhadap perbankan syariah


Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan ekonomi dunia.
Pandemi Covid-19 adalah tantangan bagi dunia bisnis, termasuk industri jasa
keuangan perbankan. Berdasarkan data statistik perbankan Syariah pada Januari 2020,
jumlah jaringan kantor Bank Umum Syariah adalah 1.922 cabang yang tersebar di
berbagai wilayah di Indonesia yang didominasi oleh Pulau Jawa. Di masa pandemi
Covid-19, kinerja Bank Umum Syariah (BUS) selama tahun 2020 menunjukkan
stabilitas yang terjaga bila dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional (BUK).
Dari sisi permodalan, CAR BUS menunjukkan tren pertumbuhan yang positif
meskipun masih di bawah CAR BUK. Pada tahun 2020, CAR BUS mencapai 21,64%
(yoy). Secara umum, aktivitas pembiayaan baik oleh BUK maupun BUS menunjukkan
tren yang melambat ditunjukkan oleh rasio FDR BUS sebesar 76,36% yang lebih
rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 77,91%. Dari sisi rentabilitas, BUS
menunjukkan tren yang positif yang ditunjukkan dalam setahun terakhir.

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan

Salah satu dampak pandemi Covid-19 terhadap perbankan syariah adalah terjadinya
fluktuasi pada pembiayaan dan penghimpunan dana (DPK) di Bank Syariah selama Januari
hingga Maret 2020 . Hal ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada kinerja
perbankan syariah dalam hal pembiayaan dan penghimpunan dana. Selain itu, pandemi
Covid-19 juga berdampak pada manajemen strategi operasional perbankan.

Dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19, perbankan syariah menerapkan


prinsip kehati-hatian dalam kerangka mitigasi manajemen risiko yang kuat untuk mendukung
kebijakan-kebijakan Pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia . Dalam hal ini,
perbankan syariah berperan penting sebagai lembaga intermediasi perbankan yang
memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, perbankan syariah harus
mampu menjalankan fungsinya dengan baik meskipun dalam situasi yang sulit seperti
pandemi Covid-19. Dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19, perbankan syariah juga
menerapkan stimulus ekonomi terkait restrukturisasi pembiayaan bagi nasabah yang terkena
pandemi Covid-19 berdasarkan POJK No.11/POJK.03/2020.

Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah berupaya untuk membantu nasabah
yang terdampak pandemi Covid-19 agar tetap dapat memenuhi kewajiban finansialnya.
Dalam hal ini, perbankan syariah juga memiliki tujuan-tujuan yang berkaitan terhadap
ekonomi Islam. Tujuan tersebut adalah berusaha memaksimasi tingkat pemanfaatan sumber-
sumber. Tujuan ini berarti mencakup secara utuh dan menyeluruh sumber-sumber alam dan

13
manusia yang ada di negara yang bersangkutan. Dalam kesimpulannya, pandemi Covid-19
berdampak pada perbankan syariah dalam beberapa hal, seperti fluktuasi pada pembiayaan
dan penghimpunan dana serta manajemen strategi operasional perbankan. Namun, perbankan
syariah berupaya untuk mengatasi dampak tersebut dengan menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam kerangka mitigasi manajemen risiko yang kuat dan stimulus ekonomi terkait
restrukturisasi pembiayaan bagi nasabah yang terkena pandemi Covid-19.

3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek

Penelitian terdahulu hanya membahas seputar rasio keuangan bank seperti Rasio
dalam arti standar laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Rasio keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Hasil rasio keuangan menunjukkan
kondisi kesehataan perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat
dinilai berdasarkan analisis laporan keuangan maupun analisis rasio keuangan perusahaan
yang bersangkutan.

Selain itu penelitian terdahulu membahas rasio likuiditas, yaitu kemampuan bank
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Suatu bank dianggap likuid apabila bank tersebut
mempunyai kesanggupan untuk membayar penarikan giro, tabungan, deposito berjangka,
pinjaman bank yang segera jatuh tempo, pemenuhan permintaan kredit tanpa adanya suatu
penundaan (kredit yang direalisasi).

