Anda di halaman 1dari 15

OPTIMALISASI MEDIA ONLINE SEBAGAI SARANA

PEMASARAN PRODUK UMKM TERDAMPAK COVID-19


DI KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :

Muhammad Irfan Azka


12010116130223
Kelas A

S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,

kelimpahan, dan segalanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan

judul “Optimalisasi Media Online Sebagai Sarana Pemasaran Produk UMKM

Terdampak COVID-19 di Kota Semarang” Makalah ini disusun sebagai salah satu

tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran pada Departemen Manajemen di Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan

karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan sehingga dapat

menciptakan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Semarang, 15 Desember 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Cover...............................................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................iii

A. PENDAHULUAN......................................................................................................1

B. PERMASALAHAN...................................................................................................2

C. PEMBAHASAN........................................................................................................3

D. KESIMPULAN..........................................................................................................9

Daftar Pustaka.................................................................................................................10

iii
OPTIMALISASI MEDIA ONLINE SEBAGAI SARANA PEMASARAN PRODUK
UMKM DI KOTA SEMARANG

A. PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan munculnya wabah penyakit
COVID-19 atau Corona Virus termasuk di negara Indonesia. Virus Corona pertama kali
ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 dan telah menyebar ke lebih dari
200 negara dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Kasus virus ini pertama kali diidentifikasi di Indonesia pada awal bulan Maret
2020 dan terus meningkat persebarannya hingga mencapai ribuan orang. Persebaran
yang cepat ini terjadi karena virus ini sangat mudah ditularkan lewat lendir (droplet)
manusia positif COVID-19 yang meloncat ke manusia negatif COVID-19. Lendir itu
terciprat saat manusia positif COVID-19 bersin, batuk, atau berbicara lalu terkena orang
lain yang negatif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan pernyataan bahwa kasus
COVID-19 adalah pandemi. Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar
ke beberapa negara atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak orang.
Sementara, epidemi merupakan istilah yang digunakan untuk peningkatan jumlah
kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi di area tertentu.  Diperkirakan
Pandemi Virus Corona ini akan terus berlangsung hingga akhir tahun 2020.
Dinyatakannya COVID-19 sebagai pandemi, maka WHO berharap negara-
negara lain bisa lebih agresif dalam mengambil tindakan pencegahan dan perawatan.
Jika pemerintah bisa dengan cepat melacak, mendeteksi, menguji, merawat, dan
mengisolasi orang-orang yang disinyalir terinfeksi COVID-19, diharapkan dapat
menghentikan penyebaran. Sejatinya, ketika suatu wabah menjadi pandemi, tidak hanya
berdampak pada sektor kesehatan saja, tetapi juga perekonomian, sosial, dan kestabilan
suatu negara.
Di Indonesia sendiri, seiring meningkatnya jumlah pasien yang positif
terinfeksi virus ini, pemerintah melakukan berbagai kebijakan untuk mencegah
persebaran virus, seperti "Bekerja, Belajar, dan Beribadah di Rumah" hingga
memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau karantina kesehatan
seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya berbagai kebijakan tersebut aktivitas
masyarakat menjadi lebih terbatas. Tidak hanya berdmpak pada bidang Kesehatan,
1
pandemi yang terjadi juga berdampak pada perubahan kegiatan ekonomi dan perilaku
konsumen.
Adanya pandemi ini memaksa masyarakat untuk mengurangi aktifitasnya di
luar rumah atau mengurangi bepergian untuk membatasi kontak dengan orang lain dan
memutus rantai persebaran virus, termasuk aktifitas jual-beli konvensional atau
berbelanja, yang mana saat ini masyarakat cenderung berbelanja secara online, banyak
memesan makanan via online delivery, atau lebih banyak menonton film di rumah.
Psikologi belanja konsumen tak stabil, fluktuatif, dan impulsif.
Dilansir dari psychologytoday, bebrapa penelitian menunjukan bahwa
masyarakat yang mengalami kecemasan akibat adanya pandemi terdorong untuk
melakukan pembelian secara impulsif lantaran akan membantu individu merasa lebih
baik. Studi menunjukan individu yang sedang merasa cemas atau sedih akan membuat
pilihan untuk berbelanja untuk mengurangi kesedihan.
Survei yang dilakukan oleh Coresight Research juga menunjukan bahwa
pandemi COVID-19 ini telah merubah perilaku konsumen. Dua pertiga orang yang
disurvei mengatakan mereka berencana untuk lebih banyak berbelanja secara online.
Lebih dari sepertiga responden mengatakan mereka berencana berbelanja online lebih
sering dan mengurangi berbelanja di toko dalam jangka panjang. Pembelian yang
dilakukan tidak hanya menyangkut bahan makanan dan kebutuhan pokok, namun juga
produk yang tidak esensial.

