Anda di halaman 1dari 12

KARYA ILMIAH

UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA


SOSIAL UNTUK MEMBANGKITKAN UMKM SAAT PANDEMI
COVID 19

Disusun Oleh :

Nama : Tiurma Sabrina Hasibuan


NIM : 030687836
Program Studi : S1 Manajemen

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ UT JAKARTA
2021
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak pandemi virus
corona terhadap UMKM yang ada di Indonesia serta sebagai upaya peningkatan media social untuk
UMKM dapat bangkit saat corona. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif.

Penurunan Omzet Pelaku UMKM dan koperasi akibat covid-a9 sangat signifikan Sejak
kemunculannya di akhir tahun 2019. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang
terdampak oleh penyebaran virus ini. Lesunya sektor pariwisata memiliki efek domino terhadap
sektor UMKM. Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata terhadap
UMKM yang bergerak dalam usaha makanan dan minuman mikro mencapai 27%. Sedangkan
dampak terhadap usaha kecil makanan dan minuman sebesar 1,77%, dan usaha menengah di angka
0,07%. Pengaruh virus COVID-19 terhadap unit kerajinan dari kayu dan rotan, usaha mikro akan
berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77% dan usaha
menengah 0,01%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5% hingga
0,8%. Didalam penelitian in diangkat 2 permasalahan utama yaitu yang pertama Penurunan omzet
bagi para pelaku UMKM akibat pandemic Covid-19 dan yang kedua perubahan model Bisnis dari
konvensional menjadi digitalisasi.

Perkembangan digital dalam globalisasi sangat berpengaruh pada roda ekonomi termasuk
pasar ritel. Karena virus corona, satu persatu pasar ritel modern, skala besar, mikro, hingga kecil
mulai mengalami penurunan penghasilan.UMKM adalah salah satu yang paling terkena dampak saat
pandemic Corona ini ber;angsung. Tidak jarang banyak UMKM yang gulung tikar akibat hal tersebut.
Media social adalah salah satu kunci untuk membangkitkan UMKM saat ini apalagi di tengan
globalisasi yang membuat banyaknya media social baru yang bermunculan, sehingga dengan
memanfaatkannya secara efektif dapat mengembalikan kejayaan UMKM. Beberapa langkah untuk
dapat mempertahankan eksistensinya di pasar di era digital seperti, refokus pelanggan dan industri
rethinking, merancang strategi sosial dan digital dan mengembangkan kapabilitas organisasi.
A. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Angka kasus terkonfirmasi virus corona (COVID-19) secara global semakin naik dari
hari ke hari. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan
infeksi tersebut. Oleh sebab itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghimbau
agar masyarakat tidak memandang sepele penyakit ini dan senantiasa melakukan
tindakan pencegahan. Langkah yang diterapkan antara lain dengan upayapembatasan
fisik atau physical distancing, memakai masker serta mencuci tangan dengan benar
menggunakan sabun. Disamping itu, tidak berpergian keluar rumah kalau tidak ada
keperluan mendesak, juga rumah harus rutin dibersihkan, dan dilakukan disinfeksi
secara menyeluruh, termasuk perabotan dan peralatan rumah yang sering disentuh.
Tidak boleh dilupakan, rutin berolahraga, cukup istirahat, dan menjaga pola makan
sehat sehari hari.
Tidak hanya mengenai kesehatan namun perekonomian juga terganggu akibat
pandemic covid-19 . Sehingga tidak sedikit yang kehilangan pekerjaan, atau
kehilangan usahanya akibat pandemic covid-19 yang mengharuskan Indonesia
melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar.Keputusan untuk berwirausaha
merupakan salah satu pilihan yang paling tepat ketika lapangan kerja yang tersedia
terbatas dan sulit untuk dipatkan baik di instansi pemerintah atau swasta . Keputusan
berwirausaha juga sering kali diambil oleh seseorang yang baru saja mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disuatu perusahaan ditengah pandemic seperti ini.
Situasi dan kondisi yang serba sulit akibat pandemic perlahan mengubah pola pikir
sesorang yang semula bangga menjadi “orang kantoran” menuju suatu keinginan dan
pilihan hidup menjadi seorang wirausahawan. Sehingga tidak heran ditengah
pandemic covid-19 banyak bermunculan UMKM yang mencoba mencari rezeki dari
berwirausaha.
Untuk mendukung munculnya UMKM ditengah pandemic yang membatasi ruang
gerak masyarakat melalui PSBB. Maka satu-satunya pilihan agar usaha dapat
berkembang adalah dengan menggunakan internet semaksimalmungkin , yang paling
utama adalah menggunakan berbagai aplikasi yang ada di internet . Adanya banyak
aplikasi dinternet atau sosial media yang tidak hanya dapat digunakan untuk
kesenangan semata namun juga dapat digunakan social media marketing sehiingga
walaupun tidak bisa berjualan secara offline namun usaha atau produk yang dipasrkan
tetap mencapai hasil yang maksimal dengan memaksimalkan mengenalkan produk
atau usaha yang ada melalui sosial media. Ditengah krisis akibat pandemi semua
orang yang ingirn memulai usahanya mau tidak mau harus menggunakn social media
sebagai sarana untuk social media marketing baik itu kaum millennial maupun orang
tua.