3.3 Pembahasan

Data per Juni 2021 menunjukkan, baik secara aset, kredit atau pembiayaan, dan DPK,
pertumbuhan perbankan syariah lebih unggul dibandingkan dengan perbankan konvensional.
Misalnya saja, aset bank syariah tercatat sebanyak Rp632 triliun atau tumbuh 15,80 persen
year-on-year (yoy). Sementara perbankan konvensional hanya tumbuh 8,07 persen yoy
menjadi sebesar Rp8.954 triliun. Dari sisi kredit atau pembiayaan, bank syariah mencatatkan
pertumbuhan 7,35 persen yoy menjadi Rp405 triliun, sedangkan bank konvensional
mencatatkan pertumbuhan 0,17 persen yoy menjadi Rp5.302 triliun. Begitu pula dengan DPK
bank syariah yang lebih unggul dengan pertumbuhan 16,54 persen yoy menjadi Rp501

14
triliun. Sementara bank konvensional tumbuh 10,88 persen yoy menjadi Rp6.586 triliun
(Anggraeni, 2021).

Pimpinan Komite Bidang Sosial serta Komunikasi Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(Asbisindo) Indra Falatehan menguraikan 5 strategi yang dicoba bank syariah buat merambah
fase baru. Bank syariah hendak senantiasa melaksanakan mitigasi risiko, salah satunya
merupakan dengan merestrukturisasi pembiayaan sebab pandemi Covid- 19 yang berakibat
pada zona riil ditentukan hendak mengusik keahlian bayar debitur. Bank hendak
melaksanakan pemetaan, mana debitur yang layak diberikan restrukturisasi serta mana yang
tidak. Alasannya, pemberian restrukturisasi ini hendak memencet pemasukan bank. Di
samping itu, bank pula dihadapkan pada risiko likuiditas yang berpotensi mengetat sebab
pemberian restrukturisasi. Setelah itu, strategi kedua ialah bank syariah hendak senantiasa
memacu perkembangan sebab di sisi lain bank pula wajib menghasilkan bayaran bunga yang
wajib dibayarkan kepada penabung di bank. Ketiga, ialah digitalisasi layanan perbankan.
Digitalisasi perbankan memanglah sudah dicoba saat sebelum wabah terjalin, tetapi dikala ini
jadi momentum buat menguji apakah digital banking kepunyaan bank hendak dimanfaatkan
nasabah ataupun tidak. Berikutnya, strategi keempat, bank syariah wajib melaksanakan
pendampingan kepada pelakon UMKM dengan menolong mendigitalisasi segmen usaha ini
supaya dapat senantiasa hidup.

Wujud pendampingan bisa dicoba lewat corporate social responsibility (CSR).


Kelima, bank syariah wajib melaksanakan inovasi. Merambah fase new wajar, bank tidak
bisa memakai metode lama dalam melaksanakan bisnis tercantum membagikan layanan
kepada nasabah. Yang sangat berarti, para pemimpin bank syariah wajib pintar, tidak dapat
memakai metode yang lama, wajib metode yang baru supaya dapat menyesuaikan diri sebab
yang menang bukan yang pintar, tetapi yang dapat menyesuaikan diri.

Kebijakan yang diterapkan bank supaya bisa melaksanakan dengan baik bisnis bank,
dengan menjajaki instruksi serta POJK terpaut stimulan untuk pihak yang terserang akibat
covid-19 menemukan keringanan dalam penuhi kewajibannya kepada bank. Supaya bisnis
senantiasa berjalan dengan baik pihak bank hendak senantiasa terus tingkatkan serta
menawarkan bahan- bahan yang menarik kepada warga supaya senantiasa memakai jasa
perbankan syariah. Selektif dalam penuhi kemauan nasabah yang mengajukan pembiayaan,
mengingat keadaan ekonomi tidak semacam biasa, wajib ditentukan yang mengajukan
pembiayaan betul- betul bisa membagikan keuntungan serta tingkatan pengembaliannya

15
diukur dengan lebih baik. Senantiasa terdapat banyak yang mengajukan pembiayaan cuma
saja bank yang melaksanakan pilih atas tiap pembiayaan yang diajukan, layak ataupun tidak
mengingat keadaan dikala ini berbeda dengan situasi sebelumnya.

