OLEH :
(1902022218)
PRODI AKUNTANSI
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan
hewan. Sebagian virusnya dapat menginveksi manusia serta menyebabkan
berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit
yang lebih fatal. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease
2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.
Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua
negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Virus Corona merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti
flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia).
Penyebaran virus corona ini terbilang sangat mudah menyebar, dikarenakan virus
corona ini sangat mudah menular kepada sesama. Tercatat pada saat ini sudah
terdapat sekitar 4 juta jiwa yang telah terkena virus corona ini di seluruh dunia.
Sedangkan di Indonesia sendiri juga sudah cukup banyak korban yang terkena virus
corona ini yaitu sebanyak 15 ribu jiwa.
Virus corona dapat menular dari tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika
seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk.Tetesan itu kemudian mendarat
di sebuah benda atau permukaan yang lalu disentuh oleh orang sehat dan orang
sehat tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus corona juga bisa
menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika berdekatan dengan
yang terinfeksi virus corona. Banyak sekali media virus corona ini untuk menular
diantaranya udara, air, sentuhan langsung, dan lain lain.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pengamatan
Pembahasan
2. Hindari kontak langsung dengan siapa pun yang terserang batuk dan deman
Meskipun tidak dapat dipastikan orang yang terkena batuk dan demam adalah positif
COVID-19 kita harus tetap waspada. Saat berkunjung ke pasar tradisional sulit
dihindari untuk bertemu banyak orang, pastikan untuk tidak melakukan kontak
langsung terutama mereka yang memiliki gejala batuk dan demam. Jika kita yang
terserang batuk ataupun demam usahakan untuk menutup mulut dan hidung
menggunakan tisu dan segera buang di tempat sampah.
Di mana pun dan kapan pun saat sedang keluar rumah pastikan untuk selalu
mengenakan masker. Menggunakan masker ketika berbicara memang cukup
membuat sebagian orang merasa tidak nyaman. Namun, kondisi seperti sekarang ini
mengharuskan kita untuk selalu mengenakannya. Tidak memakai masker saat
keluar rumah memiliki risiko penularan yang lebih besar dibandingkan memakai
masker. Saat berpapasan atau kontak dengan orang yang terserang batuk akan
sangat berisiko penularannya. Pastikan untuk selalu menggunakannya
Pasar merupakan salah satu tujuan orang mencari kebutuhan yang mengakibatkan
kerumunan. Bagi pengunjung pasar pastikan untuk menjaga jarak aman minimal 1
meter. Jarak ini cukup membantu untuk mengurangi risiko penularan saat berada di
kerumunan. Walaupun bepergian ke tempat umum jangan sampai tidak mematuhi
protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Semua aturan yang telah
diresmikan merupakan standarisasi yang wajib dilakukan. Dengan tidak melanggar
protokol kesehatan kita dapat membantu pemerintah dalam menangani penyebaran
COVID-19.
Kenaikan penjualan
Hasil riset DBS dan “ramalan” Tutum th lalu diakui Marketing Director
Indomarco Prismatama, Wiwiek Yusuf. Petinggi Indomaret ini menyebut, selama
pandemi Covid-19 tren penjualan perusahaannya naik cukup signifikan. "Secara
total kami naik sekitar 7 persen sampai 10 persen," ujar Wiwiek kepada Lokadata.id.
diduga kenaikan ini dipengaruhi besar oleh kebijakan PSBB yang telah diterapkan di
berbagai kota. Karena PSBB, minimarket macam Indomaret menjadi alternatif
tempat belanja, apalagi bagi toko-toko yang berada di area perumahan. Meski
begitu, lokasi tidak serta merta menjadi sebab utama terjadinya peningkatan
penjualan pada saat pandemi. Buktinya, tren penjualan Indomaret melalui layanan
pesan-antar juga meningkat. Tidak merinci berapa peningkatan penjualan barang
melallui layanan pesan-antar. Hanya disebutkan kenaikan penjualan signifikan
sejauh ini terjadi di kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan sekitarnya. Tanggapan
lain datang dari Corporate Affairs Director Alfamart, Solihin. Dia mengatakan, sejauh
ini belum ada peningkatan signifikan pada penjualan Alfamart selama pandemi.
“Normal saja. Dalam artian peningkatan secara nasional hanya 2 sampai 3 persen
saja,” ujar Solihin kepada Lokadata.id.
Menurut Solihin, sejak pandemi Covid-19 terjadi ada sejumlah produk yang banyak
dicari konsumen. Produk-produk ini contohnya beras, minyak, gula, vitamin, dan
hand sanitizer. “Kalau rata-rata kontribusi penjualan per bulan (terhadap total
penjualan per tahun) 8,2 persen, nah di bulan Ramadan dan Lebaran bisa lebih dari
rata-rata itu, bisa sekitar 12 persen,” tuturnya.
Fenomena Global
Penurunan penjualan ritel akibat pandemi tidak hanya dialami oleh Indonesia.
