Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS TENTANG KONDISI TEMPAT-TEMPAT DISEKITAR KITA

SELAMA PANDEMI COVID-19

OLEH :

Ni Made Novi Cahyanti

(1902022218)

KELAS III A ESEKUTIF

FAKULTAS EKONOMI, BISNIS DAN PARIWISATA

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan
hewan. Sebagian virusnya dapat menginveksi manusia serta menyebabkan
berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit
yang lebih fatal. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease
2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.
Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua
negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.

Virus Corona merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti
flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia).

Penyebaran virus corona ini terbilang sangat mudah menyebar, dikarenakan virus
corona ini sangat mudah menular kepada sesama. Tercatat pada saat ini sudah
terdapat sekitar 4 juta jiwa yang telah terkena virus corona ini di seluruh dunia.
Sedangkan di Indonesia sendiri juga sudah cukup banyak korban yang terkena virus
corona ini yaitu sebanyak 15 ribu jiwa.

Virus corona dapat menular dari tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika
seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk.Tetesan itu kemudian mendarat
di sebuah benda atau permukaan yang lalu disentuh oleh orang sehat dan orang
sehat tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus corona juga bisa
menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika berdekatan dengan
yang terinfeksi virus corona. Banyak sekali media virus corona ini untuk menular
diantaranya udara, air, sentuhan langsung, dan lain lain.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kondisi tempat-tempat disekitar kita selama pandemi covid-19 ?

C. Tujuan Pengamatan

Mengetahui bagaimana kondisi tempat-tempat disekitar kita selama pandemi covid-


19.
BAB II

Pembahasan

Pandemi COVID-19 telah membatasi berbagai aktivitas, termasuk untuk


berbelanja kebutuhan dan bahan makanan di supermarket atau pasar tradisional.
Pasar merupakan salah satu rujukan utama bagi setiap orang. Dengan demikian,
kerumunan dapat dijadikan perhatian dalam penanganan COVID-19. Hal ini
mengakibatkan maraknya wabah virus corona semakin besar risiko penularannya.
Dalam rangka pencegahan dan pengendalian COVID-19, pemerintah telah
mengeluarkan surat keputusan mengenai protokol kesehatan bagi masyarakat di
tempat dan fasilitas umum. “Pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum
Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID -
19), sesuai dengan kewenangan masing-masing dan dapat melibatkan
masyrarakat.” Poin kelima dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/Menkes/382/2020. Pemerintah juga menganjurkan kepada pengelola
pasar untuk memerhatikan penertiban kedisiplinan masyarakat pasar, seperti
menyediakan fasilitas cuci tangan, menjaga jarak aman antar pedagang, melakukan
disinfeksi secara berkala, dan menyediakan ruangan khusus bagi warga pasar yang
mengalami gejala gangguan kesehatan saat di pasar. Penanganan wabah ini tidak
hanya menjadi tugas pokok pemerintah saja, melainkan masyarakat juga wajib turut
andil untuk membantu menghentikan penyebaran virus ini.
World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia telah
memberikan anjuran untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.
Dilansir dari laman resmi WHO, berikut ini standar rekomendasi untuk mengurangi
penyebaran yang dapat diterapkan saat berada di tempat dan fasilitas umum seperti
pasar:

1. Pastikan tangan selalu bersih

Saat bepergian ke pasar sebelum maupun sesudah pastikan untuk selalu


membersihkan tangan dengan menggunakan handsanitizer yang mengandung
alkohol atau dapat mencuci tangan dengan air sabun. Hal ini karena tangan
merupakan sumber penularan virus. Tanpa sadar kita memegang benda kemudian
menyapukannya ke bagian mulut, mata, dan hidung. Sehingga tangan sangat rentan
dalam penyebaran virus ini.

2. Hindari kontak langsung dengan siapa pun yang terserang batuk dan deman

Meskipun tidak dapat dipastikan orang yang terkena batuk dan demam adalah positif
COVID-19 kita harus tetap waspada. Saat berkunjung ke pasar tradisional sulit
dihindari untuk bertemu banyak orang, pastikan untuk tidak melakukan kontak
langsung terutama mereka yang memiliki gejala batuk dan demam. Jika kita yang
terserang batuk ataupun demam usahakan untuk menutup mulut dan hidung
menggunakan tisu dan segera buang di tempat sampah.

