Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK PANDEMI COVID -19 TERHADAP UMKM

DI GEREJA GSKI HATI BAPA BOGOR

Karjati (20210091)
Claude (2021 )
Bobby (2021 )

Kelas Eksekutif

Program Studi Sarjana Teologi

Sekolah Tinggi Teologi Ekumene

2021
PENDAHULUAN

Isu Problematik :
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini mau tidak mau memberikan dampak terhadap
berbagai sektor. Pada tataran ekonomi global, pandemi COVID-19 memberikan dampak
yang sangat signifikan pada perekonomian domestik negara-bangsa dan keberadaan
UMKM. Laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
menyebutkan bahwa pandemi ini berimplikasi terhadap ancaman krisis ekonomi besar yang
ditandai dengan terhentinya aktivitas produksi di banyak negara, jatuhnya tingkat konsumsi
masyarakat, hilangnya kepercayaan konsumen, jatuhnya bursa saham yang pada akhirnya
mengarah kepada ketidakpastian (Nalini, 2021).
Ketatnya pembatasaan sosial wilayah adalah antsipasi sebaran virus yang sangat cepat.
Wren dan Lewis (2020) menemukan kecenderungan bahwa pandemi Covid-19. Tidak hanya
merugikan sisi kesehatan, virus ini bahkan mempengaruhi perekonomian negara-negara di
seluruh dunia, tak tekecuali Indonesia.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki kedudukan khusus di
perekonomian Indonesia juga terdampak secara serius. Berdasarkan data BPS diketahui
jumlah UMKM mencapai 64,2 juta unit per 2018. Angka tersebut mencapai 99,9 persen dari
keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia. UMKM berkontribusi 60,3% dari total
Produk Domestik Bruto (PDB), dan menyerap 97% dari total tenaga kerja serta 99% dari
total lapangan kerja.
Dimasa pandemic Covid-19, banyak pergumulan dan tantangan yang dihadapi oleh jemaat
di gereja. Untuk itulah peran dan perhatian dari gereja sangatlah dibutuhkan, sehingga
jemaat bisa lebih mampu untuk menghadapinya. Dengan gereja lebih memperhatikan
jemaat, terutama jemaat yang mempunyai usaha. Peran oraganisasi keagamaan seperti
gereja dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat telah didentifikasi
memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Agama adalah salah satu modal social
penting dalam pembangunan masyarakat (Candland, 2001; Ssewamala & Ismayilova, 2008).
GSKI Hati Bapa Bogor adalah salah satu cabang dalam Sinode Gereja Suara Kebenaran Injil
yang terdiri dari 30 jemaat yang tersebar diseputaran kota Bogor. GSKI Hati Bapa Bogor
sendiri mempunyai banyak anggota jemaat yang melakukan usaha dagang kecil-kecilan
diberbagai bidang, diantaranya berjualan makanan, jajanan pasar, pondok/kios, penjualan
pulsa, penjahit, catering maupun industri-industri kecil lainnya yang lebih dikenal dengan
istilah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Namun yang menjadi kendala adalah para
jemaat yang memiliki usaha UMKM tidak bisa melakukan usahanya seperti biasanya karena
adanya peraturan PPKM yaitu kebijakan untuk membatasi pergerakan masyarakat, yang
mengakibatkan mereka tidak bisa berjualan karena sepi pembeli akibat penurunan mobilitas
dan aktivitas masyarakat. Seperti ibu Kenti sebagai pembuat kue tradisional tidak bisa
membuat kue karena para pedagang kue keliling yang biasanya mengambil kue tidak bisa
berjualan karena aturan PPKM,begitu juga dengan bapak Budi tidak bisa membuka usaha
chinnese foodnya selama pemberlakuan PPKM.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini adalah untuk menganalisis
dampak pandemi covid 19 terhadap sektor UMKM di GSKI HAti Bapa Bogor serta upaya yang
dilakukan gereja dalam membantu UMKM jemaat bertahan dalam situasi pandemi covid 19.