B. PERMASALAHAN
Pandemi COVID-19 yang terjadi pada awal tahun 2020 telah begitu ekstrem
mengubah perilaku konsumen di berbagai penjuru dunia. Perubahan itu bisa bersifat
sementara, namun bisa juga berubah secara tetap membentuk new normal. Adanya
pandemi ini memaksa masyarakat untuk mengurangi aktifitasnya di luar rumah atau
mengurangi bepergian untuk membatasi kontak dengan orang lain dan memutus rantai
persebaran virus, termasuk aktifitas jual-beli konvensional atau berbelanja, yang mana
saat ini masyarakat cenderung bertransaksi dan berbelanja secara online. Akibatnya
psikologi belanja konsumen menjadi tak stabil, fluktuatif, dan impulsif. Di sebagian
negara terdampak virus Corona banyak ritel telah menutup semua tokonya untuk
sementara waktu karena virus Corona dan imbauan untuk Social Distancing.

2
Masa pandemi COVID-19 menjadi masa yang sulit bagi beberapa aspek
termasuk dunia pemasaran. Hal tersebut juga dirasakan oleh para pelaku usaha UMKM.
Pangsa pasar yang dimilikinya, berupa kebutuhan masyarakat sehari- hari, baik sandang
maupun pangan, menyempit. Dalam ruang gerak yang sudah teramat sempit, aneka
produk yang disiapkannya tidak menjadi transaksi yang mampu menggerakkan
ekonomi dan perputaran uang. Tidak sedikit usaha yang jatuh karena lesunya roda
perekonomian selama berbulan-bulan. 
Data Badan Pusat Statistik dan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa
Tengah menunjukkan Jawa Tengah memiliki Usaha Mikro Kecil (UMK) sebanyak
4.131.727 usaha. Dari jumlah tersebut, 51% mengalami kendala pemasaran, 25%
mengalami kendala pembiayaan, 5% mengalami kendala bahan baku, dan 19%
mengalami kendala lainnya. Belum lagi, pandemi COVID-19 ikut andil membuat
pelaku UMKM menjerit dan terpuruk.
Sampai saat ini jumlah UMKM se-Jateng yang terdampak ada sekitar 40.000
dan terus bertambah, Dari data yang dilaporkan, dampak terbesar yang dialami UMKM
ada dipemasaran, produksi dan legalitas. Maka sebgai solusi dari permasalahan tersebut,
anggaran refocusing Pemprov Jateng digunakan untuk melakukan pelatihan-pelatihan
kepada pelaku UMKM sesuai dengan yang dibutuhkan.
Di Kota Semarang tercatat terdapat 17.667 UMKM yang tersebar di berbagai
wilayah. Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang mencatat sebanyak 1.538 pelaku
UMKM di Kota Semarang terdampak pandemi COVID-19 dengan berbagai macam
tingkat dampak yang dialami. Ada yang terdampak hingga 75 persen sehingga usahanya
berhenti, ada yang 50 persen dan ada yang hanya 25 persen.

