Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PERUBAHAN PERILAKU KONSUMEN

TERHADAP MOTIF BELANJA ONLINE DIKALA


COVID-19

( MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI NILAI


MATA KULIAH TEORI EKONOMI TERAPAN )

Disusun oleh :

Denny Ramadhan Bachtiar 041811133192

Dosen Pengampu:
Dr. Unggul Heriqbaldi

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada bencana nasional berupa pandemi covid-19. Penyebaran
covid-19 tercatat sangat cepat dan masif di Indonesia. Pandemi covid-19 ini disinyalir bukan hanya
menyerang kesehatan, namun juga ekonomi secara global, tak terkecuali Indonesia. Menanggapi hal
tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa covid-19 akan memperburuk ekonomi
Indonesia, bahkan pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal tumbuh hanya sebesar 2,5 persen bahkan bisa
mencapai 0 persen

Selain itu, kalangan pengusaha menilai covid-19 telah membawa dampak negatif besar terhadap
perekonomian Indonesia. Pasalnya, covid-19 telah mengganggu mata rantai produksi industri sehingga
perputaran bisnis menjadi tidak lancar, sementara kewajiban para pengusaha tetap harus berjalan.
Akibatnya banyak karyawan yang terpaksa hilang pekerjaannya karena terkena PHK. Nilai rupiah terus
melemah tajam, sementara pasar bursa pun meradang seiring laju indeks harga gabungan (IHSG) yang
terkoreksi dalam. Hal ini semakin memperkuat bahwa perekonomian Indonesia akan terus melambat.
Beberapa upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk menangani penyebaran virus covid-19 ini,
diantaranya adalah melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara bertahap di wilayah –
wilayah yang terindikasi mempercepat penyebaran virus covid-19. Penerapan PSBB setidaknya
memberikan dampak yang signifikan bagi kegiatan masyarakat. PSBB terus berjalan, namun kebutuhan
hidup selama masa PSBB juga harus selalu terpenuhi. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang akhirnya
menggunakan e-commerce untuk berbelanja berbagai kebutuhan.

Penggunaan e-commerce juga sekaligus melaksanakan himbauan pemerintah agar membatasi


penggunaan uang tunai atau kertas. Sejumlah swalayan atau supermarket juga saat ini sudah banyak yang
menyediakan layanan digital. Selain itu, Bank Indonesia juga telah menutup layanan yang melibatkan
interaksi sosial. Transaksi yang ditutup sementara yaitu, layanan sistem pembayaran tunai, yang mencakup
: layanan kas keliling baik dalam kota maupun daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di seluruh
Indonesia, layanan penukaran uang rusak dan klarifikasi uang palsu oleh publik maupun perbankan. Bukan
hanya Bank Indoensia, PLN juga berusaha untuk mencegah penyebaran covid-19, salah satunya dengan
menghimbau kepada masyarakat melakukan pembayaran secara online untuk meminimalisir kontak fisik
antara pelanggan dengan petugas. Sehingga pembayaran listrik dapat dilakukan di mana saja tanpa harus
mendatangi kantor PLN, salah satunya melalui aplikasi dompet digital (E-Wallet).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1.1. Media Sosial

Sama halnya dengan e-commerce, selain untuk mengunggah foto dan


status keseharian, media sosial saat ini dapat beralih fungsi sebagai platform
bisnis. Berdasarkan pada definisi yang dipaparkan oleh Kotler dan Keller
(2016:642), media sosial merupakan alat atau cara yang dilakukan oleh
konsumen untuk memberikan informasi berupa teks, gambar, audio, dan video,
kepada orang lain dan perusahaan atau sebaliknya. Banyaknya pengguna
media sosial di Indonesia dan strategi promosi yang menarik menjadi faktor
selanjutnya dan dapat memikat siapa saja yang melihatnya.
Semakin banyak fitur pendukung bisnis dan belanja di media sosial
dapat mendorong ketertarikan seseorang sehingga memiliki keinginan untuk
membeli. Seiring dengan pertumbuhan jangkauan teknologi dan pengguna,
media sosial sangat diandalkan terutama bagi pelaku usaha dan konsumen.