PENDAHULUAN
PENELITIAN TERDAHULU :
Sri Wahyunti in ESA: Jurnal Ekonomi Syariah; Vol 3 No 2 (2020): Desember; 280-302 ; 2579-4302 (2020-12-07)
[link]: http://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/jesa/article/view/554

Tulisan ini menggali peran UMKM dalam menopang perekonomian Indonesia di masa
pandemi Covid-19. UMKM sangat berperan dalam membangkitkan ekonomi, mempunyai
kemampuan mencari solusi melalui teknologi, inovasi, dan investasi. Sektor bisnis dapat
berperan (1) mengatasi dampak negatif pada lingkungan dan sosial melalui rantai nilai dan
rantai pasok operasi bisnis, (2) mengambil bagian untuk mengembangkan UMKM
menggunakan strategi pemberdayaan komunitas lokal melalui pelatihan keterampilan
pertanian berkelanjutan dan modern membangun pusat pelatihan, pengembangan
lingkungan usaha yang kondusif melalui pembukaan pasar baru dan relokasi pasar lama,
dan strategi peningkatan akses UMKM ke sumber daya produktif.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini merupakan
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,suatu set kondisi pada
masa sekarang, yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran mengenai fakta-
fakta yang diselidiki. Jenis penelitian ini digolongkan kembali kedalam metode survei,
dimana diadakan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual dari suatu kelompok ataupun suatu
daerah.

HASIL PENELITIAN
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam menopang
pertumbuhan ekonomi nasional setelah terdampak pandemi Covid-19.Hal itu terlihat
dari kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia terus meningkat sampai sekitar 60% di
masa pra pandemi. Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga sangat tinggi dan terus
bertumbuh mencapai 96,99% –97,22% dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 62 juta
atau sekitar 98% dari pelaku usaha nasional. Di sisi lain, UMKM juga menjadi sektor yang
paling terpukul akibat covid-19. Berdasarkan survei terhadap 50 pelaku usaha roti, rumah
makan, cake, jajanan pasar, mi, pancake dan pastry dan lainnya disebutkan bahwa sekitar
94% UMKM terdampak Covid-19. (Badan Pusat Statistik, Data UMKM)

Peran penting UMKM dalam perekonomian nasional mencerminkan peran penting


UMKM dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable
Development Goals (SDG) di Indonesia. UMKM dapat menjadi garda terdepan dalam
pencapaian pilar ekonomi dengan penciptaan lapangan kerja, penciptaan kondisi
kerja yang layak, inovasi bisnis, adaptasi dan mitigasi dampak negatif ekonomi, sosial
dan lingkungan serta operasi bisnis untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan. Untuk mencapai itu, maka aksi kolektif berbagai sektor sangat
dibutuhkan
dalam mendukung kebangkitan UMKM. Dalam hal ini, sektor bisnis mempunyai kemampuan
untuk mencari solusi melalui teknologi, inovasi dan investasi.Sektor bisnis juga dapat
berperan mengatasi dampak negatif pada lingkungan dan sosial melalui rantai nilai dan
rantai pasok operasi bisnis. Hingga kini, sektor bisnis juga telah mengambil bagian untuk
mengembangkan UMKM demi pencapaian SDG(Sustainable Development Goals) dengan
menggunakan strategi yaitu : (1)strategi memberdayakan komunitas lokal dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelatihan keterampilan pertanian
berkelanjutan dan modern kepada petani-petani desa dalam program One Village
One Commodity (OVOC) dengan memberikan pelatihan tentang metode pertanian modern,
(2) strategi membangun pusat pelatihan Entrepreneurship Training Centerterbuka bagi
masyarakat umum dan pelaku-pelaku UMKM dan menyediakan dukungan berupa
pelatihan tanpa dipungut biaya, akses ke pasar serta pemanfaatan teknologi, (3)
strategi pengembangan lingkungan usaha yang kondusif dimana memberikan
peluang kepada pelaku UMKM dengan cara pembukaan pasarbaru dan
relokasi/renovasi pasar lama sehingga tidak terbatas tempat danmenjamin mekanisme
pasar yang sehat yang diupayakan pelaku UMKM agar dapat bersaing secara adil tanpa
terdapat monopoli dari pihak tertentu, (4) strategi peningkatan akses KUMKM ke
sumber daya produktif,rendahnya produktifitas UMKM salah satunya diakibatkan sulitnya
akses ke sumber daya produktif.