Strategi bisnis berikutnya ialah tingkatkan layanan bank syariah berbasis digital,
dengan sebagian sarana yang sudah dipunyai oleh Bank Syariah buat menunjang transaksi
para nasabah dengan menggunakan teknologi digital yang bisa diakses kapan saja lewat
jaringan internet. Sarana ATM yang senantiasa terpelihara supaya nasabah bisa menarik
dananya ataupun menggunakan sarana lain tanpa wajib tiba ke kantor, melainkan lewat
layanan ATM yang terdapat di sebagian tempat. Setelah itu sarana mobile banking yang
sudah dipunyai Bank Syariah dengan fitur yang lebih lengkap bisa dimanfaatkan secara baik
oleh para nasabah buat penuhi keperluan transaksi keuangannya. Akses mobile banking 24
jam, mempermudah para nasabah tiap kebutuhan transaksi yang diinginkannya. Fitur yang
lengkap bisa penuhi kebutuhan nasabah dengan akses yang lebih gampang serta murah, tanpa
wajib keluar rumah, nasabah bisa melaksanakan layanan perbankan dengan modal jaringan
internet yang mencukupi.

Sarana digital banking hendak terus ditingkatkan oleh Bank Syariah supaya nasabah
bisa merasakan serta memakainya dengan baik, sehingga tanpa butuh banyak melaksanakan
transaksi secara berjumpa langsung. Berikutnya cash management sistem yang dipunyai bank
hendak sangat menolong tiap pemenuhan transaksi para nasabah. Di tengah pandemi
semacam dikala ini layanan berbasis teknologi jadi keharusan yang wajib disediakan pihak
bank, supaya nasabah melaksanakan transaksi dengan gampang. Dengan mempersiapkan
serta membagikan sarana digital hingga segmen bisnis pula hendak tumbuh. Nasabah yang
merasakan sarana yang baik serta lengkap hingga hendak menjadikan bank syariah jadi
pilihannya dalam menempatkan dananya. Bila dana nasabah terus meningkat hingga
penyaluran pembiayaan pula bisa ditingkatkan volume sehingga keuntungan pula bisa
ditingkatkan. Sarana serta layanan teknologi digital perihal yang tidak bisa dihindari buat
dikala ini dalam meningkatkan bisnis perbankan syariah. Tercantum dalam melindungi
persaingan bisnis antara bank, yang silih berlomba dalam tingkatkan layanan digitalnya, yang
hendak menunjang bisnis bank itu sendiri.

Beberapa aspek bisnis perbankan syariah seperti peningkatan layanan dan


penggunaan layanan berkualitas, promosi dan peningkatan layanan digital untuk
mengamankan dan menjangkau nasabah, tidak mengganggu layanan digital, sehingga

16
nasabah tidak terganggu. Menikmati menggunakan alat digital. Alih-alih mencari uang untuk
membayar dan melunasi pinjaman usaha, para pengusaha yang berjuang untuk melakukan
apa yang mereka inginkan diharapkan dapat kembali membangun ekonomi negara, sehingga
bank dan konsumen dapat saling mendukung untuk tumbuh bersama. Selain itu, selain untuk
menjaga relasi dan relasi dengan nasabah keuangan yaitu terus berpindah ke unit keuangan
baru, juga dilakukan agar bisnis perbankan syariah tetap dapat berjalan meski keadaannya
berbeda. Bank syariah terus menawarkan produk keuangan ke segmen baru, dengan opsi
pilihan untuk memperluas bisnis mereka. Selama epidemi saat ini, banyak bisnis yang
terdampak, tetapi masih ada bisnis atau pihak yang dapat bertahan atau terus berkembang
sehingga peluang keuangan baru dan layak dapat digenjot terus. Memperkenalkan produk dan
mendistribusikannya ke semua pihak.

