Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA

Nama : vicki fanzia


NIM : 045073345
Matkul: HUKUM DAN MASYARAKAT

Tugas 2
Baca artikel di bawah untuk menjawab soal nomor 1!
Pada tanggal 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa
Timur dan Jawa Barat sebagai provinsi paling terpapar virus corona di Indonesia. 
Sampai tanggal 19 Desember 2020, Indonesia telah melaporkan 657.948 kasus positif
menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal angka kematian,
Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 19.659 kematian.
Banyak perubahan yang terjadi semenjak kemunculan pandemi tersebut, salah satunya adalah
perekonomian negara yang saat ini terjadi defisit anggaran. 
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat sepanjang periode Januari-September 2020,
defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020 mencapai Rp 687,5
triliun. Defisit ini setara dengan 4,16% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Sudah bermunculan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
upaya menanggulangi pandemi ini, salah satunya PSBB. Tidak terelwatkan dengan ProvinsI
Bali, yang mana diketahui memiliki banyak tamu berkunjung akan pesona wisatasnya. 
Saat ini Bali sepi akan kehadiran wisatawan lokal maupun asing dikarenakan penerbangan
internasional di Bandara Ngurah Rai ditutup hingga saat ini. Setelah mengalami hampir satu
tahun pandemi sepinya Bali berdampak terhadap para pelaku usaha wisata termasuk
perhotelan.
Sektor perhotelan adalah salah satu sektor usaha yang terdampak cukup berat dengan adanya
pandemi Covid-19. Sebab selama wabah virus corona, orang-orang dihimbau untuk tetap
tinggal di rumah dan menghindari bepergian atau keluar rumah untuk sesuatu yang tidak
mendesak. 
Selain itu adanya pembatasan perjalanan, persyaratan ketat untuk menggunakan transportasi
umum, hingga terus meningkatnya kasus infeksi membuat banyak orang juga berpikir dua
kali untuk bepergian jauh. Mau tidak mau, para pelaku usaha perhotelan harus memutar otak
bagaimana caranya agar bisnisnya bisa terus bernapas di tengah pandemi.
Salah satu cara yang dilakukan pelaku usaha perhotelan adalah merumahkan karyawannya.
Hotel-hotel di Bali sampai saat ini telah merumahkan lebih dari 90% teman-teman
kita merumahkan karyawan mereka dampaknya sangat luar biasa dimana operasional sudah
berhenti hampir dari mulai tanggal 1 April kemarin, kata Wakil Ketua Umum DPP IHGMA I
Made Ramia (Travel.detik.com, 2020).
Banyaknya karyawan yang dirumahkan membuat kehilangan pengasilan, hal tersebut
memaksa sebuah perubahan yang pahit untuk dapat di iklaskan. Perubahan yang pahit tidak
menjadi halangan untuk berkerasi dan berinovasi, hal tersebut memacu diri untuk berusaha
mencari solusi agar tidak terpuruk di suatu masalah. 
Perubahan itu terjadi di sekitar saya, yaitu saat saya berjualan di angkringan. Ternyata saat
mengenal teman-teman disana mereka merupakan para karyawan yang dirumahkan oleh
perusahaan tempat mereka berkerja dampak pandemi Covid ini. Mereka yang sedang tidak
memperoleh pengasilan memutar otaknya untuk membuka usaha demi keberlangsungan
hidup.
(sumber: https://www.opini.beritabali.com/read/2021/01/09/202101090014/pengalihan-mata-
pencaharian-saat-dirumahkan-di-masa-pandemi/)
Pertanyaan nomor 1:
Analisis perubahan sosial yang terjadi pada kasus di atas!