3. Tidak menyentuh hewan

Saat mengunjungi area yang telah teridentifikasi COVID-19, pastikan untuk


menghindari menyentuh hewan. Terlebih ketika berada di pasar tradisional,
usahakan tidak memegang hewan yang ada di sana. Jika tersentuh langsung
bersihkan tangan dengan air yang mengandung alkohol ataupun membilasnya
dengan air sabun sesegera mungkin.

4. Selalu kenakan masker

Di mana pun dan kapan pun saat sedang keluar rumah pastikan untuk selalu
mengenakan masker. Menggunakan masker ketika berbicara memang cukup
membuat sebagian orang merasa tidak nyaman. Namun, kondisi seperti sekarang ini
mengharuskan kita untuk selalu mengenakannya. Tidak memakai masker saat
keluar rumah memiliki risiko penularan yang lebih besar dibandingkan memakai
masker. Saat berpapasan atau kontak dengan orang yang terserang batuk akan
sangat berisiko penularannya. Pastikan untuk selalu menggunakannya

5. Patuhi jarak aman minimal 1 meter

Pasar merupakan salah satu tujuan orang mencari kebutuhan yang mengakibatkan
kerumunan. Bagi pengunjung pasar pastikan untuk menjaga jarak aman minimal 1
meter. Jarak ini cukup membantu untuk mengurangi risiko penularan saat berada di
kerumunan. Walaupun bepergian ke tempat umum jangan sampai tidak mematuhi
protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Semua aturan yang telah
diresmikan merupakan standarisasi yang wajib dilakukan. Dengan tidak melanggar
protokol kesehatan kita dapat membantu pemerintah dalam menangani penyebaran
COVID-19.

 Akibat pandemi Covid-19, sektor usaha ritel belum pulih ke posisi


normal

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N Mandey


menyebut bahwa, sektor usaha ritel hingga saat ini belum pulih ke posisi normal.
Kondisi manis pada sektor ritel saat pandemi hanya terjadi pada awal
diumumkannya bahwa Covid-19 sudah masuk ke Indonesia di awal Maret silam.
Dimana pada awal pandemi sempat terjadi panic buying kebutuhan sehari-hari di
masyarakat. "Setelah itu sampai hari ini kalau ditanya kondisinya, belum kembali
atau belum dalam posisi yang normal," kata Roy salam diskusi virtual Polemik Trjaya
pada Sabtu (7/11). Adapun terkait daya beli masyarakat, Roy menjelaskan kini
terjadi fenomena dimana kelompok menengah bawah yang menurun daya beli
akibat pendapatan yang berkurang, dan kelompok menengah atas yang menahan
belanja lantaran membatasi dalam beraktivitas di luar rumah karena pandemi. Hal itu
lantaran kelompok masyarakat ini dinilai lebih memperhatikan pada isu kesehatan.
"Kalau menengah ke atas bukan masalah daya beli tapi menahan belanja. Mereka
itu lebih memiliki aware terhadap bagaimana kesehatannya. Mereka sangat
mengikuti berita media bagaimana zona merah, hijau dan bagaimana
perkembangan, lalu PSBB. Ketika mereka keluar rumah, itu suatu keputusan yang
sangat luar biasa," jelas Roy. Kemudian kelompok masyarakat menengah kebawah
dengan kondisi pandemi akan lebih memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari. Dimana kelompok ini menjadi yang banyak merasakan dampak
pandemi seperti dirumahkan yang membuah upah yang diterima tidak 100%,
bahkan sampai terkena pemutusan hubungan kerja. Hal itu yang membuat
pendapatan dari kelompok ini bekurang hingga akhirnya berimbas pada daya beli.
Pada saat pemberlakuan PSBB total, kunjungan pada ritel modern hanya seperlima
dari kondisi normal. Sementara itu ketika status berubah menjadi PSBB transisi
kunjungan sedikit naik menjadi 25% hingga 30% dari biasanya. Terkait jenis barang
yang menjadi jawara ketika pandemi, ialah kebutuhan yang berkaitan dengan
kebersihan dan kesehatan. Kelipatan permintaan pada produk kebersihan dan
kesehatan bisa mencapai 150%-200% dari kondisi normal. Tak hanya itu, produk
makanan dan minuman siap saji juga turut meningkat. Jika dilihat dari strata
kebutuhan, diungkapkan untuk kebutuhan tersier dinilai Aprindo hilang selama masa
pandemi Covid-19. Selain itu basket size masyarakat juga mengecil, misalnya dalam
perhitungan peritel seseorang yang masuk ke supermarket akan mengeluarkan rata-
rata Rp 200.000 - Rp 250.000 untuk belanja kini kemungkinan hanya Rp 100.000.
diakui baik pusat perbelanjaan dan gerai mengalami kerugian sejak pembatasan
sosial akibat penyebaran Covid-19. Ia mencatat kunjungan atau trafik mengalami
penurunan sekitar 70 hingga 80 persen. Sementara itu, rata-rata gerai mengalami
penurunan omzet lebih dalam lagi, yaitu 80 hingga 90 persen. Hal ini juga
menyebabkan beratnya pengelola mall dan gerainya untuk membiayai fixed-cost
operasional. Ketika penjualan on store sulit, Sarinah menekan angka kerugian
dengan secara aktif melakukan penjualan secara online juga home delivery dan
menekan angka kerugian melalui efisiensi biaya operasional.

