Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH


PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:
Ishmi Yuniar Arfiani
43120010350

Dosen Pengampu:
Sudjono, Dr., M.Acc

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya serta shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya.
Yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.

Sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai dari mata kuliah Perbankan
Syariah pada program Studi Manajemen di Univeritas Mercu Buana dengan ini penulis mengangkat
judul “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Pada Masa Pandemi Covid-19”.

Dengan ini sangat diharap semoga mahasiswa mampu untuk mengenal dan memahami
mengenai Kepemimpinan dalam organisasi/bisnis. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar kami bisa menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, Novermber 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3. Batasan Masalah..................................................................................................................2
1.4. Tujuan...................................................................................................................................2
1.5. Manfaat................................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................................4
2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational.................................................................4
2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu........................................................................................10
2.3. Hipotesis.............................................................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................13
3.1. Penerapan...........................................................................................................................13
3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek.......................................15
3.3. Pembahasan.......................................................................................................................15
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................20
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................20
4.2. Saran...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada saat ini dunia sedang mengalami fenomena yang luar biasa tak terkecuali negeri
kita Indonesia, fenomena tersebut adalah pandemi corona virus (Covid-19). COVID-19 telah
menjadi fenomena baru bagi dunia. Pada awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan
penyebaran virus Covid-19 yang merupakan pandemi yang meluas ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia. Corona Virus Deseas 19 (Covid-19) diputuskan sebagai pandemi oleh
World Health Organization (WHO) pada awal tahun 2020 (Sumber: Kementrian Kesehatan
RI, 2020). Covid19 berimplikasi ke berbagai jenis sektor, tidak hanya sektor kesehatan,
tetapi juga sektor lain, termasuk perbankan. Fenomena COVID-19 menekan posisi pasar
keuangan dan sektor perbankan global. Perbankan pada tahap ini memainkan peran yang
sangat penting dalam menjaga kesehatan sistem perkreditan. Bank diperlukan untuk
menjamin likuiditas yang diperlukan bagi ekonomi riil. Selain itu, industri perbankan
dihadapkan pada serangkaian masalah operasional, termasuk kerugian yang disebabkan oleh
penurunan nilai pinjaman yang tinggi, credit origination dan manajemen risiko, dorongan
untuk efisiensi operasional dan pengelolaan kelangsungan bisnis serta pendanaan dan
likuiditas.
Selama pandemi Covid-19 mempunyai efek pada perbankan di Indonesia terutama
kinerja perbankan yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank, karena itu menjaga
kesehatan bank sangat penting. Untuk mengetahui efek Covid19 kesehatan bank,
memerlukan tolok ukur yang obyektif dan tepat. Obyektivitas ini dapat dicapai dengan cara
membandingkan kesehatan perbankan dalam kondisi lingkungan yang normal, yaitu sebelum
terkena pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 menyebabkan kepanikan disektor keuangan
dan berselama pada perbankan baik bank konvensional maupun syariah, dimana dari segi
pendapatan dan penyaluran pembiayaan perbankan mengalami penurunan.
Dalam kondisi seperti ini, bank konvensional dan bank syariah harus berkembang
secara berbeda strategi bisnis dari mereka yang bekerja sebelumnya. Untuk memenuhi
kewajibannya di bidang keuangan lembaga, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai
pengawas lembaga keuangan lembaga tersebut telah menerbitkan Peraturan OJK kepada
pihak-pihak yang terdampak wabah COVID-19. Namun tergantung bagaimana lembaga
dalam hal ini perbankan syariah menangani pembiayaannya kesulitan pembayaran nasabah,
tentu saja pendapatan bank akan terganggu. Akibatnya, didalam menghadapi pandemi seperti
saat ini, berbagai strategi bisnis harus diterapkan, khususnya bagi lembaga perbankan syariah
yang juga terdampak oleh COVID-19.

1
2

Selama pandemi ini, pemerintah Indonesia memutuskan untuk memprioritaskan tiga


sektor: real estate, kesehatan, dan perbankan. Pandemi COVID-19 telah menimbulkan
permasalahan pada perbankan karena berpotensi menimbulkan permasalahan pada sektor
riil/dunia usaha yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan permasalahan pada sektor
perbankan (Muhyiddin, 2020). Hal ini tentunya dimungkinkan karena perbankan berfungsi
sebagai lembaga perantara atau penghubung kebutuhan dana investasi dalam dunia usaha.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka dirumuskan
permasalahnnya sebagai berikut:
Bagaimanakah kinerja keuangan perbankan syariah tetap bertahan ditengah Pandemi Covid-
19 yang sedang terjadi?

1.3. Batasan Masalah


Mengingat keterbatasan waktu, cakupan dan aktifitas, penelitian ini hanya membatasi
mengenai:
1. Dampak serta fenomena apa saja yang terjadai saat Pandemi Covid-19 terhadap
Perbankan Syariah.
2. Aspek penilian kinerja keuangan dengan membahas rasio CAR, ROA, NPF, FDR,
BOPO, dan NOM.

1.4. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui dan menganalisis dampak apa yang terjadi pada fenomena Pandemi
Covid-19 terhadap Perbankan Syariah dan kinerja keuangan perbankan syariah pada masa
Covid-19.

1.5. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
mamberikan wawasan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai perbankan syariah.
Terutama dalam masalah dampak fenomena yang terjadi saat pandemic Covid-19 pada
perbankan syariah.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Bagi Perbankan
3