2. RUMUSAN MASALAH

1. Penurunan omzet bagi para pelaku UMKM akibat pandemic Covid-19


2. Perubahan model bisnis dari konvensional menjadi digitalisasi

B. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Peneliti mengumpulkan dan mendeskripsikan semua efek yang terjadi akibat covid-19
dan dampaknya terhadap bisnis UMKM yang ada di Indonesia. Namun hanya ada
sedikit riset empiris yang mengupas tentang covid-19 dan dampaknya terhadap bisnis
UMKM. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumetasi yang merupakan
cara yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber referensi.
Selain itu, karena keterbatasan waktu dan materi terkait penelitian ini, penulis
menggunakan telaah literatur (literature review) dan artikel penelitian (research
article), dari jurnal dan pemberitaan online yang bertujuan untuk membuat
kesimpulan dan evaluasi pada permasalahan yang penulis kaji.

2. Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pelaku UMKM yang terdampak covid19, yang
penulis amati berdasarkan riset penelitian (research article), maupun jurnal jurnal
penelitian. Lama penelitian dilakukan sejak bulan April hingga pertengahan Agustus
2020. Basis penelitian dilakukan di Jakarta dengan mengamati kebijakan dan berbagai
kampanye cuci tangan dengan handsanitaizer serta peraturan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), social distancing, stay at home,(WFH) work from home
hingga dampaknya terhadap UMKM

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Perbandingan Kondisi Sebelum Pandemi dan Saat Terdampak Pandemi


Covid-19

Kondisi Usaha Sebelum dan Saat Terdampak Pandemi Covid-19 secara Umum

Terdapat perbandingan yang sangat signifikan mengnai kondisi usaha sebelum dan
saat terdampak covid-19 secara umum. Menurut penilaian pemaparan dalam grafik
yang bersumber dari Katadata Insight Center pada Seminar Virtual tanggal 11
Agustus 2020, menyatakan bahwa kondisi sebelum covid-19, persentase kondisi
usaha baik/sangat baik sebesar 92,7 persen, persentase kondisi usaha biasa saja
sebesar 6,3 persen, dan kondisi usaha buruk/sangat buruk sebesar 1,0 persen. Dimana
dalam persentase sebelum masuknya covid-19 dinilai berjalan dengan lancar, tidak
banyak kendala, dan minimnya kondisi buruk dalam usaha. Namun jika melihat
kondisi usaha saat ini (per Juni 2020) menurut survey yang telah terpaparkan dalam
grafik yang bersumber Katadata Insight Center (KIC) bahwasannya kondisi usaha
buruk/sangat buruk meningkat sebesar 56,8 persen dibanding yang semulanya hanya
sebesar 1,0 persen. Kondisi usaha biasa saja juga meningkat sebesar 29,1 persen dari
yang semulanya hanya 6,3 persen. Dan kondisi usaha baik/sangat baik menurun, yang
semula 92,7 persen menjadu 14,1 persen. Sehingga bisa disimpulkan terdapat
berbagai dampak dari kondisi disaat adanya pandemi covid-19, menurut Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian RI ada beberapa dampak yang timbul, yakni:
a. Penurunan permintaan dan turunnya penjualan;
b. Penurunan kegiatan, kesulitan sampai dengan penutupan usaha (sementara/tetap);
c. Distribusi terhambat;
d. Kesulitan bahan baku;
e. Kesulitan mendapatkan permodalan usaha.