 Berkah untuk minimarket di tengah pandemi Covid-19

Pembatasan aktivitas sosial selama pandemi Covid-19 berdampak terhadap


berbagai lini usaha dan perekonomian. Salah satu sektor usaha yang paling
terdampak adalah bisnis ritel. Tidak semua peritel mengalami kerugian atau terpuruk
akibat Covid-19. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan DBS Group, bisnis
supermarket dan minimarket menjadi segmen ritel paling diuntungkan selama
pandemi Covid-19, dan pelaksanaan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).
Keuntungan diraih karena saat pusat perbelanjaan modern dan banyak pertokoan
harus tutup selama PSBB, supermarket dan minimarket tetap bisa beroperasi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Keberadaan dua jenis toko ritel ini juga
menjawab kebutuhan warga yang tak bisa ke pasar tradisional lantaran PSBB atau
takut tertular Covid-19. Berdasarkan data DBS Group, hingga 2019 mayoritas warga
Indonesia masih lebih memilih berbelanja di pasar tradisional (70 persen) ketimbang
minimarket atau supermarket. Hanya ada 23 persen warga yang memilih belanja di
minimarket, dan 7 persen lainnya ke supermarket. Akan tetapi, kondisi saat ini
dianggap bisa mendorong warga yang tadinya lebih memilih berbelanja di pasar
untuk beralih ke supermarket atau minimarket terdekat. DBS Grup juga
memperkirakan, pertumbuhan penjualan barang di minimarket akan tumbuh lebih
pesat dibandingkan supermarket maupun pasar tradisional tahun ini. Alasannya,
minimarket unggul dari sisi kenyamanan dan kemudahan akses. Terlebih, sebagian
besar minimarket saat ini beroperasi hingga larut malam di lokasi yang
strategis (dekat perumahan atau perkampungan). Hasil riset DBS Grup terkait
dampak pandemi Covid-19 dan kebijakan sejumlah negara di ASEAN terhadap
kinerja supermarket serta minimarket di kawasan ini, dikutip Jumat (24/4/2020) DBS
Group / Riset DBS Group

Dampak positif pandemi Covid-19 terhadap kinerja minimarket di Indonesia


kontras dengan kondisi di sejumlah negara tetangga. Riset yang sama menemukan,
tingkat penjualan toko-toko ritel kecil sejenis minimarket di Singapura, Thailand, dan
Malaysia tidak terdongkrak sebesar di Indonesia. Pada pertengahan Maret lalu th
lalu, Anggota Dewan Penasihat Hippindo Tutum Rahanta pernah menyebut bahwa
keramaian di supermarket atau minimarket kemungkinan tetap terjadi di tengah
pandemi Covid-19. Dia meyakini banyak masyarakat berkunjung ke toserba demi
membeli kebutuhan pokok, dan penunjang kegiatan di rumah. Tetapi orang pergi
karena kebutuhan (memenuhi bahan pangan) ke supermarket, di luar itu mereka tak
mau berlama-lama.

