Anda di halaman 1dari 46

auditing

prepared by:
Mely Dwi Yuniarti S.SST., M. Ak
AUDITING I

DISUSUN:
Mely Dwi Yuniarti S. SST., M.Ak

i
KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunianya sehingga Buku Auditing I Program Studi (Prodi) Sarjana Terapan Akuntansi

Sektor Publik Politeknik Harapan Bersama tahun 2021 telah selesai. Buku ini dibuat

sebagai pedoman bagi mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik

Politeknik Harapan Bersama dalam perkuliahan Mata Kuliah Auditing I serta

memberikan gambaran umum dan ruang lingkup Auditing I sebagai dasar Auditing agar

mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan selanjutnya. Saya ucapkan terimakasih kepada

seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyempurnakan buku Auditing 1 serta

mengharapkan rekomendasi, baik saran maupun kritik yang membangun atas

kekurangannya. Saya berharap agar buku ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa

Prodi Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik Politeknik Harapan Bersama khususnya

dan bagi mahasiswa saya dan pengguna lainnya.

Tegal, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I Dasar Auditing 1


1.1 Pengertian Auditing 1
1.2 Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting) dan tahapan Audit 2
1.3 Jenis-Jenis Audit 3
BAB II Standar Profesi Akuntan Publik Dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik Error!
Bookmark not defined.
2.1 Sepuluh Standar Auditing 6
2.2 Kode Etik Profesi Akuntan Publik 7
BAB III Tanggungjawab Jawab Hukum Akuntan Publik 13
3.1 Tuntutan Hukum yang dihadapi Akuntan Publik 13
3.2 Contoh penelitian terkait dengan Fraud 13
BAB IV Laporan Akuntan 16
4.1 Jenis-jenis Pendapat Akuntan 16
4.2 Jenis-jenis Laporan Akuntan 16
BAB V Pengendalian Intern (Internal Control) 19
5.1 Pengertian Pengendalian Intern 19
5.2 Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (Scope) Pemeriksaan 19
BAB VI Tes Transaksi (Test Of Recorded Transaction) 22
6.1 Sifat Bukti Audit 22
6.2 Compliance Test dan Substantive Test 22
6.3 Cara pemilihan Sampel 22
BAB VII Kertas Kerja Pemeriksaan (Audit Working Paper) 24
7.1 Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan 24
7.2 Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan 25
7.3 Current File dan Permanent File 25
7.4 Kriteria dan Pembuatan Kertas Kerja 25
BAB VIII Audit Plan, Audit Program, Audit Procedures, Audit Teknik, Risiko Audit Dan
Materialistas 28
8.1 Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan) 29
8.2 Audit Program 29
8.3 Audit Procedure dan Audit Teknik 29
8.4 Resiko Audit dan Materialitas 29
BAB IX Pemeriksaan Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid Expenses) Dan Pajak Dibayar Di
Muka (Prepaid Taxes) 33
9.1 Sifat dan Contoh Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka 33
9.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di
Muka 34
9.3 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka yang
disarankan 34
BAB X Pemeriksaan Aset Tetap 37
10.1 Sifat dan Contoh Aset Tetap 37
10.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Aset Tetap 38
10.3 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap 38
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
DASAR AUDITING

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menjelaskan pengertian Auditing baik menurut para ahli maupun menyimpulkan
sendiri
2. Mengerti dan mampu menjelaskan perbedaan auditing dan akuntansi (Accounting)dan
tahapan Audit
3. Menjelaskan mengapa diperlukan auditing untuk instansi
4. Menjelaskan jenis-jenis audit

1.1 Pengertian Auditing


Beberapa pengertian Auditing (Pemeriksaan Akuntan) menurut beberapa sumber:
Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.Elder (2011:4)
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report
on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should
be done by a competent independent person”.
Atau
“Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi serta kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
seorang yang kompeten dan independen”.
Menurut Sukrisno Agoes (2014:4)
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan
dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Menurut Mulyadi (2002)


“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Penulis menyimpulkan bahwa Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi yang dilakukan
oleh kelompok independen dalam memberikan opini atas penilaian perusahaan tersebut secara
material untuk pengguna kepentingan dan pengambil keputusan.