JAWABAN:
COVID-19 merupakan sebuah penyakit yang berpengaruh besar terhadap berbagai sendi
kehidupan masyarakat, terutama jika dilihat dari aspek sosial. Ini bukan dikarenakan
persentase kematian yang tinggi, lebih disebabkan oleh fakta bahwa penyakit ini sangat
gampang menulari orang lain tanpa terdeteksi. COVID-19 merupakan sebuah penyakit yang
berpengaruh besar terhadap berbagai sendi kehidupan masyarakat, terutama jika dilihat dari
aspek sosial. Inibukan dikarenakan persentase kematian yang tinggi, lebih disebabkan oleh
fakta bahwa penyakit ini sangat gampang menulari orang lain tanpa terdeteksi. SARS Cov-2
atau virus Corona, merupakan virus yang baru dikenal oleh masyarakat dunia. Meskipun
memiliki banyak persamaan karakter dengan banyak virus jenis Corona lain yang sudah
dipahami oleh manusia sebelumnya, virus ini memiliki cukup banyak perbedaan sehingga
saat pandemi terjadi belum bisa disediakan vaksin yang cukup efektif untuk mencegah
seseorang dari terinfeksi virus ini. Tidak adanya vaksin dan obat khusus untuk penyakit ini
menyebabkan masyarakat dunia harus "meraba-raba' dalam mengatasi pandemic yang sedang
terjadi ini. Kepanikan terjadi ditengah masyarakat, dan ini didukung oleh fakta berikutnya
tentang penyakit ini yaitu tingginya persentase kematian yang disebabkannya jika
dibandingkan virus sejenis seperti influensa. COVID-19 sejauh ini tercatat diperkirakan
mematikan hingga 4% dari jumlah orang yang terinfeksi. Fakta bahwa COVID-19
disebabkan oleh virus Corona menyebabkan penyebarannya terjadi dengan cara yang sama.
Cara yang sangat menyulitkan manusia bisa berinteraksi dengan cara yang sama dalam
aktivitasnya. Semua pola penyebaran COVID-19 terjadi ketika manusia saling berinteraksi
dengan manusia lainnya. Ini berdampak kepada perubahan pola perilaku manusia dalam
interaksi mereka jika ingin penyakit tersebut menyebar lebih luas. Berbagai kegiatan yang
melibatkan banyak orang, kini harus didesain ulang agar tidak menjadi ajang transmisi luas
COVID-19. Secara otomatis ini berpengaruh pada aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya
masyarakat di seluruh dunia. Banyak perubahan yang terjadi semenjak kemunculan pandemi
tersebut, salah satunya adalah perekonomian negara yang saat ini terjadi defisit anggaran. 
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat sepanjang periode Januari-September 2020,
defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020 mencapai Rp 687,5
triliun. Defisit ini setara dengan 4,16% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Selain itu adanya pembatasan perjalanan, persyaratan ketat untuk menggunakan transportasi
umum, hingga terus meningkatnya kasus infeksi membuat banyak orang juga berpikir dua
kali untuk bepergian jauh.

Untuk bisa mengerjakan soal nomor 2, silakan baca artikel di bawah ini:
SEMARANG – Enam pusat perbelanjaan di Kota Semarang telah mematuhi aturan dalam
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, setelah dilakukan uji coba mulai Selasa
(10/8/2021), rata-rata semua mal sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan instruksi
pemerintah.
“Untuk uji coba pembukaan mal di Semarang sudah berjalan. Saya minta pihak Dinas
Perdagangan untuk terus memantau semua mal, seperti aturan dari segi jumlah kapasitas
pengunjung mal yang tidak boleh melebihi 25 persen,” terang Hendi, sapaan akrabnya, saat
ditemui Jumat (13/8/2021).
Disampaikan, semua mal juga sudah menerapkan aplikasi Peduli Lindungi, sebagai syarat
untuk bisa masuk mal dari Kementerian Kesehatan RI.
“Yang mana salah satu syaratnya, pengunjung maupun karyawan mal yang sudah vaksin
yang bisa masuk mal. Selain itu, diharapkan masyarakat tetap menerapkan prokes saat berada
di dalam mal,” imbuhnya.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Mujoko Raharjo
menyampaikan, hasil pantauannya bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jawa Tengah di enam mal tersebut, secara umum telah memenuhi persyaratan.
“Namun, ada beberapa mal masih sulit untuk melakukan scan barcode aplikasi Peduli
Lindungi. Dari pihak pengelola mal yang bersangkutan menyanggupi akan mempercepat
proses penyediaan aplikasi tersebut, agar berjalan lancar,” terangnya.
Disampaikan, masih ada permasalahan terkait karyawan atau penjaga di outlet mal yang
belum vaksin. Padahal, dalam aturan pengunjung atau karyawan mal yang belum vaksin tidak
boleh masuk. Sehingga, pengelola mal tersebut menggantikan dengan karyawan lain yang
sudah vaksin.
“Kami harapkan, pihak pengelola mal melakukan koordinasi dengan DKK. Terkait
pemberian data karyawan mal yang belum vaksin, agar mendapatkan vaksin,” imbuh
Mujokk.
