Azka
NIM : 12010116130223
Kelas : C
Sumber :
Kim, K., Bonn, M. A., & Cho, M. (2021). Journal of Hospitality and
Tourism Management Clean safety message framing as survival
strategies for small independent restaurants during the COVID-19
pandemic. Journal of Hospitality and Tourism Management,
46(August 2020), 423–431.
Sung, Y. K., Hu, H. H. “Sunny,” & King, B. (2021). Restaurant preventive
behaviors and the role of media during a pandemic. International
Journal of Hospitality Management, 95 (March), 102906.
b. Bagaimana upaya mereka seharusnya untuk mencapai keunggulan
bersaing dari sudut pandang manajemen operasi? Jelaskan.
→ Seperti yang sudah dijelaskan, para pemilik restoran harus bisa
menghadapi tantangan di masa pandemic ini, dimana mereka harus
dapat mengungguli para pesaingnya. Saat ini semua restoran harus
mematuhi protokol dan panduan new normal yang dikeluarkan oleh
pemerintah, dimana social distancing dan pembatasan jam operasional
harus diterapkan. Maka para restoran harus selalu menyampaikan
kepada pelanggan bahwa restorannya sudah mematuhi segala protokol
dan menjamin keamanan dan kenyamanan para konsumen, sehingga
para konsumen bisa datang ke tempat dengan nyaman dan tenang.
Kemudian dari jurnal artikel yang disusun oleh Norris et,al (2020)
memberikan analisis tanggapan industri restoran terhadap pandemi
untuk menyoroti perubahan operasional yang efektif dan penting. Melalui
peninjauan artikel industri dan wawancara dengan pengelola restoran,
tiga strategi utama yang harus dilakukan adalah perluasan operasi
takeout/delivery, inovasi dan jangkauan masyarakat/karyawan.
Masing-masing menjadi beberapa sub strategi yang dapat
dilaksanakan. Dalam perluasan operasi takeout/delivery meliputi jadwal
operasional yang disesuaikan dan peran karyawan, menata ulang ruang
makan, menu baru/limited/rotating menu, pemesanan online/delivery
oleh pihak ketiga, kolaborasi dan terakhir komunikasi. Hal tersebut
memberikan wawasan tentang apa yang harus dilakukan beberapa
pengelola restoran untuk mengatasi dan menyesuaikan operasi new
normal restoran.
Kemudian dalam hal inovasi, dibangun atas perluasan sederhana
dari takeout/delivery dan menciptakan cara-cara inovatif untuk
menghasilkan pendapatan dan memberikan nilai kepada pelanggan.
Inovasi selanjutnya dibagi menjadi lima sub strategi yaitu pop-up
market/grocery store partnership, to-go cocktail/beer/wine, family
meal/meal kits, food with a side of fun, dan aliran pendapatan tambahan.
Terakhir, dalam hal penjangkauan masyarakat/dukungan
perusahaan yang menyoroti sifat altruistic dari industri yaitu meliputi
produksi atau penyediaan hand sanitizer, dan sumbangan/hibah.
Terlepas dari situasi mengerikan yang dihadapi banyak orang, industri ini
masih menemukan cara untuk mendukung karyawan dan komunitas
mereka.
Sumber :
Kim, K., Bonn, M. A., & Cho, M. (2021). Journal of Hospitality and
Tourism Management Clean safety message framing as survival
strategies for small independent restaurants during the COVID-19
pandemic. Journal of Hospitality and Tourism Management,
46(August 2020), 423–431.
Norris, C.L., Taylor Jr, S. and Taylor, D.C. (2021), "Pivot! How the
restaurant industry adapted during COVID-19
restrictions", International Hospitality Review.
Sumber :
Pedersen, E. R. (2009). The many and the few: Rounding up the SMEs
that manage CSR in the supply chain. Supply Chain Management,
14(2), 109–116.
b. Jelaskan perbedaan dan persamaan antara SCM dengan
manajemen logistik, manajemen pergudangan, dan transportasi.
→ Perbedaan SCM dengan Manajemen Logistik : Manajemen
logistik mengutamakan pengelolaan, termasuk arus barang dalam
perusahaan. Orientasi pada perencanaan dan kerangka kerja yang
menghasilkan rencana tunggal arus barang dan informasi perusahaan.
Sedangkan Supply Chain Management, mengutamakan arus barang
antar perusahaan, mulai dari awal kegiatan sampai produk akhir,
sedangkan orientasinya atas dasar kerja sama dan mengusahakan
hubungan serta kordinasi antar proses dari perusahaan mitra guna
menunjang kegiatan proses samapai ke tangan konsumen.
Persamaan SCM dengan Manajemen Logistik : Keduanya
menyangkut pengelolaan arus barang dan jasa. Keduanya menyangkut
pengelolaan mengenai pembelian, pergerakan, penyimpanan,
pengangkutan, administrasi dan penyaluran barang. Keduanya
menyangkut usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pengelolaan barang.