1
1.2 Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting) dan tahapan Audit
1.2.1 Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting)

Gambar 1.1
Perbedaan Auditing dan Akunting

Gambar 1.2
Accounting dan Auditing Contrast

1.2.2 Tahapan-Tahapan Audit


Tahapan - Tahapan Audit
a. Calon pelanggan (klein) menghubungi Kantor Akuntan Publik (KAP) atas kebutuhan jasa
auditnya.
b. Calon pelanggan bertemu dengan KAP untuk memberikan konfirmasi terkait dengan
perusahaan dari kebutuhan audit, KAP sebelumnya, gambaran umum instansi, aplikasi dan
sistem database yang digunakan.
c. Audit proposal (surat penawaran) yang berubah menjadi Engagement Letter (perjanjian

2
kerja) apabila calon pelanggan setuju atau surat penawaran tersebut.
d. Audit field work (pemeriksaan lapangan) yang dilakukan KAP di kantor klien, setelah selesai
pemeriksaan lapangan, KAP memberikan draft audit report dan berdiskusi atas data tersebut.
Jika calon pelanggan setuju atas draft audit report tersebut klien memberikan Surat
Pernyataan Pelanggan (Client Representation Letter) dan KAP akan memberikan final audit
report sesuai dengan tanggal audit report dan tanggal audit field work.
e. Akhir dari proses audit yaitu KAP memberikan Management Letter kepada klien.
1.3 Jenis-Jenis Audit
Berdasarkan Luasnya Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
KAP independen melakukan pemeriksaan keuangan secara umum yang bertujuan agar dapat
memberikan opini mengenai kewajaran keseluruhan atas laporan keuangan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
KAP independen melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan auditee (terbatas),
pemeriksaan tidak perlu memberikan opini secara keseluruhan atas laporan keuangan tetapi
pemeriksaan hanya pada masalah tertentu atau pos tertentu.
Berdasarkan Jenis Pemeriksaan:
1. Management Audit (Operational Audit)
Pemeriksaan kegiatan operasional perusahaan yang meliputi kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional manajemen dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan operasi yang
dilakukan berjalan secara efektif dan efisien.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan
dan kebijakan berlaku baik yang ditetapkan oleh pihak intern maupun pihak ekstern
entitas/perusahaan. Audit ketaatan memiliki fungsi untuk menentukan sejauh mana
perusahaan mentaati peraturan, kebijakan, peraturan pemerintah bahkan hukum yang harus
dipatuhi oleh entitas yang diaudit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan atas laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan serta kebijakan
manajemen yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Pemeriksaan seperti kecurangan
dan penyimpangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal dan saran-saran
perbaikan atau rekomendasi sebagai laporan internal auditor.
4. Computer Audit

3
Pemeriksaan perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan EDP (Electronic Data
Processing) System oleh KAP.
Metode yang digunakan :
a.) Audit Around The Computer

KAP memeriksa input dan output dari EDP System tanpa melakukan tes terhadap proses
dalam EDP system tersebut.

b.) Audit Through The Computer

KAP memeriksa input dan outputnya serta melakukan tes proses EDP (compliment
test).

4
SOAL LATIHAN BAB I

Jelaskan skema dan flowchart pada Bab I!

5
BAB II
STANDAR PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:

1. Menjelaskan Sepuluh Standar Auditing dan penjelasannya


2. Menjelaskan Kode Etik Profesi Akuntan Publik

2.1 Sepuluh Standar Auditing


Perbedaan prosedur auditing dengan standar auditing, bahwa “prosedur” berkaitan dengan
kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan atau dilaksanakan, namun “standar” berhubungan
dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja kegiatan atau tindakan tersebut serta berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. (Pernyataan Standar Auditing 01).
Intitut Akuntan Publik Indonesia menetapkan Standar auditing yang terdiri dari 10 (sepuluh) standar
dan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum (General Standards)
1. Competence, audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Independence, dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Due Professional Care, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work)
1. Adequate Planning and Proper Supervision, pekerjaan harus direncanakan sebaik-
baiknya dan jika digunakan , asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Understanding the Entity, Environment, and Internal Control, pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.
3. Sufficient Competent Audit Evidence, bukti audit kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.

