Anda di halaman 1dari 10

Mcdonalisasi : Sistem Belanja Masyarakat Kekinian

Oleh

Faisal Dudayef

PENDAHULUAN

Internet merupakan suatu perkembangan teknologi informasi yang hadir pada


tahun 1990-an yang diharapkan dapat memudahkan aktivitas dan memiliki manfaat
yang besar bagi manusia di masa itu. Perkembangan internet sampai pada saat ini
sangat pesat, dilihat dari penggunaannya sangat luas sampai pada hal-hal kecil dapat
memanfaatkan internet.

Sebelumnya internet hanya dapat diakses melalui komputer yang memiliki


jaringan internet saja, namun hari ini penggunaan internet dipermudah hanya dengan
menggunakan smartphone untuk menikmati internet. Kepemilikan telepon pintar atau
smartphone di Indonesia sudah mencapai 66.3% secara keseluruhan masyarakat
Indonesia, dikutip dari survei Kominfo pada tahun 2017. Sedangkan jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin mencapai 65.09% dan laki-laki 67.41%, berdasarkan
pulau; jawa mencapai presentasi tertinggi mencapai 86,60% dibanding pulau lain,
berdasarkan usia; rentang usia 29-29 tahun menempati presentasi tertinggi mencapai
75.95%, dan jika dilihat dari jenis pekerjaannya; PNS/TNI/POLRI memiliki
presentasi paling tinggi mencapai 89.12%. (Indonesiabaik.id)

Penggunaan internet banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat kota


maupun daerah karena memiliki asas manfaat yang sangat besar bagi aktivitas bisnis.
Kegiatan bisnis berbasis internet di abad 20-an ini banyak digandrungi masyarakat
untuk meningkatkan sektor perekonomian dengan cara menjual produk barang dan
jasa melalui platform internet.
Dari hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Kita
dapat melihat Jumlah pengguna internet Indonesia di 2020 menembus angka 196,7
juta orang pada 2020. APJII dalam hasil surveinya mengungkapkan bahwa pengguna
internet di Indonesia hingga triwulan kedua 2020 mencapai 73,7 persen naik dari 64,8
persen dari tahun 2018. Pertumbuhan e-commerce Indonesia di Tahun 2020 yang
meningkat cukup banyak dibandingkan 2019. Dengan peningkatan 15 Juta
Smartphone yang terkoneksi dan 25 Juta Pengguna Internet.

Hal ini terbukti dengan banyaknya platform bisnis online di dunia internet
yang hadir ditengah-tengan masyarakat dengan memanfaatkan peluang tersebut.
Sehingga kondisi ini merubah kebiasaan masyarakat dari kebiasaan berbelanja secara
konvensional menjadi semakin mudah dan rasional. Disamping itu kebiasaan
masyarakat mengalami perubahan pada sistem belanja modern saat ini.

Dengan perkembangan internet yang begitu pesat, bisnis online yang sudah
banyak diminati oleh perusahaan maupun pelanggan menghasilkan suatu platform
jual beli barang produk dan jasa yang kerap kali hadir dalam keseharian yaitu e-
commerce atau layanan jual beli berbasis online. Selain dapat memudahkan untuk
melakukan aktivitas penjualan, efektifitas dan dan pelayanan tercepat untuk
pelanggan dapat nikmati.

PERKEMBANGAN E-COMMERCE DI INDONESIA

Arti dari e-commerce itu sendiri merupakan electronic commerce, transaksi


jual beli barang, produk, atau jasa melalui platform internet atau online. Berdasarkan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, provider pertama
yang berbasis internet yaitu Indosat pada tahun 1990, dilanjutkan dengan Lippo Shop
yaitu situs penjualan online oleh Lippo Group di tahun 2000. Satu tahun setelahnya
pemerintah menerbitkan peraturan perundang-undangan yang membahas tentang e-
commerce. Diikuti oleh Kaskus, OLX, Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Zalora, Blibli
dan masih banyak e-commerce lainnya sampai pada puncaknya di tahun 2020
(Qothrunnada-detikFinance).

Kemunculan e-commerce di Indonesia dalam sudut pandang perusahaan


merupakan proses perkembangan perekonomian melalui pemanfaatan internet,
dilanjutkan dengan promosi melalui platform media sosial yang secara keseluruhan
masyarakat Indonesia memilikinya. Sehingga pemasaran produk barang dan jasa
tersebar dengan cepat. Dalam pandanan pelanggan kesan yang hadir adalah akses
belanja yang memiliki layanan yang cepat dan tidak perlu melakukan transaksi
langsung antara penjual dan pembeli, sehingga proses transaksi antara perusahaan dan
pelanggan dimudahkan dengan hadirnya platform belanja yang berbasis internet atau
online.

Adapun payment atau pembayaran yang dilakukan melalui sistem transaksi


digital dengan menggunakan virtual account. Dimana hal ini didukung melalui
kerjasama perusahaan dan bank yang ada di Indonesia. Saat inipun sudah
berkembang dompet digital yang memudahkan pembeli untuk melakukan
pembayaran, seperti contohnya Dana, Linkaja, bahkan platform perusahaan e-
commerce menyediakan dompet digitalnya sendiri dengan tujuan yang sama,
contohnya adalah perusahaa Shopee yang menyediakan Shopeepay untuk menyimpan
dana.

Dengan layanan yang efektif, efisien dan menawarkan kepuasan bagi


pelanggan, masyarakat lebih memilih berbelanja online ketimbang berbelanja
langsung. Perubahan budaya masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang
memiliki tingkat ketertarikan dengan dunia digital dan teknologi informasi semakin
meningkat dengan penetrasi smartphone terhadap berbagai kalangan masyarakat.
Selain itu, perkembangan situs perbelanjaan online atau sering disebut e-commerce
semakin berkembang pesat akibat dampak dari pandemi Covid-19 dimulai pada tahun
2020 sebagai suatu solusi berbelaja online dan menekan penularann virus dan solusi
atas kebijakan pemerintah dalam menekan penularan virus melalui social distancing.
PEMBAHASAN

Sejarah Teori Mcdonalisasi G.Ritzer

Ritzer membahas isu modernitas dalam karya nya menggunakan istilah


Mcdonalisasi masyarakat dan konsumsi baru dalam karya nya The McDonalization of
Society. Dalam melihat realitas modern, Ritzer merepresentasikan nya dengan istilah
mcdonalisasi karena konsep efisiensi, instan dan efektif dalam layanan makanan
cepat saji yang dilakukan restoran tersebut.

Yang menjadi pendorong pemikirannya Ritzer yaitu karya Weber tentang


rasionalitas yang kemudian menjadi fokus pada pemikirannya tentang konsep
Mcdonalisasi. Jika Weber mengatakan sistem model rasional formal adalah birokrasi,
maka Ritzer merepresentasikan konsep restoran cepat saji menjadi paradigma yang
lebih baik daripada konsep rasional formal Weber. Terdapat empat dimensi
rasionalitas formal dari Mcdonalisasi, yaitu efisiensi, prediktabilitas, penekanan pada
kuantitas ketimbang kualitas dan digantikannya teknologi manusia dengan
nonmanusia (Ritzer, 2014 : 615-620).

Efisiensi, merupakan suatu elemen penting dalam mencapai kesuksesan


McDonal’s. Hal ini menawarkan kemudahan untuk pelanggan dapat melakukan
transaksi dengan pricelist yang terpampang besar agar bisa dilihat dengan jelas dan
melakukan transaksi, bahkan McDonal’s telah melakukan iklan untuk menawarkan
menu-menu yang dimilikinya untuk memudahkan para pelanggan.

Kalkulabilitas, Kalkulasi menekankan aspek kuantitatif dari produk yang


dijual (ukuran porsi, biaya) dan layanan yang ditawarkan (waktu yang dibutuhkan
untuk mendapatkan produk). Dalam hal ini, pelanggan digiring berfikir rasional untuk
memutuskan transaksi dengan makanan cepat saji McDonal’s karena berbagai
tawaran dan layanan yang ada.

Prediktabilitas, dalam hal ini restoran cepat saji McDonal’s menawarkan


kepastian bagi pelanggan untuk melakukan transaksi. Dengan jaringan waralaba yang
sudah menyebar di seluruh penjuru dunia, pelanggan tidak lagi menemukan kejutan
di dalamnya. Dalam arti seluruh produk dan layanan yang tersedia sudah diprediksi
sehingga pelanggan menemukan kemudahan dalam melakukan transaksi.