C. PEMBAHASAN
Dalam menjalankan strategi bisnis khususnya pada lingkup komunikasi
pemasaran, pemilihan media pemasaran merupakan jembatan penyeberangan pesan
promosi yang akan disampaikan oleh pelaku usaha kepada konsumen. Pemilihan
media pemasaran dilandaskan oleh jenis produk yang akan dipasarkan, target sasaran,
dan biaya promosi. Setiap media yang menjadi pilihan adalah pertimbangan untuk
keefektifan penerimaan pesan oleh konsumen dari pelaku usaha.
Media digital berbasis online menjadi salah satu sasaran pemasaran para
pelaku usaha, termasuk UMKM karena media ini dapat menjangkau sasaran secara
3
luas bahkan secara personal. Belum lagi beberapa platform seperti media sosial dan
marketplace menjadi media pertama dan unggulan bagi UMKM karena biaya yang
terbilang murah dan mudah untuk mengaplikasikannya.
Saat ini banyak konsumen yang telah beralih dari penggunaan media
tradisional seperti radio dan televisi menjadi media digital untuk mendapatkan
informasi sebuah produk yang sedang dibutuhkan. Dengan banyaknya ruang di dunia
digital, media online telah menciptakan pusat informasi yang kokoh bagi pemasar dan
konsumen. Dapat diakses dimanapun dan kapanpun baik oleh konsumen maupun oleh
pelaku usaha. Tujuan pembuatan perangkat jaringan ini adalah untuk menyediakan
saluran komunikasi yang efisien dan tepat waktu. Tantangan yang dihadapi
perusahaan saat ini adalah integrasi penawaran dengan gaya hidup konsumen tersebut.
Meski tidak sedikit konsumen yang masih memanfaatkan media tradisional,
tren penggunaan media digital telah berubah drastis. Sekarang, konsumen memiliki
kontrol lebih besar atas apa yang mereka inginkan, butuhkan, gunakan, dengar, dan
lihat, dan khalayak diberi kesempatan untuk membuat konten media secara bebas oleh
mereka sendiri.
Krisis segala aspek yang didasari oleh kasus pandemi COVID-19 telah
mengubah segala bentuk kebudayaan atau kebiasaan. Bahkan COVID-19 ini telah
menciptakan kehidupan baru yang disebut dengan kehidupan “New Normal” atau
kenormalan baru bukan sebuah bentuk budaya yang telah kembali seperti sedia kala,
akan tetapi bagaimana adanya kebiasaan baru yang terjadi atas adanya pandemi
COVID-19. Meski beberapa budaya lama tetap ada yang berjalan. Salah satu budaya
yang berlangsung baru adalah optimalisasi media digital berbasis daring sebagai
sebuah komunikator, pesan, media dan komunikan. Walaupun tatanan lama sudah
beradaptasi dengan media ini, akan tetapi perubahan besar telah terjadi. Banyak
kegiatan akan dimudahkan dengan penggunaan media digital yang telah disahkan atau
diterima dalam berbagai urusan. Hasilnya, media berbasis online ini justru menjadi
penyelamat, pembantu dan pilihan tepat untuk berbagai kegiatan termasuk pemasaran.
Pandemi COVID-19 yang terjadi pada awal tahun 2020 telah begitu ekstrem
mengubah perilaku konsumen di berbagai penjuru dunia. Perubahan itu bisa bersifat
sementara, namun bisa juga berubah secara tetap membentuk new normal. Adanya
pandemi ini memaksa masyarakat untuk mengurangi aktifitasnya di luar rumah atau
mengurangi bepergian untuk membatasi kontak dengan orang lain dan memutus rantai
persebaran virus, termasuk aktifitas jual-beli konvensional atau berbelanja, yang mana
4
saat ini masyarakat cenderung bertransaksi dan berbelanja secara online. Akibatnya
psikologi belanja konsumen menjadi tak stabil, fluktuatif, dan impulsif.
Di sebagian negara terdampak virus Corona banyak ritel telah menutup semua
tokonya untuk sementara waktu karena virus Corona dan imbauan untuk Social
Distancing. Ditengah penutupan sementara toko, media online bisa menjadi solusi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang takut untuk berpergian keluar rumah
dan terinfeksi virus. Survei yang dilakukan oleh Coresight menjelaskan, sehubungan
dengan adanya pandemi ini, masyarakat membeli lebih banyak kebutuhan secara
online daripada yang biasa mereka lakukan.
Para pelaku usaha termasuk UMKM menganggap media online sangat tepat
digunakan dan bermanfaat di masa pandemi ini. Selain karena harus meminimalisir
aktivitas luar ruang, media online dianggap media paling cepat untuk melakukan
sharing informasi kepada para konsumen. Selain karena konsumen sangat erat
hubungannya dengan media online, media ini juga sangat cepat, mudah dan murah
dalam menyebarkan pesan promosi kepada konsumen.
Penyampaian pesan promosi pemasaran yang berdasar pada alat komunikasi
pemasaran seperti periklanan, direct marketing, sales promotion, E-WOM dan public
relations dapat sekaligus diaplikasikan melalui media online. Para pelaku usaha dapat
mengemas alat pemasaran tersebut dengan seefektif mungkin kepada konsumen
