Anda di halaman 1dari 4

Penghasilan Wajib Pajak Menurun Akibat Pandemi Covid-

19, Peraturan Barupun Diterbitkan.

Oleh: Gede Arcana (1902022415)

Seperti yang kita ketahui Indonesia bahkan dunia sedang dilanda oleh
wabah virus corona (covid-19). Virus ini sangat berdampak sekali terhadap
pertumbuhan ekonomi khususnya di Indonesia. Semua sektor ekonomi mengalami
penurunan penjualan dan bahkan pada sektor ekonomi tertentu ada yang sudah
tidak beroperasi lagi. Hal ini mendorong Pemerintah untuk mencari jalan keluar
agar ekonomi tetap berjalan walaupun tidak seperti biasanya. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah yaitu memberikan insentif pajak bagi wajib pajak
yang terdampak wabah virus corona. Pada bulan maret 2020 pemerintah
menerbitkan peraturan mengenai pemberian insentif pajak yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/PMK.03/2020 yang
terdiri dari beberapa bentuk insentif pajak antara lain:
1. PPH Pasal 21 ditanggung Pemerintah (DTP) diberikan untuk sektor
manufaktur tertentu yang terdiri dari 440 KLU (klasifikasi lapangan usaha) dan
wajib pajak KITE (kemudahan impor tujuan ekspor).
2. Pembebasan PPH Pasal 22 Impor diberikan untuk sektor manufaktur tertentu
yang terdiri dari 102 KLU (klasifikasi lapangan usaha) dan wajib pajak KITE
(kemudahan impor tujuan ekspor).
3. Pengurangan Angsuran PPH Pasal 25 sebesar 30% diberikan untuk sektor
manufaktur tertentu yang terdiri dari 102 KLU (klasifikasi lapangan usaha) dan
wajib pajak KITE (kemudahan impor tujuan ekspor).
4. Pengembalian pendahuluan PPN sebagai PKP beresiko rendah bagi WP yang
menyampaikan SPT masa PPN lebih bayar, restitusi paling banyak 5 miliar
rupiah diberikan untuk sektor manufaktur tertentu yang terdiri dari 102 KLU
(klasifikasi lapangan usaha) dan wajib pajak KITE (kemudahan impor tujuan
ekspor).
Pemerintah mempertimbangkan perluasan cakupan klasifikasi lapangan
usaha (KLU) yang berhak mendapat insentif pajak sehingga diterbitkan aturan
baru yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 44/PMK.03/2020 tentang insentif pajak untuk wajib pajak terdampak
pandemi corona virus disease 2019 yang terdiri dari beberapa bentuk insentif
pajak antara lain:
1. PPH Pasal 21 ditanggung Pemerintah diberikan untuk sektor tertentu yang
terdiri dari 1.062 KLU, Wajib Pajak KITE dan Kawasan Berikat. Insentif ini
berlaku sampai dengan bulan September 2020.
2. PPH Final UMKM ditanggung Pemerintah diberikan untuk Wajib Pajak PP 23
tahun 2018. Wajib Pajak harus mengajukan surat keterangan dan
menyampaikan laporan realisasi untuk memanfaatkan insentif. Laporan
Realisasi paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Insentif ini berlaku
sampai dengan bulan September 2020.
3. Pembebasan PPH Pasal 22 Impor diberikan untuk sektor tertentu yang terdiri
dari 431 KLU, Wajib Pajak KITE dan Kawasan Berikat. Insentif ini berlaku
sampai dengan bulan September 2020. Pelaporan 3 bulanan.
4. Pengurangan Angsuran PPH Pasal 25 sebesar 30% diberikan untuk sektor
tertentu yang terdiri dari 846 KLU, Wajib Pajak KITE dan Kawasan Berikat.
Insentif ini berlaku sampai dengan bulan September 2020. Pelaporan 3
bulanan.
5. Pengembalian pendahuluan PPN sebagai PKP beresiko rendah bagi WP yang
menyampaikan SPT masa PPN lebih bayar, restitusi paling banyak 5 miliar
rupiah diberikan untuk sektor manufaktur tertentu yang terdiri dari 431 KLU,
wajib pajak KITE dan Kawasan Berikat. Insentif ini berlaku sampai dengan
bulan September 2020.

Sampai saat ini Umkm dan sektor ekonomi lainnya belum beroperasi
seperti sediakala sehingga perputaran ekonomi belum cukup optimal. Oleh karena
itu Pemerintah resmi memperluas penerima insentif pajak sekaligus
memperpanjang masa pemberian insentif pajak hingga bulan desember 2020.
Perpanjangan itu dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 86/PMK.03/2020 Tentang insentif pajak untuk wajib pajak
terdampak pandemi corona virus disease 2019 yang terdiri dari beberapa bentuk
insentif pajak antara lain:
1. PPH Pasal 21 ditanggung Pemerintah diberikan untuk sektor tertentu yang
terdiri dari 1.189 KLU, Wajib Pajak KITE dan Kawasan Berikat. Insentif ini
berlaku sampai dengan bulan Desember 2020. Pemberitahuan Pusat dan
Cabang (WP Kite & Kawasan berikat). Pemberitahuan hanya disampaikan
pusat dan berlaku untuk semua cabang (WP sektor tertentu/KLU).
2. PPH Final UMKM ditanggung Pemerintah diberikan untuk Wajib Pajak PP 23
tahun 2018. Wajib Pajak tidak perlu mengajukan surat keterangan, cukup
menyampaikan Laporan Realisasi. Laporan Realisasi tiap bulan paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya. Insentif ini berlaku sampai dengan bulan
Desember 2020.
3. Pembebasan PPH Pasal 22 Impor diberikan untuk sektor tertentu yang terdiri
dari 721 KLU, Wajib Pajak KITE dan Kawasan Berikat. Insentif ini berlaku
sampai dengan bulan Desember 2020. Pelaporan April-Juni paling lambat 20
Juli 2020. Pelaporan Juli-Desember setiap bulan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya.
4. Pengurangan Angsuran PPH Pasal 25 sebesar 30% diberikan untuk sektor
tertentu yang terdiri dari 1.013 KLU, Wajib Pajak KITE dan Kawasan Berikat.
Insentif ini berlaku sampai dengan bulan Desember 2020. Pelaporan April-Juni
paling lambat 20 Juli 2020. Pelaporan Juli-Desember setiap bulan paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

5. Pengembalian pendahuluan PPN sebagai PKP beresiko rendah bagi WP yang


menyampaikan SPT masa PPN lebih bayar, restitusi paling banyak 5 miliar
rupiah diberikan untuk sektor manufaktur tertentu yang terdiri dari 716 KLU,
wajib pajak KITE dan Kawasan Berikat. Insentif ini berlaku sampai dengan
bulan Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai