Anda di halaman 1dari 17

ANALISA STRATEGI KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI

MASA PANDEMI COVID 19

MAKALAH

Oleh:
Regina Farah Nur Azizah
43119120056

Pembimbing
Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Besar mata kuliah Praktek Perilaku Konsumen yang
berjudul “Analisa Strategi Keuangan Perbankan Syariah di Masa Pandemi Covid 19” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr.
Sudjono, M.Acc pada mata kuliah Perbankan Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang strategi perbankan Syariah dalam menghadapi kondisi
krisis baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sudjono, M.Acc, selaku dosen mata
kuliah Perbankan Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan. Penulis berharap, semoga Tugas Besar ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, 13 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................4
1.2 Batasan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah...........................................................................................................5
1.4 Tujuan..............................................................................................................................5
1.5 Manfaat............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................7
LANDASAN TEORI.....................................................................................................................7
2.1 Grand Theory, Middle Range Theory, dan Operational Theory...............................7
2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu.....................................................................................9
2.3 Hipotesis.........................................................................................................................10
BAB III.........................................................................................................................................11
PEMBAHASAN...........................................................................................................................11
3.1 Kondisi Keuangan Perbankan Syariah di Masa Pandemi Covid-19.......................11
3.2 Strategi Perbankan Syariah pada Masa Pandemi Covid-19....................................13
BAB IV..........................................................................................................................................16
PENUTUP....................................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................16
4.1 Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Coronavirus Disease 2019 atau disebut covid-19 adalah penyakit menular yang
menyebabkan penyakit paru-paru serius. Kasus Covid19 ditemukan pertama kali di Tiongkok
pada November 2019.Covid-19 diketahui sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh
virus baru dengan tingkat persebaran sangat cepat. Covid-19 memiliki sifat yang dapat
menyebar dari satu ke orang lainnya 3 sehingga pertumbuhan Covid-19 begitu cepat
mewabah sampai ke berbagai negara. Maka dari itu, bisa melumpuhkan perekonomian
disemua negara. Salah satunya di Indonesia, Covid-19 akan menekan pertumbuhan ekonomi
hingga 2,3% pada tahun ini. Pandemi COVID-19 telah berdampak cukup signifikan terhadap
berbagai dimensi kehidupan manusia. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya memengaruhi
kesehatan namun juga berdampak luas hingga sektor perekonomian negara. Ketidakpastian
akhir dari pandemi COVID-19 telah merubah berbagai tatanan diberbagai bidang kehidupan.
Menurut Habibah (2020) penyebaran virus COVID-19 bahkan telah memengaruhi
kepercayaan pasar keuangan dan pangan global sehingga hampir keseluruhan sektor negara
terganggu kestabilannya . Hal ini semakin diperparah dengan pembatasan mobilitas yang
merubah gaya interaksi manusia dengan basis virtual. Pembatasan Sosial Berskala Besar
yang didasari oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 memuat anjuran bagi
masyarakat untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Kebijakan
tersebut ditetapkan dengan harapan dapat menekan angka penyebaran penularan COVID-19.

Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi virus korona (Covid-19),
termasuk di dalamnya adalah sektor perbankan. Virus corona memberikan dampak yang
cukup luas terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat, salah satunya adalah dampak
dalam kegiatan perekonomian dalam lembaga keuangan perbankan baik dalam bank
konvensional maupum bank syariah. Kegiatan perekonomian adalah segala aktivitas yang
dilakukan oleh manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Definisi kegiatan
ekonomi dapat juga diartikan sebagai upaya yang dilakukan manusia untuk mencapai suatu

4
tingkatan kesejahteraan atau kemakmuran dalam hidup. Dalam karya ilmiah ini penulis akan
memaparkan bagaimana dampak yang disebabkan oleh virus corona terhadap lembaga
keuangan bank syariah. Pertumbuhan ekonomi yang kembali negatif pada kuartal ketiga
mengindikasikan adanya gangguan kestabilan usaha pada sektor keuangan baik dengan
prinsip syariah maupun konvensional. Namun demikian, sektor keuangan syariah terbukti
lebih bertahan daripada sektor keuangan konvensional. Krisis tahun 1998 dan 2008 menjadi
bukti bahwa bank syariah menjadi representasi lembaga keuangan syariah yang cukup sukses
bertahan dalam krisis dibandingkan bank konvensional (Misno et al, 2020: 388)3 . Hal ini
dibuktikan dengan pertumbuhan aset bank syariah yang lebih tinggi dibandingkan bank
konvensional.
Adapun dalam rangka mencapai stabilitas keuangan negara maka pemerintah selaku
pemangku kebijakan memiliki wewenang untuk mengatasi krisis terkait dengan sektor
keuangan. Meskipun perbankan syariah terlah teruji ketahanannya terhadap krisis keuangan
yang terjadi pada masa-masa sebelumnya, tetap saja terdapat peran pemerintah untuk
mendorong pertumbuhan perkembangan tersebut. Adapun penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji mengenai peran negara dalam ketahanan perbankan syariah dimasa pandemi
COVID-19. Penulisan artikel ini diharapkan dapat menjelaskan secar rinci mengenai respons
pemerintah melalui regulasi dan peraturan keuangan negara berbasis syariah dalam rangka
mengatasi krisis keuangan akibat COVID-19.
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini hanya terkait strategi yang digunakan oleh Perbankan
Syariah dalam menghadapi masa pandemic Covid-19.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi keuangan Perbankan Syariah dimasa pandemic Covid-19?
2. Bagaimana strategi Perbankan Syariah dalam menghadapi kondisi pandemic Covid-19?
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi nyata Perbankan Syariah di masa pandemic Covid-19
2. Untuk mengetahui strategi yang digunakan Perbankan Syariah dalam menghadapi
pandemic Covid-19

5
1.5 Manfaat
Hal yang penting dari sebuah penelitian adalah kemanfaatan yang dapat dirasakan atau
diterapkan setelah terungkapnya hasil penelitian. Adapun kegunaan yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi nyata Perbankan Syariah di masa pandemic Covid-19
2. Untuk mengetahui strategi yang digunakan Perbankan Syariah dalam menghadapi
pandemic Covid-19
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal sumbangsih pemikiran
terkati strategi yang dapat digunakan kedepannya oleh Perbankan Syariah demi
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan, terutama di masa perkembangan teknologi
seperti saat ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi akademisi, makalah ini diharapkan mempu memberikan buah pikiran dan
pengetahuan terhadap analisa dampak Covid-19 terhadap stabilitas keuangan
Perbankan Syariah di Indonesia.
b. Bagi Penulis, dengan Menyusun makalah ini mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan pengetahuan tentang strategi keuangan Perbankan Syariah.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Range Theory, dan Operational Theory


1. Pengertian Covid-19
COVID-19 atau dikenal pula dengan corona virus merupakan penyakit zoonosis yang
ditularkan dari hewan ke manusia.Pertama kali ditemukan di Kota Wuhan Tiongkok dan
saat ini telah menyebar ke berbagai negara.Kondisi tersebut menyebabkan terganggunya
aktifitas perekonomian tidak hanya di Tiongkok, tapi juga secara global (Bank Indonesia,
2020).Berbeda dengan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS, SARS, flu burung
atau Avian Influenza dan MERS, Covid-19 dapat menular dengan cepat melalui interaksi
secara langsung (dikeramaian, menyebarnya pengeluaran bersin, dan bersentuhan).
Berdasarkan laporan Bank Indonesia diketahuia bahwa hingga tanggal 29 Februari 2020,
jumlah kasus infeksi COVID-19 tercatat sebanyak 85.207 kasus dengan kematian 2.924
orang. COVID19 sendiri telah tersebar di 60 negara. Adapun negara lain selain Tiongkok
(93,01%) yang mengalami dampak cukup besar adalah Korea Selatan (3,44%), Italia
(1,04%), Jepang (1,10%) dan Iran 0,46%. WHO menjelaskan coronavirus menjadi bagian
dari keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit yang terjadi pada hewan ataupun
manusia. Manusia yang terjangkit virus tersebut akan menunjukkan tandatanda penyakit
infeksi saluran pernapasan mulai dari flu sampai yang lebih serius, seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe.
2. Perbankan Syariah
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (Bank Indonesia, 2005) menjelaskan bahwa
bank syariah merupakan lembaga intermediasi maupun penyedia jasa keuangan yang
beroperasi sesuai dengan nilai etika dan sistem hukum dan nilai Islam7 . Hal ini membuat
beberapa kegiatan transaksi didalamnya dilarang seperti riba (bunga), maysir (kegiatan
spekulatif dan nonprduktif), gharar (legiatan yang tidak jelas dan meragukan, selain itu
transaksi juga harus berpinsip keadilan dan khusus dilakukan untuk pembiayaan produk
dari kegiatan usaha yang halal. Salah satu karakteristik utama dari bank syariah adalah
seluruh instrumen usahanya bebas dari bunga sehingga bank syariah sering disebut

