Anda di halaman 1dari 7

Alur Penanganan Keluh Kesah Karyawan

dan Alur Perundingan Bipartit


Sampai Dengan Mahkamah Agung
Penyusunan kebijakan keluh kesah di tingkatan organisasi didasarkan pada asas musyawarah dengan berujung pada
pembuatan Standard Operating Prosedure (SOP). SOP tersebut merupakan sistem aturan tentang jalur komunikasi di
tingkat organisasi.
PIMPINAN UNIT

SERIKAT
HUMAN RESOURCE DEPARTEMENT HEAD
PEKERJA (SP)
(HR) DEPARTEMENT
HEAD

KARYAWAN

Persamaan Persepsi, Hubungan Pribadi yang Baik, Kebersamaan


Alur komunikasi saat terjadi perselisihan dalam organisasi adalah sebagai berikut:

1. Departement (Dept.) Head setelah menerima keluhan dari karyawan, secara tepat dan cepat segera
menginformasikan pada Human Resource (HR) Dept. Head.

2. HR Dept. Head berkoordinasi dengan Serikat Pekerja, kemudian secara selektif menyampaikan
informasi ke Pimpinan Unit.

3. Dept. Head secara periodik mengadakan pertemuan dengan para staf guna membahas masalah
produksi maupun masalah diluar produksi dan menciptakan komunikasi yang harmonis di
departemen masing-masing.

4. Selalu terjadi komunikasi timbal balik diantara Dept. Head dengan jajaran dibawahnya serta
Serikat Pekerja dengan koordinator di departemen masing-masing.

5. Jika terjadi kebuntuan dalam komunikasi di salah satu departemen dengan jajaran dibawahnya
maka HR Dept. Head beserta Serikat Pekerja membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Penerapan prosedur keluh kesah terjadi apabila pekerja mempunyai permasalahan yang
dikeluhkan, maka yang harus dilakukan adalah pekerja datang kepada atasan langsungnya (immediate
leader atau supervisor). Bila pekerja tidak puas maka pekerja dapat meminta pertimbangan pada
atasan dari immediate leader atau supervisor tersebut. Dan apabila pekerja masih belum puas juga
maka pekerja dapat meminta pertimbangan pada HR Dept. Head yang kemudian akan berkoordinasi
dengan Serikat Pekerja. Selanjutnya keduanya kemudian secara selektif akan menyampaikan
informasi pada Pimpinan Unit. Bila tetap tidak puas maka perselisihan hubungan industrial tersebut
wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
Mulai

Keluhan Pekerja

Penyelesaian perselisihan
Proses Keluhan
melalui bipartit harus Pekerja Jika perundingan bipartit gagal

diselesaikan paling lama 30 hari


Ya maka salah satu atau kedua
Puas? Selesai

kerja sejak tanggal dimulainya belah pihak mencatatkan


Tidak

perundingan. Apabila dalam Proses Keluhan dari perselisihannya kepada instansi


Atasan ke Atasan

jangka waktu 30 hari salah satu yang bertanggung jawab di


Ya

pihak menolak untuk berunding Puas? bidang ketenagakerjaan

atau telah dilakukan


Tidak setempat dengan melampirkan

perundingan tetapi tidak


BIPARTITE bukti bahwa upaya-upaya

mencapai kesepakatan, maka Ya penyelesaian melalui


Sepakat
perundingan bipartit dianggap perundingan bipartit telah
Tidak

gagal. dilakukan.
PENGADILAN
HUBUNGAN
INDUSTRIAL (PHI)

Selesai
Kepentingan,
KONSILIASI
SP

Kepentingan,
 
GAGAL PHK, SP
>30 HARI DIPILIH TAPI PHI
  GAGAL

PERUNDINGAN DEPNAKER Hak, SP MA


BIPARTIT ATAU

TIDAK MEDIASI
Kepentingan, DIPILIH
PHK
Hak, Kepentingan,
PHK, SP
 
ARBITRASE
• Instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan atau Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) setempat
tersebut wajib menawarkan kepada para pihak untuk menyepakati memilih penyelesaian melalui konsiliasi atau
arbitrase.
• Jika salah satunya dipilih dan tidak tercapai kesepakatan, salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan
Hubungnan Industrial (PHI).
• Jika keduanya tidak dipilih, Depnaker melimpahkan penyelesaian kepada mediator. Mediator ini bertugas melakukan
mediasi serta mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada pihak yang berselisih. Mediator adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat oleh Menteri Ketenagakerjaan untuk menangani dan menyelesaikan
keempat jenis perselisihan dengan wilayah kewenangan pada Kabupaten/Kota.
• Putusan PHI pada PN mengenai perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan
merupakan putusan akhir dan bersifat tetap. Sedangkan putusan PHI pada PN mengenai perselisihan hak dan
pemutusan hubungan kerja dapat diajukan kasasi di Mahkamah Agung (MA).

Anda mungkin juga menyukai