Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERBANKAN SYARIAH

MENGHADAPI TANTANGAN PANDEMI COVID-19


(Disusun guna memenuhi tugas besar mata kuliah Perbankan Syariah)

Dosen Pengampu:
Dr. Sudjono, M.Acc.

Disusun Oleh:
Rico Grasio 43120010215

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, saya ucapkan puji syukur atas
hidayahnya dikarenakan telah memberikan saya kemudahan dalam penyusunan
makalah ini. Sehingga, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat
pada waktunya. Setelah melalui proses yang cukup melelahkan akhirnya, saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan maksimal.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
berpartisipasi untuk membantu saya dalam proses penyelesaian makalah ini.
Makalah ini saya susun guna menyelesaikan penugasan mata kuliah Perbankan
Syariah. Makalah ini berisi tentang Perbankan Syariah Menghadapi Tantangan
Pandemi Covid-19.

Apabila di dalam makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak sesuai maupun
kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan
saran dengan senang hati saya terima. Karena dengan adanya kritik dan saran saya
selaku penulis dapat belajar agar menjadi lebih baik lagi dalam penugasan-
penugasan makalah yang akan datang. Saya berharap makalah ini dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya oleh khalayak umum serta, dapat dijadikan wawasan bagi
kepentingan umum.

19 November 2023

Rico Grasio

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3

2.1 Kajian Teoritis................................................................................................3

2.1.1 Perbankan Syariah...................................................................................3

2.1.2 Covid-19..................................................................................................4

2.2 Penelitian Sebelumnya...................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................6

3.1 Dampak Operasional Pandemi Covid-19 Terhadap Kinerja Perbankan


Syariah..................................................................................................................6

3.2 Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional


Selama Periode Pandemi Covid-19......................................................................7

3.3 Tantangan dan Peran Kebijakan Perbankan Syariah Dalam Menghadapi


Pandemi Covid-19................................................................................................8

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................11

4.1 Kesimpulan...................................................................................................11

4.2 Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virus 2019-nCoV atau Covid-19 (istilah terbaru) adalah coronavirus yang


berasal dari Wuhan, China telah menjadi isu kesehatan global. Novel coronavirus
Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 31 Desember 2019 di Wuhan, Cina,
sebuah kota dengan populasi lebih dari 11 juta. Virus itu terus menyebar ke
hampir setiap negara di dunia. Pada 1 Mei 2020, penyakit ini menginfeksi
setidaknya 3.175.207 orang dengan kematian lebih banyak (Illah, 2021).

Penyebaran Covid-19 yang dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia


(World Health Organization) sebagai pandemi pada sebagian besar negara-negara
di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan peningkatan dari waktu ke
waktu dan telah menimbulkan korban jiwa,dan kerugian material yang semakin
besar, sehingga berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan
masyarakat. Efek pandemi Covid-19 memperparah kondisi siklus ekonomi,
masyarakat sempat mengalami panic buying terhadap produk tertentu (masker,
disinfektan, hand sanitizer dll) serta arus supply barang terutama yang berasal dari
barang-barang impor mulai langka, harga mulai bergeser naik dan daya beli yang
menurun sehingga penjualan anjlok (Mihajat, 2021).

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah menjadi ujian yang


signifikan, tidak hanya dalam sektor kesehatan, tetapi juga dalam sektor ekonomi
global. Salah satu sektor yang terpukul hebat oleh dampak pandemi ini adalah
perbankan syariah. Sebagai bagian integral dari sistem keuangan, perbankan
syariah harus bertransformasi dan menyesuaikan diri dengan tantangan yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Pandemi ini tidak hanya menciptakan tekanan
terhadap stabilitas ekonomi, tetapi juga memaksa perbankan syariah untuk
merespons dengan cepat dan efektif terhadap perubahan perilaku konsumen,
ketidakpastian pasar, dan ketidakpastian regulasi.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak operasional pandemi Covid-19 terhadap kinerja


perbankan syariah?
2. Bagaimana perbandingan kinerja perbankan syariah dengan perbankan
konvensional selama periode pandemi Covid-19?
3. Bagaimana tantangan dan peran kebijakan perbankan syariah dalam
menghadapi pandemi Covid-19?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan mengerti dampak operasional pandemi Covid-19 terhadap


kinerja perbankan syariah.
2. Mengetahui dan mengerti perbandingan kinerja perbankan syariah dengan
perbankan konvensional selama periode pandemi Covid-19.
3. Mengetahui dan mengerti tantangan dan peran kebijakan perbankan
syariah dalam menghadapi pandemi Covid-19.