7
sebagai bank bebas bunga. Adapun konsep tanpa bunga diusung oleh bank syariah untuk
mewujudkan ekonomi Islam yang berorientasi pada kesehateraan umat manusia. Konsep
operasional bank syariah baik dalam penghimpunan maupun penyaluran dana
berlandaskan pada prinsip bagi hasil. Bank Indonesia (2005:39) menjabarkan proses
penghimpunan dana bank syariah dilakukan dengan prinsip wadi’ah yad dhamamah,
mudharabah mutalaqah, ijarah, serta setoran modal yang dimasukkan dalam polling
fund8 . Adapun dominasi sumber dana berasal dari prinsip mudharabah mautalaqah baik
dalam bentuk tabungan, obligasi, maupun deposito. Sumber dana yang diperoleh bank
kemudian disalurkan dalam bentuk pembiayaan baik dengan prinsip bagi hasil, jual beli,
dan sewa. Bentukbentuk keuntungan prinsip traksaksi yang dilakukan juga kembali pada
kesepakatan awal. Prinsip bagi hasil akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil
sesuai kesepakatan, prinsip jual beli akan memperoleh keuntungan berupa margin
keuntungan, dan prinsip sewa akan memperoleh keuntungan berupa pendapatan sewa.
3. Strategi Perbankan Syariah dalam menghadapi Covid-19
Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi virus korona (Covid 19),
termasuk di dalamnya adalah sektor perbankan syariah.Oleh karena itu, agar sektor
perbankan syariah dapat tetap eksis di tengah pandemi virus korona, maka perbankan
syariah harus melakukan mitigasi risiko secara cermat, serta menggunakan strategi kreatif
menghadapi kondisi yang serba tidak menentu saat ini.Wabah pandemi Covid-19
memaksa individu/kelompok/institusi/negara, untuk mengubah pola hidup dan
perilakunya selama ini. Jika individu/ kelompok/institusi/negara, tidak melakukan
perubahan, maka dengan sendirinya perubahan tersebut yang akan melindasnya, tanpa
terkecuali di dalamnya sektor usaha perbankan syariah itu sendiri. Jika bank syariah ingin
keluar dari kondisi keterpurukan, maka sepatutnya bank syariah tidak dapat
menggunakan metode atau cara-cara lama dalam memasarkan layanan produk dan
jasanya. Corona telah mendekonstruksi tatanan/sistem perbankan yang sudah berjalan
selama ini. Virus ini sangat mematikan yang mana sampai saat ini jumlah kematian yang
diakibatkan Covid-19 di Indonesia mencapai angka kematian 1.959 orang pada tanggal
10 Juni 2020 yang menyebar hampir seluruh pelosok negeri, dengan dampak yang sangat
buruk dari virus ini mengakibatkan aktivitas kita menjadi terbatas yang hanya bisa
berdiam diri di rumah guna mematuhi arahan dari pemerintah untuk memutus rantai