Data Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Omzet

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Omzet Usaha

Katadata Insight Center melaporkan data penelitian dari para responded (pelaku
usaha) yang terdampak covid-19, ada perubahan omzet usaha akibat dampak pandemi
covid-19. Dimana sebanyak 63,9 persen para pelaku usaha mendapati penurunan
omzet usaha lebih dari 30% dan sebesar 31,7 persen para pelaku usaha mendapati
penuruan kurang dari 30%. Sebanyak 2,2 persen yang mengalami kenaikan omzet
kurang dari 30% dan terdapat 1,6 persen yang mendapati peningkatan omzet usaha
lebih dari 30%. Dan sisanya, terdapat 0,6 persen yang tidak mendapati perubahan
signifikan terkait omzet usahanya.
1. Perubahan model bisnis dari konvensional menjadi digitalisasi
Merebaknya kasus pandemi COVID-19 di seluruh dunia termasuk Indonesia
menyebabkan sektor stategis mengalami gangguan yang cukup signifikan, salah
satunya sektor koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Gangguan
ini ditandai dengan melesunya daya beli konsumen dalam aktivitas transaksi jual beli.
Padahal, koperasi dan UMKM memiliki peran besar dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat, menanggulangi pengangguran, dan memberantas kemiskinan (Oktafia,
2017).

Sebaran COVID-19 yang terus bertambah setiap hari mewajibkan Pemerintah


menghimbau seluruh masyarakat untuk tetap tinggal di dalam rumah sementara waktu
untuk mengurangi penyebaran yang begitu cepat. Semua aktivitas seperti bekerja,
sekolah, pasar, dan tempat-tempat lain yang potensial menyebabkan kerumunan
dibatasi geliatnya, hal ini karena dikhawatirkan menjadi cluster baru penyebaran
COVID-19 di Indonesia. Akibat berubahnya perilaku masyarakat, sektor ekonomi
menjadi terganggu. Hal ini karena masyarakat mulai berpindah ke belanja virtual
atau online, dan membatasi pembelian produk hanya yang penting saja. Beberapa
faktor yang menyebabkan hal ini adalah terganggunya keuangan keluarga, tingginya
angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan larangan Pemerintah sehingga
masyarakat hanya membeli produk yang paling dianggap penting saja saat pendemi
COVID-19.

Perubahan gaya beli masyarakat juga menghantam para pelaku koperasi dan UMKM.
Sebanyak 1.785 koperasi dan 163.713 UMKM terdapak pandemi COVID-19 di
Indonesia (Pikiran Rakyat, 2020). Kebanyakan koperasi yang terkena dampak
COVID-19 bergerak dalam bidang kebutuhan sehari-hari, bidang jasa, produksi,
industri kreatif dan pertanian. Sementara itu, sektor UMKM yang paling terdampak
bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman.

Turunnya penjualan disebabkan karena pengelola koperasi dan UMKM kekurangan


modal dan terhambatnya distribusi. Cara bisnis yang konservatif atau tradisional juga
dianggap menjadi salah satu penyebab rentannya koperasi dan UMKM saat pandemi.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki dalam Pikiran Rakyat
(2020) menyatakan bahwa transaksi perdagangan secara online meningkat drastis
selama pandemi COVID-19. Hal ini karena masyarakat cenderung beradaptasi dengan
cara yang baru dalam memenuhi kebutuhannya. Perubahan perilaku seperti lebih
senang berbelanja secara online saat pandemi harus dibaca sebagai peluang
digitalisasi bisnis yang menjanjikan. Beberapa produk memang mengalami penurunan
penjualan, akan tetapi ada beberapa produk yang mengalami peningkatan signifikan.
Beberapa diantaranya adalah produk kesehatan yang mengalami peningkatan sampai
90%, produk yang berkaitan dengan hobi meningkat 70%, produk yang berkaitan
dengan makanan pokok meningkat 350%, dan produk herbal meningkat 200%
(Pikiran Rakyat, 2020).