Secara global, penjualan ritel diperkirakan turun hingga 9,6% atau setara 2,1 triliun
dolar, menurut Forrester, sebuah lembaga riset bisnis yang berbasis di Inggris.
Forrester memperkirakan, butuh waktu empat tahun bagi para peritel untuk bisa
kembali ke level sebelum pandemi. Menurut Forrester, dampak pandemi terhadap
penjualan ritel akan sangat bervariasi di Amerika Utara, Asia, Eropa, dan Amerika
Latin. Untuk Amerika Serikat, penjualan ritel akan turun 9,1% atau setara 321 miliar
USD. Asia Pasifik akan turun sekitar 10% atau setara 767 miliar USD. Cina akan
menjadi negara dengan penurunan penjualan ritel terbesar hingga 192 miliar USD
pada Januari dan Februari saja, dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Cina, negara dengan konsumen terbesar di dunia, melaporkan
penjualan ritelnya selama Mei minus 2,8 persen, menurut Badan Pusat Statistik
China seperti dilansir dari SCMP. Namun, angka penjualan ritel yang menjadi
indikator kunci dalam konsumsi itu sudah membaik dibandingkan pada April, yang
mencatat minus 7,5 persen. Demikian pula Amerika Serikat, salah satu negara
dengan konsumen terbesar di dunia, juga mencatatkan penurunan penjualan ritel
hingga minus 8,7% pada Maret. Ini merupakan penurunan month to month terbesar,
sejak Badan Statistik AS mulai mencatat sensus ritel. Secara year on
year, penurunannya mencapai minus 6,2%. Nasib serupa juga menimpa Singapura
yang sering dianggap sebagai barometer perekonomian Asia Tenggara. Penjualan
ritel Singapura pada Maret turun ke tingkat terendah dalam 22 tahun. Penjualan ritel
turun hingga minus 13,3% secara year on year, menurut Department of Statistics
(SingStat). Menurut perhitungan Reuters, ini merupakan penurunan terendah sejak
September 1998, ketika penjualan retail turun hingga minus 16,9%. Penjualan
pakaian dan alas kaki mencatat penurunan terbesar hingga 41,6% secara year on
year. Singapura secara perlahan sudah membuka kembali aktivitas ekonominya,
setelah beberapa bulan lockdown sehubungan dengan pandemi. Namun, para
peritel tidak berharap banyak langkah itu akan menyelamatkan industri retail.
“Para peritel secara jelas menghadapi tekanan finansial yang signifikan selama
periode ini. Apakah itu [peritel] besar atau kecil, mereka sesungguhnya paham
betapa sulitnya memenuhi kewajiban finansialnya,” ujar Rose Tong, direktur
eksekutif Singapore Retailers Asociation, kepada CNBC.
“Mereka tidak berharap banyak bahwa bisnis akan kembali seperti semula.. meski
setelah dua pekan pertama euforia belanja atau apa yang kita sebut sebagai
'revenge shopping',” jelasnya. Para peritel memperkirakan penjualan turun hingga
50% sehubungan dengan melemahnya ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Dampak pandemi tidak hanya dirasakan oleh brand, tetapi juga pemasok serta
pabrik di mana mereka kehilangan demand untuk menyuplai barang dan produksi
karena saat ini kemampuan beli konsumen menurun. Oleh karena itu terjadi
perubahan pada sistem pembayaran ke supplier dan pabrik yang mengharuskan
Men’s Republic untuk membayar pesanan dan produksi di awal. Alhasil cash flow
perusahaan pun terganggu karena penjualan yang turun, pembayaran untuk supplier
dan pabrik dipercepat, dan tetap harus membayar biaya operasional perusahaan
termasuk memberikan gaji karyawan. Sebagai pelaku usaha, diperlukan beberapa
langkah untuk dapat bertahan. Berikut adalah saran bagi para pelaku usaha dalam
menghadapi perubahan pasar:
Mengubah cara dalam menjalankan bisnis, dari yang semula mode attack menjadi
mode survival. Upaya yang dilakukan mulai dari efisiensi biaya untuk kegiatan
branding, menunda kegiatan ekspansi perusahaan, hingga menunda campaign
lebaran. Dalam internal perusahaan, diberlakukan unpaid leave, pemotongan gaji
bagi beberapa karyawan, hingga tidak mengambil gaji bagi dirinya sendiri sebagai
pimpinan. Langkah tersebut dibutuhkan untuk menjaga cash flow jangka panjang
mengingat tidak adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir.
Pengaturan karyawan
Saran lainnya yang diberikan oleh Rudi adalah dengan menjadikan karyawan yang
merupakan cost center menjadi profit center. Misalnya pada contoh bisnis,
perusahaan dapat menjadikan setiap karyawan sebagai sales dengan memberikan
database pelanggan untuk dihubungi sehingga perusahaan dapat menjangkau lebih
banyak konsumen.