8
penyebaran dari Virus Corona atau Covid19. Beberapa sektor usaha terdampak oleh
wabah pandemi virus corona (Covid19), termasuk di dalamnya adalah sektor perbankan
syariah.Oleh karena itu, agar sektor perbankan syariah dapat tetap eksis di tengah
pandemi virus corona, maka perbankan syariah harus melakukan mitigasi resiko secara
cermat, serta menggunakan strategi kreatif menghadapi kondisi yang serba tidak menentu
saat ini.Sebagaimana yang kita ketahui bahwa bank syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan bunga, tetapi beroperasi dengan sistem bagi hasil dan
margin. Dalam Bank Syariah diterapkan bagi hasil sesuai kesepakatan porsi di awal akad
dan akan dijalankan hingga akhir perjanjian. Besar laba di bank syariah bergantung pada
keuntungan yang di dapat dari pihak bank. “rasionya akan meningkat seiring peningkatan
keuntungan bank syariah tersebut.
2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yenti Sumarni yang berjudul, “Menejemen Ekonomi
Islam Dalam Menangani Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) Diindonesia”,
penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan metode
naturaistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Hasil temuan
penelitian ini adalah yang pertama, transaksi menggunakan bank sentral. Konsep
ekonomi islam, transaksi menggunakan uang resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jefik Zulfikar Haidz dengan judul, “Peran Bank Syariah
Mandiri (Bsm) Bagi Perekonomian Indonesia Di Masa Pandemi Covid-19”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pandemi berdampak pada sektor investasi, perdagangan,
transportasi, dan pariwisata. Kegiatan intermediasi BSM mengalami peningkatan dan
berhasil menghasilkan laba. Pandemi berdampak postif bagi transaksi digital BSM seperti
peningkatan jumlah pengguna Mandiri Syariah Mobile, peningkatan transaksi digital, dan
peningkatan pembukaan rekening online. Peran BSM di masa pandemi meliputi
restrukturisasi pembiayaan nasabah, bantuan sosial, pemaksimalan program corporate
social responsibility (CSR), penerapan protokol kesehatan, dan pengalihan kegiatan bank
menjadi berbasis digital
3. Penelitian yang dilakukan oleh Allselia Riski Azhari dan Rofiul Wahyudi meneliti
tentang Pandemi Covid-19 telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Sebagai akibatnya, hampir semua sektor mengalami kontraksi, tidak terkecuali perbankan

9
syariah. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan sampel 14
Bank Umum Syariah di Indonesia. Data sekunder berupa data panel laporan keuangan
menjadi sumber data periode Januari – Juli 2020 yang diperoleh dari laporan bulanan tiap
bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perbankan syariah berbasis
debt financing mengalami fluktuasi, sedangkan kinerja berbasis equity financing
mengalami pertumbuhan. Kinerja Dana Pihak Ketiga mengalami.
2.3 Hipotesis
Berikut adalah hipotesis yang penulis gunakan dalam analisa makalah ini, yakni sebagai
berikut:
H0 : Covid-19 tidak berdampak pada stabilitas keuangan Perbankan Syariah
H1 : Covid-19 berdampak pada stabilitas keuangan Perbankan Syariah

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Keuangan Perbankan Syariah di Masa Pandemi Covid-19


Pandemi Covid – 19 pertama kali mewabah di Wuhan Cina pada November 2019, setelah
itu menyebar masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020. Covid - 19 menimbulkan dampak
pada hampir semua lini kehidupan di Indonesia sampai sekarang (triwulan III tahun 2021).
Imbasnya juga sangat terasa pada perekonomian di Indonesia, termasuk perbankan syariah
(Muhyiddin, 2020). Perusahaan – perusahaan baik skala besar, UMKM maupun sektor
informal juga sangat terdampak. Banyak pelaku sektor riil tersebut yang mengurangi
karyawan bahkan menutup usaha mereka karena operasional dan omset usaha yang terus
menurun (Pakpahan, 2020). Industri jasa keuangan syariah, khususnya perbankan syariah
merupakan salah satu lini yang berperan dalam kemajuan perekonomian Indonesia beriringan
dengan sektor rill karena perbankan sebagai lembaga intermediasi. Namun akibat pandemi
ini, bank syariah merasakan tantangan untuk bertahan yang sangat signifikan dikarenakan
pergeseran pola konsumsi, pola hidup, dan kebijakan. Kebijakan pemerintah dalam
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan per wilayah, baik provinsi atau
kabupaten/kota berdasarkan tingkat keparahan wabah yang penilaiannya ditentukan oleh
pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan. (Albanjari, Prihatin, & Suprianto, 2021).
Hingga kini kebijakan baru membagi zona kerawanan Covid-19 dengan zona merah dan zona
hijau, dan PPKM dengan pembagian Level 1 sampai dengan Level 4 membuat Sektor
perbankan kewalahan untuk bertahan, karena adanya pembatasan jam operasional dan belum
lagi permasalahan pembiayaan yang macet. PSBB dan PPKM membuat beberapa kantor
bank Syariah terdampak karena jumlah yang kantor terbanyak terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Sedangkan, Pulau Jawa didominasi oleh PPKM level 3 dan 4 sehingga mempenagruhi
operasional mereka. (Ningsih & Mahfudz, 2021) Permasalahan operasional dan macetnya
pembiayaan yang dialami oleh bank syariah saat ini berdampak pada kinerja keuangan
syariah. Penelitian yang dilakukan oleh (Azhari & Wahyudi, 2020).
Pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja perbankan syariah yang ditunjukkan dengan
gejolak fluktuasi terutama diawal masa pandemi Covid-19. Kinerja pada bank syariah