Perubahan gaya berbelanja masyarakat cukup dimaklumi, karena COVID-19 sangat


mudah menyebar di tempat yang ramai seperti pasar tradisional atau toko yang tidak
menerapkan protokol kesehatan dengan baik. COVID-19 merupakan jenis penyakit
menular yang disebabkan oleh syndrom pernapasan akut. Virus ini termasuk kedalam
keluarga besar coronavirus yang dapat menyerang manusia dan hewan. COVID-19
pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019.
Ukurannya yang sangat kecil menyebabkan COVID-19 dapat berpindah melalui udara
yang terhirup melalui saluran pernafasan, melalui sentuhan ke mata, atau masuk
kelenjar ludah pada mulut (Handayani et al, 2020). Ketika COVID-19 menyerang
manusia biasanya menunjukan gejala yang hampir sama dengan flu biasa. Penyakit ini
menunjukan aktivitas gejala seperti flu, batuk, dan demam yang tinggi. Masyarakat
awam akan mengalami kesulitan membedakan flu yang disebabkan oleh jenis
virus influenza dengan flu yang disebabkan COVID-19.

Berdasarkan data Gugus Tugas COVID-19, kasus penderita yang terkonfirmasi di


Indonesia pada tanggal 15 September 2020 bertambah 3.507 menjadi 225.030 orang.
Jumlah pasien sembuh bertambah 2.660 menjadi 161.065 orang. Kasus meninggal
bertambah 124 menjadi 8.965 orang (Meredeka.com, 2020). Kendati sudah
memasuki fase new normal, kekhawatiran masyarakat terhadap sebaran COVID-19
tidak mereda begitu saja.

Kekhwatiran masyarakat terhadap COVID-19 yang ditandai dengan perubahan


perilaku berbelanja secara online menjadi momentum pergerakan ekonomi dari rumah
yang sedang trend saat ini. Berpikir out of the boxmerupakan sebuah keharusan jika
ingin usaha tetap bertahan pada kondisi yang tidak pasti ini, beberapa diantaranya
yaitu dengan menciptakan inovasi usaha dengan menghasilkan produk yang
berkualitas dan berbiaya rendah, menciptakan pasar baru jika usaha yang dijalankan
sangat sulit berkembang, serta menyusun rencana pemasaran yang lebih agresif dari
biasanya.

Para pegiat koperasi dan UMKM yang terkena dampak COVID-19 dapat mengambil
peluang untuk menjual produk secara online. Teknologi dapat berupa perangkat untuk
proses perencanaan produksi, proses produksi, pengemasan, hingga branding. Bentuk
teknologi yang bisa digunakan misalnya aplikasi digital marketing untuk memasarkan
produk secara mudah tapi tetap tepat sasaran melalui media sosial seperti
Instagram, website, atau iklan digital pada e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak,
Shopee dan lainnya. Produk yang dijual juga selayaknya memiliki daya fungsi yang
baik dengan harga yang masuk akal atau realistis karena konsumen sedang melakukan
penghematan dalam berbelanja karena sulitnya ekonomi.

Meningkatnya penjualan secara online sebetulnya telah terjadi sebelum adanya


COVID-19. Berdasarkan hasil penelitian Rohimah (2018) pada awal 2016-2017
menjadi awal gejolak pasar ritel dan pasar tradisional yang mengalami kejatuhan. Hal
ini disebabkan karena masyarakat menginginkan kegiatan belanja yang aman dan
nyaman, tetapi juga praktis dan efisein. Belanja secara online menawarkan banyak
manfaat dibandingan dengan berbelanja secara konvensional. Badan Pusat Statistik
(2016) memperkuat pernyataan bahwa industri e-commerce atau bisnis digital dalam
sepuluh tahun terakhir mengalami pertumbuhan sekitar 17% dengan total usaha
divpasar online mencapai 26,2 juta unit usaha. Indonesia sendiri mengalami peralihan
ranah konvensional menuju digital dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi dengan
perkiraan pertumbuhan pada 2025 yaitu sebesar 150 miliar dollar dengan 73%
penduduknya mengakses internet melalui perangkat seluler (Mc Kinsey, 2016).

