Anda di halaman 1dari 4

Salam Hormat Ijin Menanggapi,

1. Perkembangan e-commerce di Indonesia sangat pesat dalam kurun waktu 1


dekade terakhir. Melalui ulasan sebuah artikel dari 19,8 juta orang di tahun
2014, pengguna e-commerce di Indonesia diperkirakan dapat mencapai 39,3
juta pada tahun 2020. Data dari Research and Market menyebut bahwa
pertumbuhan pasar e-commerce di Indonesia diprediksi mencapai US$ 21,2
miliar dengan tingkat pertumbuhan 37,4% untuk mencapai US$ 104 miliar di
tahun 2022. Dari total pasar e-commerce tersebut, transaksi bisnis online
berkontribusi sebesar 26,4% pada total industri.

Pertumbuhan industri e-commerce tersebut tentunya tidak terlepas dari


perilaku konsumen Indonesia yang menginginkan kecepatan dalam
berbelanja dan sebagian besar konsumen Indonesia sudah mengerti cara
menggunakan internet dan smartphone. Perilaku masyarakat yang mulai
menggandrungi belanja online rupanya membawa keuntungan bagi beberapa
pihak produsen di masyarakat antara lain menjual produk atau jasa secara
online tanpa harus mendirikan toko sebagai tempat usaha sehingga mereka
bisa memasarkan produk atau jasa kepada konsumen kapanpun dan di
manapun. Dari segi pemasaran, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya yang
besar untuk promosi karena dengan menggunakan jaringan internet mereka
bisa memasarkan produk atau jasa secara meluas ke masyarakat. Bagi
konsumen sendiri, memiliki keuntungan berupa mempermudah proses
pembelian beserta transaksinya yang dilakukan secara online.

Tidak bisa kita pungkiri saat ini, peran e-commerce yang sangat besar dalam
mengeliminasi faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat kalangan usaha
dalam hal ini UMKM. Berkat adanya platform e-commerce seperti Tokopedia ,
Shopee, Bukalapak, Go-jek, kini tempat bukan lagi hal yang perlu kita
khawatirkan, jarak sudah bukan lagi halangan, pemasaran dapat dilakukan
hingga tanpa biaya sama sekali, sehingga modal seharusnya bukanlagi
merupakan masalah yang terbesar bagi masyarakat yang ingin memulai
usaha.

Perkembangan bisnis e-commerce sangat mempengaruhi pertumbuhan


ekonomi di Indonesia. Perkembangan jumlah pelaku bisnis e-commerce,
dalam hal ini bertindak sebagai produsen, berkontribusi mendorong
penawaran produk dalam perdangangan online. Semakin banyak produsen e-
commerce, semakin banyak barang dan jasa yang diperdagangkan secara
online, sehingga semakin besar pula potensi transaksi yang akan terjadi.

Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia berdampak pada pertumbuhan


industri e-commerce yang cukup signifikan. Kebijakan PSBB dari pemerintah
dan rasa khawatir masyarakat terhadap risiko tertular virus Corona membuat
transaksi secara online menjadi lebih banyak dipilih seperti transaksi produk
kesehatan dan makanan. Perusahaan-perusahaan e-commerce di Indonesia
membukukan kenaikan volume penjualan dengan semakin banyaknya
masyarakat yang menerapkan physical distancing di tengah wabah Covid-19.
Menurut data dari Kominfo, penjualan produk sanitasi secara online
meningkat hingga 600% dan penjualan produk makanan & minuman naik
hingga 260% selama pandemi. Data tersebut belum termasuk peningkatan
transaksi online pada produk-produk lainnya.

Pada masa pandemi ini, transaksi bisnis secara online menjadi pilihan para
pelaku usaha, termasuk UMKM untuk berbelanja guna memenuhi kebutuhan
operasional dan produksi. Selain lebih aman karena pengadaan kebutuhan
operasional dan produksi dilakukan tanpa kontak fisik, transaksi bisnis secara
online juga memiliki manfaat lain seperti lebih efisien tenaga, waktu, serta
transparansi. Hampir semua kebutuhan masyarakat dipenuhi dengan
berbelanja di toko online, marketplace, ataupun forum jual beli, terlebih saat
pandemi. Hingga kini, transaksi e-commerce B2C (Business to Consumer)
atau antara penjual dan pembeli masih mendominasi di Indonesia. Pengaruh 
e-commerce terhadap pertumbuhan ekonomi penjualan barang dan jasa
secara online maupun konvensional memiliki implikasi serupa terhadap
pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) yang merupakan indikator yang
umum digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke
tahun.

Salah  satu bentuk e-commerce di Indonesia adalah online shop seperti


Tokopedia, Buka Lapak, Lazada, Shopee, dan-lain-lain, yang merupakan
aplikasi belanja online yang paling diigemari oleh masyarakat. Bank Indonesia
bahkan menyebutkan pada tahun 2019, jumlah transaksi e-commerce per
bulannya mencapai Rp11 triliun - Rp 13 triliun. Industri e-commerce
mempunyai prospek yang cukup cerah dan bisa menjadi tulang punggung
ekonomi digital Indonesia. Sepanjang hari belanja nasional pada 12
Desember lalu, Shopee meraih Rp1,3 triliun Gross Merchandise Value hanya
dalam waktu 24 jam dan terdapat 80 juta barang yang terjual. Pencapaian ini
menjadi bukti nyata bahwa Shopee ikut mendorong daya beli konsumen dan
dan tentunya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Salah satu contoh UMKM yang berhasil mengembangkan usahanya lewat e


comerce yaitu seorang pengusaha muda Dea Valencia, pendiri Batik Kultur.

