Anda di halaman 1dari 6

PERAN PERBANKAN SYARI'AH DITENGAH PANDEMI COVID-19

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh,

Tidak ada ahli kedokteran yang tahu berapa jumlah korban yang akan jatuh akibat terinveksi virus Corona. Begitu
juga, tidak ada ekonom yang mampu memprediksi secara tegas akan seberapa buruk kondisi perekonomian selama masa-
masa kritis wabah Covid-19.
Namun, yang pasti, merebaknya penyakit yang berasal dari China ini tidak hanya mengancam jiwa manusia, tetapi
juga mengganggu berbagai aktivitas ekonomi dan bisnis. Tak terkecuali, aktivitas ekonomi dan bisnis syariah.
Meningkatnya perkembangan kasus virus corona di Indonesia, mendorong Presiden Joko Widodo untuk mengeluarkan
kebijakan bekerja dan beraktivitas dari rumah atau Work From Home (WFH). Kebijakan WFH ini berkaitan dengan
penerapan social distancing yang dianggap sebagai cara paling efektif mencegah penyebaran virus corona.
Istilah social distancing pun mulai populer, bahkan sempat menjadi trending topic di media sosial. Social distancing
adalah tindakan pembatasan untuk mengendalikan infeksi nonfarmasi atau memperlambat penyebaran suatu penyakit
menular.
Menurut Center for Disease Control (CDC), social distancing adalah tindakan menjauhi segala bentuk perkumpulan,
jaga jarak antar manusia, dan menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan banyak orang. Dapat diartikan bahwa,
masyarakat diimbau mengurangi aktivitas di luar rumah, seperti kantor, sekolah, tempat olahraga, dan semua tempat yang
banyak dikunjungi oleh orang. Bila seseorang terpaksa berada dalam kondisi dan situasi tersebut, sebaiknya mengatur
jarak sekitar 1-2 meter dari orang lain.

Di tengah pandemi virus corona saat ini, social distancing sangatlah dianjurkan untuk setiap orang. Adapun cara
melakukan social distancing untuk menghambat dan menghentikan penyebaran virus corona (COVID-19), antara lain:

1. Jangan mengadakan rapat atau pertemuan yang melibatkan banyak orang.


2. Selalu berhati-hati dengan benda di dalam fasilitas umum yang mungkin banyak disentuh orang.
3. Hindari keluar rumah saat jam sibuk.
4. Usahakan untuk tidak mengunjungi tempat yang tak diperlukan.
5. Hindari area yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang, seperti kantor, sekolah, bioskop atau arena
olahraga.
6. Usahakan untuk tidak berjabat tangan dan cipika cipiki dengan orang lain.
7. Jauhi tempat orang-orang berdesakan.
8. Jangan terlalu dekat dengan orang lain.
9. Usahakan untuk tidak pergi bertamu ke rumah orang lain.
10. Alangkah lebih baik, bekerja dari rumah ketimbang di kantor.
Menurut Crystal Watson dari Pusat Keamanan dan Kesehatan di John Hopkins University, social distancing bukan
berarti menuntut seseorang mengunci diri sendiri di dalam rumah. Sebab, mengunci diri sendiri di rumah justru kurang baik
bagi tubuh karena tidak mendapat paparan sinar matahari
Setelah social distancing mulai populer, Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)
mengubah penggunaan istilah social distancing menjadi physical distancing. Dilihat dari artinya, physical distancing merujuk
pada tindakan menjaga jarak fisik antara satu orang dengan orang lain. WHO tentu punya alasan sendiri mengganti frasa
social distancing menjadi physical distancing. Salah satunya agar setiap orang bisa saling menguatkan dan berhubungan
satu sama lain, meski secara fisik tidak bisa berdekatan.
"Menjaga jarak fisik bukan berarti kita memutus hubungan sosial dengan orang yang kita cintai dari keluarga kita,"
kata Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO, Maria Van Kerkhove.
Beberapa sektor usaha terdampak oleh wabah pandemi virus korona (Covid-19), termasuk di dalamnya adalah
sektor perbankan. Oleh karena itu, agar sektor perbankan dapat tetap eksis di tengah pandemi virus korona, maka
perbankan harus melakukan mitigasi risiko secara cermat, serta menggunakan strategi kreatif menghadapi kondisi yang
serba tidak menentu saat ini.
Wabah pandemi Covid-19 memaksa individu/kelompok/institusi/negara, untuk mengubah pola hidup dan prilakunya
selama ini. Jika individu/kelompok/institusi/negara, tidak melakukan perubahan, maka dengan sendirinya perubahan
tersebut yang akan melindasnya, tanpa terkecuali di dalamnya sektor usaha perbankan syari'ah.

