OLEH :
NIM : 1902022271
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dampak covid-19 terhadap perekonomian masyarakat bali dan
kondisi sektor pariwisata bali serta kebijakan yang di ambil pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
Dampak pandemi covid-19 begitu besar, di industri wisata Bali hal ini membuat banyak
karyawan yang bekerja di tempat wisata harus diberhentikan. Para pemilik atau
pengelola tempat wisata mau tidak mau harus mengurangi pengeluaran uang yang
berlebihan, maka dari itu salah satu cara yang dipilih adalah memberhentikan para
pekerja. Menurut beberapa sumber, di Bali ada ratusan hingga ribuan pekerja yang
diberhentikan, beberapa diantaranya ada yang hanya di rumahkan saja. Namun tetap
saja, adanya pandemi virus covid-19 semakin menambah angka pengangguran di
Indonesia.
Bali merupakan salah satu tujuan para wisatawan lokal sampai asing, tidak heran jika
banyak masyarakatnya yang memanfaatkan kesempatan itu untuk bekerja atau
berwirausaha di berbagai tempat wisata. Namun, di masa pandemi corona dan
ditutupnya sementara semua tempat wisata Bali membuat masyarakat sementara
harus beralih usaha. Padahal beberapa lapisan masyarakat di Bali sangat bergantung
pada kunjungan dari para wisatawan. Salah satu tempat wisata yang banyak dijadikan
untuk mencari penghasilan adalah pantai. Disana masyarakat yang membuka jasa
penyewaan barang, menjual souvenir, jasa pijat atau usaha lainnya terpaksa harus
gigit jari karena keadaan yang tak kunjung membaik.
Purchasing Manager Hotel Whyndham Taman Sari Jivva Resort, wayan sumerta
mengatakan hunian kamar sepi yang hanya mengandalkam Wisatawan Negara Cina
negara yang pertama kali terpapar Virus Corona dan juga beberapa karyawan
dirumahkan karena pandemi Covid-19. “Hunian yang awalnya terisi 50% sekarang
yang menurun drastis yang mengakibatkan beberapa karyawan dirumahkan dan
sistem kerja cuti tidak dibayar hanya 15 hari kerja 15 hari libur yang menyembabkan
penghasilan saya berkurang” tutur wayan sumerta saat ditemui tadi dikediamannya.
(30/3/2020) Pandemi Covid-19 menyebabkan pengangguran bertambah disektor
pariwisata khususnya di pulau Bali yang hanya mengandalkan sektor pariwisata
sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakat di Bali.
Ade Rama, merupakan salah satu karyawan di hotel yang terletak di klungkung yang
harus di rumahkan oleh hotel tempat ia bekerja karena sepinya wisatawan. Dia
menjadi salah satu korban akibat covid-19 ini yang menjadikan dia sekarang
pengangguran. “ saya sudah di rumahkan dari awal maret kemarin sehingga pada
saya tidak ada pendapatan sama sekali untuk bulan ini” ujar dia kepda saya saat di
temui di rumahnya (27/3/2020) “di situasi seperti ini susah sekali mendapatkan
pekerjaan baru, saya sudah mencoba untuk membawa surat lamaran pekerjaan ke
hote maupun vila hanya saja belum mendapatkan panggilan sampai saat ini “ imbuh
rama via telephone.
Kepala dinas Pariwisata bali Putu Astawa mengatakan jumalh kedatangan wisatawan
mancanegara menurun dari 539 ribu pada januari menjadi 390 ribu pada februari
2020. Pada 2019 lalu, bali kedatangan 6,3 juta wisatawan dimana 18%nya berasal
dari Bali. Rata-rata pengeluaran wisatawan Tiongkok berkisar USD100 perr hari.
Menurut dia, keluhan pelaku wisatawan muncul karena beberapa memiliki pasar yang
bergantung 100% pada wisatawan Cina. Namun wabah Covid-19 membuat omset
bisnis sektor pariwisata menurun, sementara disisi lain promosi tidak dpat dilakukan
setelah pemerintah pusat mengumumkan ada Kasus Posotif Covid19 di Indonesia.
“Jadi kita menyelamatkan warga dulu, ketimbang mendatangkan wisatawan. ini tahap
waspada” ujar dia.
Tak hanya pelaku sektor pariwisata yang merasakan dampak secara langsung dari
penyebaran covid-19 ini, secara tidak langsung dampak penyebaran virus ini juga di
rasakan oleh pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) seperti pedagang warung
kelontong, pedagang kaki lima, dan buruh harian lepas juga merasakan dampaknya.
