NIM : 1721010007
Tidak ada ahli kedokteran yang tahu berapa jumlah korban yang akan jatuh akibat terinveksi
virus Corona. Begitu juga, tidak ada ekonom yang mampu memprediksi secara tegas akan seberapa
buruk kondisi perekonomian selama masa-masa kritis wabah Covid-19.
Namun, yang pasti, merebaknya penyakit yang berasal dari China ini tidak hanya mengancam
jiwa manusia, tetapi juga mengganggu berbagai aktivitas ekonomi dan bisnis. Tak terkecuali,
aktivitas ekonomi dan bisnis syariah. Meningkatnya perkembangan kasus virus corona di Indonesia,
mendorong Presiden Joko Widodo untuk mengeluarkan kebijakan bekerja dan beraktivitas dari
rumah atau Work From Home (WFH). Kebijakan WFH ini berkaitan dengan penerapan social
distancing yang dianggap sebagai cara paling efektif mencegah penyebaran virus corona.
Istilah social distancing pun mulai populer, bahkan sempat menjadi trending topic di media
sosial. Social distancing adalah tindakan pembatasan untuk mengendalikan infeksi nonfarmasi atau
memperlambat penyebaran suatu penyakit menular.
Menurut Center for Disease Control (CDC), social distancing adalah tindakan menjauhi
segala bentuk perkumpulan, jaga jarak antar manusia, dan menghindari berbagai pertemuan yang
melibatkan banyak orang. Dapat diartikan bahwa, masyarakat diimbau mengurangi aktivitas di luar
rumah, seperti kantor, sekolah, tempat olahraga, dan semua tempat yang banyak dikunjungi oleh
orang. Bila seseorang terpaksa berada dalam kondisi dan situasi tersebut, sebaiknya mengatur jarak
sekitar 1-2 meter dari orang lain.
Di tengah pandemi virus corona saat ini, social distancing sangatlah dianjurkan untuk setiap
orang. Adapun cara melakukan social distancing untuk menghambat dan menghentikan penyebaran
virus corona (COVID-19), antara lain:
Pertama, bank harus mengelola mitigasi risiko dengan tepat. Bank harus punya peta navigasi
baru untuk dapat menghadapi krisis yang ada. Proses mapping debitur untuk proses restrukrisasi
harus segera jalan dan jelas sehingga cashflow bank terlihat setelah melakukan treatment. Dengan
begitu, bank mengetahui posisi Strengths-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT) untuk dapat
membuat revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan memperhatikan kondisi karena Korona.
Kedua, bank harus fokus pada industri yang prospek untuk dibiayai. Bank harus tebang pilih
pada sektor usaha yang eksis dan berkembang di tengah merebaknya wabah Korona. Adapun,
menurut riset Dcode EFC (2020), sektor usaha (potential winner) tersebut adalah sektor;
agribisnis, telekomunikasi, ritel e-
commerce, farmasi, produk pembersih & alat kesehatan. Dan, untuk sektor-sektor yang terkapar
merugi ataupun sektor-sektor yang terpuruk sehingga tidak mempunyai prospek sama sekali untuk
bangkit, maka, sebaiknya tidak menjadi pilihan bank atas pembiayaan kreditnya terlebih dahulu.
Harapannya, bank tidak lagi bekerja dengan membawa beban kredit macet atas ekspansi kredit
barunya.
Ketiga, digital banking. Layanan produk dan jasa harus dikonversi menjadi digital banking.
Proses tersebut harus berjalan bertahap dan inisiasinya dilakukan secara terus menerus. Namun,
tidak semua produk dan jasa harus menggunakan digital banking, terdapat bisnis inti yang masih
membutuhkan fungsi oleh unsur manusia. Beberapa fungsi yang melibatkan unsur manusia,
sehingga keberadaannya tidak dapat digantikan oleh digital banking. Salah satu peran tersebut
adalah aktivitas pendampingan dan konsultasi bisnis. Sebagai contoh, misalnya ketika nasabah bank
yang bisnisnya terganggu akibat Covid-19, maka ia akan mendapatkan pendampingan dan
konsultasi bisnis dari tenaga pemasar bank. Bank memiliki Relationship Manager (RM) yang
tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini akan mendampingi sekaligus sebagai konsultan apabila
nasabah mengalami masalah dalam operasional bisnisnya.