6
c. Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
1. Financial Statements Presented in Accordance, laporan audit harus menyatakan
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
2. Consistency in the Application, laporan audit harus menunjukan keadaan yang
didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3. Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informatif dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4. Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diterima.
2.2 Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP)
dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada
satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
(1) Prinsip Etika,
(2) Aturan Etika, dan
(3) Interpretasi Aturan Etika
1. Prinsip Etika
a) Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
b) Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka.
c) Integritas
Untuk memelihara clan meningkatkan kepercayaan publik, Setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

7
d) Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
g) Perilaku Profesional
Setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten dalam reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
2. Aturan Etika
a) Independensi, Integritas, Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar
profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus
meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
b) Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Standar Umum

8
● Kompetensi profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
(reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
● Kecermatan dan keseksamaan profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
● Perencanaan dan supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap
pelaksanaan pemberian jasa profesional.
● Data relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar
yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.
Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
● Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau
● Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak
material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi
yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan
luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas.
Dalam kondisi tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir
ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan
mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan
laporan yang menyesatkan.
c) Tanggung Jawab kepada Klien
Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:

9
(1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan
etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
(2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan
pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan
peraturan yang berlaku.
(3) Melarang Review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan
kewenangan IAI atau
(4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar
atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka
penegakan disiplin anggota.
d) Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi
Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi
● Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
Komunikasi Antar Akuntan Publik
● Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu
atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan
periode serta tujuan yang berlainan.
● Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi
dari akuntan pengganti secara memadai.
Perikatan Atestasi
● Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang
lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan
yang berwenang.
d) Tanggungjawab dan Praktik Lain
Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
● Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan
yang mencemarkan profesi.
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
● Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien

10
melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran
lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
3. Interpretasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau
Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat
terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping
itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis
klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

11
SOAL LATIHAN BAB II

Jelaskan dengan bagan perkembangan Standar Profesional Standar Profesional Akuntan Publik!

12
BAB III
TANGGUNGJAWAB JAWAB
HUKUM AKUNTAN PUBLIK

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menjelaskan tuntutan hukum yang dihadapi Akuntan Publik
2. Menyebutkan dan menjelaskan Contoh-contoh terkait Fraud di Indonesia dan
Amerika Serikat

3.1 Tuntutan Hukum yang dihadapi Akuntan Publik


Profesi yang memiliki risiko yang sangat tinggi di seluruh dunia adalah Profesi Akuntan
Publik. Semua akuntan publik memahami bahwa mereka harus memberikan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar profesional akuntan publik, mentaati kode etik akuntan publik dan memiliki
standar pengendalian mutu. Jika tidak akuntan publik bisa salah dalam memberikan opini, karena
memberikan opini wajar tanpa pengecualian padahal laporan keuangan mengandung salah saji
material (ini disebut audit failure). Sejak terjadinya kasus Enron, World Comp, Xerox dan lain-lain
yang menyebabkan ditutupnya KAP Arthur Andersen, kepercayaan masyarakat terhadap profesi
akuntan publik menurun drastis.
Sarbanes Oxley Act untuk mencegah terulangnya kasus serupa di Amerika. Sedangkan aat
ini di Indonesia sudah dikeluarkan Undang-undang Akuntan Publik Nomor 5 Tahun 2011 Tanggal
3 Mei 2011 yang salah satu pasalnya menyebutkan akuntan publik bisa dikenakan sanksi pidana jika
terbukti lalai dalam menjalankan tugasnya dan terbukti terlibat tindak pidana.
Otorisai Jasa Keuangan (OJK) dan PPPK-Kementerian Keuangan juga membuat beberapa
aturan, antara lain menyangkut independensi akuntan publik, pembatasan jangka waktu pemberian
jasa audit (3 tahun untuk Akuntan Publik dan 6 tahun untuk KAP yang memiliki lebih dari satu
partner).
3.2 Contoh penelitian terkait dengan Fraud
1. Libby and Frederick (1990)
Penelitian: Experience and The Ability to Explain Audit Findings
Hasil Penelitian :
Semakin banyak pengalaman yang dimilii oleh seorang auditor maka semakin banyak pula
baik sikap skeptisme profesionalnya dalam menghasilkan berbagai macam dugaan dan
menjelaskan temuan audit
2. Tubbs (1992)