2.1.1.2. Pengaruh Pandemi Covid-19

Pandemi adalah sebuah epidemi yang menyebar ke beberapa negara


atau benua, dan dapat menjangkiti banyak orang. Pandemi Covid-19 adalah
coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia dan mengakibatkan
kejadian luar biasa terjadi pada Desember tahun 2019, yang memulai
penyebaran pertamanya di daerah Wuhan, China. Kemudian, virus tersebut
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Pada
pertengahan bulan Maret 2020 Covid-19 sudah mulai menyebar di Indonesia,
dan pemerintah memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar) agar dapat menahan laju pergerakan virus tersebut. Akibatnya
masyarakat melakukan semua kegiatannya di rumah atau dikenal sebagai
Work from Home (WFH). Lalu pada bulan Juni, pemerintah mulai
memberlakukan New Normal dengan tetap mentaati protokol kesehatan,
seperti menggunakan masker 3 lapis, mencuci tangan setelah menyentuh
properti umum, membawa hand sanitizer, serta jaga jarak minimal 1,5 meter.

Efek dari pandemi covid-19 memiliki banyak pengaruh dalam berbagai


aspek, termasuk tingkah laku masyarakat sebagai pelaku konsumen. Dalam
jurnal yang disusun oleh Yusup, et al (2020) memaparkan bahwa kebijakan
PSBB memaksa pelaku usaha untuk merubah model bisnis menuju online
sehingga berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan perilaku
konsumen dalam berbelanja online.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hasil & Pembahasan

Kemajuan teknologi saat ini membuat perilaku konsumen sudah mengarah ke arah digital.
Lalu terjadinya pandemi Covid-19 secara tidak langsung memberi efek positif pada pola transaksi
konsumen. Belanja online menjadi tren belanja baru karena efek dari kebijakan pemerintah yang
memberi himbauan seperti social distancing serta penerapan PSBB membuat mobilitas orang untuk
belanja keluar rumah terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara yang didapat terhadap 3 mahasiswa yang menjadi pelaku
konsumen, perilaku konsumen pada mahasiswa selama pandemi sudah mengarah kepada
digitalisasi, bahkan sebelum terjadinya pandemi. Namun dengan pembatasan aktivitas dan hanya di
rumah, dapat mempermudah mahasiswa untuk belanja dari rumah dan mengandalkan ecommerce
serta media sosial. Semua narasumber mengatakan bahwa, belanja online dapat memudahkan
mereka untuk mencari barang yang mereka inginkan dan butuhkan dengan mudah dan hanya sekali
‘klik’ mereka bisa membelinya tanpa harus keluar rumah.

Dilansir dalam situs katadata.co.id, perubahan tren belanja digital (online) membuat
penjualan bahan pokok secara online naik 35% selama pandemi. Efek samping positif pandemi
Covid-19 bagi ekosistem digital adalah lebih banyaknya konsumen yang berbelanja secara online
untuk membeli barang-barang yang kebutuhannya besar maupun dalam kategori tersier. Masih
dalam website yang sama, perusahaan e-commerce asal Singapura yaitu Shopee mencatat, penjualan
kebutuhan pokok dan makanan melonjak empat kali lipat selama pandemi Covid-19. Dapat
dibandingkan dengan sebelum masa pandemi, produk yang paling banyak dicari dari kategori
fashion dan kecantikan. Tren barang yang paling banyak dicari pengguna Shopee pun berubah sejak
pandemi. Putri Lukman selaku Head of FMCG Shopee Indonesia memperkirakan, tren seperti itu
bertahan di saat masa normal baru (new normal). Dengan demikian, Shopee memberikan promosi
pada produk kebutuhan pokok serta promosi gratis ongkos kirim (ongkir) dengan diskon hingga
70% untuk menggaet lebih banyak konsumen.