Tujuh strategi bank


Adapun strategi bank yang dapat dilakukan di tengah pandemi, yaitu melalui :

Pertama, bank harus mengelola mitigasi risiko dengan tepat. Bank harus punya peta navigasi baru untuk dapat
menghadapi krisis yang ada. Proses mapping debitur untuk proses restrukrisasi harus segera jalan dan jelas sehingga
cashflow bank terlihat setelah melakukan treatment. Dengan begitu, bank mengetahui posisi Strengths-Weakness-
Opportunities-Threats (SWOT) untuk dapat membuat revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan memperhatikan kondisi
karena Korona.
Kedua, bank harus fokus pada industri yang prospek untuk dibiayai. Bank harus tebang pilih pada sektor usaha yang
eksis dan berkembang di tengah merebaknya wabah Korona. Adapun, menurut riset Dcode EFC (2020), sektor usaha
(potential winner) tersebut adalah sektor; agribisnis, telekomunikasi, ritel e-commerce, farmasi, produk pembersih & alat
kesehatan. Dan, untuk sektor-sektor yang terkapar merugi ataupun sektor-sektor yang terpuruk sehingga tidak mempunyai
prospek sama sekali untuk bangkit, maka, sebaiknya tidak menjadi pilihan bank atas pembiayaan kreditnya terlebih dahulu.
Harapannya, bank tidak lagi bekerja dengan membawa beban kredit macet atas ekspansi kredit barunya.

Ketiga, digital banking. Layanan produk dan jasa harus dikonversi menjadi digital banking. Proses tersebut harus
berjalan bertahap dan inisiasinya dilakukan secara terus menerus. Namun, tidak semua produk dan jasa harus
menggunakan digital banking, terdapat bisnis inti yang masih membutuhkan fungsi oleh unsur manusia. Beberapa fungsi
yang melibatkan unsur manusia, sehingga keberadaannya tidak dapat digantikan oleh digital banking. Salah satu peran
tersebut adalah aktivitas pendampingan dan konsultasi bisnis. Sebagai contoh, misalnya ketika nasabah bank yang
bisnisnya terganggu akibat Covid-19, maka ia akan mendapatkan pendampingan dan konsultasi bisnis dari tenaga
pemasar bank. Bank memiliki Relationship Manager (RM) yang tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini akan
mendampingi sekaligus sebagai konsultan apabila nasabah mengalami masalah dalam operasional bisnisnya.
Keempat, inovasi dan kreativitas bank. Korona menuntut bank harus semakin berinovasi. Misalkan, bank saat ini
tidak hanya menuntut pembayaran angsuran dan bunga kredit oleh debiturnya. Namun, bank juga harus memikirkan untuk
dapat membantu nasabah, melalui penjualan produknya. Seperti diketahui, imbauan pemerintah agar masyarakat
melakukan physical distancing maupun social distancing mempengaruhi penjualan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM).
Menyiasati hal tersebut, bank dapat membantu pelaku UMKM binaannya untuk terhubung dengan ekosistem
sehingga mampu berjualan secara online. Contohnya adalah dengan create UMKM Go Online. UMKM Go Online
merupakan platform digital yang bertujuan untuk memfasilitasi UMKM binaan Bank dalam memperluas jangkauan
penjualan produk mereka. Para pelaku UMKM yang berminat masuk dalam UMKM Go Online cukup melalui proses
tahapan-tahapan mudah.
Nasabah ia wajib melengkapi data dan mendaftarkan usahanya terlebih dahulu dengan mengakses microsite UMKM
Go Online di website bank lewat tautan portal bank. Selanjutnya, pihak penjual akan diminta untuk menyiapkan
dokumentasi produk, mengirimkan sampel barang, hingga proses pengiriman barang ke gudang-gudang inventori yang
dikelola oleh bank. Barang tersebut selanjutnya akan dibantu oleh bank untuk dijual melalui platform UMKM Go Online.
Produk-produk unggulan dari UMKM mitra binaan bank dapat langsung dibeli di e-commerce rekanan seperti Qoo10
Singapura, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blanja.com dan Blibli.com.
Kelima, pergunakan tools zoom untuk On The Spot (OTS). Ketika pemerintah mengharuskan social distancing
ataupun physical distancing, maka, harapannya respon bank ialah dengan memberlakukan verifikasi jaminan kredit di
lapangan atau OTS melalui video call atau zoom.
Keenam, pendampingan dan konsultasi bisnis. Nasabah UMKM yang bisnisnya terganggu akibat Covid-19
mendapatkan pendampingan dan konsultasi bisnis oleh staf bank, yaitu relationship manager (RM) yang tersebar di seluruh
Indonesia. Peran RM ini, akan melakukan pendampingan sekaligus sebagai konsultan apabila pinjaman nasabah dilakukan
restrukturisasi hingga proses restrukturisasi tersebut berjalan lancar.
Ketujuh, program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responbility (CSR) melalui pendidikan
dan pelatihan online bagi pelaku UMKM. Bank dapat menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan online Bank
Virtual Training and Education yang dilakukan melalui aplikasi UMKM Go Online. Ini merupakan upaya Bank untuk terus
mendorong para pelaku UMKM untuk meningkatkan kapasitas diri dan usahanya di tengah imbauan pemerintah untuk
pembatasan fisik yang berguna untuk menekan penyebaran Covid-19.
Walhasil, bank harus segera beradaptasi dengan kondisi pandemi virus Korona dengan menerapkan strategi baru,
dan kembali pada jalur kinerja yang good performance. Harapannya, fungsi intermediary bank berjalan smooth dan mampu
menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia di era new normal. Semoga!