13
Penelitian:
The Effect Of Experience on The Auditor’s Organizational and Amount of Knowledge
Hasil Penelitian :
Auditor independen yang berpengalaman lebih sensitif dalam mendeteksi kekeliruan-
kekeliruan yang tidak lazim atas temuan-temuan dalam audit

14
SOAL LATIHAN BAB III
1. Jelaskan dengan bagan perkembangan Standar Profesional Standar Profesional Akuntan
Publik!
2. Sebutkan dan Jelaskan contoh-contoh Fraud di Indonesia dan Amerika Serikat !

15
BAB IV
LAPORAN AKUNTAN

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menjelaskan Jenis-jenis Pendapat Akuntan
2. Mengerti dan menjelaskan Jenis-jenis Laporan Akuntan

4.1 Jenis-jenis Pendapat Akuntan


Menurut Standar Profesional Akuntan Publik terdapat 5 macam jenis pendapat akuntan
antara lain :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion),
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan Yang Ditambahkan Dalam
Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion With Explanatory Language),
3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion),
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion), dan
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion).
Auditor akan memberikan pendapatnya atas laporan keuangan pada akhir pemeriksaannya,
di mana jenis pendapat yang dikeluarkan tergantung pada kondisi pada saat melakukan audit. Berikut
ini beberapa syarat/ kondisi masing-masing jenis pendapat akuntan tersebut.
4.2 Jenis-jenis Laporan Akuntan
Laporan Auditor Bentuk Baku
Laporan auditor bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan yang diaudit dalam paragraf
pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat
auditor dalam paragraf pendapat. Unsur pokok laporan auditor bentuk baku adalah sbb :
a. Suatu judul yang menyatakan Independen.
b. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah
diaudit oleh auditor.
c. Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan
dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan atas auditnya.
d. Suatu pernyataan bahwa standar audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing/PABK
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia atau IAS.
e. Suatu pernyataan bahwa standar auditing tersebut mengharuskan auditor merencanakan dan
melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan

16
bebas dari salah saji material.
f. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi :
1. Pemeriksaan (examination),atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
2. Penentuan standar akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang
dibuat manajemen.
3. Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan
g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar
memadai untuk memberikan pendapat.
h. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan arus
kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.
i. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan
publik.
j. Tanggal laporan auditor.

17
SOAL LATIHAN BAB IV

Jelaskan lebih detail tentang Jenis-jenis Pendapat Akuntan!

18
BAB V
PENGENDALIAN INTERN
(INTERNAL CONTROL)

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menjelaskan pengertian Pengendalian Intern
2. Menjelaskan hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (Scope) Pemeriksaan

5.1 Pengertian Pengendalian Intern


Secara umum, Pengendalian Intern adalah bagian dari masing-masing sistem yang
dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional perusahaan atau organisasi
tertentu. Pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan
(dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan
akan tercapainya tujuan perusahaan.
Pengertian pengendalian internal adalah prosedur-prosedur dan proses-proses yang
digunakan perusahaan untuk melindungi aset perusahaan, mengelola informasi secara akurat, serta
memastikan kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku. Komponen pengendalian intern
yang saling berhubungan, adalah:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian Resiko (risk assessment)
3. Prosedur pengendalian
4. Pengawasan
5. Informasi dan komunikasi
5.2 Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (Scope) Pemeriksaan
Pengendalian intern merupakan bagian sangat penting dalam perusahaan. Jika pengendalian
intern usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan
dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan resiko yang sangat
besar, dalam arti resiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang
hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti- bukti yang
mendukung pendapat yang diberikan. Usaha Perusahaan dalam mencegah kemungkinan tersebut,
jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan
bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope
pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test. Misalnya: (a). Pada waktu mengirim
konfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang dikirimkan harus lebih banyak. (b). Pada waktu

19
melakukan observasi atas stock opname, tes atas perhitungan fisik persediaan harus lebih banyak.
Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif, maka Scope
pemeriksaan pada waktu melakukan Substantive test bisa dipersempit.