Andi Amri Universitas Hasanuddin andiamri072@gmail.com JURNAL BRAND, Volume 2 No. 1, Juni
2020 https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand

Penurunan Omzet Pelaku UMKM dan koperasi akibat covid-a9 sangat signifikan Sejak
kemunculannya di akhir tahun 2019. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang
terdampak oleh penyebaran virus ini. Lesunya sektor pariwisata memiliki efek domino terhadap
sektor UMKM. Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata terhadap
UMKM yang bergerak dalam usaha makanan dan minuman mikro mencapai 27%. Sedangkan
dampak terhadap usaha kecil makanan dan minuman sebesar 1,77%, dan usaha menengah di angka
0,07%. Pengaruh virus COVID-19 terhadap unit kerajinan dari kayu dan rotan, usaha mikro akan
berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77% dan usaha
menengah 0,01%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5% hingga
0,8%. Perkembangan digital dalam globalisasi sangat berpengaruh pada roda ekonomi termasuk
pasar ritel. Karena virus corona, satu persatu pasar ritel modern, skala besar, mikro, hingga kecil
mulai mengalami penurunan penghasilan. Meskipun dengan menghadirkan kemudahan berbelanja
pada kenyataannya di era digital orang tetap enggan dan lebih suka melakukan aktivitas belanja
online atau menggunakan aplikasi media. Banyak keuntungan yang ditawarkan cara belanja online.
Beberapa langkah untuk dapat mempertahankan eksistensinya di pasar di era digital seperti, refokus
pelanggan dan industri rethinking, merancang strategi sosial dan digital dan mengembangkan
kapabilitas organisasi.

METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak pandemi virus corona
terhadap UMKM yang ada di Indonesia. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Peneliti mengumpulkan dan mendeskripsikan semua fenomena-
fenomena yang terjadi akibat covid-19 dan dampaknya terhadapa bisnis UMKM yang ada di
Indonesia. Selain itu, karena keterbatasan waktu dan materi terkait penelitian ini, penulis
mengumpulkan beberapa artikel yang terkait kemudian mengambil kesimpulan dari beberapa artikel
tersebut. Waktu penelitian berlangsung sekitar empat bulan yaitu antara bulan Maret hingga Juni
tahun 2020.

HASIL PENELITIAN
Sejak kemunculannya di akhir tahun 2019, virus Covid-19 telah menyebar di seluruh dunia. Dengan
cepatnya penyebaran Covid-19, dampak perlambatan ekonomi global mulai dirasakan di dalam
negeri. Mulai dari harga minyak bumi yang jatuh ke arah terendah pada dua hari lalu, bursa saham
yang terjun bebas, serta harga komoditas lain seperti gas dan minyak sawit diperkirakan juga akan
tertarik ke bawah apabila permintaan tidak segera pulih (Kompas, 11 Maret 2020).

Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang terdampak oleh penyebaran virus ini. Ketua
Bali Tourism Board (BTB)/ Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung
Partha Adnyana mengatakan telah terjadi 40.000 pembatalan hotel dengan kerugian mencapai Rp1
triliun setiap bulan (Kontan, 5 Maret 2020). Lesunya sektor pariwisata memiliki efek domino
terhadap sektor UMKM. Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata
terhadap UMKM yang bergerak dalam usaha makanan dan minuman mikro mencapai 27%.
Sedangkan dampak terhadap usaha kecil makanan dan minuman sebesar 1,77%, dan usaha
menengah di angka 0,07%. Pengaruh virus Covid-19 terhadap unit kerajinan dari kayu dan rotan,
usaha mikro akan berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan
1,77% dan usaha menengah 0,01%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi
antara 0,5% hingga 0,8% (katadata.co.id, 2 Maret 2020). Padahal, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) memiliki peran yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia. Data Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia tahun 2018 menunjukkan jumlah unit usaha
UMKM 99,9% dari total unit usaha atau 62,9 juta unit. UMKM menyerap 97% dari total penyerapan
tenaga kerja, 89% di antaranya ada di sektor mikro, dan menyumbang 60%.