SESI PERTANYAAN PERTAMA

Pertanyaan 1 : Assalamuallaikum wr.wb saya Yusharia Tamara aji dari STEBI Tanggamus Lampung ingin bertanya.
Bagaimana dampak yang akan terjadi dari peranan dan strategis yang sudah dipaparkan tersebut namun tidak berhasil
dilaksanankan, apa yang akan terjadi baik bagi bank,karyawan maupun nasabah itu sendiri ?

Pertanyaan 2 : dari Rifa Aulia ( STEI Ar-Risalah )


Antara bank syariah dan bank konvensional .. bank manakah yg akan memiliki keunggulan dalam menghadapi pandemi
covid-19 ??

Pertanyaan 3 : dari Feny ( UIN Bandung )


Dalam situasi seperti sekarang dengan terjadi nya Covid19, bagaimana menurut Bapak Lembaga Keuangan Syariah bisa
berperan dan menjadi solusi dalam kesulitan supaya bisa bertahan dalam waktu yang tidak di tentukan dan strategi apa
yang akan dilakukan, apakah hanya cukup menggunakan tambahan dengan analisis SWOT saja. Terimakasih

JAWABAN PEMATERI

Insha Allah tiga pertanyaan bisa dijawab sekaligus untuk mnyingkat waktu :
Bank syariah tidak mungkin bisa berdiri sendiri tanpa dukungan faktor yg lain artinya kita memsksimalkan kekuatan
dg konsep berjamaah, sehebat apapun strategi yg dijalankan bank syariah tanpa dukungan ummat maka bank syari'ah
tidak akan bisa bertahan, bank syariah adalah bendahara para Aghnia artinya bila kelompok surplus dana tidak mnyimpan
di bank syari'ah apa yg akan bisa dilakukan untuk mmbantu kelompok yang defisit tentunya dibutuhkan pemahaman dari
semua tentang wajibnya berkehidupan ekonomi yang berdasarkan syariah dan inipun bukan hanya tugas bank syariah
saja, para da'i para ustadz pun harus ambil peran ini sehingga pemahaman secara religius terbentuk maka semua akan
menuju bank syari'ah sebagai tempat transaksi keuangan.