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh
pihak/manajemen bank dalam pengambilan keputusan maupun penerapan strategi
yang efektif untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi yaitu fenomena
dan kinerja keuangan pada perbankan syariah saat terjadinya Covid-19.
b. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perbankan terutama
yang berkaitan dengan penelitian terhadap fenomena kinerja keuangan perbankan
syariah pada masa Covid-19.
c. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan
khususnya pada kajian manajemen Perbankan Syariah tentang fenomena kinerja
keuangan saat pandemic Covid-19 terhadap Perbankan Syariah.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational


a) Grand Theory
a) Floating Market Theory (Teori Pasar Mengambang)
Teori Floating Market yaitu teori yang menjelaskan tentang segmentasi
nasabah yang menyimpan uangnya di bank lebih disebabkan atas alasan rasional
ekonomi seperti tingkat keuntungan dan kualitas layanan yang ditawarkan. Salah
satu bentuk yang ditawarkan adalah bagi hasil pada bank syariah dan suku bunga
pada bank konvensional. Apabila tingkat suku bunga pada bank konvensional
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah,
maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank
syariah akan beralih menjadi nasabah bank konvensional. Begitupula sebaliknya,
jika tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah lebih tinggi dibandingkan
tingkat suku bunga di bank konvensional, maka tidak menutup kemungkinan
nasabah yang semula merupakan nasabah bank konvensional akan beralih menjadi
nasabah bank syariah.
Dalam penelitian ini teori Floating Market digunakan untuk melihat apakah
bagi hasil pada bank syariah lebih dipilih nasabah ataupun lebih bertahan
dibandingkan dengan sistem bunga pada bank konvensional. Ataupun sebaliknya
sistem bunga lebih dipilih dan bertahan ditengah pandemi Covid-19
dibandingnkan dengan sistem bagi hasil bank syariah. Perbedaan pilihan tersebut
dapat tercermin dari kinerja bank, jika hasil penelitian ini nanti menunjukan bahwa
rasio keuangan bank syariah lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa sistem bagi
hasil bank syariah lebih mampu bertahan, begitu sebaliknya jika bank
konvensional lebih bertahan maka sistem bunga lebih unggul dibanding sistem
bagi hasil bank syariah.

b) Signaling Theory (Teori Signal)


Signaling Theory (Teori Signal) Signaling Theory (Teori Signal) yaitu teori
yang membahas tentang bagaimana seharusnya signal-signal keberhasilan atau
kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik (principal). Pada teori signal
ini, motivasi manajemen diharapkan dapat menyajikan informasi keuangan
sehingga memberikan signal kemakmuran kepada pemilik ataupun pemegang
saham. Informasi keuangan tersebut dapat disajikan dalam Publikasi laporan

4
5

keuangan tahunan oleh perusahaan sehingga dapat memberikan signal


pertumbuhan deviden maupun perkembangan harga saham perusahaan.
Signaling Theory dalam penelitian ini dipertimbangkan dapat memberikan
signal terhadap ketahanan bank syariah dan bank konvensional melalui Laporan
keuangan yang mencerminkan kinerja bank syariah maupun bank konvensional,
sehingga signal atau tanda tersebut dapat digunakan untuk mengukur ketahanan
bank syariah dan bank konvensional ditengah pandemi Covid-19. Semakin baik
kinerja keuangan bank maka menjadi signal semakin baik pula ketahanan bank
tersebut. Dalam penelitian ini Rasio keuangan digunakan sebagai acuan untuk
mengukur Kinerja keuangan tersebut.

c) Pecking Order Theory (Toeri Pecking Order)


Pecking Order Theory Teori Pecking Order pertama kali dicetuskan oleh
Donaldson pada tahun 1961 dan kemudian dikembangkan lagi oleh Stewart C.
Myers dan Nicolas Majluf pada tahun 1984. Teori ini merupakan teori yang
berpendapat bahwa keputusan pendanaan hendaklah mengikuti suatu hirarki
(tingkatan), yang mana sumber pendanaan dari dalam perusahaan
(internalfinancing) lebih didahulukan daripada sumber yang berasal dari luar
perusahaan (external financig). Dalam hal ini perusahaan yang menggunakan
pendanaan dari luar perusahaan, pinjaman (debt) lebih diutamakan daripada
pendanaan dengan tambahan modal baru (external equity). Myers menyatakan
bahwa pada teori Pecking Order, perusahanakan terlebih dahulu menggunakan
sumber internal perusahaan dalam membiayai investasinya, kemudian apabila
tidak mencukupi maka perusahaan akan mempergunakan sumber eksternal yaitu
hutang atau menerbitkan saham (equity options) sebagai alternatif terakhir. Dana
internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri dari sorotan
pemberi modal luar. Disamping itu, pengaruh asimetrik informasi dan biaya
penerbitan saham cenderung mendorong perilaku. Oleh karena itu, Dana internal
lebih didahulukan dibandingkan dengan dana eksternal.
Dalam penelitian ini Teori Pecking Order berkaitan dengan bagaimana cara
bank agar tetap bertahan ditengah pandemi Covid-19, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa teori pecking order ini yaitu teori yang lebih mendahulukan
dana internal dibandingkan dengan dana eksternal, maka teori ini dapat digunakan
bank dalam mengatasi terjadinya risiko bank ditengah pandemi, jika bank
mempunyai cadangan dana internal yang baik maka bank akan lebih mampu
bertahan menghadapi risiko. Sebaliknya jika dana internal bank kurang baik atau
kurang memadai maka bank harus mencari dana luar yang prosesnya tidak akan
6

secepat dan semudah saat menggunakan dana internal. Oleh karena itu, bank harus
mengantisipasi sedari awal dengan cara memperbaiki cadangan dana internal
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko-risiko bank seperti pada masa
pandemi Coid-19 saat ini.

b) Middle Theory
a) Bank Syariah
1) Pengertian Bank Syariah
Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan dengan prinsip
islam yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, yang diawali dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Keberadaan Perbankan Syariah di
Indonesia telah mendapatkan pijakan kokoh setelah lahirnya Undang-undang
Perbankan Nomor 7 tahun 1992 yang direvisi melalui Undang-undang
Nomor 10 tahun 1998, yang dengan tegas mengakui keberadaan dan
berfungsinya Bank Bagi Hasil atau Bank Islam. Bank syariah merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat
kemudian menyalurkannya kembali pada masyarakat, yang sistem dan
mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip
syariah yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan hadis. Yaitu transaksi yang bebas
dari bunga (riba), kegiatan spekulatif yang produktif seperti perjudian
(gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidk sah (bathil) dan penggunaan
uang sebagai alat tukar.
Bank syariah lahir dengan berbagai tujuan, yang salah satunya yaitu
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terutama masyarakat
islam dalam proses pembangunan melalui jalur ekonomi, karena pada saat itu
masih banyak masyarakat yang enggan bergabung dengan bank, hal ini
terjadi karena pada masa itu masih banyak orang islam yang mempunyai
pandangan bahwa bunga bank itu sama dengan riba yang diharamkan oleh
syariat islam serta banyak juga diantara masyarakat kecil yang belum
mengenal dan terbiasa dengan sistem kerja di bank
2) Visi dan Misi Bank Syariah
Visi Perbankan Syariah yaitu ”Terwujudnya sistem perbankan
syariah yang kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang
mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan
berbasis bagi hasil (share based financing) dan transaksi riil dalam kerangka
keadilan, tolong menolong menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan
masyarakat.
7