11
mengalami fluktuasi pada sisi DPK dan pembiayaan. Pada sisi pembiayaan sewa mengalami
penurunan yang cukup konstan pada masa pandemi. Sedangkan pada sisi equity financing
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dan stabil. Hal ini semakin memperkuat teori
bahwa sistem bagi hasil yang digunakan pada produk bank syariah; equity financing mampu
bertahan terhadap kondisi gejolak ekonomi domestik dan internasional. Kinerja keuangan
dikemukakan oleh (Sundjaja & Barlian, 2003) adalah kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas, tingkat rentablitas dan tingkat stabilitas.
Menurut Ilhami, kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank suatu,
dilihat dari aspek penghimpunan (funding) maupun penyaluran dana (lending) pada periode
tertentu (Ilhami & Thamrin, 2021) Menurut salah satu lembaga yang mengatur keuangan
menjelaskan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah di masa pandemi Covid – 19 lebih
baik jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Penyaluran pembiayaan perbankan
syariah Mencapai Rp 394,6 triliun atau naik 8,08% sepanjang tahun 2020. Sementara
pembiayaan yang disalurkan industri perbankan pada periode yang sama sebanyak Rp5.482,5
triliun atau terkontraksi sebesar minus 2,7%. Pembiayaan perbankan syariah tumbuh lebih
pesat dibanding pertumbuhan kredit perbankan umum, ini didukung pertumbuhan DPK yang
tinggi. Walaupun tidak semua indikator kinerja keuangan bank syariah baik, namun kinerja
dan performanya di Indonesia menunjukan sentimen positif dan optimistis (Puspaningtyas,
2020). OJK meyakini bahwa industri perbankan syariah akan terus tumbuh untuk beberapa
tahun kedepan, selama masa pandemi Covid – 19 pun perbankan syariah bisa dikatakan
sangat stabil, antara lain dengan ditinjau dari aset, pembiayaan yang diberikan dan DPK.
Berikut datanya dari OJK aset di perbankan syariah pada tahun 2020 mencapai Rp 594,- T
naik dibanding tahun 2019 mencapai Rp 525,- T, sedangkan perbankan konvensional pada
tahun 2020 mencapai Rp 9.178,- T pada tahun 2019 sebesar Rp 8.563,- T. Kemudian dari
segi pembiayaan pada akhir tahun 2020 perbankan syariah mencapai Rp 386,- T sedangkan
tahun 2019 mencapai Rp 357,- T, pada perbankan konvensional masing-masing sebesar Rp
5.548,- T dan sebesar Rp 5.684,- T. Pada perbankan konvensional pertumbuhan
pembiayaannya menurun. Dilihat dari DPK, pada perbankan syariah masing-masing
mencapai Rp 466 T,- naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 417 T,-. Di satu sisi pada

12
perbankan konvensional sebesar Rp 5.999 T,- dan Rp 6.665 T,- , masih dibawah
pertumbuhan DPK dibanding perbankan syariah. (Otoritas Jasa Keuangan, 2021).
3.2 Strategi Perbankan Syariah pada Masa Pandemi Covid-19
Dalam rangka meminimalisir dampak Covid-19, termasuk di sektor industri perbankan,
pemerintah, melalui Otoritas Jasa Perbankan (OJK) mengeluarkan kebijakan stimulus
perekonomian Nasional sebagai kebijakan countercyclical dampak penyebaran corona virus
disease 2019 penerbitan POJK No. 11/POJK.03/2020. Kebijakan ini mengatur bank untuk
mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi debitur yang terkena dampak
pandemi Covid-19 termasuk debitur UMKM, namun tetap memperhatikan prudential
banking principle. Salah salah satunya memuat tentang restrukturisasi pembiayaan atau
kredit. Restrukturisasi menjadi salah satu strategi bank syariah untuk dapat memberikan
sedikit kemudahan bagi masyarakat, juga tetap menjaga income bagi bank syariah dari segi
pembiayaan. Selain itu strategi lain ialah meninjau kembali jangka waktu pelunasan atau
pembayaran angsuran dari pembiayaan menjadi tiga sampai dengan enam bulan ke depan.
Kebijakan restrukturisasi merupakan bagian dari kebijakan makroprudensial. (BI, 2020)
Maka dari itu, bank syariah ini dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan
perekonomian yang dialami oleh nasabah. Restrukturisasi pembiayaan merupakan
kemudahan yang diberikan oleh bank syariah untuk melakukan pembayaran angsuran dengan
meninjau kembali seperti memperpanjang jangka waktu pembiayaan, memperkecil nominal
angsuran, intinya bukan berarti menghapus kewajiban angsuran. Kebijakan ini sudah berlaku
sejak awal pandemi, yang mana kebijakannya diberikan kepada bank syariah. Dengan begitu
diharapkan bank syariah dapat memperbaiki kinerjanya. Kemudian karena pandemi masih
berlangsung, POJK tersebut diperpanjang melalui POJK Nomor 48/POJK.03/2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang
Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran
Coronavirus Disease 2019 (POJK Perubahan atas POJK Stimulus Covid-19) yang berlaku 31
Maret 2022. Untuk mengantisipasi potensi masalah di sisi mikro ini, BI berupaya melalui
penyempurnaan regulasi. Seperti kebijakan untuk pinjaman likuiditas jangka pendek (PJLP)
dan pinjaman likuiditas khusus (PLK) terbaru. Mempertimbangkan bahwa tidak semua
indikator kinerja keuangan sehat, dan begitu dahsyatnya dampak pandemi ini. Maka pada
masa pandemi Covid-19 ini, perlu adanya strategi untuk menjaga pertumbuhan perbankan