Perbedaan SCM dengan Manajemen pergudangan : WMS
(Warehouse Management System) merupakan bagian dari SCM,
dikarenakan SCM dimulai dari perencanaan sebelum produksi yaitu
memesan bahan yang tepat untuk dapat masuk ke dalam proses
penyimpanan. Di proses tersebutlah WMS hadir sebagai bagian
pergudangan. SCM mempunyai cakupan yang cukup luas dibanding
WMS. Hal ini terlihat dari cara kerja kedua system ini. Walaupun
keduanya memiliki keterkaitan, yaitu ketika WMS mengalami hambatan
maka juga akan berpengaruh pada SCM. SCM berfokus pada
penyuplai, produsen dan pengecer, sedangkan WMS berfokus pada
logistik gudang, penyimpanan, persediaan, dan pergerakan barang.
Persamaan SCM dengan Manajemen pergudangan : Kedua sistem
manajemen ini memungkinkan perusahaan untuk menggunakan aplikasi
pencatatan untuk melacak bagian dan produk di dalam gudang,
memantau tingkat produk, memilih, mengemas, dan mengirimkan
barang, menempatkannya ke lokasi yang sesuai, menerima pesanan,
dan melakukan stok opname. Perusahaan juga dapat mengintegrasikan
manajemen persediaan dengan manajemen gudang melalui software
yang tepat untuk mendapatkan manfaat karena mengetahui bahwa
seluruh gudang mereka sudah dikelola dengan baik.
Sumber :
Buku “Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Bisnis”
karangan Yolanda M. Siagian, penerbit Grasindo tahun 2005.
Sumber :
de Gorter, H., Drabik, D., Just, D. R., Reynolds, C., & Sethi, G. (2021).
Analyzing the economics of food loss and waste reductions in a
food supply chain. Food Policy, 98(August 2020).
Sumber :
Grant, dkk, 1994 (dalam Tjiptono, dkk, 2003: 12).
Fandhy Tjiptono, Anastasia Diana, 2003, Total Quality Management,
2003 Penerbit Andi, Yogyakarta
b. Dengan mengambil kasus pada manajemen kualitas pada
perguruan tinggi, jelaskan permasalahan manajemen kualitas yang
terjadi. Jelaskan pula upaya untuk mengatasinya.
→ Manajemen perguruan tinggi di Indonesia sudah semestinya
memahami perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga
mampu mendesain, menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan
kinerja sistem pendidikan tinggi yang memenuhi kebutuhan manajemen
sistem industri modern. Hal ini dimaksudkan agar setiap lulusan dari
perguruan tinggi mampu dan cepat beradaptasi dengan kebutuhan
sistem industri modern.
Perguruan Tinggi yang merupakan salah satu organisasi pendidkan
yang produk utamannya adalah jasa. Dalam perkembangan zaman yang
semakin kompetitif organisasi pendidikan harus mampu menghasilkan
produk yang berkualitas. TQM merupakan salah satu pendekatan
kualitas terpadu yang dapat diimplementasikan di Perguruan Tinggi
sebagai upaya peningkatan kualitas TQM bukan pendekatan yang
memberikan kesuksesan secara instan, tetapi suatu proses yang pelan-
pelan dan bermanfaat jangka panjang. Penerapan TQM kedalam sebuah
sistem pastinya akan ada tantangan-tantangan dan berbagai kesulitan
yang akan dihadapai. Oleh karena itu sangat membutuhkan komitmen
yang tinggi dari unsur pimpinan sampai dengan staf dan semua
stakeholder.
Selain komitmen yang tinggi, hal lain yang penting dalam
penggunaan TQM dalam pengelolaan Perguruan Tinggi adalah
pembangunan TQM mindset yang merupakan pergeseran ke paradigma
baru yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan global yang semakin
kompetitif. TQM harus dijadikan suatu budaya yang baik dalam institusi
Perguruan Tinggi sehingga kualitas akan dapat berkembang dalam
institusi.
Spanbauer (1992) menyatakan bahwa manajemen perguruan tinggi
harus mengadopsi paradigma baru tentang manajemen kualitas modern.
Paradigma baru dan paradigma lama yang dianut oleh manajemen
perguruan tinggi dicantumkan pada tabel dibawah ini:
a. Mahasiswa menerima hasil ujian, pembimbing dan nasehat agar
membuat pilihan-pilihan yang sesuai
b. Mahasiswa diperlakukan sebagai pelanggan
c. Keluhan mahasiswa ditangani secara cepat dan efisien
d. Terdapat system sarana aktif dari mahasiswa
e. Setiap departemen pelayanan menetapkan kepuasan pelanggan
sesuai kebutuhan
f. Terdapat rencana tindak lanjut untuk penempatan lulusan dan
peningkatan pekerjaan
g. Mahasiswa diperlakukan dengan sopan, rasa hormat, akrab, penuh
pertimbangan
h. Fokus manajemen pada keterampilan kepemimpinan kualitas,
seperti: pemberdayaan dan partisipasi aktif karyawan
i. Manajemen secara aktif mempromosikan kerjasama dan solusi
masalah dalam unit kerja
j. Sistem informasi memberikan laporan yang berguna untuk
membantu manajemen dan dosen
k. Staf administrasi bertanggung jawab dan siap memberikan
pelayanan dengan cara yang mudah dan cepat guna memenuhi
kebutuhan mahasiswa
Sumber :