Tabel 1. Hasil Data Kualitatif


Menggunakan Teknik Wawancara
Kepada Mahasiswa Mengenai Kemudahan dan Keuntungan Menggunakan E-commerce dan Media
Sosial
Kemudahan dan Keuntungan
Media Sosial E-Commerce
Terdapat
Banyaknya Promo
Penawaran
dan Gratis Ongkir
Menarik
Banyaknya
Harga Dapat Lebih
Metode
Murah
Pembayaran
Pelayanannya Baik
Praktis Tidak Perlu
dan Efisiensi
Keluar Rumah
Waktu
Tabel 1 menunjukkan, kemudahan dan keuntungan yang membuat mahasiswa memutuskan
untuk belanja online baik melalui media sosial maupun di e-commerce. Semakin banyaknya
penawaran promo seperti potongan harga dan gratis ongkir, penawaran menarik seperti adanya flash
sale, menjadi stimulus untuk konsumen agar dapat membeli. Lalu mudahnya proses pembayaran
menjadi jawaban selanjutnya karena dengan adanya fasilitas pembayaran langsung dari e-commerce
dapat memudahkan dan mempercepat proses pembayaran. Sama halnya dengan e-commerce,
melalui media sosial pembeli bisa membayar dengan sistem COD dan barang bisa langsung diantar
ke rumah. Selain itu produk yang ditawarkan memasang harga ramah di kantong dan yang menjual
produk biasanya dari sesama teman sehingga mahasiswa dapat membelinya. Riset diatas yang
dirilis oleh databoks.katadata.co.id memaparkan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, sebanyak
73% responden masih berbelanja produk non-makanan seperti pakaian, sepatu, kecantikan, furnitur,
dan barang elektronik, di toko fisik (offline). Namun, pasca pandemi Covid-19 melanda, responden
yang berbelanja produk non-makanan di e-commerce naik menjadi 66%. Peningkatan persentase
tersebut disusul dari situs perusahaan 6% dan media sosial 3%. Survei ini dilakukan secara daring
pada 18 Juni – 13 Juni 2020 oleh Bank DBS, dan melibatkan 545 responden di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. Hasil survei tersebut selaras dengan hasil wawancara yang dilakukan
mengenai produk yang sering mahasiswa cari dan beli sangat bervariasi, seperti makanan, pernak-
pernik sekolah, fashion (baju, tas, dan lain-lain), make up dan skincare.

Seiring dengan banyaknya masyarakat terutama mahasiswa yang berbelanja online, banyak
perusahaan e-commerce membuat strategi agar tetap bertahan dan memikat konsumen. Contohnya
ada Shopee ketika menggelar promosi yang bertajuk 7.7 Pesta Diskon Supermarket, yang berlaku
sampai 7 Juli 2020. Promosi yang ditawarkan mulai dari gratis ongkir (ongkos kirim), flash sale
produk kebutuhan pokok hingga 50%, dan akan ada Sembako Day dengan penawaran diskon
hingga 70%. Sementara itu dilansir oleh katadata.co.id, melihat peluang dari kebiasaan baru
masyarakat saat ini dalam berbelanja, CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengungkapkan tiga
prioritas strategi baru dari Tokopedia. Pertama, Tokopedia memastikan masyarakat dapat memenuhi
berbagai kebutuhan dari rumah, dengan harga dan ketersediaan produk terjaga, serta kemudahan
pengiriman dan fitur bebas ongkir (ongkos kirim). Kedua, menjaga perputaran roda ekonomi
Indonesia dengan memastikan para penjual dapat meneruskan bisnisnya melalui Tokopedia. Ketiga,
Tokopedia ikut berpartisipasi dalam mendorong pemulihan ekonomi yang tengah melambat karena
pandemi.
Hal yang sama juga sudah dimulai oleh media sosial yang memulai inovasinya dalam
menyuguhkan fitur yang dapat mendukung konsumen untuk berbelanja online. Contohnya seperti
yang dilakukan oleh Instagram. Dimuat dalam katadata.co.id, kini Instagram sudah
bertransformasi menjadi platform pemasaran digital bagi para pelaku bisnis. Manfaat dari salah satu
fiturnya ialah dapat memasarkan produk dengan mudah. Country Director Facebook Indonesia Sri
Widowati mengungkapkan, Instagram telah memiliki 25 juta profil bisnis dan 2 juta pengiklan
secara global, dan menurutnya, Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah profil bisnis
terbanyak di Asia Pasifik. Kemudian Sri Widowati menambahkan, berdasarkan data internal
Instagram, terdapat 50% akun bisnis yang ada di Instagram dan bahkan tidak memiliki situs web
sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa profil bisnis Instagram memiliki dampak positif dalam
kehadirannya secara online.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Simpulan yang didapatkan dari keseluruhan artikel ini adalah pada kondisi dan situasi yang
dialami oleh masyarakat saat ini khususnya mahasiswa, membawa mereka kepada hal yang sebelumnya
belanja online hanya menjadi pilihan tetapi sekarang sudah menjadi kebutuhan. Digitalisasi sudah
menjadi teknologi yang dapat memudahkan kegiatan manusia dalam segala lini kehidupan, termasuk
belanja. Hal itu lah yang menjadi faktor perubahan konsumen dan terjadi pada masa pandemi saat ini.