Selama ini UMKM telah membuktikan kemampuannya bertahan dalam situasi ekonomi yang sulit.
Sebagian besar UMKM belum berhubungan langsung dengan sektor keuangan domestik, apalagi
global. Situasi tersebut menyebabkan UMKM selama ini mampu bertahan terhadap krisis keuangan
global seperti pada tahun 1998. Meskipun telah diketahui ketahanannya dalam menghadapi
perlambatan ekonomi, terkait dengan kondisi terkini Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia
(Akumindo) Ikhsan Ingrabatun memperkirakan omset UMKM di sektor nonkuliner turun 30- 35%
sejak Covid-19 penyebabnya adalah penjualan produk ini mengandalkan tatap muka atau pertemuan
antara penjual dan pembeli secara fisik. UMKM yang menjual produk non-kuliner menyasar
wisatawan asing sebagai pasar (Kompas, 10 Maret 2020). Himbauan dari Pemerintah mengenai
social distancing yang dicanangkan mulai tanggal 15 Maret 2020 juga diprediksi dapat berdampak
serius terhadap penyerapan produk UMKM. Maka dari itu, diperlukan perhatian lebih dari
pemerintah kepada sektor UMKM sebagai penggerak utama perekonomian bangsa. terhadap
produk domestik bruto (Kemenkop dan UMKM, 2018).

Research Gap :
Masih banyak para jemaat GSKI Hati Bapa Bogor sebagai pelaku UMKM terkendala modal usaha,
strategi pemasaran hingga akses teknologi digital. Akibatnya usaha mereka berjalan stagnan dan
tidak mengalami kemajuan yang signifikan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada jemaat pelaku
usaha kecil dalam lingkup Gereja GSKI Hati BApa Bogor tentang bagaimana menjadi wirausaha yang
baik yang mampu mengelola usaha dengan berbagai resiko yang ada serta membangun mental
wirausaha, melatih membuat perencanaan usaha (Business Plan) , mengatur keuangan usaha kecil
dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki untuk mengembangkan usaha yang bisa memberi
keuntungan bagi diri sendiri, keluarga maupun orang lain dan sharing tentang pengalaman usaha
dan bagaimana membangun usaha dari praktisi usaha sehingga dapat membuka wawasan mereka
tentang pengelolaan usaha.

Metode pendekatan yang dipakai adalah pendataan jemaat yang memiliki UMKM, pendekatan dan
melakukan wawancara langsung, penyuluhan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan
serta pendampingan dan evaluasi berkala, pendampingan kepada para pelaku usaha dalam
pengembangan usaha yang dilakukan serta evaluasi hasil usaha, memberi rekomendasi kepada
gereja dalam pemberian modal usaha dan merencanakan tindakan lanjut untuk pelaku usaha yang
sudah memperoleh bantuan modal usaha.

METODE
Metode penelitian pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Tahapan-tahapan
yang dilakukan oleh peneliti yaitu : mengumpulkan, mengkaji dan mendeskripsikan semua
gejala-gejala yang terjadi akibat covid-19 dan efeknya terhadapa bisnis UMKM yang ada di
jemaat GSKI Hati Bapa Bogor, dengan cara wawancara langsung dengan beberapa jemaat juga
mengumpulkan beberapa artikel yang terkait kemudian mengambil kesimpulan dari beberapa artikel
tersebut.