3) Produk Bank Syariah


Produk-produk bank syariah yang telah mendapat rekomendasi beberapanya
antara lain yaitu: Mudharabah, Murabahah, Bai bi As-Saman’ Ajil d,
Musyarakah, dan Wadi’ah.

b) Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Bank syariah dan bank konvensional merupakan lembaga keuangan yang sama-
sama berorientasi pada laba. Namun mempunyai esensi dan karakteristik yang
berbeda, Berikut adalah perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional:

Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional


Prinsip Bank syariah beroperasi Bank konvensional
Dasar berdasarkan prinsip-prinsip beroperasi berdasarkan
syariah, yang melibatkan prinsip-prinsip ekonomi
larangan riba (riba), konvensional, termasuk
investasi dalam bisnis yang pemberian dan pengambilan
diperbolehkan (halal), dan bunga pada pinjaman dan
pembagian keuntungan dan tabungan, serta berbagai
kerugian antara bank dan instrumen keuangan
nasabah. konvensional lainnya.
Akad Produk bank syariah Produk perbankan
Perjanjian melibatkan akad-akad konvensional melibatkan
syariah seperti mudharabah, akad-akad konvensional
musyarakah, murabahah, seperti pinjaman dengan
ijarah, dan qardhul hasan, bunga (riba), pembayaran
yang mencerminkan bunga atas tabungan, dan
prinsip-prinsip syariah produk-produk keuangan
dalam transaksi keuangan. lainnya yang melibatkan
pembayaran atau
pengambilan bunga.
Pembagian Keuntungan dan kerugian Bank konvensional
Keuntungan dalam produk syariah memberikan bunga tetap
dan dibagi antara bank dan pada nasabah tabungan dan
Kerugian nasabah berdasarkan membebankan bunga tetap
kesepakatan awal, atau berubah pada
mencerminkan prinsip pinjaman, tanpa
keadilan dan saling berbagi mempertimbangkan
risiko. keuntungan aktual yang
dihasilkan dari penggunaan
dana nasabah.
Tujuan Dana yang ditempatkan di Dana yang ditempatkan di
Investasi bank syariah diinvestasikan bank konvensional dapat
dalam bisnis-bisnis yang diinvestasikan dalam
halal dan sesuai dengan berbagai instrumen
prinsip syariah. keuangan, termasuk bisnis-
bisnis konvensional yang
mungkin tidak sesuai
8

dengan prinsip-prinsip
syariah.
Pengawasan Bank syariah diawasi oleh Bank konvensional diawasi
dan otoritas yang khusus oleh Otoritas Jasa Keuangan
Pengaturan memantau kepatuhan (OJK) dan regulator lainnya
mereka terhadap prinsip- yang memastikan kepatuhan
prinsip syariah, seperti mereka terhadap regulasi
Majelis Ulama Indonesia perbankan konvensional.
(MUI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).

c) Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah analisis yang dilakukan untuk melihat atau menilai
seberapa jauh suatu perusahaan telah melaksanakan kegiatannya menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Atau dalam pengertian
lain kinerja keuangan bank yaitu suatu gambaran ataupun kondisi keuangan bank
pada periode tertentu yang menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana yang diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas bank dan Analisis Kinerja keuangan bank memiliki beberapa tujuan
yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kondisi pengelolaan keuangan bank berhasil atau tidaknya
terutama pada kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang
dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
b. Untuk melihat bagaimana kemampuan bank dalam mendayagunakan aset-aset
yang dimiliki dalam rangka menghasilkan profit atau keuntungan secara
efisien.

c) Operational Theory
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis apakah dampak yang terjadi saat Pandemi
Covid-19 pada bank syariah salah satunya yaitu dilakukan rasio keuangan untuk
mengukur keadaan pendanaan saat terjadinya Covid-19 dengan melihat perbandingan
variable yang dilihal dari laporan keuangan, baik dari neraca ataupun laba rugi. Rasio
yang digunakan yaitu meliputi:
a) Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Rasio Kecukupan Modal atau sering disingkat dengan CAR (Capital
Adequecy Ratio) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko
kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Semakin tinggi CAR,
maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari
9

setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko dan mampu membiayai operasi bank,
sehingga akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Rasio
CAR bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang
timbul dari aktiva yang dilakukan. Nilai CAR diperoleh dari Modal Bank dibagi
dengan ATMR kemudian dikalikan 100%. Dalam penelitian ini rasio CAR
digunakan untuk mewakili rasio Permodalan. Perhitungan CAR (Capital
Adequacy Ratio) dirumuskan sebagai berikut:
TOTAL MODAL
CAR X 100%
TOTAL AMRT

b) BOPO
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio
profabilitas yang menilai perbandingan antara beban operasional dengan
pendapatan operasional. BOPO dapat menilai bagaimana perusahaan mengelola
beban operasionalnya. Nilai BOPO dapat diperoleh dari beban operasional dibagi
dengan pendapatan operasional kemudian dikalikan 100%. Dalam penelitian ini
rasio BOPO digunakan untuk mewakili rasio Efektiitas/Efisiensi. Rumus untuk
menghitung BOPO yakni:
TOTAL BEBAN OPERASIONAL
BOPO X 100%
TOTAL PENDAPATAN OPERASIONAL

c) ROA
Return On Assets (ROA) adalah rasio kemampuan laba (earning power
ratio), memperlihatkan kompetensi bank dalam mendapatkan keuntungan yang
berasal dari 37 pengelolaan sumber daya yang dimiliki. Dalam penelitian ini rasio
ROA digunakan untuk mewakili rasio Rentabilitas. Rumus untuk menghitung
ROA yakni:
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK
ROA X 100%
TOTAL ASET