20
SOAL LATIHAN BAB V

Jelaskan lebih detail tentang komponen pengendalian intern yang saling berhubungan!

21
BAB VI
TES TRANSAKSI
(TEST OF RECORDED TRANSACTION)

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menyebutkan dan memahami sifat bukti Audit
2. Menjelaskan Compliance Test dan Substantive Test
3. Menjelaskan cara pemilihan sampel

6.1 Sifat Bukti Audit


Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Bukti audit
mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitungan auditor atas surat berharga yang
dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai tanggapan atas
pertanyaan -pertanyaan dari para karyawan klien.

6.2 Compliance Test dan Substantive Test


Compliance test (uji kepatuhan) adalah tes terhadap bukti pembukuan untuk mengetahui
apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur
yang ditetapkan manajemen.
Substantive Test ( tes integritas) adalah tes integritas pengolahan secara aktual terhadap
kewajaran saldo perkiraan laporan keuangan guna mengetahui kesalahan dalam nilai rupiah yang
secara langsung mempengaruhi penyajian saldo laporan keuangan yang sedang di audit.

6.3 Cara pemilihan Sampel


Beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan auditor:
a. Random/ Judgement Sampling
Metode ini dilakukan secara random dengan menggunakan judgment si akuntan publik.
Auditor juga menggunakan random sampling table dalam pemilihan sampel secara
terkomputerisasi.
b. Block Sampling
Metode ini dilakukan auditor dengan memilih transaksi di bulan tertentu sebagai sampel.
c. Statistical Sampling
Metod ini dilakukan secara ilmiah, jadi lebih sulit akan tetapi sampel yang terpilih betul-
betul representative.

22
SOAL LATIHAN BAB VI

Jelaskan dengan menggunakan contoh dalam pemilihan sampel tersebut diatas!

23
BAB VII
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
(AUDIT WORKING PAPER)

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menyebutkan dan memahami pengertian dan tujuan Tes Transaksi
2. Menjelaskan dan membandingkan Current File dan Permanent File
3. Menjelaskan dan memahami kriteria dan pembuatan kertas kerja

7.1 Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan


Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang di kumpulkan oleh auditor dalam
menjalankan pemeriksaan, yang berasal :
1. Dari pihak client
a. Rekonsiliasi bank /Bank Reconciliation
b. Analisa Umur Piutang/ Account Receivable Aging Schedule
c. Rincian Persediaan / Final Inventory List
d. Rincian Hutang
e. Rincian Beban Umum dan Administrasi
f. Rincian Beban Penjualan
g. Surat Pernyataan Langganan
2. Dari analisa yang di buat oleh auditor
a. Berita acara Kas Opname / Cash Count Sheet
b. Pemahaman dan Evaluasi IC, termasuk ICQ
c. Analisa Penarikan Aktiva Tetap
d. Analisa mengenai cukup tidaknya allowance for bad debt
e. Working Balance Sheet (WBS)
f. Working Profit and Loss (WPL)
g. Top Schedule
h. Supporting Schedule
i. Konsep Laporan Audit
j. Management Letter
3. Dari pihak ke tiga
a. Jawaban konfirmasi Piutang
b. Jawaban konfirmasi Hutang
c. Jawaban konfirmasi dari Bank