Keunggul Bank Syari'ah


Keunggulan Bersaing Dengan Skema Bagi Hasil
Michael E. Potter, salah satu ahli terkemuka dalam bidang strategi bersaing menyampaikan dalam bukunya
Competitive Advantage menyampaikan bahwa tiga strategi generik untuk mencapai kinerja di atas rata-rata dalam suatu
industri: keunggulan biaya, diferensiasi dan fokus. Startegi fokus dibagi lagi menjadi dua varian yaitu fokus biaya dan fokus
diferensiasi.
Dalam kondsi krisis sering perusahaan kehilangan fokus dalam menjalankan strateginya dikarenakan adanya
permasalahan dalam manajemen biaya atau mulai pudarnya rasa kepercayaan diri terhadap diferensiasi yang dimliki.
Perusahaan yang masih tetap memiliki efisiensi biaya paling tinggi atau perusahaan yang memiliki diferensiasi yang unik
maka akan memiliki keunggulan dalam melakukan persaingan dalam melewati krisis.
Bank syariah memiliki keunikan jika dibandingkan dengan bank konvensional. Perbedaan pokok antara perbankan
syariah dengan konvensional adalah adanya pelarangan riba (bunga) pada perbankan syariah. Sebagai pengganti
mekanisme bunga, bank syariah menerapkan sistim bagi hasil, jual beli dan sewa. Keunikan tersebut menjadikan bank
syariah memiliki beberapa keunggulan jika dibandikan bank konvensional.
Di bank syariah besar rasio yang disepakati saat awal akad adalah dalam sistem bagi hasil, ini yang membedakan
dengan bank konvensional. “Suku bunga di bank konvensional bisa berubah sesuai suku bunga di Bank Indonesia (BI).
Sedangkan di bank syariah diterapkan bagi hasil sesuai kesepakatan porsi di awal akad dan akan dijalankan hingga akhir
perjanjian.
Besar laba bank syariah bergantung pada keuntungan yang didapat dari pihak bank, “rasionya akan meningkat
seiring peningkatan keuntungan bank syariah itu,”. Hal ini jelas berbeda dengan bank konvensional. bunga yang didapat
nasabah bank konvensional persentasenya tetap meski bank sedang mendapatkan keuntungan tinggi ataupun rendah.
Dalam bahasa sederhananya, jika dalam kondisi ekonomi yang bagus bank syariah memperoleh keuntungan yang
besar dari penyaluran pembiayaan karena nasabahnya usahanya juga pada bagus maka nasabah penabung juga akan
mendapatkan keuntungan yang besar juga karena menggunakan sistim bagi hasil. Sebaliknya apabila kondisi ekonomi
kurang bagus seperti pandemi covid-19 ini yang mengakibatkan para nasbah pembiayaan mengalami penurunan
pendapatan maka kewajiban bank dalam memberikan bagui hasil kepada nasabah penabung akan menyesuaikan.

Seperti itu, semoga yg saya bisa membuka wawasan untuk lebih mengenali sosok bank syari'ah

SESI PERTANYAAN KEDUA

Pertanyaan 1 : Assalamualaikum kak Saya Dinnie dari Universitas Trunojoyo Madura mau bertanya Saya baca disalah
satu sumber, akibat virus corona ini pemerintahan akan mencetak uang baru yg cukup banyak, jika pemerintahan benar"
mencetak uang baru yang cukup banyak apa tidak terjadi inflasi secara besar"an pada negara kita ini pak? Lalu Bagaimana
pandangan bapak jika negara ini benar" terjadi inflasi secara besar"an Terimakasih kak

Pertanyaan 2 : Assalamu'alaikum saya ingin bertannya Nama : Ajah Intansi : IAIN SAS BABEL
Pertannyaan : bagaimana strategi bank syariah dalam mengahadapi covid 19 sehingga bisa mencapai tujuan yang akan di
capai. Pastinya dengan keadaan sekarang pasti sulit untuk mencapai sebuah target. Dan kenapa peminat bank syariah itu
sedikit

Pertanyaan 3 : dari Aceng Yasser ( STEI Ar-Risalah )Bagaimana langkah bank jika nasabah yg gaptek dan kurang literasi
terhadap kebijakan bank yg di pakai saat ini ? Karena tidak semua nasabh mempunyai digital dan walaupun punya kurang
paham cara nya pakai nya .

JAWABAN PEMATERI

kita lebih fokuskan materi pada peran bank syariah ditengah wabah, target disusun pada saat kondisi normal dengan
perhitungan prediksi kondisi petekonomian, ternyata munculnya covid-19 adalah diluar prediksi semua shingga dalam
keadaan yang luar biasa (bisa terjadi) target tidak ter-realisasi mungkin harus revisi target, masalah edukasi kepada
masyarakat tentang transaksi digital inipun fihak bank syariah akan bertahap, kelompok mana yg sudah terbiasa dengan
dunia digital ataupun kelompok yg belum terbiasa dg digital, bbrapa bank syari'ah ada yg mengarahkan dulu pada klompok
ini untuk bertransaksi melalui ATM ( mengurangi interaksi antar manusia) dan sterusnya sehingga akan terbiasa transaksi
tanpa interaksi
KESIMPULAN

Dari artikel dan tanya jawab singkat tadi dapat disimpulkan bahwa pandemi covid-19 merubah perilaku transaksi
perbankan hampir secara keseluruhan sehingga dibutuhkan kebiasaan baru pada pola transaksi yang harus segera
difahami dan dilaksanakan oleh nasabah dan kesediaan sarana / teknolgi pendukung dari perbankan syari'ah dengan
masyarakat akan merasa aman bertransaksi dg bank syariah. Pada prinsipnya bank syariah ingin membantu atau
meringankan nasabah dengan beragam pola transaksi digital sehingga ditengah kepungan covid-19 transaksi lancar aman
dunia akhirat.

Anda mungkin juga menyukai