d) ROE
Rasio Return on Equity (ROE) merupakan ukuran kemampuan bank dalam
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri, sehingga ROE
sering disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Rasio ROE menunjukkan
persentase laba bersih yang dinyatakan dari total equity (modal sendiri) pada
tanggal neraca setelah dikurangi aktiva tetap tak berwujud. Total equity (modal
sendiri) adalah jumlah modal ditambah kenaikan modal karena revaluasi aktiva
10

tetap dan laba ditahan. Ini dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari modal sendiri. Dalam penelitian ini rasio ROE digunakan
untuk mewakili rasio Rentabilitas

e) NPL/NPF
NPL atau NonPerforming Loan yaitu Rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam menangung risiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur. 49 Bank yang memiliki tingkat NPL yang tinggi menjadi lebih
berisiko mengalami kerugian dalam pemberian kredit. NPL berpengaruh terbalik
terhadap profitabilitas yang dapat dilihat dari kualitas kredit, apabila NPL semakin
tinggi maka profitabilitasnya semakin rendah.50 Sedangkan pada bank syariah
dikenal dengan NPF (NonPerforming Finance) yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank syariah dalam menanggung risiko pembiayaan.
Dalam penelitian ini rasio NPF/NPL digunakan untuk mewakili rasio Kualitas
Aktiva Produktif. Rumus untuk menghitung NPF yakni:
PEMBIAYAAN BERMASALAH
NPF X 100%
TOTAL PEMBIAYAAN

f) FDR/LDR
FDR atau Financing to Deposit Ratio digunakan untuk menilai komposisi
jumlah pembiayaan yang dikeluarkan dibanding dengan jumlah dana nasabah dan
modal sendiri yang digunakan. FDR menyatakan sejauh mana bank mampu dalam
membayar dana penarikan kembali yang dilakukan oleh deposan dengan
pengendalian kreditnya sebagai sumber likuiditas.51 Sedangkan LDR yaitu istilah
dalam bank konvensional. Dalam penelitian ini rasio FDR/LDR digunakan untuk
mewakili rasio Likuiditas. Rumus untuk menghitung FDR yakni:
PEMBIAYAAN YANG DIBERIKAN
FDR X 100%
DANA PIHAK KE TIGA

2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan oleh penulis sebagai referensi untuk
sumber data penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut Diana et al (2021),
dalam penelitiannya bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan perbankan syariah di
Indonesia berdasarkan rasio profitabilitas yang terdiri dari BOPO, ROA, ROE, rasio
likuiditas yang terdiri dari Cash ratio dan FDR, serta rasio solvabilitas yang diukur dengan
rasio CAR, selama masa pandemi Covid-19. Penelitian tersebut menggunakan model
penelitian deskriptif kuantitatif dengan mengukur kinerja keuangan bank melalui tingkat
11

rasio profitabilitas. Hasil penelitian menunjukan adanya fluktuasi perubahan nilai kinerja
selama masa pandemi Covid-19. Kinerja bank syariah tergolong efisien dan sebagaian
mengalami penurunan kinerja. Pada rasio likuiditas, rata-rata bank mengalami penurunan
pada komponen rasio kas, paling rendah pada BRI Syariah yang turun sebesar 50,9%. Rasio
solvabilitas bank secara umum menunjukan kinerja yang baik.
Sedangkan menurut Ilhami & Husni Thamrin (2021) hasil penelitian dari hasil tabel
uji pada rasio CAR, ROA, NPF, dan FDR bahwa secara keseluruhan dampak Covid-19
terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah mampu bertahan ditengah masa pandemi,
hanya saja jika untuk kedepannya Covid-19 masih belum menunjukan tanda-tanda
penurunan maka salah satu cara melakukan pembiayaan-pembiayaan (FDR) di sektor-sektor
baru yang langsung berkaitan dengan wabah pandemi Covid-19.
Menurut Afani et al (2023) hasil dari penelitiannya bertujuan menganalisis dan
mengevaluasi kinerja keuangan bank syariah dan bank konvensional sesui dengan rasio
profitabilitas yang terdiri dari ROA, BOPO, serta ROE. Rasio solvabilitas diverminkan
dengan nilai CAR, rasio NPL dengan nilai NPL. Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Hasil penelitian ditemukan bahwa adanya perbedaan ROA atau
NPL/NPF yang signifikan dalam kinerja keuangan pada bank konvensional serta bank
syariah pada masa pandemi covid-19. Namun, tidak ada perbedaan yang besar rasio ROE,
CAR sera BOPO pada kinerja keuangan bank konvensional dan bank syariah. Tetapi
perbankan syariah lebih memiliki kinerja keuangan yang lebih baik, hal ini dapat dilihat dari
sisi rasio ROA, ROE, CAR dan juga NPL/NPF. Sedangkan perbankan konvensional pada
rasio BOPO yang lebih baik.

2.3. Hipotesis
a) Perbandingan ROA pada Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah pada
masa Pandemi Covid-19
Sebagaimana hasil penelitian di dukung oleh Trisela & Pristiana (2020) yang
memperlihatkan adanya perbedaan signifikan di rasio ROA pada masa pandemi Covid-
19, dengan perbedaan tersebut menandakan adanya penurunan rasio ROA pada masa
pandemi Covid-19. Maka hipotesis: Diduga terdapat perbandingann ROA pada
perbankan konvensional dan perbankan syariah pada masa pandemi Covid-19.
b) Perbandingan ROE pada Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah pada
masa Pandemi Covid-19
Sebagaimana hasil analisi sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Hertina & Rahmah
(2022) dimana tidak ada perbedaan ROE pada perbankan konvensional dan perbankan
syariah yang signifikan. Maka hipotesis: Diduga tidak terdapat perbandingan ROE pada
perbankan konvensional dan perbankan syariah pada masa pandemi Covid-19.
12