Pendukung perubahan perilaku konsumen pada masa pandemi adalah terdiri dari banyaknya
kontribusi layanan online yang menawarkan berbagai kemudahan untuk mendukung kegiatan konsumen
dalam berbelanja online. Selain itu, agar lebih mudah dan tetap mematuhi kebijakan untuk melakukan
kegiatan di rumah. Mahasiswa yang sebagai generasi melek teknologi memiliki keputusan bahwa belanja
secara online praktis dan efisien.

Saran yang bisa diberikan terhadap mahasiswa adalah lebih pintar belanja dan mengatur
keuangan. Pintar belanja dalam arti dapat memilih untuk membeli sesuatu berdasarkan kebutuhan dan
jangan hanya sekedar keinginan. Selain itu perhatikan untuk memilih toko dan produk yang terpercaya
agar tidak terjadi hal yang merugikan. Lalu bagi peneliti ilmiah kedepannya dapat mengembangkan riset
yang sudah dilakuakan karena semakin berkembangnya zaman maka semakin banyak hal baru yang bisa
ditemukan.
Referensi

Aditya, Christian, Titik Kusmiantini, Yuli Liestyana. 2020. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentu
Belanja Online. Jurnal Ekonomi dan Ilmu Sosial, 5(2), 130-142.

Covid19.kemkes.go.id. 2020. Tanya Jawab Coronavirus Disease (COVID-19) – QnA Update 6 Maret 2020.
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/tanya-jawab-coronavirus-disease-
covid-19-qna-update-6-maret-2020/#.X4D-6mgzZhF (diakses pada 7 Oktober 2020)

Covid19.go.id. 2020. [SALAH] WHO Sebut Penularan Corona Tak Lagi Hanya Lewat Droplet Tapi Juga Udara.
https://covid19.go.id/p/hoax-buster/salah-who-sebut-penularan-corona-tak-lagi-hanya-lewat-droplet-tapi-
juga-udara (diakses pada 14 Oktober 2020)

Databoks.katadata.co.id. 2020. Konsumen beralih Beli Produk Non-Makanan di E-Commerce saat Pandemi Covid-
19. https://databoks.katadata.co.id/datapub lish/2020/10/08/konsumen-beralih-beli-produk-non-makanan-di-
e-commerce-saat-pandemi-covid-19# (diakses pada 10 Oktober 2020)

Denzin, N. K. dan Yvonna S. Lincoln. 2017. The Sage Handbook of Qualitative


Research. Fifth Edition. SAGE Publications, Inc.

Dulkiah, Moh, Nurmawan, Jajang A Rohmana, dan Ahmad Syaiful Rahman. 2020. Adaptasi Mahasiswa Dalam
Penggunaan Media On Line Sebagai Dampak Wabah COVID-19. 1-10.

Ekonomi.bisnis.com. 2020. Begini Pergeseran Perilaku Konsumen Baru


Selama Pandemi Covid-19. https://ekonomi.bisnis.com/read/202 00515/12/1240921/begini-pergeseran-
perilaku-konsumen-baru-selama-pandemi-covid-19 (diakses pada 7 Oktober 2020)
Glints.com. 2020. Ingin Meningkatkan Penjualan?PahamiDuluPerilak
Konsumen!https://glints.com/id/lowongan/perila

Harahap, Dedy Ansari, Dita Amanah. 2018.


Perilaku Belanja Online Di Indonesia: Studi Kasus. Jurnal Risaet Manajemen Sains Indonesia (JRMSI),
9(2), 193-213.

Hutauruk, Martinus Robert. 2020. Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Faktor Yang Menentukan Perilaku
Konsumen Untuk Membeli Barang Kebutuhan Pokok Samarinda. Jurnal Riset Inossa, 2(1), 1-15.
Ismail, A. Ilyas. 2018. Menggagas Paradigma Baru Dakwah Era Milenial. Jakarta: Prenada Media
Grup.

Anda mungkin juga menyukai