Kontrol melalui Teknologi Nonmanusia daripada Teknologi Manusia,


disamping penggunaan teknologi dalam memasak yang bahkan koki tidak bisa
melakukan keahliaya di dapur McDonal’s, restoran ini memiliki kontrol atas
pelanggan. Sistem restoran cepat saji memberikan suatu batas bagi pelanggan
maupun karyawan agar bekerja sesuai dengan batas atau aturan yang berlaku. Maka
tidak asing lagi bahwa restoran cepat saji menyediakan layaan drive through untuk
mengontrol pelanggan agar meminimalisir penggunaan waktu yang diluangkan oleh
restoran tersebut, sehingga pelanggan dikontrol agar tidak lagi berlama-lama didalam
restoran.

McDonalisasi: Sistem Belanja Masyarakat Kekinian

Dimensi budaya rasional formal yang Ritzer melalui konsep Mcdonalisasi


memberikan gambaran pada sistem belanja masyarakat modern khususnya Indonesia.
Kondisi masyarakat ditengah-tengah globalisasi dan konsep penetrasi kebudayaan
barat yang didukung teknologi informasi dan komunikasi melahirkan suatu kebiasaan
dalam proses kegiatan jual beli produk barang dan jasa yang super cepat, efisien dan
efektif dan memudahkan.

E-commerce yang berkembang sangat pesat menjadi sumber pembelanjaan


online masyarakat Indonesia yang memposisikan perusahaan tersebut sebagai pasar
yang dapat diakses dengan mudah. Tentu transformasi pasar konvensional menuju
pasar modern berbasis internet ini jadi pilihan utama untuk melakukan transaksi dan
perputaran perekonomian.

Berdasarkan empat konsep Mcdonalisasi Ritzer, toko online yang sudah


berkembang pesat sekarang ini merupakan suatu rasional formal yang
merepresentasikan karyanya. Alasan ini didapatkan karena keempat konsep tersebut
sangat relevan. Dimana keseluruhan e-commerce yang ada di Indonesia dari empat
konsep tersebut.

 Efisiensi, perusahaan merancang proses pembelian dengan instan dan sudah


direncanakan secepat mungkin “mengingat” manusia hari ini memiliki sifat
instan, maka proses tesebut dibuat se-efisien mungkin.
 Kalkulasi, e-commerce juga memberikan penawaran bagi pelanggan untuk
memperhitungkan keputusan se-rasional mungkin untuk membeli barang atau
jasa.
 Prediktabilitas, karena e-commerce merupakan suatu perusahaan besar yang
tentunya memiliki aturan, maka setiap kebijakan dari suatu pembelian akan
selalu dapat diprediksi oleh pelanggan.
 Kontrol, jelas hal ini sudah berkembang dari kontrol restoran cepat saji pada
umumnya, yang mana menggantikan teknologi manusia menjadi teknologi
nonmanusia. E-commerce yang berbasis teknologi internet yang pada era
society 5.0 yang mana merupakan era kolaborasi manusia dengan
teknologi, hal ini menggambarkan kondisi e-commerce dimana memanfaatkan
teknologi untuk menjalakan peluang binsis dalam kancah dunia maya.

Pergeseran budaya masyarakat pada transaksi online menjadi meningkat


akibat hadirnya fasilitas e-commerce. Dimana pemasaran, perniagaan, penjualan dan
transaksi online menjadi budaya baru di masyarakat. Hal tersebut mendorong
masyarakat menjadi lebih konsumtif sejalan dengan perkembangan penggunaan
smartphone.

Sistem belanja masyarakat kekinian melalui platform perbelanjaan online


menjadi suatu budaya baru merubah cara pandang terhadap budaya konsumtif,
pembelian suatu produk barang dan jasa bukan hanya mengedepankan use value
(nilai guna) melainkan exchange value (nilai tukar) dari suatu produk. Contohnya
seseorang lebih memilih melakukan pembelian sepatu mewah dibandingkan dengan
membeli sebuah sendal.
Menurut Harnina, Masrul, Juhaepa dalam Jurnal Riset Komunikasi
(JURKOM), e-commerce memiliki tiga tahapan :