Ditambahkan, karena stok vaksin di DKK saat ini menipis, diharapkan, nantinya di mal ada
sentra vaksinnya.
“Memang di beberapa titik sentra vaksin di Kota Semarang sempat tutup juga karena stok
vaksin menipis. Paling tidak pengelola mal saat ini bisa melakukan pendataan karyawannya
yang sudah dan yang belum vaksin,” sambungnya.
Ditambahkan, tidak hanya terkait aturan keharusan vaksin bagi karyawan mal dan
pengunjung, pengelola mal juga harus memberikan sosialisasi tentang protokol kesehatan ke
pengunjung mal secara rutin.
“Misalnya, menugaskan karyawannya atau security internal, untuk melakukan patroli dan
memberikan imbauan prokes melalui sound system di sekitar mal, agar pengunjung tidak
berkerumun atau berkumpul di satu titik saja,” ujarnya.
Mujoko berharap, masa uji coba pembukaan mal tersebut berhasil, sehingga mal bisa terus
dibuka seperti dulu. Tentunya dengan prokes yang ketat.
“Kalau kategorinya kota Semarang turun menjadi level 3 dari yang sekarang di level 4,
nantinya syaratnya lebih ringan. Misalnya, dari segi kapasitas mal diperbolehkan menjadi
lebih banyak pengunjungnya. Dan jam operasionalnya diperpanjang, dari yang saat ini yaitu
buka mulai pukul 10.00 (WIB), tutup pukul 20.00 WIB,” terangnya.
Public Relation Mall Ciputra Semarang Aisa Jusmar menjelaskan, pihak manajemen
mematuhi aturan yang dibuat pemerintah. Yakni, semua orang yang masuk mal, termasuk
karyawan tenan sudah di vaksin.
“Semua wajib menunjukkan sudah di vaksin, entah itu karyawan ataupun pengunjung.
Pengecekan dilakukan di pintu masuk mal,” katanya.
Disampaikan, dalam ketentuan pemerintah, aktivitas di dalam mal dibatasi 25 persen dari
okupansi. Selain itu, pengunjung ataupun pekerja juga harus sudah di vaksin. Aturan lainnya
adalah anak dibawah usia 12 tahun serta lebih dari 70 tahun tidak boleh masuk mal.
Sementara untuk karyawan yang belum mendapatkan vaksinasi ataupun penyitas, wajib
menunjukkan hasil negatif swab antigen ataupun PCR.
“Untuk yang tidak bisa vaksin karena alasan kesehatan atau penyintas, harus bisa
menunjukkan antigen 1×24 jam atau PCR 2×24 jam, dan hasil antigen atau PCR itu bisa
diverifikasi secara digital lewat aplikasi peduli lindungi,” tambah Aisa.
Ia menjelaskan jika, klinik kesehatan tempat untuk PCR atau swab antigen adalah lab yang
terkoneksi oleh kementerian Kesehatan RI.
“Tes juga harus di lakukan di lab klinik RS yg terkoneksi dengan Kementerian Kesehatan,”
pungkasnya.
(sumber: https://jatengprov.go.id/beritadaerah/pengelola-mal-di-semarang-sudah-patuhi-
aturan/)
Pertanyaan:
2a. Korelasikan kasus di atas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum
dalam masyarakat!

JAWABAN:
A. Krabbe menyatakan bahwa kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang
terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang dihara[kan
ada;
B. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa kesadaran hukum itu merupakan persoalan nilai-
nilai yang terdapat pada diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang
diharapkan ada. Sebenarnya yang di tekanankan adalah nilai-nillai tentang fungsi hukum dan
bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkret dalam masyarakat
yang bersangkutan;
Menurut Soerjono Soekanto (1982) bahwa faktor-faktor mempengaruhi kesadaran dan
kepatuhan hukum adalah terdiri dari;
a. faktor undang-undang;
b, faktor masyarakat;
c. faktor budaya;
d, faktor fasilitas, dan
e. faktor aparat.