1.1.1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Perbankan Syariah

Perbankan Syariah adalah kerangka kerja moneter yang bekerja


berdasarkan standar regulasi Syariah. Standar fundamentalnya adalah penolakan
terhadap riba, yang membawa keengganan terhadap latihan bunga. Sebagai
pilihan lain, keuangan Syariah menerapkan rencana berbasis bagi hasil atau aturan
bagi hasil, di mana keuntungan dan kerugian dibagi antara bank dan klien.
Pertukaran dalam perbankan Syariah bergantung pada kontrak Syariah yang sah,
misalnya, mudharabah, musharakah, dan murabahah, yang membuat premis yang
sah sesuai dengan pelajaran Syariah (Budianto, 2023).

Pentingnya spekulasi halal adalah fondasi, sehingga perbankan syariah


difokuskan untuk tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilarang oleh
Syariah, termasuk minuman keras, taruhan, dan kegiatan yang merusak bumi.
Selain memusatkan perhatian pada sudut pandang moneter, perbankan Syariah
juga menggarisbawahi tujuan-tujuan sosial, mendukung usaha-usaha yang
memberikan keuntungan positif bagi masyarakat. Keterusterangan dalam tugas
dan perincian moneter merupakan nilai tambahan, menjamin bahwa kesopanan
dan kepercayaan dari mitra yang berbeda tetap terjaga.

Peningkatan perbankan Syariah juga ditemukan dalam upaya untuk


memberikan item dan administrasi yang imajinatif sesuai dengan standar Syariah.
Beberapa item keuangan Syariah termasuk rencana pendanaan, misalnya, sukuk
(sekuritas Syariah), takaful (perlindungan Syariah), dan keuangan mikro Syariah
untuk membantu penggabungan moneter di berbagai tingkat masyarakat.

Pentingnya metodologi moral dan kewajiban sosial dalam tugas-tugas


keuangan Syariah telah menarik pendapatan dari area bisnis dan klien yang
semakin sadar akan konsekuensi sosial dan alam dari pilihan spekulasi dan

3
4

moneter mereka. Dengan menawarkan pengaturan moneter yang sesuai dengan


standar keadilan dan moral Syariah, perbankan Syariah menambah perputaran
keuangan yang praktis dan komprehensif.

2.1.2 Covid-19

Coronavirus adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh infeksi


SARS-CoV-2, yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok, pada bulan
Desember 2019. Infeksi ini menyebar dengan cepat ke seluruh planet ini,
menyebabkan pandemi di seluruh dunia. Efek samping Coronavirus berubah dari
yang ringan hingga yang ekstrem, termasuk sakit kepala, sakit tenggorokan,
demam, kelelahan, kehilangan indera penciuman atau pengecap, sakit
tenggorokan, dan efek samping pencernaan. Antisipasi virus Corona meliputi
langkah-langkah kebersihan, misalnya, mencuci tangan dengan standar, memakai
kerudung, melepas pergaulan, dan menjauhkan diri dari kerumunan. Imunisasi
virus Corona telah dibuat dan disampaikan secara keseluruhan untuk membantu
memerangi penyakit ini (Yuzar, 2020).