13
syariah. Strategi ini adalah rencana aksi organisasi (perbankan syariah) untuk mencapai misi.
Setiap bidang fungsional sebaiknya memiliki strategi untuk mencapai misi bank untuk
membantu organisasi untuk mencapai seluruh misinya (Ningsih & Mahfudz, 2021) Strategi
yang diterapkan terkait kebijakan pemerintah di atas, pihak bank tinggal menindaklanjuti.
Kemudian, Michael Porter dalam (Ronde & Heizen, 2001) menegaskan, bahwa perusahaan
mencapai misi melalui tiga cara konsep: (1) Diferensiasi, (2) Kepeloporan biaya, (3) Respon
yang cepat. Penerapan pada bank syariah yaitu diferensiasi, yakni bank membuat diferiansi
produk atau layanan terutama berbasis digital (Mawarni, Fasa’ , & Suharto, 2021) yang masa
ini sedang sangat dibutuhkan masyarakat. Kepeloporan biaya, bagaimana biaya bersaing
dengan bank konvensional, dan respon yang cepat baik dalam pelayanan mesin (digital)
maupun pelayanan non mesin (on the counter). Sebagai entitas bisnis tentunya tidak bisa
hanya memandang Covid-19 sebagai sebuah bencana, namun juga harus bisa menangkap ini
sebagai tantangan yang mana mendorong bank syariah keluar dari zona nyamannya dan
menjadikannya peluang. Peluang tersebut dapat dioptimalkan dengan ekspansi bisnis,
peningkatan layanan digital, dan lain sebagainya. Dengan layanan digital akan memperluas
jangkauan bisnis dari bank syariah. Maka sudah seharusnya bagi bank syariah
mengimplementasikan lebih masif layanan digital yang terdapat dalam satu aplikasi canggih.
(Habibah, 2020). OJK menyebutkan bahwa layanan perbankan digital adalah aktivitas dan
transaksi pada perbankan dengan menggunakan sarana electronik atau digital milik bank,
dan/atau melalui media digital milik calon nasabah dan/atau nasabah bank, yang dilakukan
secara mandiri. Digitalisasi layanan bank memungkinkan bagi nasabah dan calon nasabah
untuk memperoleh layanan perbankan secara mandiri(self service) tanpa harus datang
langsung ke bank (Puspaningtyas, 2020). Tantangan transformasi pemanfaatan teknologi
digital lebih dari sekedar menyediakan layanan online dan mobile banking, perlu berinovasi
dalam menggabungkan teknologi digital dengan interaksi nasabah, dalam hal ini temuan-
temuan teknologi baru tersebut haruslah mempermudah dan memberikan kenyamanan bagi
pengguna dalam mengakses layanan perbankan syariah. ini juga berdampak bagi citra
perusahaan. Apabila layanan digital tidak mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan
penggunanya maka bank syariah gagal dalam menciptakan inovasi teknologi. Maka dari itu
peralihan dari tradisional ke transaksi yang serba digital harus mempertimbangkan banyak
hal. Digitalisasi akan berdampak positif pada pertumbuhan bisnis secara umum. Maka di era