Ketut sarini, 37thn, merupakan pedagang banten ( perlengkapan sembahyang) yang
berjualan di pasar tradisional galiran, klungkung. Dampak penyebaran virus ini begitu
dia rasakan setelah pemerintah menganjurkan untuk sosial distanching sehingga
pembeli/pengunjung pasar menjadi sepi, yang mrngakibat kan pendapatan dia
menurun. “Dulu pada hari biasa pendapatan saya bisa mencapai 300 ribu rupiah
setiap berjualan dengan hanya bermodalkan 150 ribu rupiah, sehingga laba yang saya
dapatkan bisa saya pakai untuk memenuhi kebuutuhan pangan keluarga, sedangkan
sekarang harga bahan bahan pokok sudah meningkat. Sekarang pendapatan saya
hanya 200 ribu rupiah” tutur dia kepada saya. “ Di tambah lagi harga kebutuhan pokok
juga meningkat” imbuhnya. Belakangan ini ketut ke pasar hanya 1 minggu sekali untuk
berjualan padahal sebelumnya dia ke pasar setiap dua hari sekali, ketut lebih sering
ke sawah untuk membantu suaminya menggarap sawah miliknya. Agar ada kegiatan
yang ia lakukan ketimbang hanya diam di rumah saja.
Hal sama juga dirasakan oleh salah satu pegadang warung makan yang biasanya
buka dari sore hingga malam hari. Penurunan pendapatan sangat di rasakan Nyoman
Sumantri, setelah adanya psbb / pkm salah satunya mengatur tentang jam oprasional
warung makan bisa buka sampai jam 20.00 wita. “Dulu sebelum ada surat edaran dari
bapak bupati saya biasanya berjualan dari jam 3 sore sampai dengan jam 12 malam,
sehingga saya bisa lebih banyak untuk bisa menjual nasi. Kalau sekarang saya harus
sudah tutup warung jam 8 malam sehingga membuat pendapatan saya menurun.
Terkadang dagangan belum habis saya terpaksa menutup warung saya.” ujar dia
yang saya temui di warungnya
Menteri Keuangan, Sri Mulyani baru-baru ini juga memprediksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia bahkan bisa serendah 2.5 bahkan sampai 0%. Hal ini akan terjadi jika
masalah wabah ini memburuk dan bertahan selama lebih dari enam bulan,
perdagangan internasional yang jatuh sebanyak 30%, dan industri penerbangan yang
jatuh sebanyak 75%. Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan. Sektor
ekonomi juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona ini. Pembatasan
aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada
perekonomian.
Maka, berdasarkan Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) periode Agustus ini
menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32
persen. Sebelumnya, pada kuartal I 2020, BPS melaporkan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,97 persen, turun jauh dari pertumbuhan
sebesar 5,02 persen pada periode yang sama 2019 lalu. Kinerja ekonomi yang
melemah ini turut pula berdampak pada situasi ketenagakerjaan di Indonesia.
(Kompas.com dilansir pada tanggal 11 Agustus 2020).
Pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) terkait Produk Domestik Bruto (PDB) pada
kuartal III/2020 yang mengalami kontraksi 3,49 persen secara tahunan resmi
mengukuhkan Indonesia dalam kondisi resesi. Kontraksi ini menyusul realisasi yang
sama pada kuartal sebelumnya, di mana ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32
persen secara year-on-year (yoy).
Berbagai upaya pemulihan ekonomi terus dilakukan ,baik itu berupa program dan
stimulus ekonomi baik itu dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah
diluncurkan seperti stimulus bagi pelaku UMKM, bagi para siswa SMA/ SMK,
mahasiswa hingga media baik itu media cetak maupun online. Disamping itu dengan
bekerjasama dengan Bank Indonesia dan bank bank lainnya di Bali juga digelar pasar
gotong royong untuk menyerap hasil hasil pertanian dan perikanan.Demikian pula
halnya di sektor pariwisata , para pelaku industri pariwisata terus berbenah dengan
menyiapkan penerapan protokol kesehatan baik pada objek wisata, hotel maupun
restaurant sehingga tumbuh kepercayaan di kalangan wisatawan akan penerapan
protokol kesehatan di Bali.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan semua pihak baik itu pemerintah, pelaku
industri pariwisata dan juga masyarakat diharapkan kepercayaan akan pariwisata Bali
akan tumbuh dan pariwisata akan kembali bangkit.
Kebijakan pemerintah yaitu :
Kesimpulan
Lambatnya ekonomi global saat ini akibat pandemi covid-19 sangat
brdampak bagi perekonomian indonesia salah satunya menimbulkan
peningkatan yang signifikan terhadap pengangguran yang di sebabkan oleh
pemutusan hubungan kerja ( PHK ) dan pertumbuhan ekonomi indonesia
minus 5,32 persen pada kuartal II 2020.
Kebijakan yang di lakukan pemerintah yaitu percepatan pengobatan,
penurunan tarif listrik dan bbm, pemberian bantuan langsung tunai ( BLT ),
relaksasi pajak dan relaksasi kredit. Kebijakan tersebut cukup membatu
masyarakat dalam masalah ekonomi di masa pandemi covid-19.