PEMBAHASAN
Dalam menghadapi tantangan ekonomi dan bisnis akibat pandemi COVID-19 ini diperlukan
berbagai jenis pendekatan, diantaranya adalah pendekatan secara makro melalui kebijakan
pemerintah maupun pendekatan secara mikro melalui manajemen UMKM secara bisnis.
Dukungan pemerintah harus menjangkau para pengusaha dan UMKM yang dapat
meningkatkan ketahanan ekonomi dan masyarakat di era pasca-COVID. Awal yang inovatif,
kewirausahaan dan model bisnis baru harus dipromosikan. Pada saat yang sama, UMKM
tradisional yang sebagian besar menghilang dan perusahaan mikro yang berjuang untuk
mengambil manfaat dari transisi digital harus mempercepat digitalisasi dan adopsi
teknologi, perubahan organisasi dan peningkatan keterampilan. Keluar dari krisis, UMKM
harus muncul dengan perlengkapan yang lebih baik secara digital dan dengan kemampuan
tenaga kerja yang diperkuat. Hanya sedikit inisiatif kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan jangka panjang dari bisnis yang sudah mapan dan potensi
pertumbuhan UMKM. Ada dua pihak yang perlu mendapat perhatian pemerintah, yakni:
pekerja atau rumah tangga dan perusahaan atau industri. Pemerintah juga
direkomendasikan untuk memberikan perhatian khusus kepada industri yang memiliki
kesulitan untuk membayar kredit/cicilan (credit constraint) khususnya UMKM dan industri
yang terkena dampak paling besar . Secara mikro melalui kebijakan perusahaan, dalam
rangka menata kembali kondisi ekonomi UMKM yang melemah atau resesi akibat covid-19
ini diperlukan pengelolaan siklus bisnis secara Manajemen Businees Cycle mengingat kondisi
lingkungan bisnis sangatlah dinamis sehingga harus selalu dievaluasi dan diperbaiki siklus
usahanya sehingga usaha bisa bertahan dan dapat terus berkembang dengan cara, yaitu (1)
Menciptakan perubahan sebagai peluang untuk mencapai sukses, (2) Melihat perbedaan
antar orang atau fenomena sebagai peluang bukan kesulitan, (3) Bereksperimen untuk
mencari pembaharuan menuju pertumbuhan bisnis, (4) Menjadi pakar untuk usaha sendiri,
(5) Menjadi pelayan untuk orang lain dan memiliki sifat rendah hati. Dengan kemampuan
pengelolaan siklus bisnis tersebut, sebuah perusahaan pun harus dapat bertumbuh dan
berkembang dalam jangka panjang dengan memperhatikan factorfaktor diantaranya 1.
Strategic Intent (Kesatuan Visi dan Misi) 2. Decision Maker (Pengambilan Keputusan yang
Cepat dan Tepat), 3. Funding (Manajemen Keuangan Terencana), 4.Business Plan
(Perencanaan Bisnis), 5.Manajemen Tim, 6.Execution, 7.Timing (Saat yang Tepat memulai
usaha). Mengelola siklus bisnis melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggunaan
sumberdaya-sumberdaya organisasi dan dengan perencanaan dan pengorganisasian harus
memperhatikan siklus bisnis pada 4 periode yaitu 1.Puncak Siklus (Kemakmuran) 2. Resesi
(Kemerosotan ), 3. Palung (Depresi Paling Parah) 4.Pemulihan (Ekspansi) yang dapat
menggambarkan klasifikasi jenis bisnis dengan bidang usaha atau peluang usaha pasca covid
- 19,8 sehingga pelaku bisnis UMKM dapat mengindentifikasi jenis bisnis sesuai siklus bisnis
yang dialami pada masa pandemi COVID-19 dan mengambil tindakan yang sesuai dengan
jenis bisnisnya. Beberapa pengusaha menilai bagaimana kebutuhan yang muncul terkait
dengan krisis bisnis COVID-19 dapat memengaruhi bisnis mereka dan mengambil tindakan
yang tepat, dengan mempertimbangkan juga beberapa aspek kompetitif seperti
perencanaan skenario, analisis pemangku kepentingan, pengembangan strategi, komunikasi
eksternal dan internal. Beberapa indikator dapat digunakan di perusahaan untuk
mengevaluasi kapasitas reaktifnya dan memahami kemungkinan dampak perubahan digital
untuk mengurangi efek negatif dari masalah krisis COVID-19. Setelah latar belakang teoretis
jelas, dan begitu analisis status eksternal dan internal telah dilakukan, UKM harus
merefleksikan model bisnis mereka sendiri. Transformasi digital tidak hanya berarti
memperkenalkan teknologi baru untuk melakukan aktivitas yang ada: itu adalah proses
mendesain ulang seluruh model bisnis. Demi mendukung usaha pengusaha dalam
mengimplementasik model bisnis baru dan transformasi digital pada usaha mereka, penting
bagi pemerintah untuk membuat kebijakan struktural untuk kepentingan jangka panjang.
Kebijakan ini tidak saja digunakan untuk menghadapi pandemi COVID-19 tapi juga era
Industri 4.0 kedepannya. Kebijakan ini meliputi kebijakan-kebijakan jangka pendek bagi
UMKM yakni pengenalan teknologi digital dan pelatihan bagi para pelaku dan pekerja
UMKM serta kebijakan panjang bagi UMKM untuk beradaptasi dengan penggunaan
teknologi untuk proses produksi, penggunaan media teknologi digital untuk
mempromosikan produk UMKM, dan menemukan pasar potensial bagi produk yang
dihasilkan. Dalam jangka pendek, perlu adanya pendampingan bagi para pelaku UMKM
untuk dapat memanfaatkan media e-commerce (belanja daring) untuk menjual produk-
produk mereka. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 2018 baru
3,79 juta UMKM (atau sekitar 8 persen) yang memanfaatkan platform online untuk
memasarkan produknya. Tentu situasi seperti ini dapat menjadi salah satu jalan keluar
untuk meningkatkan jumlah UMKM yang memanfaatkan platform online tadi. Kemudian,
kebijakan jangka pendek tadi dilanjutkan dengan kebijakan jangka panjang. Pemerintah
dapat memulainya dengan membuat peta jalan pengembangan UMKM dalam menghadapi
era Industri 4.0 mulai dari pelatihan ulang (retraining) para pekerja UMKM guna beradaptasi
dengan penggunaan teknologi produksi baru dan teknologi digital, pembangunan
infrastruktur telekomunikasi dan program internet masuk desa, pelibatan dunia akademisi
dan usaha besar dalam pendampingan pengenalan dan penggunaan teknologi produksi dan
media digital, serta menghidupkan kembali program kemitraan usaha besar dan UMKM.
Kebijakan struktural ini dilakukan untuk mendukung penguatan UMKM sekaligus
mendukung pengembangan UMKM di era Industri 4.0. Kebijakan yang mendukung harus
mempertimbangkan perbedaan antar sektor agar lebih relevan dengan kebutuhan spesifik
mereka; mereka juga harus lebih transparan jika mereka ingin memberikan subsidi secara
langsung kepada pengusaha swasta, mereka bertujuan untuk membantu mengatasi krisis.
Sementara itu, transformasi digital mengikuti munculnya keterampilan digital baru dan
adopsi alat digital. Ini adalah proses transformasi yang membutuhkan penataan ulang model
bisnis sebelumnya untuk memberi ruang bagi praktik baru, lebih efektif dan efisien. .