melalui media online. Selain itu, para pelaku usaha dapat mengukur efek penggunaan
alat tersebut dengan cepat melalui media online. Dengan begitu, pelaku usaha dapat
melihat alat mana yang paling efektif yang dapat dilakukan dan diterima oleh
konsumen.
Dengan adanya media online, pesan pemasaran, seperti media promosi melalui
Instagram, Twitter, TikTok, WhatsApp, Facebook, Line, bahkan Marketplace seperti
Shopee, Tokopedia dan Lazada lebih menarik dan cepat sampai ke pelanggan,
sehingga mereka terarik melihat desain promosi, ataupun bonus yang kadang
diberikan untuk menambah omzet pemasukan. Apalagi selama pandemi COVID-19,
konsumen lebih tertarik mengakses pesanan melalui media online, daripada harus
membeli langsung ke tempat pembuatnya atau toko fisiknya dikarenakan adanya
himbauan untuk melakukan kegiatan dari rumah dan social distancing. Maka bagi
pelaku usaha UMKM, pengalaman di saat pandemi ini dengan menggunakan media
online memberikan dampak yang sangat efektif. Media online menjadi platform yang
paling tepat untuk penyaluran pendistribusian produk dan pesan pemasaran misalnya
5
dengan strategi iklan di media sosial seperti Twitter, Instagram dan TikTok yang
dapat membawa kemajuan untuk kunjungan profil walaupun belum tentu di- order.
Yang pasti pula pesannya lebih cepat sampai ke target pemasaran. Kelebihan lain
adalah adanya penambahan reseller sangat dimungkinkan ketika memanfaatkan media
online.
Pandemi telah mengubah seluruh aktivitas pelaku usaha dan konsumen. Oleh
sebab itu pelaku usaha melakukan survei ulang mengenai aktivitas browsing dan
belanja para konsumen. Selama melakukan observasi, waktu browsing dan belanja
tidak terlalu banyak berubah. Khususnya bagi pelaku usaha makanan. Jam makan
baik berat dan ringan masih sama. Kendala banyak muncul karena banyak pelaku
usaha juga sama-sama memanfaatkan media sosial selama masa pandemi. Akan tetapi
masa ini juga memberikan peningkatan positif karena banyak konsumen yang
memanfaatkan belanja online mengingat kebijakan sosial dan physical distancing.
Pelaku usaha juga harus memahami karakteristik para konsumen seperti media
mana yang akan digunakan untuk iklan yang seperti apa, media mana yang digunakan
untuk berinteraksi kepada siapa, media mana yang menggunakan pesan yang seperti
apa serta media mana yang akan digunakan untuk hal khusus dalam komunikasi
pemasaran.
Kemudian, WhatsApp lebih digunakan untuk direct marketing dan proses
pemesanan. Aplikasi Grabfood dan Gofood lebih digunakan untuk memberikan
keterangan harga produk dan proses pemesanan juga. Jelasnya bahwa setiap media
sudah memiliki konteksnya masing-masing. Hal tersebut pun telah terbudaya baik
dari pelaku usaha maupun bagi para konsumen sendiri. Pemilik media telah
membentuk branding tiap-tiap kegunaan dan identitas dari setiap media sehingga
membantu para pelaku usaha dan konsumen untuk memanfaatkan setiap media.
Setiap produk selain menyesuaikan dengan identitas dari brand yang dibentuk,
pesan pemasaran pada setiap media juga disusun secara strategis. Jenis produk juga
menentukan tata letak, ukuran, penggunaan warna, grafik, desain, tipografi, dan gaya
umum komunikasi pemasaran pada media pemasaran yang digunakan. Misalnya pada
produk makanan, ketika pesan direct marketing menggunakan aplikasi WhatsApp
maka gaya akan lebih monoton dan sedikit terasa kaku. Sedangkan ketika
menggunakan website, Grabfood dan Gofood atau media sosial Instagram akan lebih
leluasa dalam memanfaatkan tata letak, ukuran, penggunaan warna, grafik, desain,
tipografi, dan gaya umum komunikasi pemasaran.
6
Selain media sosial, marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak dan
Lazada menjadi media yang juga sangat dapat membantu pendistribusian dan
pemasaran produk UMKM. Banyak UMKM di sektor industry rumahan seperti
clothing, makanan dan snack, aksesoris dan lain sebagainya menggunakan
marketplace ini sebagai alat untuk melakukan penjualan produk mereka.
Transaksi E-commerce di Indonesia meningkat dengan pesat selama masa
pandemi COVID-19 terutama untuk produk kebutuhan pokok dan produk esensial
seperti masker, hand sanitizer, vitamin, obat-obatan dan makanan kemasan yang
sangat diburu masyarakat ditengah wabah virus corona.
Jumlah pengguna dan transaksi platform e-commerce melonjak selama
pandemi Covid-19. Banyak e-commerce yang berlomba-lomba untuk meningkatkan
penjualan selama masa pandemi termasuk e-commerce Shopee, Tokpedia, Bukalapak
dan Lazada. Menurut data peta e-commerce Indonesia dari iPrice Insight, Shopee
menempati peringkat pertama pada Q1 2020 hingga Q3 2020 dengan jumlah
pengunjung bulanan mencapai 71,5 juta diikuti dengan Tokopedia dengan jumlah
pengunjung bulanan 69,8 juta.