Keempat, inovasi dan kreativitas bank. Korona menuntut bank harus semakin berinovasi.
Misalkan, bank saat ini tidak hanya menuntut pembayaran angsuran dan bunga kredit oleh
debiturnya. Namun, bank juga harus memikirkan untuk dapat membantu nasabah, melalui penjualan
produknya. Seperti diketahui, imbauan pemerintah agar masyarakat melakukan physical distancing
maupun social distancing mempengaruhi penjualan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM).
Menyiasati hal tersebut, bank dapat membantu pelaku UMKM binaannya untuk terhubung
dengan ekosistem sehingga mampu berjualan secara online. Contohnya adalah dengan create
UMKM Go Online. UMKM Go Online merupakan platform digital yang bertujuan untuk
memfasilitasi UMKM binaan Bank dalam memperluas jangkauan penjualan produk mereka. Para
pelaku UMKM yang berminat masuk dalam UMKM Go Online cukup melalui proses tahapan-
tahapan mudah.
Nasabah ia wajib melengkapi data dan mendaftarkan usahanya terlebih dahulu dengan
mengakses microsite UMKM Go Online di website bank lewat tautan portal bank. Selanjutnya,
pihak penjual akan diminta untuk menyiapkan dokumentasi produk, mengirimkan sampel barang,
hingga proses pengiriman barang ke gudang-gudang inventori yang dikelola oleh bank. Barang
tersebut selanjutnya akan dibantu oleh bank untuk dijual melalui platform UMKM Go Online.
Produk-produk unggulan dari UMKM mitra binaan bank dapat langsung dibeli di e-commerce
rekanan seperti Qoo10 Singapura, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Blanja.com dan Blibli.com.
Kelima, pergunakan tools zoom untuk On The Spot (OTS). Ketika pemerintah mengharuskan
social distancing ataupun physical distancing, maka, harapannya respon bank ialah dengan
memberlakukan verifikasi jaminan kredit di lapangan atau OTS melalui video call atau zoom.
Ketujuh, program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responbility
(CSR) melalui pendidikan dan pelatihan online bagi pelaku UMKM. Bank dapat menyelenggarakan
program pendidikan dan pelatihan online Bank Virtual Training and Education yang dilakukan
melalui aplikasi UMKM Go Online. Ini merupakan upaya Bank untuk terus mendorong para pelaku
UMKM untuk meningkatkan kapasitas diri dan usahanya di tengah imbauan pemerintah untuk
pembatasan fisik yang berguna untuk menekan penyebaran Covid-19.
Walhasil, bank harus segera beradaptasi dengan kondisi pandemi virus Korona dengan
menerapkan strategi baru, dan kembali pada jalur kinerja yang good performance. Harapannya,
fungsi intermediary bank berjalan smooth dan mampu menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi
nasional Indonesia di era new normal. Semoga!
Pertanyaan 1 : Assalamuallaikum wr.wb saya Yusharia Tamara aji dari STEBI Tanggamus
Lampung ingin bertanya.
Bagaimana dampak yang akan terjadi dari peranan dan strategis yang sudah dipaparkan tersebut
namun tidak berhasil dilaksanankan, apa yang akan terjadi baik bagi bank,karyawan maupun
nasabah itu sendiri ?
