Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ UT JAKARTA
2021
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak pandemi virus
corona terhadap UMKM yang ada di Indonesia serta sebagai upaya peningkatan media social untuk
UMKM dapat bangkit saat corona. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif.
Penurunan Omzet Pelaku UMKM dan koperasi akibat covid-a9 sangat signifikan Sejak
kemunculannya di akhir tahun 2019. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang
terdampak oleh penyebaran virus ini. Lesunya sektor pariwisata memiliki efek domino terhadap
sektor UMKM. Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak penurunan pariwisata terhadap
UMKM yang bergerak dalam usaha makanan dan minuman mikro mencapai 27%. Sedangkan
dampak terhadap usaha kecil makanan dan minuman sebesar 1,77%, dan usaha menengah di angka
0,07%. Pengaruh virus COVID-19 terhadap unit kerajinan dari kayu dan rotan, usaha mikro akan
berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77% dan usaha
menengah 0,01%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5% hingga
0,8%. Didalam penelitian in diangkat 2 permasalahan utama yaitu yang pertama Penurunan omzet
bagi para pelaku UMKM akibat pandemic Covid-19 dan yang kedua perubahan model Bisnis dari
konvensional menjadi digitalisasi.
Perkembangan digital dalam globalisasi sangat berpengaruh pada roda ekonomi termasuk
pasar ritel. Karena virus corona, satu persatu pasar ritel modern, skala besar, mikro, hingga kecil
mulai mengalami penurunan penghasilan.UMKM adalah salah satu yang paling terkena dampak saat
pandemic Corona ini ber;angsung. Tidak jarang banyak UMKM yang gulung tikar akibat hal tersebut.
Media social adalah salah satu kunci untuk membangkitkan UMKM saat ini apalagi di tengan
globalisasi yang membuat banyaknya media social baru yang bermunculan, sehingga dengan
memanfaatkannya secara efektif dapat mengembalikan kejayaan UMKM. Beberapa langkah untuk
dapat mempertahankan eksistensinya di pasar di era digital seperti, refokus pelanggan dan industri
rethinking, merancang strategi sosial dan digital dan mengembangkan kapabilitas organisasi.
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Angka kasus terkonfirmasi virus corona (COVID-19) secara global semakin naik dari
hari ke hari. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan
infeksi tersebut. Oleh sebab itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghimbau
agar masyarakat tidak memandang sepele penyakit ini dan senantiasa melakukan
tindakan pencegahan. Langkah yang diterapkan antara lain dengan upayapembatasan
fisik atau physical distancing, memakai masker serta mencuci tangan dengan benar
menggunakan sabun. Disamping itu, tidak berpergian keluar rumah kalau tidak ada
keperluan mendesak, juga rumah harus rutin dibersihkan, dan dilakukan disinfeksi
secara menyeluruh, termasuk perabotan dan peralatan rumah yang sering disentuh.
Tidak boleh dilupakan, rutin berolahraga, cukup istirahat, dan menjaga pola makan
sehat sehari hari.
Tidak hanya mengenai kesehatan namun perekonomian juga terganggu akibat
pandemic covid-19 . Sehingga tidak sedikit yang kehilangan pekerjaan, atau
kehilangan usahanya akibat pandemic covid-19 yang mengharuskan Indonesia
melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar.Keputusan untuk berwirausaha
merupakan salah satu pilihan yang paling tepat ketika lapangan kerja yang tersedia
terbatas dan sulit untuk dipatkan baik di instansi pemerintah atau swasta . Keputusan
berwirausaha juga sering kali diambil oleh seseorang yang baru saja mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disuatu perusahaan ditengah pandemic seperti ini.
Situasi dan kondisi yang serba sulit akibat pandemic perlahan mengubah pola pikir
sesorang yang semula bangga menjadi “orang kantoran” menuju suatu keinginan dan
pilihan hidup menjadi seorang wirausahawan. Sehingga tidak heran ditengah
pandemic covid-19 banyak bermunculan UMKM yang mencoba mencari rezeki dari
berwirausaha.
