Anda di halaman 1dari 2

Bahaya Pembukaan Mal saat Pandemi Covid 19

Pendahuluan (Pernyataan Pendapat)


Pemberian izin pembukaan mal oleh pemerintah sungguh berada di luar nalar. Jika
dipikirkan secara matang, memberikan kelonggaran semacam itu saat pandemi Covid-
19 belum terkendali akan sangat membahayakan kesehatan masyarakat Indonesia.
Apakah pemerintah tidak mengetahui bahwa virus Covid-19 dapat menyebar lebih
cepat jika mal dibuka?
Penyampaian Pendapat (Argumen)
Saat ini, jumlah pasien baru Covid-19 di Indonesia kurang lebih mencapai 3.963 orang
setiap harinya. Angka itu terus naik secara naik drastis jika dibandingkan dengan data
pada akhir Agustus lalu, ketika penambahan jumlah pasien baru masih di kisaran
2.000-an. Rasio positif di Indonesia dalam dua pekan terakhir dapat mencapai angka 26
persen. Artinya, terdapat sekitar 26 orang positif dari setiap seratus orang yang diuji
menggunakan tes swab. Situasi ini lebih buruk ketimbang dua bulan lalu, ketika rasio
positif di Indonesia masih sebesar 15,42 persen.
Karena itu, sulit memahami alasan pemerintah mengizinkan mal agar segera dibuka
lagi. Memang, sejak ditutup pada Maret lalu, ribuan karyawan yang mata
pencahariannya berada di mal sudah dirumahkan. Terdapat 197 mal dengan lebih dari
1.000 toko di Indonesia, terlebih dari itu 50 persennya berada di Jakarta dan sekitarnya.
Tutupnya mal menyebabkan penurunan ekonomi di Indonesia. Tapi, sepatutnya alasan
ekonomi tak dijadikan pembenar untuk mengabaikan pertimbangan kesehatan dan
keselamatan publik.
Presiden Jokowi beralasan pembukaan mal dimungkinkan selama protokol kesehatan
dipatuhi. Selain itu jumlah pengunjung yang masuk ke mal dibatasi, dengan
menggunakan barcode. Hal itu merupakan alasan yang mudah dipatahkan karena
membuka mal sama saja dengan mengundang pusat keramaian baru. Risiko penularan
virus corona bisa melonjak ketika titik-titik berkumpulnya warga kembali dibuka.
Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Soumya Swaminathan,
mengatakan pandemi virus corona atau Covid-19 dapat berlangsung hingga lima tahun
ke depan. "Menurut saya dalam kerangka waktu empat atau lima tahun ke depan, kita
bisa mengendalikan wabah ini," kata dia dalam webinar dengan Financial Times Global
Boardroom. Dia mengatakan penemuan vaksin adalah jalan keluar terbaik dalam
mengatasi Covid-19, tetapi masih banyak keraguan akan keamanan, produksi dan
distribusi yang adil. Selain itu, langkah-langkah pembatasan yang efektif juga akan
menentukan seberapa lama pandemi ini akan berlangsung.
Penegasan Ulang
Presiden Jokowi dan jajarannya tidak boleh menyerah dalam menghadapi serangan
virus corona. Salah satu kelemahan utama dalam program pengendalian penularan
Covid-19 di Indonesia adalah pelacakan kontak pasien positif. Saat ini kapasitas
pemerintah dalam pelacakan jejaring kontak pasien masih di bawah standar WHO.
Protokol Kementerian Kesehatan mensyaratkan 80 persen dari semua kontak pasien
harus sudah terlacak dan diisolasi dalam tiga hari selepas konfirmasi status pasien. Jika
hal itu tidak dilakukan, mustahil penyebaran virus ini bisa ditekan sampai minimal.
Ketimbang sibuk membuka mal, Pemerintah seharusnya mengeluarkan anggaran untuk
membantu Dinas Kesehatan dan Satgas guna meningkatkan kapasitas pelacakan.
Tanpa itu, pembatasan sosial seketat apa pun akan percuma. Jika wabah sudah
terkendali, ekonomi pasti akan pulih kembali.

Anda mungkin juga menyukai