Pandemi ini telah memengaruhi kesejahteraan umum, namun juga


berdampak serius pada keuangan, mengganggu rutinitas rutin, instruksi, dan
berbagai bidang. Penguncian dan pembatasan pembangunan dilakukan di banyak
negara untuk mengendalikan penyebaran infeksi, namun juga memicu kesulitan
keuangan dan sosial. Reaksi dunia termasuk kolaborasi antar negara, eksplorasi
cepat untuk mengembangkan imunisasi, dan upaya yang disengaja untuk
menawarkan bantuan klinis dan keuangan kepada mereka yang terkena dampak.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tahliani (2020) dengan judul


“Tantangan Perbankan Syariah Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Infeksi virus Corona 2019 yang bermula dari
Wuhan, China telah menjadi isu utama bangsa Indonesia karena masalah yang
ditimbulkannya, berbagai macam strategi telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi penyebaran virus Corona di Indonesia. Ada banyak kerugian yang
5

ditimbulkan oleh infeksi ini, virus Corona mengganggu kesehatan manusia,


namun infeksi virus Corona juga mengganggu perekonomian di Indonesia, salah
satunya industri keuangan syariah. Dampak dari pandemi virus Corona telah
memperluas pertaruhan bisnis yang berbeda bagi perbankan syariah.

Di tengah pandemi virus Corona yang terus berlanjut, industri keuangan


syariah perlu menyesuaikan diri, mengembangkan metodologi baru yang sesuai
dengan kondisi yang sedang berlangsung agar tetap dapat diterapkan dan memiliki
pilihan untuk melihat peluang dari setiap tantangan yang ada. Sebagai permulaan,
industri keuangan syariah harus mengubah contoh bisnis menjadi digitalisasi
administrasi bank, baik digitalisasi dalam penggalangan dukungan maupun
pendanaan. Kedua, menekan/membatasi cicilan Non Performing Finanacing
(NPF) agar dapat membayar angsuran selama masa pandemi virus Corona. Ketiga,
mencari sektor bisnis pilihan baru yang pada dasarnya tidak terdampak oleh
pandemi Covid19, sehingga industri keuangan syariah tetap dapat bertahan di
tengah serangan pandemi virus Corona.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak Operasional Pandemi Covid-19 Terhadap Kinerja Perbankan


Syariah

Pandemi virus Corona secara keseluruhan mempengaruhi pameran


perbankan syariah, membuat kesulitan fungsional yang tidak biasa. Langkah-
langkah penguncian, keterbatasan pengembangan, dan kerentanan keuangan
secara internasional telah menimbulkan ketegangan pada latihan keuangan.
Penurunan tajam dalam tindakan moneter berdampak pada presentasi portofolio
keuangan Syariah, terutama karena banyak klien menghadapi tantangan moneter
(Seto dan Septianti, 2021).

Salah satu dampak utamanya adalah perluasan dalam mengakui risiko,


dengan banyaknya organisasi dan orang-orang yang berjuang untuk memenuhi
komitmen moneter mereka. Hal ini mendorong perbankan syariah untuk
mengembangkan lebih lanjut pemeriksaan risiko kredit dan para eksekutif,
termasuk membangun kembali pendanaan untuk membantu nasabah yang terkena
dampak. Demikian pula, ketidakpastian pasar moneter dunia telah menambah
perubahan nilai sumber daya dan usaha perbankan syariah (Shaharudin, 2020).

Kemudian lagi, pandemi juga telah menentukan peningkatan kecepatan


perubahan yang lebih maju dalam perbankan syariah. Penerimaan inovasi tingkat
lanjut sangat penting untuk mengikuti kesesuaian fungsional, bekerja dengan
administrasi jarak jauh, dan memenuhi kebutuhan klien yang semakin bergantung
pada pertukaran berbasis internet. Hal ini telah memicu minat terhadap kerangka
kerja inovasi dan keamanan data untuk mengimbangi kualitas yang tak
tergoyahkan dari kerangka kerja keuangan Syariah.

Terlebih lagi, perubahan dalam pengeluaran individu dan desain usaha


juga berdampak pada item-item keuangan Syariah. Seiring dengan meningkatnya

6
7

kebutuhan likuiditas dan pengaturan moneter yang mudah beradaptasi, perbankan


syariah pada umumnya akan mengubah portofolio itemnya, mengingat adanya
peningkatan untuk item keuangan mikro dan dana cadangan agar sesuai dengan
kebutuhan nasabah di tengah-tengah kerentanan keuangan.