Pengunjung Bulanan Marketplace Indonesia Pada Kuartal 1 2020

Sumber : iPrice Insight 2020

Kemudian dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak

awal 2020, pada kuartal 2 dan 3 tahun 2020 pengunjung marketplace-marketplace ini

meningkat pesat dengan jumlah pengunjung bulanannya.

7
Pengunjung Bulanan Marketplace Indonesia Pada Kuartal 3 2020

Sumber : iPrice Insight 2020

Dengan tingginya angka pengunjung bulanan pada marketplace-marketplace


tersebut, maka baik bagi UMKM untuk memanfaatkan momentum ini untuk
menggunakan media tersebut guna memasarkan dan mendistribusikan produknya.
Ditambah dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh para marketplace
tersebut dalam membantu para penggunanya baik penjual maupun pembeli seperti
kemudahan pengiriman barang dengan promo gratis ongkir, pick-up barang, dan
berbagai voucher potongan harga dan promosi lainnya. Maka hal ini akan dapat
menarik lebih banyak pelanggan untuk mencari produk yang diinginkan dan membeli
produk yang dibutuhkan. Sehingga menguntungkan pula bagi UMKM yang
memanfaatkan media ini untuk meningkatkan omzet penjualan yang menurun akibat
adanya pandemi COVID-19.

8
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat sebanyak 301.115
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) beralih ke usaha digital selama pandemi
COVID-19 sekaligus untuk memperluas penetrasi pasar karena terjadi perubahan
perilaku konsumen yang dialami masyarakat selama terjadi pandemi COVID-19.
Diharapkan kedepannya akan lebih banyak lagi UMKM yang dapat memanfaatkan
media digital sebagai bentuk strategi pemasaran tidak hanya saat Pandemi COVID-19
namun juga untuk strategi pemasaran di masa yang akan datang sehingga UMKM
dapat lebih berkembang dan meningkatkan omzet penjualannya.