24
d. Jawaban konfirmasi dari penasehat hukum perusahaan.
7.2 Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan
Dalam pembuatan kertas kerja audit, terdapat beberapa tujuan dan alasan kenapa kertas kerja
audit perlu dibuat. Diantaranya:
1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan yang diaudit.
2. Menguatkan berbagai kesimpulan auditor dan kompetensi auditnya.
3. Mengkoordinasi dan mengorganisasi keseluruhan proses audit.
4. Memberi landasan dalam pelaksanaan audit di kemudian hari.
7.3 Current File dan Permanent File
➢ Current File (berkas tahun berjalan)
a. Neraca saldo
b. Berita Acara Kas Opname
c. Rekonsiliasi Bank
d. Rincian Piutang
e. Rincian Persediaan
f. Rincian Hutang
g. Rincian Biaya, dll
➢ Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual) Kontrak-kontrak
a. Permanent File (berkas permanen): berisi kertas kerja yang mempunyai manfaat untuk
beberapa tahun
b. Akte pendirian
c. Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual)
d. Kontrak-kontrak
e. Notulen Rapat
➢ Correspondence File (berkas surat menyurat)
Berisi korespondensi dengan klien berupa surat menyurat,facsimile dll.
7.4 Kriteria dan Pembuatan Kertas Kerja
Kriteria dari Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) adalah sebagai berikut:
a. KKP harus mempunyai tujuan
b. Harus dicegah penulisan ulang KKP
c. Dalam KKP harus dijelaskan prosedur apa yang digunakan dan harus menggunakan
TICK MARK
d. KKP harus di INDEX

25
e. KKP harus diparaf oleh org yg membuat KKP
f. Setiap Pertanyaan yg timbul harus terjawab
g. KKP harus mencantumkan: Sifat dari Perkiraan yg diaudit, Prosedur Audit, kesimpulan
mengenai kelayakan Perkiraan yang diaudit

26
SOAL LATIHAN BAB VII

Jelaskan mengenai Top Schedule dan Supporting Schedule!

27
BAB VIII
AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURES,
AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALISTAS

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menjelaskan dan memahami Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)
2. Menjelaskan dan memahami Audit Program
3. Menjelaskan dan memahami Audit Procedure dan Audit Teknik
4. Menjelaskan dan memahami Risiko Audit dan Materialitas

8.1 Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)


Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-baiknya
dalam setiap penugasan audit. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan tahap yang mau
tidak mau harus mendapat perhatian yang serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat dipungkiri
karena pekerjaan apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik.
Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut :
“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.”
Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
diharapkan disusun segera setelah Management Letter (surat perikatan) disetujui klien.
Tujuan Audit Plan adalah untuk mencapai keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji yang
diyakini jumlahnya besar, baik secara individual maupun secara keseluruhan, yang secara kuantitatif
berdampak material terhadap laporan keuangan.
Dalam merencanakan audit :
a. Risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, sesuai dengan pertimbangan
professional
b. Menetapkan pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan antara lain :
a. Pahami bisnis dan industri klien
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi klien
c. Metode pengolahan informasi akuntansi yang digunakan klien, termasuk penggunaan
organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
d. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan
e. Pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit
f. Pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian (adjustment)

28
g. Kondisi yang mungkin memerlukn perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko
kekeliuran dan ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
8.2 Audit Program
Program audit merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan
supervisi dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah-langkah audit dirancang
untuk :
(1) Mengumpukan bahan bukti audit.
(2) Untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat mengenai efisiensi,
keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program tersebut berisi arahan-
arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan audit
dalam ruang lingkup penugasan audit.
Program audit yang disusun dengan baik bisa memberikan banyak manfaat, yaitu:
Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yang merupakan suatu rencana
yang dapat dikomunikasikan baik kepada supervisor audit maupun kepada staf.
8.3 Audit Procedure dan Audit Teknik
Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.
Audit Procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Oleh karena itu diperlukan audit
teknik yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence.
8.4 Resiko Audit dan Materialitas
Dalam PSA No.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan
materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia :
1. Risiko Audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan
fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak,
bahwa salah saji material terdeteksi.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan,

29
adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting
4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut
mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup
signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
5. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang mungkin
material terhadap laporan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji, yang
disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap laporan keuangan
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan.
7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan auditor
secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji material
dalam laporan keuangan.
8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas salah saji material, tidak ada perbedaan penting antara
kekeliruan dan kecurangan.
9. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara
gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam
kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit.
10. Pertimbangkan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai
dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam :
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi
pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

30
13. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam
menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat
materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses
audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi salah saji
yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan, yang secara
kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan materialistis
sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun.
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari:
a. Risiko ( Meliputi risiko bawaan dan risiko pengendalian ) bahwa saldo akun atau
golongan transaksi mengandung salah saji yang dapat menjadi material terhadap
laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo atau golongan
transaksi lainnya. Dan,
b. Risiko deteksi bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan
berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas.
17. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dan dilakuan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri.
18. Risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merancang prosedur audit tergantung
pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo akun atau golongan
transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan risiko
pengendalian.