Bahkan dengan efek fungsional dari pandemi, perbankan syariah secara


proaktif berusaha untuk memperkuat fleksibilitas dan pemeliharaan bisnisnya. Hal
ini mencakup kemajuan teknik perjudian serbaguna, minat dalam pengembangan
mekanis, serta bantuan yang diperluas kepada klien yang membutuhkan bantuan
keuangan. Meskipun tantangan tetap ada, perbankan Syariah mencoba untuk tetap
menjadi titik dukungan yang stabil dalam mendukung persyaratan moneter dan
moneter daerah setempat di masa-masa sulit ini.

3.2 Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah Dengan Perbankan


Konvensional Selama Periode Pandemi Covid-19

Selama pandemi virus Corona, telah terjadi pemeriksaan eksekusi di antara


perbankan syariah dan tradisional, yang mencerminkan berbagai efek dari
kerentanan keuangan di seluruh dunia. Perbankan syariah, yang bekerja di bawah
standar moneter Syariah, menghadapi kesulitan luar biasa dalam menangani
portofolio moneternya. Penurunan tajam dalam tindakan moneter dan perbedaan
dalam nilai sumber daya di seluruh dunia secara fundamental mempengaruhi
perbankan Syariah, terutama karena banyak klien mengalami kesulitan moneter
(Pratomo dan Ramdani, 2021).

Wajah keuangan Syariah semakin mengakui adanya risiko karena banyak


organisasi dan orang-orang berjuang untuk memenuhi komitmen moneter mereka.
Meskipun demikian, pendekatan berbasis standar dari pembagian keuntungan dan
ikut serta dalam bahaya yang diberikan kepada klien dapat memberikan
keuntungan, di mana bank-bank Syariah dapat dengan mudah bekerja sama
dengan klien untuk membangun kembali pendanaan dan menawarkan bantuan
keuangan (Rabbani dkk., 2021).
8

Perbankan tradisional, sekali lagi, merasakan ketegangan komparatif,


namun dengan perbedaan dalam rencana tindakan dan instrumen moneter yang
digunakan. Penggunaan premi dalam kerangka kerja keuangan tradisional
menghadirkan kesulitan tersendiri, terutama karena biaya pinjaman yang rendah
dan risiko kredit yang lebih tinggi. Bagaimanapun, dukungan pengaturan terkait
uang dari beberapa negara bagian dan bank nasional membantu memfasilitasi
sebagian tekanan pada likuiditas dan kapitalisasi keuangan tradisional.

Perubahan terkomputerisasi juga menjadi konsentrasi penting dalam


perbankan syariah dan perbankan biasa selama pandemi. Keduanya berusaha
untuk lebih mengembangkan kerangka kerja inovasi dan administrasi
terkomputerisasi untuk mengatasi masalah klien yang semakin bergantung pada
pertukaran berbasis internet.

Korelasi presentasi antara perbankan syariah dan perbankan biasa selama


pandemi mencerminkan elemen-elemen yang membingungkan. Meskipun
keduanya menghadapi ketegangan moneter yang besar, standar berbasis kepatutan
dan risiko bersama dalam perbankan Syariah dapat memberikan manfaat dalam
mengawasi risiko kredit dan menjaga stabilitas kerangka moneter dalam jangka
panjang. Kemudian lagi, keuangan konvensional bergantung pada strategi
pemerintah dan pendekatan yang berhubungan dengan uang untuk mengatasi
kesulitan likuiditas dan risiko pasar.

3.3 Tantangan dan Peran Kebijakan Perbankan Syariah Dalam Menghadapi


Pandemi Covid-19

Area keuangan syariah memiliki sejumlah kesulitan yang cukup besar,


penting untuk memahami kesulitan di tengah-tengah tekanan pandemi virus
Corona yang terus berlanjut, perbankan syariah harus terus berhati-hati dan
membutuhkan metodologi baru, pengembangan untuk bertahan dalam keadaan
yang sarat dengan kerentanan, dengan mempertimbangkan bahwa keadaan
moneter dan kesehatan kerangka kerja moneter berubah dengan cepat selama
pandemi virus Corona. Kepala Riset Focal point of Change on Financial matters
9

(Center) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kondisi perkembangan perbankan


syariah tidak jauh berbeda dengan bank umum. Di tengah kondisi moneter yang
terpuruk akibat pandemi virus Corona, semua organisasi mengalami kelesuan,
termasuk industri keuangan syariah. Sebagai yayasan delegasi, denyut bisnis bank
sangat bergantung pada poros roda keuangan, yang digerakkan oleh pergerakan
area lokal. Jadi, ketika individu 'dipaksa' untuk tetap tinggal di rumah, bank juga
dipaksa untuk kehilangan pendapatan yang diharapkan (Tahliani, 2020).