Penelitian yang dilakukan Rohimah (2018) menyatakan beberapa alasan utama


masyarakat enggan melakukan belanja konvensional yaitu efisiensi biaya, mengurangi
kelelahan, efisiensi daya, tehindar dari masalah kerepotan, mengurangi nafsu belanja
di tempat perbelanjaan, harga bersaing, diskon belanja online lebih menarik, efisiensi
waktu, dan faktor kenyamanan. Penggunaan teknologi digital telah mempengaruhi
semua aspek kegiatan manusia, termasuk ke bisnis yang ada saat pandemi COVID-19.
Penggunaan teknologi digital sebagai media marketing juga tepat untuk mensiasati
ketidakpastian usaha ditengah pendemi ini. Menurut Wardhana (2015) strategi digital
marketing berpengaruh hingga 78% terhadap keunggulan bersaing UMKM dalam
memasarkan produk. Hal ini sejalan dengan penelitian Helmalia (2018) bahwa
teknologi digital marketing berpengaruh positif terhadap UMKM pada studi kasus di
Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Pengembangan bisnis secara digital dapat meningkatkan kinerja UMKM terutama


pada peningkatan akses ke pelanggan baru, khususnya pelanggan dalam negeri
(Slamet et al, 2016). Pengembangan bisnis secara digital juga dapat memungkinkan
pembeli memperoleh seluruh informasi mengenai produk, sementara penjual dapat
memantau dan menyediakan kebutuhan calon pembeli tanpa batasan waktu dan letak
geografis (Aditya et al, 2017). Adapun Sembilan program Pemerintah untuk
membantu koperasi dan UMKM kembali bergeliat saat pandemi COVID-19 sudah
tepat (Detikfinance, 2020), tinggal pelaksanaan dan pengawasannya saja yang perlu
diperhatikan. Hal ini penting, karena proses yang terjadi dilapangan seringnya berbeda
dengan perencanaan atau kenyataannya.

Pada akhirnya, setelah melihat keseluruhan permasalahan yang dihadapi para pegiat
Koperasi dan UMKM saat pandemi COVID-19 ini, tepat kiranya para pelaku koperasi
dan UMKM di Indonesia mulai beralih ke digitalisasi bisnis dalam mengembangkan
usahanya. Selain itu, ikut berperan dalam program pemerintah juga penting untuk
keberlanjutan usaha yang jalankan pada masa pandemi ataupun setelahnya. Proses
peralihan usaha tentu tidak harus secara total, akan tetapi perlahan saja. Pengelolaan
koperasi dan UMKM secara digital diharapkan dapat mengembalikan peran koperasi
dan UMKM yang nyata kembali yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat,
menanggulangi pengangguran, dan memberantas kemiskinan yang ada di Indonesia.

D. PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Keadaan UMKM saat pandemic mengalami penurunan mulai dari produksi hingga
penghasilan.
2. Industri yang terkena dampak diera Pandemi Covid 19 meliputi sector
manufaktur,transportasi dan pariwisata.
3. Industri yang bias menghadapi perubahan akibat Covid 19 adalah industry yang
bias berubah dari konvensional menjadi digitalisasi salah satunya media social.

E. DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2020). Covid 19 Seluk Beluk Corona Virus. Jogjakarta. Arruzz Media

Helianthusonfri, Jefferly. (2021). Social Media Marketing Apps. Jakarta. PT Alex


Media Komputindo

Hamali, Arif Yusuf dan Eka Sari Budihastuti. (2017). Depok. Kencana

http://ika.um.ac.id/digitalisasi-bisnis-kurangi-dampak-pandemi/

https://www.republika.co.id/berita/qjlvli380/inovasi-dan-digitalisasi-kunci-umkm-
sukses-saat-pandemi

https://aptika.kominfo.go.id/wp-content/uploads/2020/12/BAPPENAS-
Penanggulangan-Dampak-Covid-19-terhadap-UMKM-Final-v1_0.pdf

Anggito, A. & Johan Setiawan. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV


Jejak.

Anggraeni, F, dkk. (2011). Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


(UMKM) melalui Fasilitas Pihak Eksternal dan Potensi Internal (Studi Kasus pada
Kelompok Usaha “Emping Jagung” di Kelurahan Pandanwangi 177 Kecamatan
Blimbing, Kota Malang)”. Jurnal Administrasi Publik (JAP), 1 (6), 1286-1295.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.


Badan Pusat Statistik. (2018). Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2017 Tumbuh 5,19
Persen. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Available at

Anda mungkin juga menyukai