31
SOAL LATIHAN BAB VIII

Jelaskan dan buatkan contoh rencana Audit Plan atau Rencana Pemeriksaan!

32
BAB IX
PEMERIKSAAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA (PREPAID EXPENSES)
DAN PAJAK DIBAYAR DI MUKA (PREPAID TAXES)

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menjelaskan dan memahami Sifat dan Contoh Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar
di Muka
2. Menjelaskan Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Biaya dan Pajak Dibayar di Muka
3. Menjelaskan dan memahami prosedur Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar di Muka
yang disarankan

9.1 Sifat dan Contoh Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka
Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka merupakan aset lancar ( current asset )
karena memiliki masa manfaat kurang atau lebih dari 1 (satu) tahun.
Biaya Dibayar Di muka
Sifat dari Biaya Dibayar di Muka berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan:
1. Biaya yang sudah dibayarkan, tetapi untuk kegiatan perusahaan yang akan datang.
2. Biaya masa manfaat kurang lebih 1 (satu) tahun atau beberapa periode kegiatan maka
diklasifikasikan sebagai aset tak lancar.
Beberapa contoh yang digolongkan sebagai Biaya Dibayar di Muka:
● Premi asuransi (prepaid insurance) dengan masa manfaat pembayaran diawal untuk
beberapa periode kedepan.
● Sewa Dibayar di Muka untuk masa manfaat 1(satu) tahun yang akan datang dibayarkan pada
awal periode.
● Biaya Dibayar di Muka (Prepaid Other) contohnya: biaya yang berdasarkan kontrak seperti
iklan televisi, radio, dan barang-barang untuk promosi seperti (payung, gantungan kunci dll).
Pajak Dibayar Di Muka
Pajak Dibayar di Muka merupakan pajak yang dipungut/dipotong oleh pihak ketiga dan akan di
kredit pajak pada akhir tahun, sedangkan PPN dibayarkan setiap akhir bulan dipotong/dipungut
setiap hari.
Contoh dari Pajak Dibayar di Muka:
● PPh 22( dari impor barang)
● PPh 23 (dari bunga, deviden, royalty, management fee)
● PPh 25 (setoran masa pajak penghasilan)
● PPN Masukan (Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh pengusaha kena pajak pada

33
waktu perusahaan membeli barang atau jasa kena pajak).
9.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di
Muka
Tujuan dari Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar di Muka adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui internal control berjalan dengan baik atau tidak atas Biaya dan Pajak Dibayar di
Muka.
2. Mengetahui pencatatan dilakukan sudah benar atas Biaya Dibayar di Muka yang telah
dibayarkan ditahun sebelumnya.
3. Mengetahui pencatatan biaya sudah dilakukan pada biaya tahun berjalan.
4. Mengetahui perhitungan kredit pajak pada akhir tahun dibuktikan dengan kelengkapan bukti
setoran/pungutan pajak yang sah dan lengkap.
5. Mengetahui penyajian pada laporan keuangan atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka telah
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9.3 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka yang
disarankan
Prosedur Pemeriksaan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu compliance test dan substantive test.
Sedangkan untuk substantive test terbagi menjadi tiga bagian yaitu untuk Sewa Dibayar di Muka,
Premi Asuransi Dibayar di muka, biaya advertensi dibayar di muka dan Pajak Dibayar di Muka.
Prosedur Pemeriksaan Compliance Test
1. Mempelajari dan mengevaluasi internal control atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka.
a. Pengeluaran kas dan setara kas mencangkup Internal control questionnaires.
b. Memeriksa bukti pengeluaran kas dan bank menggunakan tes transaksi (compliance
test) atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka dengan cara random.
2. Menarik kesimpulan tentang internal contro atas Biaya dan Pajak Dibayar di muka. Apabila
dalam test tersebut tida ada kesalahan maka dapat disimpulkan internal control telah efektif
atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka.
Prosedur Pemeriksaan Substantive Sewa Dibayar di Muka (Prepaid Rent)
1. Meminta dan mempelajari rincian ( schedule ) prepaid rent per tanggal neraca.
2. Memeriksa ketelitian perhitungan matematis.
3. Memeriksa kesesuaian atas saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar
(general ledger) prepaid rent.
4. Memeriksa kesesuaian atas saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun
sebelumnya.