SIMPULAN
Dampak wabah Covid-19 kepada perekonomian dialami oleh seluruh negara di dunia,
termasuk Indonesia yang mengalami dampak perekonomian yang sangat besar. UMKM
dalam hal ini menjadi bagian yang sangat terpukul dan terdampak dalam krisis ini,
memperhatikan kontribusi UMKM terhadap jumlah unit usaha, sumbangan PDB, serapan
tenaga kerja, ekspor dan investasi terhadap perekonomian Indonesia yang sangat besar dan
signifikan, maka menjadi perhatian penting bagi pemerintah untuk membantu dalam
memulihkan dan membangkitkan UMKM di Indonesia dengan berbagai bantuan dan
kebijakan pemerintah yang dapat mendukung bisnis UMKM. Kebijakan pemerintah tersebut
dibagi dalam berbagai strategi jangka pendek, menengah dan panjang, antara lain jangka
pendek dan mendesak, pemerintah berfokus pada pengurangan penambahan korban jiwa
COVID-19 dengan penekanan pada stimulus sektor kesehatan dan bantuan kesejahteraan
bagi rakyat yang terdampak, untuk kebijakan jangka menengah diantaranya, memastikan
dunia usaha untuk langsung beroperasi, menjaga kesinambungan sektor logistik dan
mendorong kemandirian industri alat kesehatan menjadi kunci, sedangkan strategi jangka
panjang difokuskan pada pengenalan dan penggunaan teknologi digital bagi UMKM
sekaligus persiapan untuk memasuki era Industri 4.0.
Dengan masa pandemi COVID-19 yang tidak ada kepastian kapan akan berakhirnya pandemi
ini, maka UMKM selaku entitas bisnis harus dapat mengelola manajemen business cycle
dengan memperhatikan kategori jenis bisnisnya pada 4 siklus bisnis, 1.Puncak Siklus
(Kemakmuran) 2. Resesi (Kemerosotan ), 3. Palung (Depresi Paling Parah) 4.Pemulihan
(Ekspansi) yang dapat menggambarkan klasifikasi jenis bisnis dengan bidang usaha atau
peluang usaha masa covid -19, dengan mengelola manajemen business cycle dengan baik
dan perubahan bisnis model dan transformasi digital dengan menyesuaikan kondisi
pandemi COVID-19 ini maka diharapkan strategi perusahaan UMKM dapat berhasil
mengatasi tantangan yang ada. Akhir kata, sinergi antara kebijakan makro pemerintah
dengan kebijakan mikro perusahaan diharapkan dapat membantu UMKM dalam mengatasi
tantangan menghadapi krisis pandemi COVID19 ini.