 Kenaikan penjualan

Hasil riset DBS dan “ramalan” Tutum th lalu diakui Marketing Director
Indomarco Prismatama, Wiwiek Yusuf. Petinggi Indomaret ini menyebut, selama
pandemi Covid-19 tren penjualan perusahaannya naik cukup signifikan. "Secara
total kami naik sekitar 7 persen sampai 10 persen," ujar Wiwiek kepada Lokadata.id.
diduga kenaikan ini dipengaruhi besar oleh kebijakan PSBB yang telah diterapkan di
berbagai kota. Karena PSBB, minimarket macam Indomaret menjadi alternatif
tempat belanja, apalagi bagi toko-toko yang berada di area perumahan. Meski
begitu, lokasi tidak serta merta menjadi sebab utama terjadinya peningkatan
penjualan pada saat pandemi. Buktinya, tren penjualan Indomaret melalui layanan
pesan-antar juga meningkat. Tidak merinci berapa peningkatan penjualan barang
melallui layanan pesan-antar. Hanya disebutkan kenaikan penjualan signifikan
sejauh ini terjadi di kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan sekitarnya. Tanggapan
lain datang dari Corporate Affairs Director Alfamart, Solihin. Dia mengatakan, sejauh
ini belum ada peningkatan signifikan pada penjualan Alfamart selama pandemi.
“Normal saja. Dalam artian peningkatan secara nasional hanya 2 sampai 3 persen
saja,” ujar Solihin kepada Lokadata.id.

Menurut Solihin, sejak pandemi Covid-19 terjadi ada sejumlah produk yang banyak
dicari konsumen. Produk-produk ini contohnya beras, minyak, gula, vitamin, dan
hand sanitizer. “Kalau rata-rata kontribusi penjualan per bulan (terhadap total
penjualan per tahun) 8,2 persen, nah di bulan Ramadan dan Lebaran bisa lebih dari
rata-rata itu, bisa sekitar 12 persen,” tuturnya.