Untuk mendukung munculnya UMKM ditengah pandemic yang membatasi ruang
gerak masyarakat melalui PSBB. Maka satu-satunya pilihan agar usaha dapat
berkembang adalah dengan menggunakan internet semaksimalmungkin , yang paling
utama adalah menggunakan berbagai aplikasi yang ada di internet . Adanya banyak
aplikasi dinternet atau sosial media yang tidak hanya dapat digunakan untuk
kesenangan semata namun juga dapat digunakan social media marketing sehiingga
walaupun tidak bisa berjualan secara offline namun usaha atau produk yang dipasrkan
tetap mencapai hasil yang maksimal dengan memaksimalkan mengenalkan produk
atau usaha yang ada melalui sosial media. Ditengah krisis akibat pandemi semua
orang yang ingirn memulai usahanya mau tidak mau harus menggunakn social media
sebagai sarana untuk social media marketing baik itu kaum millennial maupun orang
tua.
2. RUMUSAN MASALAH
B. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Peneliti mengumpulkan dan mendeskripsikan semua efek yang terjadi akibat covid-19
dan dampaknya terhadap bisnis UMKM yang ada di Indonesia. Namun hanya ada
sedikit riset empiris yang mengupas tentang covid-19 dan dampaknya terhadap bisnis
UMKM. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumetasi yang merupakan
cara yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber referensi.
Selain itu, karena keterbatasan waktu dan materi terkait penelitian ini, penulis
menggunakan telaah literatur (literature review) dan artikel penelitian (research
article), dari jurnal dan pemberitaan online yang bertujuan untuk membuat
kesimpulan dan evaluasi pada permasalahan yang penulis kaji.
Subjek dari penelitian ini adalah pelaku UMKM yang terdampak covid19, yang
penulis amati berdasarkan riset penelitian (research article), maupun jurnal jurnal
penelitian. Lama penelitian dilakukan sejak bulan April hingga pertengahan Agustus
2020. Basis penelitian dilakukan di Jakarta dengan mengamati kebijakan dan berbagai
kampanye cuci tangan dengan handsanitaizer serta peraturan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), social distancing, stay at home,(WFH) work from home
hingga dampaknya terhadap UMKM
Kondisi Usaha Sebelum dan Saat Terdampak Pandemi Covid-19 secara Umum
Terdapat perbandingan yang sangat signifikan mengnai kondisi usaha sebelum dan
saat terdampak covid-19 secara umum. Menurut penilaian pemaparan dalam grafik
yang bersumber dari Katadata Insight Center pada Seminar Virtual tanggal 11
Agustus 2020, menyatakan bahwa kondisi sebelum covid-19, persentase kondisi
usaha baik/sangat baik sebesar 92,7 persen, persentase kondisi usaha biasa saja
sebesar 6,3 persen, dan kondisi usaha buruk/sangat buruk sebesar 1,0 persen. Dimana
dalam persentase sebelum masuknya covid-19 dinilai berjalan dengan lancar, tidak
banyak kendala, dan minimnya kondisi buruk dalam usaha. Namun jika melihat
kondisi usaha saat ini (per Juni 2020) menurut survey yang telah terpaparkan dalam
grafik yang bersumber Katadata Insight Center (KIC) bahwasannya kondisi usaha
buruk/sangat buruk meningkat sebesar 56,8 persen dibanding yang semulanya hanya
sebesar 1,0 persen. Kondisi usaha biasa saja juga meningkat sebesar 29,1 persen dari
yang semulanya hanya 6,3 persen. Dan kondisi usaha baik/sangat baik menurun, yang
semula 92,7 persen menjadu 14,1 persen. Sehingga bisa disimpulkan terdapat
berbagai dampak dari kondisi disaat adanya pandemi covid-19, menurut Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian RI ada beberapa dampak yang timbul, yakni:
a. Penurunan permintaan dan turunnya penjualan;
b. Penurunan kegiatan, kesulitan sampai dengan penutupan usaha (sementara/tetap);
c. Distribusi terhambat;
d. Kesulitan bahan baku;
e. Kesulitan mendapatkan permodalan usaha.