c) Perbandingan BOPO pada Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah


pada masa Pandemi Covid-19
Sebagaimana hasil analisa yang sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Hertina &
Rahmah (2022) yang telah dipaparkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
proposi BOPO antara perbankan konvensional dan perbankan syariah pada masa
pandemi Covid-19. Maka hipotesis: Diduga tidak terdapat perbandingan BOPO antara
Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah pada masa Pandemi Covid-19.
d) Perbandingan CAR pada Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah pada
masa Pandemi Covid-19
Sebagaimana hasil analisa sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Wicaksono et al
(2021) yang menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan yang banyak di rasio CAR
pada saat pandemi Covid-19 antara perbankan konvensional dan perbankan syariah.
Maka hipotesis: Diduga tidak terdapat perbandingan rasio CAR antara Perbankan
Konvensional dan Perbankan Syariah pada masa Pandemi Covid-19.
e) Perbandingan NPL/NPF pada Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah
pada masa Pandemi Covid-19
Sebagaimana hasil analisa sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Putri & Iradiyanti
(2020) dimana hasil penelitian menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang sginifikan
di rasio NPL/NPF pada saat pandemi Covid-19 antara perbankan konvensional dan
perbankan syariah. Maka hipotesis: Diduga tidak terdapat perbandingan pada rasio
NPL/NPF antara Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah pada masa Pandemi
Covid-19.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Penerapan
Hal yang diterapkan untuk meningkatkan prospek perbankan syariah di Indonesia
dapat dilakukan dengan beberapa alternatif pengembangan bak syariah, yaitu:
a) Penetrasi Pasar
Penetrasi pasar dilakukan dengan memperluas pasar yang ada baik pasar dalam
penghimpunan dana maupun pasar penyaluran dana. Penetrasi pasar dapat dilakukan ke
segmen-segmen yang belum tersentuh oleh bank syariah yaitu kepada kelompok
kelompok yang peduli pada halal-haram, tetapi belum tahu atau belum terjamah oleh
bank syariah, kelompok yang ragu-ragu pada bank syariah dan kelompok yang tidak
peduli pada halal-haram (lebih peduli pada pelayanan dan return, baik itu pasar muslim
maupun nonmuslim), tetapi belum terjamah oleh bank Syariah.
b) Peningkatan Kualitas Pelayanan
Pada tahun 2006 diperkirakan hampir semua bank sudah punya divisi syariah. Karena
itu, pada tahun 2006 pengembangan bank syariah di Indonesia sudah mengarah pada
organik atau peningkatan aset. Pada saat itu juga yang terjadi adalah persaingan, di
mana bank yang menjadi pilihan nasabah adalah yang memiliki servis baik dan
memberikan kenyamanan tertinggi. Tidak ada yang lebih penting dalam dunia bisnis
selain memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, dalam dunia
digital, bank syariah harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. Jika
dapat memanfaatkan kesempatan tersebut, bank syariah dapat memberikan layanan
pelanggan yang dengan harga yang terjangkaumelalui media sosial. Hasil Survei BI
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memotivasi untuk menggunakan perbankan
syariah untuk masyarakat Jawa Baratdan Jawa Timur lebih didominasi oleh faktor
kualitas pelayanan. Selain itu, nasabah bank syariah mempunyai kecenderungan untuk
berhenti menjadi nasabah karena faktor pelayanan yang kurang baik.
c) Peningkatan Promosi Dan Sosialisasi Terhadap Produk-Produk Bank Syariah Secara
Efektif
Promosi dilakukan dengan memanfaatkan potensi daerah yang ada secara efektif, baik
secara perorangan, kelompok maupun instansi yang meliputi unsur alim ulama,
penguasa negara/pemerintahan, cendekiawan dan lain-lain, yang memiliki kemampuan
dan akses yang besar dalam penyebarluasan informasi terhadap masyarakat luas.
Promosi dapat dilakukan dengan meningkatkan layanan digital, mempromosikan iklan,
dan melakukan inovasi produk milik bank syariah yang berbeda. Dengan meningkatnya

13
14

kinerja perbankan digital, tujuan bank syariah adalah untuk mempermudah dalam
menyetor dana dan menganalisis informasi nasabah. Melalui promosi dan sosialisasi
digital dapat meningkatkan promosi dansosialisasi bank syariah dapat diketahui oleh
setiap orang, sehingga produk-produk bank syariah bisadengan mudah untuk dikenal
oleh nasabah, dan dapat meningkatan daya tarik masyarakat terhadap bank syariah.
Hasil survei BI yangdilakukan di Jawa Barat mengungkapkan bahwa masyarakat yang
belum menjadi nasabah bank syarih, kemudian diberi penjelasan tentang produk/jasa
bank syariah mempunyai kecenderungan yang kuat untuk memilih bank syariah.
d) Peningkatan Kerjasama Dengan Institusi Lain
Kerjasama dengan institusi lain dapat dilakukan dengan institusi pendidikan dan
perusahaan sejenis. Kerjasama dengan institusi pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan pelatihan karyawan bank syariah, mencari lulusan terbaik darilembaga
tersebut yang ahli dalam perbankan syariah, ataupun bank syariah bisa berperan sebagai
sponsor sosialisasi perbankan syariah dalam rangka edukasi bank syariah ke
masyarakat.
e) Peningkatan Jaringan Kantor Bank Syariah
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka perluasan
jangkauan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan kerjasama antar banksyariah,
peningkatan efisiensi usaha serta peningkatan kompetisi ke arah peningkatan kualitas
pelayanan.
f) Peningkatan Cakupan Pasar Melalui Aliansi Strategis
Untuk memperluas cakupan pasar dapat dilakukan melalui aliansi strategi dengan
melakukan kerjasama dengan perusahaan lain. Aliansi strategis dilakukan sebagai
upaya untuk menambah jaringan pemasaran baru tanpa banyak mengeluarkan modal,
penambahan fasilitas seperti ATM yang bisa diakses di ATMsemua bank, penambahan
fasilitas ATM untuk belanja, dan sebagainya.
g) Peningkatan Kualitas SDM
Keberhasilan pengembangan bank syariah pada level mikro sangat ditentukanoleh
kualitas manajemen dan tingkat pengetahuan serta ketrampilan pengelola bank. Oleh
karena itu, kualitas sumber daya manusia harus terus ditingkatkan baik pengetahuan
tentang manajemen perbankan maupun pengetahun tentang syariah perbankan melalui
pelatiha. Pelatihan ini, tidak hanya diberikan kepada level pimpinan saja, tetapi juga
semua orang di lingkungan bank syariah mulai dari operator, customer service, direksi
sampai pemilik, sehingga mereka lebih ahli dan bisa berfungsi sebagai sosialisator
ataupun edukator yang baik tentang perbankan syariah di masyarakat.
h) Peningkatan Efisiensi Internal
15

Efisiensi internal dapat dilakukan dengan meningkatkan cakupan pasar, menambah


kelengkapan instrumen transaksi syariah (termasuk denganmemanfaatkan kemajuan
dalam bidang teknologi informasi) sehingga lebih dapat meningkatkan fleksibilitas
penerapan jasa keuangan syariah bagi masyarakat, dan sebagainya.