 Fenomena Global

Penurunan penjualan ritel akibat pandemi tidak hanya dialami oleh Indonesia.
Secara global, penjualan ritel diperkirakan turun hingga 9,6% atau setara 2,1 triliun
dolar, menurut Forrester, sebuah lembaga riset bisnis yang berbasis di Inggris.
Forrester memperkirakan, butuh waktu empat tahun bagi para peritel untuk bisa
kembali ke level sebelum pandemi. Menurut Forrester, dampak pandemi terhadap
penjualan ritel akan sangat bervariasi di Amerika Utara, Asia, Eropa, dan Amerika
Latin. Untuk Amerika Serikat, penjualan ritel akan turun 9,1% atau setara 321 miliar
USD. Asia Pasifik akan turun sekitar 10% atau setara 767 miliar USD. Cina akan
menjadi negara dengan penurunan penjualan ritel terbesar hingga 192 miliar USD
pada Januari dan Februari saja, dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Cina, negara dengan konsumen terbesar di dunia, melaporkan
penjualan ritelnya selama Mei minus 2,8 persen, menurut Badan Pusat Statistik
China seperti dilansir dari SCMP. Namun, angka penjualan ritel yang menjadi
indikator kunci dalam konsumsi itu sudah membaik dibandingkan pada April, yang
mencatat minus 7,5 persen. Demikian pula Amerika Serikat, salah satu negara
dengan konsumen terbesar di dunia, juga mencatatkan penurunan penjualan ritel
hingga minus 8,7% pada Maret. Ini merupakan penurunan month to month terbesar,
sejak Badan Statistik AS mulai mencatat sensus ritel. Secara year on
year, penurunannya mencapai minus 6,2%. Nasib serupa juga menimpa Singapura
yang sering dianggap sebagai barometer perekonomian Asia Tenggara. Penjualan
ritel Singapura pada Maret turun ke tingkat terendah dalam 22 tahun. Penjualan ritel
turun hingga minus 13,3% secara year on year, menurut Department of Statistics
(SingStat). Menurut perhitungan Reuters, ini merupakan penurunan terendah sejak
September 1998, ketika penjualan retail turun hingga minus 16,9%. Penjualan
pakaian dan alas kaki mencatat penurunan terbesar hingga 41,6% secara year on
year. Singapura secara perlahan sudah membuka kembali aktivitas ekonominya,
setelah beberapa bulan lockdown sehubungan dengan pandemi. Namun, para
peritel tidak berharap banyak langkah itu akan menyelamatkan industri retail.
“Para peritel secara jelas menghadapi tekanan finansial yang signifikan selama
periode ini. Apakah itu [peritel] besar atau kecil, mereka sesungguhnya paham
betapa sulitnya memenuhi kewajiban finansialnya,” ujar Rose Tong, direktur
eksekutif Singapore Retailers Asociation, kepada CNBC.
“Mereka tidak berharap banyak bahwa bisnis akan kembali seperti semula.. meski
setelah dua pekan pertama euforia belanja atau apa yang kita sebut sebagai
'revenge shopping',” jelasnya. Para peritel memperkirakan penjualan turun hingga
50% sehubungan dengan melemahnya ekonomi.

BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Pandemi COVID-19 telah membatasi berbagai aktivitas, termasuk untuk berbelanja


kebutuhan dan bahan makanan di supermarket atau pasar tradisional. Akibat
pandemi Covid-19, sektor usaha ritel belum pulih ke posisi normal. Dalam rangka
pencegahan dan pengendalian COVID-19, pemerintah telah mengeluarkan surat
keputusan mengenai protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas
umum. Penanganan wabah covid-19 ini tidak hanya menjadi tugas pokok
pemerintah saja, melainkan masyarakat juga wajib turut andil untuk membantu
menghentikan penyebaran virus ini. Standar rekomendasi untuk mengurangi
penyebaran yang dapat diterapkan saat berada di tempat dan fasilitas umum seperti
pasar yaitu mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, tidak
menyentuh hewan, memakai masker dan jaga jarak minimal 1 meter.

 Saran

Dampak pandemi tidak hanya dirasakan oleh brand, tetapi juga pemasok serta
pabrik di mana mereka kehilangan demand untuk menyuplai barang dan produksi
karena saat ini kemampuan beli konsumen menurun. Oleh karena itu terjadi
perubahan pada sistem pembayaran ke supplier dan pabrik yang mengharuskan
Men’s Republic untuk membayar pesanan dan produksi di awal. Alhasil cash flow
perusahaan pun terganggu karena penjualan yang turun, pembayaran untuk supplier
dan pabrik dipercepat, dan tetap harus membayar biaya operasional perusahaan
termasuk memberikan gaji karyawan. Sebagai pelaku usaha, diperlukan beberapa
langkah untuk dapat bertahan. Berikut adalah saran bagi para pelaku usaha dalam
menghadapi perubahan pasar:

Mengatur cash flow

Mengubah cara dalam menjalankan bisnis, dari yang semula mode attack menjadi
mode survival. Upaya yang dilakukan mulai dari efisiensi biaya untuk kegiatan
branding, menunda kegiatan ekspansi perusahaan, hingga menunda campaign
lebaran. Dalam internal perusahaan, diberlakukan unpaid leave, pemotongan gaji
bagi beberapa karyawan, hingga tidak mengambil gaji bagi dirinya sendiri sebagai
pimpinan. Langkah tersebut dibutuhkan untuk menjaga cash flow jangka panjang
mengingat tidak adanya kepastian kapan pandemi akan berakhir.