REFERENSI

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siar an-pers/siaran-pers-pemerintahwaspada-dampak-
pandemi-covid-19- terhadap-ekonomi-indonesia/

https://money.kompas.com/read/2020/05/ 10/091500226/perekonomianindonesia-pasca-pandemi-
covid19?page=all

https://www.oecdforum.org/users/406151-lamiakamal-chaoui/posts/rescuing-smesfrom-the-covid-
storm-what-s-next
Data diolah dari data BPS dan Kemenkop tahun 2018
https://www.pikiranrakyat.com/ekonomi/pr01379615/1785-koperasi-dan163713-umkm-
terdampak-pandemicovid-19

https://www.thejakartapost.com/news/202 0/04/16/37000-smes-hit-by-covid-19- crisis-as-


government-preparesaid.html.

https://www.ui.ac.id/ui-usul-kebijakanekonomi-di-saat-pandemi-covid-19- selamatkan-nyawa-
minimalisasiresesi/

Asmini*, I Nyoman Sutama, Wahyu Haryadi, Rosydah Rachman, “Manajemen business cycle sebagai
basis peluang usaha pasca covid – 19: suatu strategi pemulihan ekonomi masyarakat”

Casalino, N and Żuchowski, I and Labrinos, N and Munoz N, Ángel L and Martín-J, José A. (2020).
Digital Strategies and Organizational Performances of SMEs in the Age of Coronavirus: Balancing
Digital Transformation with An Effective Business Resilience. Law and Economics Yearly Review
Journal – LEYR

CASALINO, N., D’ATRI, A., BRACCINI, A.M. (2012), A quality management training system concerning
ISO standards for sustainable organisational change in SMEs, in International Journal of Productivity
and Quality Management (IJPQM).

Arif Budiyanto, “8 Juta UMKM.”

Aknolt Kristian Pakpahan, COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Sri Wahyunti in ESA: Jurnal Ekonomi Syariah; Vol 3 No 2 (2020): Desember; 280-302 ; 2579-4302 (2020-12-07)
[link]: http://ejournal.iaimbima.ac.id/index.php/jesa/article/view/554

Andi Amri Universitas Hasanuddin andiamri072@gmail.com JURNAL BRAND, Volume 2 No. 1, Juni
2020 https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand

Anda mungkin juga menyukai