Darurat covid-19 ditetapkan berdasarkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11
Tahun 2020 tentang Penerapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, mengingat jumlah
kematian karena covid-19 telah meningkat dan meluas antar wilayah dan berdampak pada
kondisi politik, ekonomi, kesejahteraan masyarakat, sosial, budaya, serta pertahanan dan
keamanan. Keppres yang ditetapkan ini memperhatikan isi Undang undang Nomor 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. UndangUndang Dasar 1945, Pasal 12 dan Pasal 22,
telah memberi dasar jika terjadi keadaan bahaya dan kegentingan yang memaksa. UUD RI
1945, melindungi segenap warga negara dan tumpah darah Indonesia, dan pemerintah wajib
menjamin keselamatan warga negaranya. Walaupun terlambat, dengan kenyataan
meningkatnya kasus kematian (Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Indonesia pada
tanggal7 Agustus 2021 menyatakan terdapat 3.607.863 kasus covid-19 di Indonesia dan
angka itu terus meningkat) khususnya di Jakarta serta meningkatnya ketakutan dan kepanikan
sosial, akhirnya Pemerintah Indonesia menetapkan status darurat Kesehatan nasional dan
Pemerintah Indonesia harus siap menghadapi serangan covid-19 salah satunya adalah
Pemerintah kota semarang memperlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4.
Diawal bulan Maret 2020 berupa kebijakan social distancing dan physical distancing serta
beberapa peraturan lainnya yang berkaitan dengan\ penanggulangan penyebaran pandenmi
covid-19 Salah satunya seperti kasus diatas. Agar peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah dapat berjalan dengan efektif dan efisien untuk mengatasi penyebaran covid-19,
Masyarakatlah yang menjadi kunci dari keberhasilan tersebut, karenanya diperlukan adanya
kesadaran hukum dari dalam diri masyarakat dengan mendisiplinkan diri untuk taat kepada
peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan Pemerintah tersebut. Jika masyarakat dengan
kesadaran diri sendiri tanpa adanya tekanan dan paksaan yang melahirkan kepatuhan
terhadap peraturan dan kebijakan yang ditetapkan Pemerintah tersebut maka hukum tidak
perlu memberikan sanksi Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa masyarakatlah yang menjadi
kunci dan memegang peranan penting untuk patuh menjalankan peraturan dan kebijakan
Pemerintah dalam menekan rantai penyebaran covid-19 misalnya seperti menggunakan
masker, menjaga kebersihan, mencuci tangan, dan lain-lain. Namun kerap kali ditemukan
masyarakat yang tidak melakukan peraturan dan kebijakan yang ditetapkan pemerintah
khususnya mengenai pelaksanaan protokol kesehatan, misalnya seperti tidak memakai
masker, masyarakat masih saja berkerumun, malas mencuci tangan dan lain-lain, akibatnya
penanganan kasus covid-19 i Indonesia menjadi terhambat dan menyebabkan kenaikan angka
terthadap kasus covid-19 di Indonesia. Kesadaran hukum yang dimaksud di sini adalah
kesadaran diri sendiri tanpa tekanan dan paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada
hukum yang berlaku. Membangun kesadaran hukum masyarakat bukanlah hal yang mudah
terlebih dengan latar belakang masyarakat Indonesia yang berbeda-beda baik itu perbedaan
suku, agama, ekonomi, budaya dan pendidikan. Hal ini disebabkan membangun kesadaran
hukum itu menyangkut proses batin seseorang dan proses batin antara tiap orang berbeda-
beda karena menyangkut dengan pengalaman, pengetahuan, pergaulan hidup, penghayatan
terhadap norma hukum dan latar belakang tiap-tiap orang. Kesadaran hukum (legal
awareness) akan timbul jika ada legal feeling (perasaan hukum) di mana kesadaran hukum
tersebut akan tumbuh seiring dengan moralitas hukum yang ada dalam sistem hukum yang
dibangun dalam kultur hukum yang aware. Perasaan hukum ini dapat diartikan sebagai
penilaian hukum yang timbul secara serta merta dari masyarakat. Apabila kesadaran hukum
di masyarakat telah berjalan maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Derajat
pengetahuan masyarakat mengenai aturan protokol kesehatan tidak hanya sebatas mengetahui
namun harus lebih dari itu yaitu memahami, menaati dan menghargai produk hukum tersebut.
Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut di atas, tidak sekedar diberikan kepada para
penegak dan petugas hukum saja, namun harus diwujudkan oleh seluruh tiap individu-
individu untuk saling mengingatkan akan pentingnya protokol kesehatan dan menjalankan
peraturanperaturan Pemerintah. Keberhasilan penanganan covid-19 tidak terlepas dari
kesadaran hukum masyarakat untuk menaati berbagai peraturan dan kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah. Sanksi pidana atau berbagai bentuk sanksi lainnya hanyalah
merupakan salah satu cara untuk ditaatinya sebuah aturan dan merupakan tujuan sementara.