Katadata Insight Center melaporkan data penelitian dari para responded (pelaku
usaha) yang terdampak covid-19, ada perubahan omzet usaha akibat dampak pandemi
covid-19. Dimana sebanyak 63,9 persen para pelaku usaha mendapati penurunan
omzet usaha lebih dari 30% dan sebesar 31,7 persen para pelaku usaha mendapati
penuruan kurang dari 30%. Sebanyak 2,2 persen yang mengalami kenaikan omzet
kurang dari 30% dan terdapat 1,6 persen yang mendapati peningkatan omzet usaha
lebih dari 30%. Dan sisanya, terdapat 0,6 persen yang tidak mendapati perubahan
signifikan terkait omzet usahanya.
1. Perubahan model bisnis dari konvensional menjadi digitalisasi
Merebaknya kasus pandemi COVID-19 di seluruh dunia termasuk Indonesia
menyebabkan sektor stategis mengalami gangguan yang cukup signifikan, salah
satunya sektor koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Gangguan
ini ditandai dengan melesunya daya beli konsumen dalam aktivitas transaksi jual beli.
Padahal, koperasi dan UMKM memiliki peran besar dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat, menanggulangi pengangguran, dan memberantas kemiskinan (Oktafia,
2017).
Perubahan gaya beli masyarakat juga menghantam para pelaku koperasi dan UMKM.
Sebanyak 1.785 koperasi dan 163.713 UMKM terdapak pandemi COVID-19 di
Indonesia (Pikiran Rakyat, 2020). Kebanyakan koperasi yang terkena dampak
COVID-19 bergerak dalam bidang kebutuhan sehari-hari, bidang jasa, produksi,
industri kreatif dan pertanian. Sementara itu, sektor UMKM yang paling terdampak
bergerak dalam bidang produksi makanan dan minuman.
Para pegiat koperasi dan UMKM yang terkena dampak COVID-19 dapat mengambil
peluang untuk menjual produk secara online. Teknologi dapat berupa perangkat untuk
proses perencanaan produksi, proses produksi, pengemasan, hingga branding. Bentuk
teknologi yang bisa digunakan misalnya aplikasi digital marketing untuk memasarkan
produk secara mudah tapi tetap tepat sasaran melalui media sosial seperti
Instagram, website, atau iklan digital pada e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak,
Shopee dan lainnya. Produk yang dijual juga selayaknya memiliki daya fungsi yang
baik dengan harga yang masuk akal atau realistis karena konsumen sedang melakukan
penghematan dalam berbelanja karena sulitnya ekonomi.
Pada akhirnya, setelah melihat keseluruhan permasalahan yang dihadapi para pegiat
Koperasi dan UMKM saat pandemi COVID-19 ini, tepat kiranya para pelaku koperasi
dan UMKM di Indonesia mulai beralih ke digitalisasi bisnis dalam mengembangkan
usahanya. Selain itu, ikut berperan dalam program pemerintah juga penting untuk
keberlanjutan usaha yang jalankan pada masa pandemi ataupun setelahnya. Proses
peralihan usaha tentu tidak harus secara total, akan tetapi perlahan saja. Pengelolaan
koperasi dan UMKM secara digital diharapkan dapat mengembalikan peran koperasi
dan UMKM yang nyata kembali yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat,
menanggulangi pengangguran, dan memberantas kemiskinan yang ada di Indonesia.
D. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Keadaan UMKM saat pandemic mengalami penurunan mulai dari produksi hingga
penghasilan.
2. Industri yang terkena dampak diera Pandemi Covid 19 meliputi sector
manufaktur,transportasi dan pariwisata.
3. Industri yang bias menghadapi perubahan akibat Covid 19 adalah industry yang
bias berubah dari konvensional menjadi digitalisasi salah satunya media social.
E. DAFTAR PUSTAKA
Anies. (2020). Covid 19 Seluk Beluk Corona Virus. Jogjakarta. Arruzz Media
Hamali, Arif Yusuf dan Eka Sari Budihastuti. (2017). Depok. Kencana
http://ika.um.ac.id/digitalisasi-bisnis-kurangi-dampak-pandemi/
https://www.republika.co.id/berita/qjlvli380/inovasi-dan-digitalisasi-kunci-umkm-
sukses-saat-pandemi
https://aptika.kominfo.go.id/wp-content/uploads/2020/12/BAPPENAS-
Penanggulangan-Dampak-Covid-19-terhadap-UMKM-Final-v1_0.pdf