3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek


Menurut Ilhami & Thamrin (2021) pada penelitiannya yaitu untuk menganalisis
selama Covid-19 terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah dengan melakukan analisa
Laporan Keuangan menggunakan rasio keuangan yaitu rasio Return On Asset (ROA),
Capital Adequancy Ratio (CAR), NonPerforming Financing (NPF), dan Financing Deposit
to Ratio (FDR). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatf dengan pendekatan deskriptif. Data
yang diambil adalah 6 bulan (September 2019-Februari 2020) sebelum dan 6 bulan (April
2020-September 2020) setelah diumumkannya kasus pertama Covid-19. Data diolah dengan
paired sample t-tes, dengan menggunnakan SPSS versi 25. Dari hasil pengolah data,
menunjukan secara keseluruhan selama Covid-199 terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah dari hasil tabel Uji Beda rasio CAR, ROA, NPF dan, FDR tidak signifikan
menunjukan adanya perbedaan kinerja keuangan.
Menurut Kirana et al (2023) tujuan dari penelitiannya untuk menganalisa kinejra
keuangan perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan rasio CAR, ROA, NPF,
BOPO, NOM dan FDR. Analisis data jenis kuantitatif dengan menggunakan metode statistic
deskriptif dan uji sample t-test. Berdasarkan hasil penelitiannya secara keseluruhan tingkat
kesehatan perbankan syariah yang terdaftar di OJK pada periode September 2017 hingga
Agustus 2022 mendapatkan predikat sehat. Dengan perolehan rata-rata CAR, ROA, dan
NOM selama masa pandemi Covid-19 mengalami kenaikan daripada sebelum adanya
pandemi. Yang mana hal ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 tidak berpengaruh
terhadap perbankan syariah. Sehingga memperoleh hasil adanya perbedaan yang signifikan
pada rasio CAR, ROA, NPF, BOPO, NOM dan FDR sebelum maupun selama masa pandemi
Covid-19 di Indonesia.

3.3. Pembahasan
Pandemi Covid-19 pertama kali mewabah di Wuhan Cina pada November 2019,
setelah itu menyebar masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020. Covid-19 menimbulkan
dampak pada hamper semua lini kehidupan di Indonesia (triwulan III-tahun 2021).
Imbasnya juga sangat terasa pada perekonomian di Indonesia, termasuk perbankan
syariah (Muhyiddin, 2020). Perusahaan-perusahaan baik skala besar, UMKM maupun
sektor informal juga sangat terdampak. Banyak pelaku sektor riil tersebut yang
16

mengurangi karyawan bahkan menutup usaha mereka karena operasional dan omset
usaha yang terus menurun.
Industri jasa keuangan syariah, khususnya perbankan syariah merupakan salah satu
lini yang berperan dalam kemajuan perekonomian Indonesia beriringan dengan sektor riil
karena perbankan sebagai lembaga intermediasi. Namun akibat pandemi ini, bank
syariah merasakan tantangan untuk bertahan yang sangat signifikan dikarenakan
pergerseran pola konsumsi, pola hidup, dan kebijakan.
Permasalahan operasioanl dan macetnya pembiayaan yang dialami oleh bank syariah
saat ini berdampak pada kinerja keuangan syariah. Penelitian yang dilakukan oleh
(Azhari & Wahyudi, 2020) pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja perbankan syariah
yang ditunjukkan dengan gejolak fluktuasi terutama di awal masa pandemi Covid-19.
Kinerja pada bank syariah mengamali flutuasi pada sisi DPK dan pembiayaan.
Sedangkan pada sisi equity financing mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan
dan stabil. Hal ini semakin memperkuat teori bahwa sistem bagi hasil yang digunakan
pada produk bank syariah: equity financing mampu bertahan terhadap kondisi gejolak
ekonomi domestic dan internasional.
Menurut salah satu lembaga yang mengatur keuangan menjelaskan bahwa kinerja
keuangan perbankan syariah di masa pandemi Covid-19 lebih baik jika dibandingkan
dengan perbankan konvensional. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah Mencapai
Rp 394,6 triliun atau naik 8,08% sepanjang tahun 2020. Sementara pembiayaan yang
disalurkan industri perbankan pada periode yang sama sebanyak Rp5.482,5 triliun atau
terkontraksi sebesar minus 2,7%. Pembiayaan perbankan syariah tumbuh lebih pesat
dibanding pertumbuhan kredit perbankan umum, ini didukung pertumbuhan DPK yang
tinggi. Walaupun tidak semua indikator kinerja keuangan bank syariah baik, namun
kinerja dan performanya di Indonesia menunjukan sentimen positif dan optimistis
(Puspaningtyas, 2020).
Dilihat dari besar nominal, aset dan DPK pada perbankan syariah masih kecil, namun
pertumbuhan keduanya lebih besar daripada perbankan konvensional. Pada perbankan
konvensional rasio intermediasi mengalami penurunan karena Covid-19, ini bisa dilihat
pertumbuhan pembiayaan (kredit) yang menurun. Namun secara umum resiko kredit
masih dapat terkendali dengan baik dibanding dengan tahun 2019. Perbankan syariah
pun dapat mencapai hasil yang positif dan pembiayaannya masih tumbuh sekira 8,8
persen. (Santia, 2020).
Kinerja keuangan perbankan syariah dapat dilihat mellui tingkat rasio yang dimiliki
bank. Kinerja keuangan yang beruapa rasio keuangan bank terutama bank syariah akan
memberikan informasi kepada pemerintah, investor dan nasabah bank syariah tentang
kondisi keuangan yang terjadi selama satu periode tertentu. Rasio-rasio keuangan yang
17

