Anda di halaman 1dari 11

Pandemi Covid-19 yang terjadi secara global tentu saja berdampak terhadap

berbagai sektor terutama di sektor ekonomi. Dampak perekonomian ini tidak hanya di
rasakan secara domestik, namun juga terjadi secara global. International Monetary
Fund (IMF) yang memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh minus di angka 3%.
Di Indonesia, Hal ini tentunya juga memiliki dampak yang cukup signifikan
terhadap pariwisata, sektor perdagangan, industri termasuk Pelaku Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM).

Dampak dari covid-19 secara langsung sudah terlihat dari PHK besar-besaran
dibeberapa perusahaan, terjadi penutupan beberapa usaha yang berdampak kepada
dirumahkannya karyawan. Terkait Pandemi covid-19, dikeluarkanlah PP Nomor 21 tahun
2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan maksud membatasi
pergerakan orang dan barang , dan mengharuskan masyarakat jika tidak ada keperluan
mendesak diharapkan untuk berdiam diri dirumah. Hal ini juga berdampak terhadap
terbatasnya operasional UMKM dan berkurangnya konsumen yang berbelanja secara
langsung dibandingkan hari biasa. Dengan ini, Pelaku Usaha dapat menyesuaikan diri
dengan membuka toko online atau berjualan melalui e-commerce. E-commerce merupakan
sistem penjualan, pembelian dan memasarkan produk dengan memanfaatkan
elektronik. Pelaku UMKM juga dituntut untuk dapat mengkomunikasikan produk secara
intensif dengan melakukan pemasaran produk menggunakan digital marketing dan
memanfaatkan media sosial untuk dapat menjangkau konsumennya secara langsung
dan dapat menekan biaya promosi. Digital marketing merupakan pemasaran yang
dilakukan dengan menggunakan akses internet, memanfaatkan social media maupun
perangkat digital lainnya. Digital Marketing membantu perusahaan atau pelaku usaha dalam
mepromosikan dan memasarkan produk dan jasa mereka dan mampu memperluas pasar
baru yang sebelumnya tertutup atau terbatas karena adanya keterbatasan waktu, jarak dan
cara berkomunikasi. Nah di Era pandemic Covid-19 ini sangat dinutuhkan keterampilan dalam
bidang teknologi untuk memasarkan hasil atau produk dari usahanya. Karena dengan adanya
teknologi yang canggih ini dapat membantu para pemegang usaha UMKM untuk tetap bisa
bertahan dimasa pandemi Covid-19.
Dampak dari adanya pandemi Covid 19 pada UMKM di Indonesia
Sejak diberlakukannya PSBB dibeberapa wilayah yang ada di Indonesia,
membuat aktifitas yang dilakukan diluar rumah sangat berkurang mulai dari bekerja dari
rumah , sekolah dari rumah , maupun kegiatan ekonomi masyarakat yang dilakukan
dengan mengunakan teknologi baik itu gadget ataupun yang lainnya. Akibat dari
dilaksanakannya PSBB ini sangat berdampak kepada tatanan hidup masyarakat, salah
satunya dibidang ekonomi. Perubahan ini yang menyebabkan baik produsen maupun
konsumen harus dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan keadaan. Namun
beralihnya model online, bagi produsen masih sangat jauh untuk menutupi kerugian yang
dialami serta penurunan pendapatan yang terjun bebas. Keadaan ini berbanding dengan
menurunnya tingkat konsumsi yang disebabkan kurangnya pendapatan dan banyaknya
pengangguran akibat Covid-19 ini. Sehingga masih banyak dibutuhkan kebijakan
pemerintah dalam melindungi UMKM agar dapat tetap kompetitif meskipun ditengah
pandemic seperti saat ini.

Bahkan ada beberapa perusahaan ataupun UMKM yang tidak dapat bertahan pada
masa pandemi Covid 19 ini. Bank Indonesia telah melaporkan bahwa UMKM eksportir
merupakan yang paling banyak terpengaruh, yaitu sekitar 95,4% dari total eksportir.
UMKM yang bergerak dalam sektor kerajinan dan pendukung pariwisata terpengaruh
sebesar 89,9%. Sementara sektor yang paling kecil terimbas pandemi Covid-19 adalah
sektor pertanian, yakni sebesar 41,5%.