Industri keuangan syariah memiliki sekitar 8 hal yang terkena dampak


selama pandemi, khususnya pengembangan pendukung, Proporsi Pendanaan
terhadap Simpanan (FDR), Proporsi Kekuatan Modal (Kendaraan), likuiditas, Net
Interest Edge (NIM), kualitas sumber daya, tugas, dan koneksi klien. Sesuai
pencipta, tes fundamental yang dihadapi adalah dari sisi pendukung, dengan
alasan bahwa Bank tidak dapat tumbuh bersama penurunan populer, sehingga
bank berpusat pada sistem bersama pelaksanaan strategi pembangunan kembali
pendukung dan sebagian besar diseminasi diarahkan ke daerah yang bukan bidang
bisnis, misalnya, pemilik properti Rp. 7 triliun, pemilik perangkat rumah tangga
lainnya termasuk multiguna Rp 55,8 triliun, namun peredaran pendukung
keuangan syariah juga sangat besar untuk area bidang usaha, misalnya, diskon dan
pertukaran eceran yang mencapai Rp 37,3 triliun, pembangunan Rp 32,5 triliun
dan industri perakitan Rp 27,8 triliun.

Selanjutnya, perbankan syariah harus tetap berhati-hati dalam


menyalurkan pembiayaan di tengah pandemi untuk menjaga proporsi non
performing financing (NPF) dengan memperkirakan omset organisasi dan mulai
merombak target pengembangan, serta memangkas fokus pembiayaan menjadi
lebih moderat. Selain itu, perluasan risiko dan penurunan latihan karena pandemi,
mempengaruhi pengaturan pendanaan serta perluasan risiko pada uang muka
bermasalah / pendukung bermasalah akan memutuskan apakah dapat membayar
atau kembali dengan cepat. Perkembangan risiko yang meluas ini tidak terlepas
dari keterbatasan dalam melakukan kegiatan persahabatan dan keuangan untuk
membendung penyebaran pandemi virus Corona yang semakin meluas.
10

Keterbatasan pada latihan persahabatan dan keuangan menyebabkan penurunan


latihan, bahaya yang terlihat oleh bank secara keseluruhan dan perbankan syariah
pasti harus diwaspadai. Pertaruhan masalah likuiditas yang meluas, berkurangnya
sumber daya moneter, berkurangnya keuntungan dan pertaruhan pelonggaran
kembali atau bahkan perkembangan yang buruk dalam perbankan syariah.

Pengamat moneter syariah Azis Setiawan, mengatakan bahwa


produktivitas bank syariah akan mulai berkurang pada kuartal kedua 2020. Hal ini
kemudian akan mempengaruhi presentasi keuntungan perbankan yang
diperkirakan akan melemah dibandingkan dengan tahun lalu. Mengingat tidak ada
yang tahu kapan pandemi virus Corona akan berakhir, industri keuangan syariah
terus menerapkan pedoman kehati-hatian dalam sistem moderasi dewan komisaris
dan direksi yang solid untuk membantu strategi Pemerintah dalam menjaga
kesehatan moneter Indonesia. Dengan adanya keterbatasan dalam beraktivitas
akibat pandemi virus Corona, setiap industri harus bersiap untuk bergerak
menghadapi perubahan yang dinamis, termasuk industri keuangan syariah, sesuai
dengan mandat dan usulan pemerintah untuk tetap melakukan pemutusan
hubungan kerja (Pemindahan Fisik) dan tetap bekerja di rumah atau belajar dari
rumah dan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), saran dari
pemerintah tersebut adalah untuk mengurangi dan membatasi pertaruhan
penularan virus Corona yang sangat berharga.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan dampak yang signifikan pada