14
technology disruption saat ini, setiap industri harus siap bergerak menghadapi
perubahanperubahan dinamis. Industri perbankan syariah pun mau tidak mau harus
menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada, digitaliasi mengharuskan bank
syariah melakukan pembaharuan layanan, mengingat peralihan dunia perbankan
konvensional menjadi digital dapat meningkatkan efesiensi proses kerja dan meningkatkan
kualitas layanan nasabah, dengan melakukan digitalisasi, bank sudah melakukan investasi
jangka panjang untuk masa depan, dan diproyeksikan layanan digital menjadi salah satu
pendorong utama pertumbuhan industri perbankan secara berkelanjutan. (Sumadi, 2020).

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kinerja pada bank syariah mengalami fluktuasi pada sisi DPK dan pembiayaan. Pada sisi
pembiayaan sewa mengalami penurunan yang cukup konstan pada masa pandemi.
Sedangkan pada sisi equity financing mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dan
stabil. Dalam rangka meminimalisir dampak Covid-19, termasuk di sektor industri
perbankan, pemerintah, melalui Otoritas Jasa Perbankan (OJK) mengeluarkan kebijakan
stimulus perekonomian Nasional. Salah salah satunya memuat tentang restrukturisasi
pembiayaan atau kredit. Selain itu strategi lain ialah meninjau kembali jangka waktu
pelunasan atau pembayaran angsuran dari pembiayaan menjadi tiga sampai dengan enam
bulan ke depan.Selain menjadi bencana global, Covid-19 juga memberikan peluang baru bagi
Perbankan Syariah untuk terus berkembang. Peluang tersebut dapat dioptimalkan dengan
ekspansi bisnis, peningkatan layanan digital, dan lain sebagainya. Digitalisasi layanan bank
memungkinkan bagi nasabah dan calon nasabah untuk memperoleh layanan perbankan
secara mandiri(self service) tanpa harus datang langsung ke bank. Digitalisasi akan
berdampak positif pada pertumbuhan bisnis secara umum. Maka di era technology disruption
saat ini, setiap industri harus siap bergerak menghadapi perubahanperubahan dinamis.
4.1 Saran
Sejauh ini, kinerja Perbankan Syariah sudah sangat bagus dan mampu bertahan meski
dikondisi ekonomi yang sedang terpuruk. Digitalisasi Perbankan Syariah juga sudah jauh
lebih maju disbandingkan sebelumnya. Pandemi Covid-19 mendorong setiap lini untukterus
berinovasi dan berkembang. Saran yan diberikan penulis terkait topik yang dibahas dalam
makalah ini yakni, baiknya Perbankan Syariah semakin memperluas pasar dengan
menjangkau kalangan anak muda yang mayoritas masih awam dan jarang memakai layanan
dari Perbankan Syariah. Pendekatan yang bis dilakukan dapar melalui penawaran-penawaran
menarik berkaitan dengan produk yang digemari oleh kalangan anak muda ataupun
peningkatan UI (User Interface) dari platform digital Perbankan Syariah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Albanjari, F. R., Prihatin, R., & Suprianto. (2021). Analisa Dampak Kebijakan Pemerintah
Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia Pada Era Pandemi Corona
Virus Disease-19. MUSYARAKAH: Journal of Sharia Economics (MJSE), Vol.1, No.1, 9-
19
Azhari, A. R., & Wahyudi, R. (2020). Analisis Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia : Studi
Masa Pandemi Covid-19, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia Vol. X No. 2
Bank Indonesia. (2021, Maret 23). Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah. Retrieved from
Bank Indonesia: https://www.bi.go.id/id/LEKSI-2020/default.aspx
Belkacem, Madi, Khadidja Ladra., “The Role of Islamic Banks in The Establishment of Social
Responsibility Within Islamic Countries”, Journal of Emerging Issues in Economics, Finance
and Banking (JEIEFB), Vol. 4, Issue 1, 2015
Habibah, N. F. (2020). Tantangan Dan Strategi Perbankan Syariah Dalam Menghadapi Covid-
19. I q t i s h o d i a h V o l 2 N o 1.
Ilhami, & Thamrin, H. (2021). Analisis Dampak Covid 19 Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Tabarru' : Islamic Bangking And Finance, Vol. 4,
No. 1.

17

Anda mungkin juga menyukai