Pandemi ini menyebabkan turunnya kinerja dari sisi permintaan yaitu konsumsi
dan daya beli yang kemudian mengganggu proses produksi serta perdagangan. Selain itu
keadaan ini yang menimbulkan permasalahan baru terhadap pemutusan hubungan kerja
dan ancaman macetnya pembayaran kredit. Pengurangan tenaga kerja yang signifikan ini
memberikan banyak pengangguran yang disebabkan pandemi ini. Menurut Ikhsan
Ingrabatun selaku Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) dalam
menanggapi dampak Covid-19 memperkirakan bahwa omset UMKM pada sektor non
kuliner turun hingga 30-35%. Hal ini disebabkan akibat penjualan produk yang
mengandalkan pertemuan atau tatap muka antara penjual dan pembeli secara fisik,
sehingga Covid-19 ini mempengaruhi kegiatan atau aktivitas jual beli.

Dalam situasi pandemi ini, menurut Kemenkop UMKM ada sekitar 37.000
UMKM yang memberikan laporan bahwa mereka terdampak sangat serius dengan
adanya pandemi ini ditandai dengan sekitar 56 persen melaporkan terjadi penurunan
penjualan, 22 persen melaporkan permasalahan pada aspek pembiayaan, 15 persen
melaporkan pada masalah distribusi barang, dan 4 persen melaporkan kesulitan
mendapatkan bahan baku mentah.

Dampak pandemic COVID-19 terhadap sektor UMKM ini tentu sangat


berpengaruh terhadap kondisi perkenomian Indonesia dimana kontribusi UMKM
terhadap perekonomian Indonesia sangat besar pada berbagai bidang antara lain
(1) Jumlah Unit Usaha di Indonesia per 2018 total 64,2 Juta unit usaha, dengan
jumlah unit usaha UMKM sebesar 64,1 Juta (99,9%) (2) Kontribusi pada
jumlahTenaga Kerja, Jumlah tenaga kerja di Indonesia per 2018 total 120,6 Juta
orang, dengan jumlah tenaga kerja di UMKM sebesar 116,9 Juta (97%) (3)
Kontribusi pada PDB, Jumlah kontribusi PDB dunia usaha di Indonesia per 2018
total 14.038.598 Milyar, dengan kontribusi UMKM terhadap PDB sebesar
8.573.895 Milyar (61,07%) (4) Kontribusi terhadap Ekspor Non Migas Jumlah
ekspor non migas Indonesia per 2018 total 2.044.490 Milyar, dengan kontribusi
UMKM terhadap ekspor non migas sebesar 293.840 Milyar (14,37%) (5)
Kontribusi terhadap Investasi, Jumlah investasi di Indonesia per 2018 total
4.244.685 Milyar, dengan kontribusi UMKM terhadap investasi sebesar
2.564.549 Milyar (60,42%)
Strategi seorang pengusaha dalam mempertahankan UMKM dimasa Pandemi Covid 19
Pandemi Covid 19 yang berlangsung sejak awal febuari 2019 sangatlah
berdampak pada perekonomian di Indonesia khususnya di sektor umkm. Melihat hal
tersebut pemerintah pun tidak hanya tinggal diam saja melainkan juga memberikan
beberapa bantuan yang bisa menyelamatkan UMKM di Indonesia. Tetapi disisi lain dari
pihak pemilik usaha pun harus memutar otak untuk bisa mengelola keuangan
perusahaannya agar bisa tetap bertahan dimasa pandemi yang sangat sulit ini.pada
dasarnya produk itu kan barang dan jasa yang ditawarkan dipasaran sedangkan
penawaran itu merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pengusaha untuk
memasarkan produk tersebut.