JAWABAN PEMATERI
Insha Allah tiga pertanyaan bisa dijawab sekaligus untuk mnyingkat waktu :
Bank syariah tidak mungkin bisa berdiri sendiri tanpa dukungan faktor yg lain artinya kita
memsksimalkan kekuatan dg konsep berjamaah, sehebat apapun strategi yg dijalankan bank syariah
tanpa dukungan ummat maka bank syari'ah tidak akan bisa bertahan, bank syariah adalah bendahara
para Aghnia artinya bila kelompok surplus dana tidak mnyimpan di bank syari'ah apa yg akan bisa
dilakukan untuk mmbantu kelompok yang defisit tentunya dibutuhkan pemahaman dari semua
tentang wajibnya berkehidupan ekonomi yang berdasarkan syariah dan inipun bukan hanya tugas
bank syariah saja, para da'i para ustadz
pun harus ambil peran ini sehingga pemahaman secara religius terbentuk maka semua akan menuju
bank syari'ah sebagai tempat transaksi keuangan.
Seperti itu, semoga yg saya bisa membuka wawasan untuk lebih mengenali sosok bank syari'ah
Pertanyaan 1 : Assalamualaikum kak Saya Dinnie dari Universitas Trunojoyo Madura mau
bertanya Saya baca disalah satu sumber, akibat virus corona ini pemerintahan akan mencetak uang
baru yg cukup banyak, jika pemerintahan benar" mencetak uang baru yang cukup banyak apa tidak
terjadi inflasi secara besar"an pada negara kita ini pak? Lalu Bagaimana pandangan bapak jika
negara ini benar" terjadi inflasi secara besar"an Terimakasih kak
Pertanyaan 2 : Assalamu'alaikum saya ingin bertannya Nama : Ajah Intansi : IAIN SAS BABEL
Pertannyaan : bagaimana strategi bank syariah dalam mengahadapi covid 19 sehingga bisa
mencapai tujuan yang akan di capai. Pastinya dengan keadaan sekarang pasti sulit untuk mencapai
sebuah target. Dan kenapa peminat bank syariah itu sedikit
Pertanyaan 3 : dari Aceng Yasser ( STEI Ar-Risalah )Bagaimana langkah bank jika nasabah yg
gaptek dan kurang literasi terhadap kebijakan bank yg di pakai saat ini ? Karena tidak semua
nasabh mempunyai digital dan walaupun punya kurang paham cara nya pakai nya .
JAWABAN PEMATERI
kita lebih fokuskan materi pada peran bank syariah ditengah wabah, target disusun pada saat
kondisi normal dengan perhitungan prediksi kondisi petekonomian, ternyata munculnya covid-19
adalah diluar prediksi semua shingga dalam keadaan yang luar biasa (bisa terjadi) target tidak ter-
realisasi mungkin harus revisi target, masalah edukasi kepada masyarakat tentang transaksi digital
inipun fihak bank syariah akan bertahap, kelompok mana yg sudah terbiasa dengan dunia digital
ataupun kelompok yg belum terbiasa dg digital, bbrapa bank syari'ah ada yg mengarahkan dulu
pada klompok ini untuk bertransaksi melalui ATM ( mengurangi interaksi antar manusia) dan
sterusnya sehingga akan terbiasa transaksi tanpa interaksi
KESIMPULAN
Dari artikel dan tanya jawab singkat tadi dapat disimpulkan bahwa pandemi covid-19
merubah perilaku transaksi perbankan hampir secara keseluruhan sehingga dibutuhkan kebiasaan
baru pada pola transaksi yang harus segera difahami dan dilaksanakan oleh nasabah dan kesediaan
sarana / teknolgi pendukung dari perbankan syari'ah dengan masyarakat akan merasa aman
bertransaksi dg bank syariah. Pada prinsipnya bank syariah ingin membantu atau meringankan
nasabah dengan beragam pola transaksi digital sehingga ditengah kepungan covid-19 transaksi
lancar aman dunia akhirat.
FOTO SERTIFIKAT SEMINAR ONLINE
1.PERAN PERBANGKAN SYARIAH DITENGAH PANDEMI COVID-19