D. KESIMPULAN
Pandemi Covid-19 yang terjadi di tahun 2020 ini telah menyebabkan
terbatasnya mobilitas masyarakat dengan dikeluarkannya kebijakan seperti bekerja
dan sekolah dari rumah. Hal ini mendorong masyarakat melakukan segala aktifitasnya
dari rumah termasuk kegiatan membeli perlengkapan dan kebutuhan hidup dari rumah
karena masyarakat merasa takut akan terkena dampak virus corona jika berpergian
keluar rumah. Dengan kondisi demikian, masyarakat dan pelaku usaha akan
memanfaatkan media digital atau online shopping termasuk melalui e-commerce
untuk melakukan kegiatan penjualan dan pembelian kebutuhan masyarakat. Kondisi
masyarakat tersebut juga meningkatkan tingkat konsumtifitas dan kecenderungan
pembelian impulsif.
Optimalisasi media online pada masa pandemi yang dipergunakan sebagai
media promosi pemasaraan adalah tepat. Penggunaan media online yang memberikan
dampak transmisi di mana pesan dan interaksi hadir karena media, penyebaran pesan
promosi yang tepat dalam hal waktu, konteks pesan yang tepat dengan media yang
digunakan dan format yang mudah diterima oleh ragam konsumen serta bentuk
penerimaan pesan yang mudah ditangkap oleh dan dari konsumen menjadi sebuah
kesimpulan bahwa media online adalah alat bantu yang efektif bagi pemasaran.
Menurunnya penjualan berbagai usaha termasuk UMKM akibat pandemi
COVID-19 yang menuntut setiap orang untuk berperilaku sesuai dengan protokol
yaitu pembatasan interaksi langung kepada calon konsumen, menjadikan media
online sebagai sebuah solusi yang membantu stabilitas hidup penjualan dan
pemasaran produk. Meskipun tetap memiliki kekurangan dan hambatan, para pelaku

9
UMKM masih beruntung dapat mempertahankan usaha untuk tetap ada dan hidup
karena bantuan dari media online yang selalu hadir baik bagi pelaku usaha maupun
bagi para konsumen. Bahkan banyak UMKM yang omzetnya meningkat pesat karena
mengguanakan media digital sebagai media pemasaran dan pendistribusian produk
mereka.

10
DAFTAR PUSTAKA

BeritaSatu.com (2020). UMKM Bangkit, Membangkitkan UMKM di Tengah Pandemi


<https://www.beritasatu.com/nasional/694113/umkm-bangkit-membangkitkan-umkm-
di-tengah-pandemi>

Fill, Chris. (2009). Marketing communications: Interactivity, communities, and content (5th
ed.). Pearson Education Limited.

Irham, M. (19 Maret 2020). Virus corona: UMKM diterjang pandemi Covid-19 sampai
'kembang kempis'. BBC.com. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51946817

Iprice. (2020). Peta E-Commerce Indonesia.

HumasJateng,com (2020). Didampingi, 3.000 Lebih UMKM di Jateng Mulai Bangkit dari
Pandemi: <https://humas.jatengprov.go.id/detail_berita_gubernur?id=4636>

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-
19). In Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Kotler, P., & Amstrong, G. (2014). Principles of Marketing (12th ed.; B. Sabaran, Ed.).
Jakarta: Erlangga.

Kristiyanti, M dan Rahmasari, L. (2015). Website sebagai media pemasaran produk-produk


unggulan UMKM di Kota Semarang. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM), 13(2). 186-196.

Moriuchi, E. (2016). Social media marketing: Strategies in utilizing consumer-generated


content. Business Expert Press.

Network, A. M. (2020). 40.000 UMKM di Jawa Tengah Terdampak Covid-19, Ini yang
Dilakukan <https://ayosemarang.com/read/2020/10/18/65526/40000-umkm-di-jawa-
tengah-terdampak-COVID-19-ini-yang-dilakukan>

Nishimura, K. (2020). Amazon 3P Sellers Struggle to Meet Demand as Virus Could Keep
Shoppers Home. Sourcing Journal (Online).

Pickton, D. and Broderick, A. (2005). Integrated marketing communication (2ndedition).


Pearson Education Limited.

Sandi, F. (2020). Hand Sanitizer Diburu Gegara Corona di RI, Harga pun Melejit.

Senjaya, I. C. (2020). 1 538 UMKM di Semarang terdampak COVID-19:


<https://www.antaranews.com/berita/1492196/1-538-umkm-di-semarang-terdampak-
COVID-19>

Turban, E. (2015). Electronic commerce - A Managerial and Social Networks Perspective. In


Computer Law & Security Review.

11
WHO. (2020). Coronavirus disease (COVID-19) outbreak.

WHO. (2020). Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di
Sekolah. Unicef.

WHO. (2020). WHO Characterizes COVID-19 as A Pandemic. World Health Organization.

Widowati, H. (2019). Indonesia Jadi Negara dengan Pertumbuhan E-Commerce Tercepat di


Dunia. Katadata.Co.Id.

12

Anda mungkin juga menyukai