Nah jadi sebenarnya ada berbagai cara yang bisa dilakukan oleh seorang produsen
untuk menyelamatkan usahanya dimasa pandemi Covid 19 ini, yang dibutuhkan oleh
perusahaan pada saat ini yaitu orang yang bisa berpikir kreatif untuk bisa menciptakan
solusi terhadap masalah yang dihadapinya. di era globalisasi saat ini dengan adanya
teknologi yang canggih seorang produsen bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk
menyelamatkan usahanya pada saat pandemi Covid 19 ini yaitu dengan cara mengubah
model bisnis dari konvensional menjadi digitalisasi.jadi perkembangan model digital
dalam era globalisasi saat ini khususnya pada roda perekonomian sangat berpengaruh.
Konsumen pada model perbelanjaan digitalisasi ini sangat begitu dimudahkan, adapun
beberapa keuntungan dalam model perbelanjaan digitalisasi berikut ini :

a. Meminimalkan biaya
Maksutnya disini yaitu dalam melakukan transaksi jual beli secara online baik
produsen maupun konsumen sangat dimudahkan karena keduanya tidak perlu
melakukan tatap muka secara langsung dalam melakukan transaksi jual beli, hal
ini berarti bisa mengurangi biaya transportasi maupun untuk menghemat waktu.
Hal ini berarti sangat baik karena pada saat pandemic covid 19 ini masyarakat
harus mematuhi protocol kesehatan dengan tetap menjaga jarak satu sama lain.

b. Kurangi kelelahan
Dalam transaksi online ini pembeli tidak perlu mendatangi took yang dia inginkan
secara langsung. Dalam transaksi online ini kita bisa berbelanja sambil melakukan
aktivitas lain diluar rumah sehingga dinilai sangat praktis.

c. Harga Bersaing
Aktifitas belanja konvensional akan banyak faktor untuk meluangkan waktu
membandingkan harga dengan toko sekitarnya, dan itu juga membutuhkan waktu
dan tenaga, berbeda dengan belanja online, saat ingin beralih ketoko lain hanya
dengan satu klik tanpa kita harus berpindah secara fisik. Perbedaan harga juga
tidak jauh berbeda dengan kita belanja konvensional, karena selisihnya realtif
sedikit. Jika dibandingkan dengan beragamnya keuntungan tentu tidak menjadi
masalah untuk memilih belanja online.

d. Dapat mengurangi sifat konsumtif


Salah satu faktor elemahan seorang manusia dalam aktifitas belanja adalah nafsu
belanja lebih saat di tempat perbelanjaan. Banyak kasus ketika hanya ingin
membeli satu barang namun sesampai di toko bisa tertarik dengan barang lain
yang sebenarnya tidak menjadi niat awal untuk membelinya. Ketika belanja
online tentu hal ini bisa diminimalisir sebab kita akan bisa fokus mencari barang
yang dibutuhkan.

e. Adanya factor kenyamanan dan efisiensi waktu


Aktifitas belanja online juga tidak akan menghabiskan waktu kita, karena kita
dimudahkan untuk tidak harus keluar, macet dijalan, dengan beragam bahaya di
perjalanan. Dan aktifitas belanja online hanya membutuhkan waktu beberapa
menit saja, sehingga waktu kita akan bisa diunakan untuk kegiatan yang lainnya.
Faktor kenyamanan tentu tidak diragukan lagi, apabila elanja online kita tidak
perlu harus berdandan, keluar untuk belanja, bahkan dengan posisi santai saja kita
sudah bisa melakukan aktifitas belanja, bahkan belanja juga bisa tengah malam
dan waktu libur

Selain mengubah model penjualan dari konvensional menjadi digital ada beberapa cara
lain yang bisa dilakukan seorang pengusaha yang kreatif di saat pandemic Covid 19 ini. Yaitu
dengan cara melakukan diversifikasi produk misalnya suatu perusahaan tersebut sebelum
adanya pandemi Covid 19 menjual produk fashion nah dengan adanya pandemi ini perusahaan
tersebut menambah produk jualnya yaitu masker yang memenuhi standar dari pemerintah
misalnya dengan menggunakan kain tiga lapis. Karena pada saat ini masker sangat dibutuhkan
oleh masyarakat Indonesia yaitu sebagai kebutuhan yang sangat penting.