Berempati dan menjaga komunikasi


Yang terpenting dalam menjalankan bisnis adalah bukan hanya sekadar untung
tetapi juga menyediakan apa yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kondisi saat
ini di mana alat kesehatan menjadi hal yang sangat dibutuhkan, maka Men’s
Republic memproduksi dan menjual masker dan mengkomunikasikan kepada
pelanggan bahwa dengan membeli produk tersebut mereka telah membantu para
pengrajin untuk tetap dapat bertahan hidup, dan juga membantu masyarakat agar
mudah mendapatkan pasokan masker. Secara aktif menginformasikan apa yang
perusahaan lakukan untuk mencegah penularan virus seperti melakukan
penyemprotan desinfektan pada gudang, dan pengecekan suhu tubuh pekerja. Hal
tersebut dilakukan guna mempertahankan kepercayaan konsumen bahwa
perusahaan peduli terhadap kondisi saat ini. Rudi Antoni, sebagai seorang pakar
bisnis yang telah malang-melintang memberikan business coaching, juga
membenarkan bahwa pada situasi saat ini penting bagi perusahaan untuk menjalin
komunikasi yang baik dengan konsumen, karyawan, komunitas, juga mitra.

Pengaturan karyawan

Memberlakukan Working From Home (WFH) dan mewajibkan karyawannya untuk


mengisi aplikasi update pekerjaan dilakukan guna menjaga produktivitas
perusahaan. Selaku pelaku bisnis perlu untuk membuat rencana harian dengan
minimal enam aktivitas yang harus dilakukan mulai dari yang paling prioritas, atau
yang dapat memberikan pemasukan bagi perusahaan.

Strategi marketing yang baru

Selama masa pandemi ini, terjadi pergeseran kebutuhan di dalam masyarakat.


Mereka cenderung akan mengesampingkan hal-hal sekunder, seperti kebutuhan
fashion, termasuk sepatu. Memberikan potongan harga untuk semua produk adalah
salah satunya. menjelaskan bahwa keputusan membeli konsumen ditentukan oleh
logika sebesar 20% dan emosional sebesar 80%. Konsumen terdorong untuk
membeli sesuatu yang memiliki nilai lebih. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk
memaksimalkan aspek emosional pembeli. Pada kondisi saat ini, perusahaan dapat
menyentuh aspek emosional pembeli dengan mendonasikan sebagian hasil
penjualan untuk penanganan Covid -19 di Indonesia.

Saran lainnya yang diberikan oleh Rudi adalah dengan menjadikan karyawan yang
merupakan cost center menjadi profit center. Misalnya pada contoh bisnis,
perusahaan dapat menjadikan setiap karyawan sebagai sales dengan memberikan
database pelanggan untuk dihubungi sehingga perusahaan dapat menjangkau lebih
banyak konsumen.

Memanfaatkan layanan perbankan

Para pelaku usaha dituntut harus mampu memanfaatkan layanan-layanan


perbankan online secara optimal. Tidak sedikit perbankan yang menawarkan
layanan-layanan semacam ini yang akan memudahkan para pelaku usaha dalam
menjalankan bisnisnya. Bank DBS Indonesia memiliki layanan perbankan digital
bagi korporasi yaitu DBS IDEAL. Layanan ini mungkinkan nasabah korporasi
mengakses layanan perbankan selama 24 jam seperti mengecek rekening, status
keuangan hingga menyetujui transaksi keuangan berikutnya kapan saja selama 24
jam dan dari mana saja. Kemudahan lainnya adalah menciptakan transparansi pada
arus keuangan bisnis, dan melakukan integrasi pada sistem. “Sebagai lembaga
keuangan, Bank DBS Indonesia menjalankan praktis bisnis dan perbankan yang
berkelanjutan dan bertanggung jawab, dengan menyediakan layanan perbankan
yang mendukung dan memudahkan para pelaku usaha dalam menjalankan
bisnisnya. Melalui layanan DBS IDEAL, pelaku usaha dapat mengatur keuangan
perusahaan dari rumah sehingga bisnis lancar dan produktif.

Anda mungkin juga menyukai