Bank Umum Syariah dapat memperoleh bantuan bencana, pendidikan dan pelatihan,
peningkatan kesehatan, sarana dan prasarana, tempat ibadah dan perlindungan lingkungan.
Praktik CSR yang positif dapat memiliki efek jangka panjang pada kinerja keuangan. Di
bawah CSR, bank syariah juga dapat menginisiasi kemitraan bisnis hijau dengan lembaga
ramah lainnya atau pelanggan setia untuk memanfaatkan pasar Gen Z sebaik-baiknya untuk
meningkatkan kehidupan masyarakat, dan melihat realisasi generasi berikutnya. Dengan kerja
sama yang baik dan komitmen yang kuat dari seluruh bank syariah di Indonesia, investasi
yang kuat dapat dicapai dengan sukses untuk mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan melestarikan generasi penerus.

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pandemi dapat meningkatkan risiko kredit karena penurunan ekonomi yang menyebabkan
banyak bisnis dan individu kesulitan membayar utang mereka. Ini dapat mempengaruhi
perbankan syariah yang memiliki portofolio pembiayaan yang signifikan. Pandemi telah
meningkatkan kesadaran risiko di sektor keuangan, perbankan syariah mungkin perlu
memperkuat manajemen risiko mereka untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi yang lebih
tinggi. Lembaga keuangan, termasuk perbankan syariah, mungkin harus menyesuaikan
kebijakan mereka untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh nasabah mereka. Hal ini
bisa melibatkan restrukturisasi pembiayaan atau memberikan keringanan pembayaran.
Perubahan dalam perilaku konsumen dan investasi dapat memengaruhi produk dan layanan
yang diminta dari perbankan syariah. Peningkatan permintaan untuk produk yang sesuai
syariah atau investasi yang berkelanjutan dapat terjadi. Kerjasama antara lembaga keuangan,
termasuk perbankan syariah, dan pemerintah dapat menjadi kunci dalam mengatasi dampak
ekonomi pandemi.

4.2 Saran

Bank syariah wajib melaksanakan pendampingan kepada pelakon UMKM dengan menolong
mendigitalisasi segmen usaha ini supaya dapat senantiasa hidup dan juga menjaga
keberlangsungan bank syariah itu sendiri. Wujud pendampingan bisa dicoba lewat corporate
social responsibility (CSR). Bank syariah juga wajib melaksanakan inovasi di masa pandemi
seperti ini. Merambah fase new wajar, bank tidak bisa memakai metode lama dalam
melaksanakan bisnis tercantum membagikan layanan kepada nasabah. Yang sangat berarti,
para pemimpin bank syariah wajib pintar, tidak dapat memakai metode yang lama, wajib

18
metode yang baru supaya dapat menyesuaikan diri sebab yang menang bukan yang pintar,
tetapi yang dapat menyesuaikan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Ana, D. E., & Zunaidi, A. (2022). Strategi perbankan syariah dalam memenangkan
persaingan di masa pandemi covid-19. Proceedings of Islamic Economics, Business,
and Philanthropy. 1(1), 168-188.
https://jurnalfebi.iainkediri.ac.id/index.php/proceedings/article/view/216/175

Dahlan., & Abdul, A. (1999) Ensiklopedi hukum islam (2nd ed.). Jakarta: PT Ichtiar

Baruvan Hoeve.

Diana, S., Sulastiningsih, Sulistya, E., & Purwati. (2021). Analisis kinerja keuangan
perbankan syariah indonesia pada masa pandemi covid-19. Jurnal Riset Akuntansi
dan Bisnis Indonesia. 1(1), 111-125.
http://jurnal.stieww.ac.id/index.php/jrabi/article/view/327

Hasan, Z. (2020). The impact of covid-19 on islamic banking in indonesia during the
pandemic era. Journal of Entrepreneurship and Business. 8(2), 19-32.
http://journal.umk.edu.my/index.php/jeb/article/view/850/576

Sumadi, S. (2020). Menakar dampak fenomena pandemi covid-19 terhadap perbankan


syariah. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah 3(2), 145-162.
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JHES/article/view/8761/3571

19
Syukra, R. (2020, Mei 1). Pasca covid-19, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tak

langsung 100% pulih. Investor.id. https://investor.id/business/pasca-covid19-

laju-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-tak-langsung-100-pulih

20

Anda mungkin juga menyukai