Adapun tujuan akhir dari suatu aturan hukum adalah timbulnya kesadaran hukum
masyarakat. Kesadaran hukum tersebut antara lain meliputi pengetahuan tentang hukum,
penghayatan fungsi hukum, dan ketaatan terhadap hukum.
2b. Buatlah simpulan tentang kesadaran hukum dilihat dari indikator-indikatornya!
JAWABAN
Menurut Mustafa Abdullah dan Soerjono Soekanto dalam buku berjudul Sosiologi Hukum dalam
Masyakarakat (1982), 4 indikator kesadaran hukum adalah pengetahuan hukum, pemahaman hukum,
sikap hukum, dan perilaku hukum. Kesadaran hukum warga negara membantu menentukan efektif
tidaknya suatu hukum yang berlaku. Semakin tinggi kesadaran hukum warga negaranya, maka akan
semakin mudah penegakan hukum untuk memajukan suatu negara. Pengetahuan hukum Menurut
Ahmad Ubbe dalam jurnal Beberapa Aspek Kesadaran Hukum Masyarakat Peusangan (Studi tentang
Pelembagaan Undang-Undang Perkawinan 1974) (1988), pengetahuan terhadap keberadaan
peraturan hukum adalah inikator minimal adanya kesadaran hukum. Dengan pengetahuan hukum,
seseorang memiliki kesadaran hukum apa saja yang ada, apa saja yang dilarang, dan apa saja yang
diperbolehkan. Pelanggaran hukum kerap kali terjadi karena minimnya pengetahuan hukum.
Misalnya, ada masyarakat yang berburu hewan dilindungi untuk makanan sehari-hari. Hal tersebut
dilakukan karena mereka tidak tahu bahwa hewan tersebut adalah hewan langka yang dilarang
perburuannya oleh hukum. Pemahaman hukum Pemahaman hukum adalah salah satu indikator
kesadaran hukum yang tidak hanya mengetahui keberadaan suatu hukum, namun juga memahami
isinya. Pemahaman hukum memungkinkan seseorang memahami isi, tujuan, manfaat, dan juga
konsekuensi dari pelanggarannya. Pemahaman hukum tidak hanya berlaku pada hukum tertulis,
namun juga hukum tidak tertulis seperti norma- norma yang berlaku dalam masyarakat.Sikap hukum
Menurut Soerjono Soekanto dalam buku Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (1977), sikap
hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima hukum karena adanya pernghargaan tergadap
hukum sebagai sesuatu yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum tersebut ditaati. Sikap
hukum lahir dari penilaian individu maupun warga negara kepada suatu hukum yang berlaku.
Perilaku hukum Perilaku hukum adalah indikator utama kesadaran hukum yang dimiliki warga
negara. Pola perilaku warga negara yang mematuhihukum, berarti hukum tersebut benar-benar
berlaku dan efektif di masyarakat. Sedangkan, jika terjadi banyak pelanggaran maka hukum tersebut
tidak benar-benar berlaku atau tidak efektif dalam masyarakat. Sehingga, perilaku hukummenjadi
indikator kesadaran hukum yang dilihat dari derajat kepatuhan warga negaranya. Sedangkan, jika
terjadi banyak pelanggaran maka hukum tersebut tidak benar- benar berlaku atau tidak efektif dalam
masyarakat. Sehingga, perilaku hukum menjadi indikator kesadaran hukum yang dilihat dari derajat
kepatuhan warga negaranya.
Referensi :
1. https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/20/175331569/4-indikator- kesadaran-hukum-warga-
negara.
2. https:l/nasional.sindonews.com/read/190730/18/konten-kesadaran-hukum-dan-penegakkan-
hukum-1602202245/1 0#~text=Menurut%20Soerjono%20Soekanto%20(1982)%20bahwa,%2C
%20dan%205)%20faktor%20aparat.
3. Roland Hutabarat.2022. Pentingnya Masyarakat Memiliki Kesadaran Hukum Dalam Masa
Pandemi Agar Angka Penyebaran Virus Covid-19 Dapat Ditekan. Universitas Krisnadwipayana.

Anda mungkin juga menyukai