Selain menjual masker kita juga bisa memperluas jangkauan pasar kita yaitu dengan
menambah produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pada saat ini misalnya yaitu face
shield ataupun hand sanitizer. Kita bisa menjual kedua produk tersebut tidak hanya dengan
membuat sendiri melainkan dengan bekerjasama antara suatu perusahaan. Jadi dalam hal ini
jangan merasa puas saja dengan hanya menjual satu barang. Seperti kami yang tadinya hanya
bergerak di fashion jadi melebar ke masker, face shield, dan hand sanitizer Yang penting masih
dalam satu target pasar yang sama. Lalu, sering-sering gelar sale atau promo. Sale itu bikin orang
mendekat, butuh atau tidak butuh barang. Orang yang sebenarnya mungkin belum butuh mainan,
misalnya, saat ada sale jadi mikir, “kok murah, ya.” Orang suka barang murah yang berkualitas.
Selain itu, pemilik usaha juga harus tetap optimistis dan berpikiran positif. Kondisi pandemi ini
yang mengharuskan kita hanya di rumah saja sebenarnya memberi waktu kita untuk lebih kreatif,
lebih banyak menggali ide. Dibanding sebelumnya saat kita kerja grasa-grusu keluar-masuk
toko.

Selanjutnya yaitu dengan menjaga pelanggan lama. Menurut forbes, biaya akuisi untuk
mendapatkan pelanggan baru bisa 5 kali lebih banyak dari pada mempertahankan yang sudah
ada. Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan bisnis dengan anggaran pemasaran terbatas
adalah dengan menjaga pelanggan lama, pelanggan setia, dan pelanggan tetap. Dimasa krisis ini
untuk mendapatkan output yang maksimal, bisnis perlu lebih cenderung kearah pemasaran
digital dan teknologi digital. Jadi dari pada menghabiskan untuk akuisi pelanggan , lebih baik
mengidentifikasi pelanggan tetap dan setia yang paling menguntungkan serta merancang
penawaran yang menarik untuk mereka.

Dimasa physical distancing bisnis harus sepenuhnya memanfaatkan pemasaran digital


dan teknologi untuk menjangkau konsumen. Jika saat pandemic ini perusahaan tersebut
konsumen dan pegawai mereka dengan memberikan nilai dan konten yang layak, maka dimasa
yang akan datang perusahaan tersebut akan mendapatkan hasilnya dua kali lipat dari sekarang
karena itu merupakan sebuah hasil usaha yang dilakukannya pada saat masa yang sulit ini.. nah
jadi dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh
seorang pengusaha dalam menghadapi pandemi Covid 19 ini :

1. Inovasi produk berdasarkan kebutuhan

Menciptakan inovasi produk berdasarkan kebutuhan adalah salah satu strategi bisnis untuk
bertahan di tengah pandemi. Permintaan masker kain yang meningkat selama pandemi membuat
banyak pemilik bisnis dari segala bidang banting setir menciptakan produk-produk yang
diperlukan masyarakat. Pelaku bisnis makanan pun beralih menyediakan catering, hingga frozen
food yang dapat disimpan sebagai stok bagi para pelanggannya. Intinya, fleksibilitas produk
adalah segalanya! Dengan memahami kebutuhan pasar yang sedang meningkat, dan berinovasi,
anda akan lebih mudah mempertahankan kelangsungan bisnis di tengah pandemi ini.

2. Tetap perhatikan standar kualitas produk

Pilihan menghadirkan paket ekonomis di tengah pandemi marak dilakukan oleh berbagai pelaku
usaha. Daripada itu, standar dan kualitas produk perlu diperhatikan mulai dari penggunaan bahan
baku, proses produksi, pengecekkan produk, hingga packaging tetap steril dan aman sebelum
dikirimkan ke konsumen. Hal Ini dilakukan agar produk tetap diterima baik oleh konsumen.

3. Maksimalkan layanan pengiriman di hari yang sama (same day delivery)

Kondisi pandemi yang berdampak pada beralihnya bisnis melalui jalur online,


membutuhkan partner yang bisa memastikan produk diterima konsumen dengan cepat dan aman.
Karenanya, layanan logistik same day delivery menjadi populer untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan sehari-hari. Selain pengiriman yang hanya membutuhkan waktu 3-6 jam, anda juga
tidak perlu khawatir bila melakukan pengiriman produk yang berisiko basi maupun barang pecah
belah.