dapat mencerminkan kinerja bank meliputi rasio likuiditas, rasio asset management, rasio
solvabilitas dan rasio profitabilitas. (Permatasari & Yulianto, 2018).
Dari indikator tersebut, kinerja keuangan pada perbankan syariah dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tahun
Jenis Perbankan
Rasio 2019 2020
Syariah
(dalam %) (dalam %)
CAR 20,59 21,64
ROA 1,73 1,40
NPF 1,88 1,57
BUS
FDR 77,91 76,36
BOPO 84,45 85,55
NOM 1,92 1,46
CAR -
ROA 2,04 1,81
NPF 1,89 1,93
UUS
FDR 101,93 96,01
BOPO 78,01 78,96
NOM 2,18 1,73
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan pada data statistik perbankan syariah yang dirilis pada website Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dapat dilihat kinerja keuangan selama masa pandemi setahun
terakhir. Peneliti mencoba menganalisisnya beberapa indikator kinerja keuangan tersebut
dengan metode RGEC. Pada data CAR, yang mengukur rasio kecukupan modal yang
dimiliki dapat dilihat bahwa CAR pada BUS dan UUS pada tahun 2020 adalah 21,64%
dan 1,81%. Ini masuk pada kategori sangat sehat karena berada pada kriteria < 1,40%<
1,50%, sedangkan ROA pada UUS diperoleh 1,81 > 1,50%. Hasil ini didukung oleh
penelitian (Effendi & Hariani RS, 2020), bahwa ROA dalam kondisi krisis yang
diakibatkan pandemic Covid-19 ROA bank umum syariah dan unit usaha syariah
mengalami penurunan secara signifikan. Namun posisi bank syariah ROA masih positif
dan masih jauh dari masalah yang mengkhawatirkan.
Selanjutnya, kriteria NPF pada bank syariah ini adalah sangat sehat karena baik BUS
maupun UUS, NPF yang diperoleh adalah ¿2%. Hasil ini didukung oleh penelitian
(Effendi % Hariani RS, 2020) NPF bank syariah sama sekali tidak terganggu sedangkan
NPF unit usaha syariah mengalami kenaikan yang cukup signifikan namun kedua-dua
18

masih dalam batas aman dimana NPF-nya masih dibawah 5%. Dengan demikian dari sisi
NPF menunjukan bank syariah masih tahan terhadap gelombang Covid-19
Pada rasio FDR, dimana likuiditas yang tersedia pada bank syariah harus berbeda
pada kecukupan yang stabil, tidak boleh berasa terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena
ketidakstabilan tersebut akan menaggunng pada pemenuhan kebutuhan operasional dan
menurunkan efisiensi sehingga berdampak pada profitabilitas (effendi & hariani RS,
2020). FDR pada BUS 75% ≤ 76,36% ¿85% yaitu pada kategori sehat dan FDR pada
UUS adalah 85% ≤ 96,01% ¿100% berada pada kategori cukup sehat.
Lalu pada BOPO yang rendah mengindikasikan bank semakin efisien dalam menekan
beban operasionalnya (Rivai & Ismail, 2013). BOPO yang dipeorleh BUS adalah 85,55%
dimana ¿94% dan berada pada kategori sangat sehat, begitupula pada UUS diperoleh
BOPO 78,96% ¿94% sehingga berada pada kategori sangat sehat.
Dengan demikian, sampai pada temuan akhir bahwa pada dasarnya selama Covid-19
tahun 2019 dan 2020 bank syariah khususnya BUS dan UUS mendapatkan kinerja
keuangan yang baik. Namun jika dibandingkan dengan kinerja perbankan konvensional,
bank syariah masih perlu melakukan peningkatan kinerja, karena dari sisi total aset,
market share, DPK, dan rasio keuangan lainnya masih jauh di bawah bank konvensional.
Sektor perbankan memiliki peran yang strategi untuk memajukan perekonomian
Masyarakat. Melalui pembiayaan dari perbankan syariah maka akan membantu
Masyarakat untuk lebih produktif karena mendapat bantuan modal dari perbankan.
Sayangnya, di era pandemi ini semua hal harus di adaptasi dengan cara baru termasuk
operasional perbankan syariah. Bank syariah harus menciptakan strategi baru yang lebih
inovatif dan dapat memitigasi resiko yang sudah dihadapi oleh bank syariah sekarang ini
dan kondisi ekonomi dan lingkungan yang tidak menentu saat ini. Hal ini menunjukkan
perbankan syariah menghadapi tantangan yang lebih besar untuk dapat memajukan
perbankan syariah (Tahliani, 2020).
Dalam rangka meminimalkan dampak Covid-19, termasuk di sektor industri
perbankan, pemerintah, melalui Otoritas Jasa Perbankan (OJK) mengeluarkankebijakan
stimulus perekonomian Nasional sebagai kebijakan countercyclicaldampak
penyebarancorona virus disease 2019 penerbitan POJK No.11/POJK.03/2020. Kebijakan
stimulus yang dimaksud terdiri atas kebijakan penilaian hanya didasarkan pada ketepatan
pembayaran pokok dan margin/bagihasil/ujrah dengan pembiayaan mencapai 10 miliar
dan skema restrukturisasi pembiayaan. Restrukturisasi pembiayaan adalah bantuan
pelunasan pinjaman, bukan penghapusan, tetapi memberikan kelonggaran untuk
melunasi pembayaranutang. Pinjaman masih harus dibayar, tetapi diberikan keringanan
berdasarkan penilaian dan kesepakatan dengan bank.
19