operasional perbankan syariah. Langkah-langkah penguncian dan ketidakpastian
pasar moneter dunia telah menciptakan tantangan fungsional yang luar biasa.
Meskipun menghadapi penurunan tajam dalam tindakan moneter, perbankan
syariah terus berupaya memperkuat fleksibilitas dan pemeliharaan bisnisnya.
Dalam perbandingan dengan perbankan konvensional, perbankan syariah
menghadapi kesulitan khusus dalam menangani portofolio moneternya, namun
pendekatan berbasis kepatutan dan risiko bersama memberikan keuntungan jangka
panjang. Untuk mengatasi tantangan ini, perbankan syariah perlu terus
mengembangkan inovasi, memperkuat strategi pembiayaan, dan menjalin
kerjasama yang erat dengan klien. Selain itu, penerapan pedoman kehati-hatian
dan kesiapan terhadap perubahan dinamis, seperti kebijakan pemindahan fisik dan
pembatasan sosial, menjadi kunci dalam menjaga stabilitas dan kesehatan moneter
di masa-masa sulit ini.

4.2 Saran

1. Penguatan Fleksibilitas dan Inovasi

Perbankan syariah perlu terus memperkuat fleksibilitas operasional dan


memacu inovasi untuk mengikuti perubahan kebutuhan klien yang
semakin tergantung pada pertukaran berbasis internet.

2. Pengembangan Strategi Pembiayaan

Penting bagi perbankan syariah untuk mengembangkan strategi


pembiayaan yang moderat, mempertimbangkan penurunan latihan dan
risiko yang diakibatkan oleh pandemi.

3. Kerjasama dan Keterlibatan Bersama Klien

11
12

Melibatkan klien dalam proses pemulihan keuangan dapat membantu


membangun kembali pendanaan dan memberikan bantuan yang
diperlukan.

4. Penerapan Pedoman Kehati-hatian

Adopsi pedoman kehati-hatian dalam sistem moderasi dewan komisaris


dan direksi dapat membantu perbankan syariah menjaga stabilitas dan
kesehatan moneter Indonesia.

5. Kesiapan Terhadap Perubahan Dinamis

Perbankan syariah dan industri keuangan lainnya harus bersiap untuk


menghadapi perubahan yang dinamis, termasuk kebijakan pemindahan
fisik dan pembatasan sosial, sesuai dengan saran dan mandat pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, E. W. H. (2023). Pemetaan Penelitian Seputar Risiko Kredit pada


Perbankan Syariah dan Konvensional: Studi Bibliometrik VOSviewer dan
Literature Review. BANCO: Jurnal Manajemen Dan Perbankan
Syariah, 5(1), 20-34.

Illah, M. N. N. (2021). Analisis pengaruh komorbid, usia, dan jenis kelamin


terhadap meningkatnya angka kematian pada masa pandemi COVID-
19. jurnal Sosial dan Sains, 1(10), 1-228.’

Mihajat, M. I. S. (2021). Oman’s Islamic banking performance amidst Covid-19


outbreak: Prospects and Challenges. Shirkah: Journal of Economics and
Business, 6(1), 38-51.

Pratomo, D., & Ramdani, R. F. (2021). Analisis pertumbuhan kinerja keuangan


perbankan syariah dan konvensional di era pandemi Covid 19. Derivatif:
Jurnal Manajemen, 15(2), 260-275.

Rabbani, M. R., Ali, M. A. M., Rahiman, H. U., Atif, M., Zulfikar, Z., & Naseem,
Y. (2021). The response of Islamic financial service to the COVID-19
pandemic: The open social innovation of the financial system. Journal of
Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 7(1), 85.

Seto, A. A., & Septianti, D. (2021). Dampak pandemi covid 19 terhadap kinerja
keuangan sektor perbankan di Indonesia. Eqien-Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, 8(2), 144-154.

Shaharuddin, A. (2020). Do islamic banks act ‘Islamic’during covid-19


pandemic?. The Journal of Muamalat and Islamic Finance Research.

Tahliani, H. (2020). Tantangan Perbankan Syariah dalam Menghadapi Pandemi


Covid-19. Madani Syari'ah, 3(2), 92-113.

Yuzar, D. N. (2020). Penyakit menular dan wabah penyakit covid-19.

13

Anda mungkin juga menyukai