4. Manfaatkan e-commerce dan fitur-fiturnya

Salah satu platform populer dalam berbisnis online adalah e-commerce. E-commerce juga


menguntungkan bagi pelaku usaha, Kenapa? Karena untuk mendaftarkan diri di e-
commerce, anda tidak perlu modal uang. Pengelolaan ketersediaan produk pun mudah karena
sistem automasi yang ditawarkan. Metode pembayaran pada e-commerce juga lebih terpercaya
dan memudahkan konsumen karena menggunakan metode third party. Selain itu, anda juga
dapat memanfaatkan berbagai fitur dan promo yang ditawarkan oleh e-commerce kepada calon
konsumen anda.

2.4 Upaya pemerintah menyelamatkan UMKM dimasa Pandemi


Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan, Lucky
Alfirman menyebut peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat penting
terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini pemerintah pun tengah serius
meningkatkan UMKM di tengah pandemi Covid-19. Berbagai kebijakan dibuat.
Tujuannya untuk menyelamatkan sekaligus membantu UMKM dalam mempertahankan
serta mengembangkan usahanya. Salah satunya melalui progran Pemulihan Ekonomi
Nasional yang mengarah kepada sektor UMKM. Selama beberapa bulan setelah adanya
pandemi Covid 19 ini ada beberapa upaya yang telah diberikan oleh pemerintah untuk
menyelamatkan UMKM yang terdampak dari adanya virus Corona ini yang pertama
yaitu penundaan cicilan dan bunganya hingga 6 bulan, karena sebagian besar UMKM
mengalami masalah keuangan. Sebab, pemerintah akan menyediakan pembiayaan dengan
pajak yang disubsidi sehingga cashflow teratasi. Kedua pembiayaan UMKM dan
koperasi melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Apalagi, Teten mengakui masih ada
Rp129 triliun dari Rp190 triliun KUR yang belum disalurkan. Ketiga mendorong agar
belanja pemerintah diprioritaskan bagi produk UMKM. Apalagi, KemenKop UKM telah
menjalin kerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP), ada sekitar Rp735 triliun anggaran belanja pemerintah di tahun 2020. Keempat
UMKM harus berinovasi dan beradaptasi dengan market baru. Karena, menurut Teten,
situasi seperti ini menuntut pelaku usaha, termasuk UMKM, untuk melakukan inovasi
dan adaptasi market baru.

Selain itu juga ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menyelamatkan sektor perekonomian khususnya UMKM pada saat pandemic Covid 19 :

a) Pemberian Bantuan Sosial

Bantuan sosial diberikan kepada para pelaku UMKM yang masuk dalam kategori miskin
dan rentan (Kemenkop-UKM, 2020). Termasuk dalam skema bantuan sosial ini adalah
penurunan tarif listrik 50 persen untuk pelanggan listrik dengan kapasitas 450 watt lebih dari
tiga bulan (Arifin, 2020), yang umumnya dapat merupakan para pekerja atau pelaku usaha
UMKM. Kendala pemberian bansos tersebut adalah masih banyak penerima yang belum
terdata secar detail.