1. Presence atau kehadiran merupakan aspek krusial ketika berlangsungnya


transaksi secara e-commerce yakni menghadirkan penjual dan pembeli dalam
dunia virtual atau belanja secara online meskipun terbatas pada pertemuan
fisik.
2. Interkativitas. Artinya aktifitas yang terhubung dalam beberapa tahapan.
Berawal dalam pemesanan barang memanfaatkan situs jearing sosial lalu
mentransfer dana sesuai pemesanan dan penjual mengirimkan barang yang
dipesan lalu pembeli atau pemesan mengkonfirmasi kembali ketika barang
sudah sampai ke konsumen. Hal tersebut memperlihatkan proses komunikasi
melalui transaksi secara online.
3. Transaksi, dipresentasekan pada saat berlangsungnya proses komunikasi.
Kenyataanya adalah penggunaan e-commerce memberikan dampak budaya
pada masyarakat secara unik berbeda dengan proses belanja konvensional.
KESIMPULAN

Perkembangan dunia transaksi virtual dipengaruhi oleh perkembangan dan


kemajuan teknologi dan komunikasi sehingga menciptakan suatu layanan
perbelanjaan berbasis internet atau online. Hal ini mencapai puncak pada tahun 2020
yang diakibatkan oleh pandemi virus covid-19 dan peraturan pemerintah untuk
melakukan social distancing sehingga meningkatkan aktivitas belanja online
menggunakan berbagai layanan perbelanjaan atau disebut e-commerce. Dimulai oleh
Indosat sebagai provider layanan berbasis internet pertama dari 1990 sampai pada
meningkatnya perusahaan bisnis online yang digandrungi seperti Shopee, Tokopedia,
Lazada, Bukalapak, Blibli dan lainnya.

Empat konsep McDonalisasi George Ritzer masih relevan menjadi pisau


analisis fenomena kemajuan e-commerce dan kemunculan sistem budaya baru dalam
masyarakat, ditandai oleh adanya kesamaan konsep dan perubahan lebih lanjut dan
canggih dalam menghasilkan budaya konsumsi baru.

Pergeseran sistem belanja masyarakat berubah sejak hadirnya fasilitas layanan


perbelanjaan yang menghadirkan suatu dorongan untuk lebih menjadi masyarakat
yang konsumtif yang dipengaruhi oleh pemasaran iklan melalui media sosial dan
perkembangan penggunaan smartphone. Sehigga mendorong masyarakat untuk
memiliki rasa penasaran dikarenakan iklan yang ditampilkan dibuat se-menarik
mungkin.

Kunci dalam perubahan dan perkembangan budaya baru yang diketahui


sebagai tingkat lanjut dari budaya konsumsi yang terkesan konvensional, kini menjadi
terkesan canggih adalah “kemudahan” dalam melakukan transaksi, dimana hal ini
akan terus-menerus dikonsumsi oleh masyarakat melalui media sosial yang selalu
saling terhubung untuk tujuan menarik konsumen.

Transaksi virtual masyarakat konsumtif yang jelas mengedepankan value


exchange daripada use value meningkat akibat kemudahan dalam melakukan
transaksi. Berdasarkan empat konsep McDonalisasi karya George Ritzer,
perkembangan layanan perbelanjaan berbasis online menjadi suatu dasar atas budaya
baru dalam masyarakat.
G. Ritzer & D.J. Goodman. (2014) cet.10. Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Jogjakarta : KREASI WACANA

Danar Retno Sari, Teduh Dirgahayu, Pengaruh Dimensi Budaya Terhadap


Penggunaan ECommerce Di Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Ilmu Komputer
dan Teknologi Informasi. Vol. 3, No. 1, Maret 2018.

Eri Mardiani, Nur Rahmansyah, Farid Al Rizky, Perilaku Konsumen


Terhadap E-Commerce Disaat Pandemi Covid 19 Di Shop And Travel. Jurnal
Informatik Edisi ke-16, Nomor 3, Desember 2020.

Zein M Muktaf, E commerce sebagai Agen Konsumsi di Era Media Baru.


Dipublikasikan di International Conference Social Politic Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 26-28 Januari 2016

Harnina Ridwan, Masrul, Juhaepa, Komunikasi Digital Pada Perubahan


Budaya Masyarakat E-Commerce Dalam Pendekatan Jean Baudrillard. Jurnal Riset
Komunikasi (JURKOM) Volume 1 Nomor 1 Februari 2018: 99-108.

WEBSITE

(2022) Kholida Qothrunnada, detik Finance. Jejak e-Commerce di Indonesia Waktu


ke Waktu, Berawal dari Kaskus, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
6091087/jejak-e-commerce-di-indonesia-waktu-ke-waktu-berawal-dari-kaskus

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/11/11/jumlah-pengguna-
internet-di-indonesia-capai-1967-juta

Anda mungkin juga menyukai