Perempuan kelahiran Semarang, 14 Februari 1994 ini mengawali


perjalanannya dengan berdagang Batik Lawas milik ibunya. Sejak kecil, Dea
memang sudah dikenalkan dengan Batik. Dea adalah salah satu inspirasi
pengusaha UKM yang sukses di usia muda. Berawal dari kecintaannya pada
batik lawas, Dea mencoba membuka bisnis batik dari hasil desainnya sendiri.
Sebelumnya, ia hanya membantu menjual koleksi batik lawas mamanya. Dari
situ, ia kemudian mencoba mendesain baju batiknya sendiri dengan dibantu
seorang penjahit di sudut rumahnya. Berawal dari satu orang penjahit di sudut
rumahnya tersebut, kisah Batik Kultur dimulai. Dea sendiri yang mendesain
produk Batik Kultur. Karena tak bisa menggambar, Dea mengandalkan
imajinasi lalu ditransfer ke seorang juru gambar kepercayaannya.

Dea Valencia memulai bisnisnya itu pada saat masih kuliah semester 3. Ia
memaksimalkan pemasaran secara online yang memang sudah marak
dilakukan banyak pengusaha. Dea memilih memasarkan batiknya melalui
Facebook, Instagram dan juga media e comerce lainnya . Pada saat pertama
kali memasarkan di Facebook, batiknya hanya terjual 20 potong. Namun,
berkat ketekunan dan usaha tiada henti, Dea berhasil menjual hingga 600
potong batik dan meraih omset hingga 300 juta per bulan. Kini, bisnis yang
dijalankan Dea semakin berkembang pesat dengan merambah salah satu e
comerce. Bahkan, ia mampu mempekerjakan 120 karyawan, dimana 50
orang diantaranya adalah penyandang disabilitas. Batik Kultur mendapat
respons yang luar biasa dari pemasaran digital, hal ini diakui sendiri oleh Dea
Valencia mengakui, kesuksesan Batik Kultur tak lepas dari peran media
digital eletronik.

3. Di masa pandemi Covid 19 ini, para pebisnis ditantang untuk tetap dapat
eksis dan bisa melayani konsumen, menurut Anda seperti apa peran e-
commerce ?

Pandemi Covid 19 telah memaksa pelaku usaha mengubah strateginya demi


bertahan. Salah satunya lewat peralihan ke dunia digital. Data Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian mencatat sebanyak 301.115 usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM) beralih ke usaha digital selama pandemi Covid-
19. Seiring perubahan perilaku para konsumen yang beralih ke belanja
daring, ketika mereka diharuskan untuk berdiam di rumah. Peralihan ini
terlihat di peningkatan order volume sejak awal Covid-19 khususnya di
kategori-kategori yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan alat
kesehatan.

Sebelum Covid-19, e-commerce hanyalah sebuah pilihan. Namun untuk


sekarang, penting sekali bagi toko retail dan produsen untuk menjual produk
melalui platform e-commerce agar mampu mempertahankan bisnis mereka.
Hal ini akan memberikan dampak jangka panjang yang positif karena
konsumen akan semakin terbiasa berbelanja secara online,

E commerce mendorong pelaku usaha untuk memanfaatkan momentum ini


untuk memperluas penetrasi pasar karena terjadi perubahan pola konsumsi
pasar dari konvensional menjadi digital. Ia mengungkapkan beberapa bisnis
dalam jaringan atau online yang melonjak signifikan selama masa pandemi
virus corona.

Disamping itu e-commerce akan terus berkontribusi pada pemulihan


perekonomian nasional dengan menopang keberlangsungan konsumsi ritel
berupa berbagai inovasi di ekosistem e-commerce yang terdiri dari platform,
solusi omnichannel, layanan finansial, serta layanan operasional dan logistik.
Dari layanan finansial, dengan memperluas opsi pembayaran dengan
menghadirkan PayLater yang memungkinkan pelanggan untuk berbelanja
sekarang dan membayarnya di akhir bulan. Kemudian, dari layanan logistik,
dengan memberikan layanan logistik yang lengkap agar produk dari seller
tiba dengan cepat dan aman ke tangan pelanggan.
Transaksi yang dilakukan secara online memiliki peran strategis dalam
meningkatkan skala bisnis, yaitu meningkatkan jangkauan pemasaran
sehingga produk yang dimiliki akan dikenal oleh lebih banyak calon
pelanggan potensial. Bila jangkauan meningkat, maka potensi penjualan juga
akan meningkat, hal ini tentu sangat penting dalam rangka mengembangkan
bisnis . Transaksi secara online juga akan membuat transaksi menjadi lebih
singkat dan efisien sebab hanya dilakukan di satu tempat tanpa harus
bertemu dengan pelanggan. Tidak hanya itu, dengan pelaksanaan transaksi
online, pelaku usaha juga akan semakin mudah mengevaluasi dan mengukur
efektivitas penjualan, peningkatan transaksi, dan sebagainya untuk kemudian
dijadikan referensi sebelum dalam mengambil keputusan strategis.

REFERENSI :

1. https://inet.detik.com/business/d-5108617/ekonomi-digerogoti-pandemi-ini-
peran-industri-e-commerce-b2b
2. https://ekonomi.bisnis.com/read/20200417/12/1228750/e-commerce-dorong-
perekonomian-indonesia-selama-pandemi-covid-19-
3. https://www.suara.com/yoursay/2020/02/10/162614/pengaruh-e-commmerce-
terhadap-pertumbuhan-ekonomiindonesia?page=all
4. https://duta.co/pentingnya-e-commerce-bagi-umkm-di-indonesia
5. https://interactive.co.id/blog/5-pengusaha-ukm-yang-sukses-
mengembangkan-bisnisnya-dengan-bermodal-internet-151.html

Anda mungkin juga menyukai