Kebijakan selanjutnya tentang industri perbankan yang dikeluarkan olehotoritas


selama PSBB (SP 26/DHMS/OJK/IV/2020). Menurut siaran pers dalamOperasi Industri
Jasa Keuangan Selama Periode Implementasi PSBB di berbagaidaerah. Isinya bahwa
OJK meminta lembaga jasa keuangan untuk bekerja dengan jumlah minimum karyawan
sesuai dengan protokol kesehatan di tempat kerja.
Di sektor ekonomi halal, banyak industri yang melakukan pivot bisnis di tengah
pandemi Covid-19. Penyaluran pembiayaan fintech syariah yang ditunda hingga80%
dialihkan kepada industry farmasi, makanan, dan konveksi. Para nasabah juga beralih
dari transaksi manual ke transaksi digital. Transaksi mobile banking syariahmeningkat
sampai 86%. Untuk membantu insudustry pariwisata yang terdampak COVID-19,
Kemenarekrafmenggelontorkan bantuan senilai 500 M yang dikhususkan untuk
penginapantenaga medis. Sejumlah hotel juga menawarkan paketWork From Hotel dan
paketIsolasi Mandiri di Hotel untuk mengatasi rendahnya pemasukan saat COVID-19.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Penelitian ini menemukan kesimpulan akhir bahwa pertama, kinerja keuangan
perbankan syariah di masa pandemi Covid-19 masih menunjukkan tren yang positif, hanya
saja jika dibandingkan dengan perbankan konvensional, perbankan syariah masih harus
meningkatkan kinerja keuangannya. Kedua, Industri Perbankan Syariah memiliki peran yang
strategis dalam pembangunan ekonomi rakyat, berkontribusi dalam melakukan transformasi
perekonomian pada aktivitas ekonomi produktif, bernilai tambah dan inklusif. Namun bank
syariah juga memiliki tantangan yang harus dihadapi yaitu, Tantangan perbankan syariah
bukan hanya berubahnya transaksi fisik menjadi nonfisik tetapi ada juga tantangan lainya
seperti masalah permodalan, daya saing layanan dan produk perbankan syariah, minimnya
SDM perbankan syariah. Maka dari itu, diperlukan strategi diantaranya, restrukturisasi
pembiayaan, penambahan jangka waktu pembiayaan, atau dengan cara memberikan
kelonggaran masa tenggang 3 - 6 bulan kedepan, penyempurnaan regulasi, dan digitalisasi
layanan bank. Industri perbankan memiliki peran sangat penting bagi perekonomian global.
Ketiga, dalam konteks ekonomi, lembaga keuangan berperan dalam memulihkan ekonomi
nasional dengan memobilisasi simpanan untuk investasi produktif serta memfasilitasi arus
modal pada berbagai sektor, menyumbangkan modal risiko dalam krisis, dan
mengembangkan Fintech Syariah yang mendukung UMKM serta memberdayakan umat
lainnya.

4.2. Saran
Berdasarkan fakta pada situasi ditengah pandemi ini penyusun menyarankan untuk
pelaku bank syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah pandemiCovid-19.
Melakukan ekspansi serta terobosan yang terukur ke segmen digital yang bisa diambil oleh
bank Syariah. Serta bank syariah harus jeli untuk melakukan ekspansi serta terobosan yang
terukur ke segmen digital dalam mengembangkan produk-produk yang bisa diambil oleh
bank syariah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aprilliyanti, J. (2022). Analisis Perkembangan Perbankan Syariah Dimasa Covid-19.


JurnalPerbankan Syariah Indonesia (JPSI),1(1), 21 – 30.
https://doi.org/10.57171/jpsi.v1i1.3
Azhari, A. R., & Wahyudi, R. (2020). Analisis Kinerja Perbankan Syariah diIndonesia : Studi
Masa Pandemi Covid-19, Jurnal Ekonomi SyariahIndonesia. Jurnal EkonomiSyariah
Indonesia Vol. X No. 2.
Azizah, S. N., Azhari, A. R., & Wahyudi, R. (2020). Covid-19 Outbreak: Islamic Banking
Challenges in Indonesia. Jurnal Islam in World Perspectives Symposium,1(1), 134 –
141
Diana, S., Sulastiningsih, Sulistya, E., & Purwati. (2021). Analisis Kinerja Keuangan
Perbanakan Syariah Indonesia pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Riset Akuntansi
dan Bisnis Indonesia, Vol 1, No.1.
Effendi, I., & Hariani RS, P. (2020). Dampak Covid 19 Terhadap Bank Syariah.
Ekonomikawan: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Vol. 20, NO. 2.
Ilhami, & Thamrin, H. (2021). ANALISIS DAMPAK COVID 19 TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA. JURNAL TERBARU:
ISLAMIC BANGKING AND FINANCE, Vol.4, No. 1.
Kirana, R. P. & Galuh, A. K. 2023.Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di
Indonesia Sebelum Dan Selama Masa Pandemi Covid-19. Journal of Development
Economic and Social Studies. Volume 02, Number 2, Pages 341-349. Universitas
Brawijaya. http://dx.doi.org/10.21776/jdess.2023.02.2.10.
Muhyiddin. (2020). Covid-19, New Normal dan Perencanaan Pembangunan diIndonesia.The
Indonesian Journal of Development Planning, Volume IV No. 2.
OJK. (2017). Perbankan Syariah dan Kelembagaannya.
OJK RI. (2022). Statistik Perbankan Syariah Desember 2022, 1 – 23. Retrieved
fromhttps://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---Desember-2022/
STATISTIKPERBANKAN SYARIAH - DESEMBER 2022.pdf
Permatasari, D., & Yulianto, A. R. (2018). ANALISIS KINERJA KEUANGAN:
KEMAMPUAN BANK SYARIAH DALAM PENYALURANPEMBIAYAAN.
Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol 7, No 1.
Putri, A. E., Wahyuni, S., Santoso, S. B., & Azizah, S. N. (2023). Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah pada Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah, 8(1), 570-587. doi:http://dx.doi.org/10.30651/jms.v8i1.18138

21
22

Rivai, V., & Ismail, R. (2013). Islamic Risk Management for Islamic Bank. Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama.
Safitri, A. N., Fasa, M. I., & Suharto, S. (2021). Dampak Pandemi Covid-19
terhadapPerkembangan dan Prospek Perbankan Syariah. Economics and Digital
Business Review,2(2), 103 – 177. https://doi.org/10.37531/ecotal.v2i2.66

Anda mungkin juga menyukai