b) Insentif Perpajakan
Pemberian insentif pajak bagi UMKM ini diberikan untuk UMKM dengan omset kurang
dari Rp4,8 miliar per tahun (Kemenkop-UKM, 2020). Wujud stimulus untuk PPh adalah
pengenaan tarif PPh sebesar nol persen diberikan selama enam bulan yaitu periode April
s.d. September 2020. Namun menurut D. Setiawan (2020), fasilitas ini masih banyak
belum dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Sampai dengan 29 Mei 2020, jumlah
permohonan insentif pajak mencapai 375.913 pemohon. Dari jumlah pemohon tersebut,
345.640 atau sekitar 91,9% permohonan dikabulkan.
c) Relaksasi dan Restrukturisasi Kredit bagi UMKM
Kebijakan ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan pada tanggal 13 Maret 2020
sebagai respon nonfiskal berupa pelonggaran atau restrukturisasi pinjaman bank ke
UMKM berbarengan dengan penyederhanaan proses sertifikasi untuk eksportir dan
kemudahan impor bahan mentah (OECD, 2020). Pemerintah akan memberikan
keringanan kredit di bawah Rp10 miliar khususnya bagi pekerja informal (ojek online,
sopir taksi, pelaku UMKM, nelayan, penduduk dengan penghasilan harian) yang efektif
berlaku pada bulan April 2020 (Maftuchan, 2020). Paket stimulus restrukturisasi kredit
UKM tersebut pada beberapa pemerintah provinsi, terutama Jawa Tengah, dilengkapi
dengan intervensi tambahan (OECD, 2020). Sejalan kebijakan tersebut, pada tanggal 19
Maret 2020, Bank Indonesia mengumumkan penurunan rasio persyaratan cadangan
(reserve requirement ratio) sebesar 50 basis poin (bps) untuk bank-bank yang terlibat
dalam pembiayaan UMKM, setelah pemotongan 50 basis poin (bps) di bulan sebelumnya
untuk medukung kegiatan perdagangan (OECD, 2020). Bantuan keuangan kepada para
pelaku UMKM juga dilakukan dengan mendorong sektor perbankan untuk memberikan
pinjaman lunak kepada para pelaku UMKM dengan mekanisme yang ketat.
d) Perluasan pembiayaan modal kerja UMKM
Perluasan pembiayaan modal kerja UMKM ini dlakukan dengan mendorong perbankan
untuk dapat memberikan kredit lunak kepada UMKM. Dengan demikian UMKM
memiliki modal kerja yang cukup untuk dapat menjalan bisnisnya. Kebijakan ini perlu
untuk menjaga likuiditas UMKM (Pakpahan, 2020). Program ini ditargetkan untuk 23
juta UMKM yang belum pernah mendapatkan pembiayaan dari perbankan dan lembaga
keuangan. Setiawan (2020a) menyebutkan bahwa program perluasan pembiayaan ini
diberikan baik untuk UMKM yang bersifat “bankable” maupun tidak “bankable”.
e) Intervensi Pasar Tenaga Kerja UMKM melalui Pelatihan dengan Metode E-learning
Indonesia melakukan intervensi dalam pasar tenaga kerja dengan melakukan pelatihan
yang dimaksudkan mengaktifkan kembali pasar tenaga kerja melalui Kartu Prakerja yang
diluncurkan pada April 2020. Program ini memberikan pelatihan bersubsidi yang bersifat
skilling dan re-skilling bagi 5,6 juta tenaga kerja terdampak khususnya di sektor usaha
kecil dan mikro (Gentilini et al., 2020). Peserta program kartu prakerja dapat merupakan
pekerja sektor UMKM yang telah terkena pemutusan kerja maupun tenaga kerja baru
yang belum mendapatkan pekerjaan. Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan
penumbuhan wiraswasta yang dilakukan oleh beberapa negara OECD seperti Amerika
Serikat, Belanda, Inggris, Korea Selatan, Australia dan Italia

1. KESIMPULAN
Sejak adanya pandemi Covid 19 yang terjadi dibeberapa Negara terhitung sejak
bulan febuari 2019 ada beberapa dampak yang dirasakan oleh sebagian Negara. Di
Indonesia khususnya dampak pandemi terhadap bidang ekonomi yaitu disektor UMKM
di Indonesia mengalami dampak dari Pandemi COVID-19. Dampak tersebut berturut
adalah penurunan penjualan, kesulitan permodalan, hambatan distribusi produk, serta
kesulitan bahan baku. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam rangka
memperdayakan UMKM dalam situasi pandemi COVID-Terdapat beberapa skema
perlindungan UMKM yang dilakukan pemerintah yaitu
(a) pemberian bantuan sosial kepada pelaku UMKM miskin dan rentan
(b) insentif pajak bagi UMKM
(c) relaksasi dan restrukturisasi kredit bagi UMKM
(d) perluasan pembiayaan modal kerja UMKM
(e) menempatkan kementerian, BUMN dan pemerintah Daerah sebagai penyangga
produk UMKM
(f) pelatihan secara e-learning.

2. SARAN
Dalam menyalurkan bantuan terhadap UMKM yang terdampak adanya pandemi
Covid 19 ini harus merata. Pemerintah juga harus lebih meninjau lagi dan terus berupaya
untuk membantu sektor UMKM agar dampat mempertahankan usahanya dimasa yang
sulit ini.

Anda mungkin juga menyukai