34
5. Memeriksa pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dengan cara vouching.
6. Memeriksa lease agreement,jika telah melakukan pada compliance test maka refer ke kertas
kerja compliance test.
7. Memeriksa kesesuaian total pembebanan sewa dengan buku besar biaya sewa.
8. Jika diperlukan, membuat usulan audit Adjustment.

35
SOAL LATIHAN BAB IX

Jelaskan dengan flowchart atas procedure diatas!

36
BAB X
PEMERIKSAAN ASET TETAP

Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mampu:


1. Menjelaskan dan memahami Sifat dan Contoh Aset Tetap
2. Menjelaskan Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Aset Tetap
3. Menjelaskan dan memahami prosedur Pemeriksaan Aset Tetap yang disarankan

10.1 Sifat dan Contoh Aset Tetap


Aset tetap merupakan aset berwujud baik bentuk siap pakai atau masih dalam pembangunan
yang dimanfaatkan dalam kegiatan operasi perusahaan dan tidak bertujuan untuk dijual dengan masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Sifat dan ciri dari aset tetap adalah:
1. Aset Tetap bertujuan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan, bukan untuk dijual
kembali atau diperjualbelikan.
Bedasarkan tujuannya tersebut yang membedakan antara Aset Tetap dengan Persediaan.
Barang dagangan. Sebagai contoh PT Nissan merupakan produsen mobil yang menjual mobil
yang digolongan sebagai Persediaan (Inventory),sedangkan mobil yang digunakan sebagai
mobilitas dalam kegiatan operasional perusahaan (Mobil Direksi atau para manajer)
digolongkan sebagai Aset Tetap.
2. Aset Tetap memiliki masa manfaat 1 (satu) tahun.
Berdasarkan masa manfaatnya maka aset tetap harus disusutkan, biaya penyusutan merupakan
biaya alokasi selama penggunaan masa manfaat dari aset tersebut secara teratur dan sistematis
dengan menggunakan metode penyusutan yang sesuai dan konsisten dengan peraturan yang
digunakan.
3. Aset Tetap memiliki jumlah yang cukup material.
Berdasarkan jumlah yang cukup material, maka perusahaan harus memiliki kebijakan
kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure dan revenue expenditure. Perbedaan
keduanya adalah dari besarnya pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan. Apabila capital
expenditure merupakan pengeluaran modal yang nilainya material dengan masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun. Sedangkan revenue expenditure merupakan pengeluaran yang tidak
material tetapi masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Contoh dari pernyataan tersebut adalah apabila perusahaan membeli mesin pengetikan
dengan harga Rp600.000,00 maka perusahaan besar menggolakan tersebut pada revenue

37
expenditure tetapi untuk perusahaan kecil makan hal tersebut merupakan capital
expenditure.

10.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Aset Tetap


Pemeriksaan Aset Tetap memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Memeriksa Internal Control atas Aset Tetap tersebut sudah benar.
2. Memeriksa kebenaran nominal dari Aset Tetap tersebut pada Laporan Keuangan,betul-betul
ada, masih dalam masa manfaat dan dimiliki oleh perusahaan atau instansi.
3. Memeriksa Aset Tetap yang merupakan capital expenditure dan telah diotorisasi oleh pejabat
yang berwenang penggolongan tersebut.
4. Memeriksa Aset Tetap yang dijadikan jaminan.
5. Memeriksa kesesuaian penyajian pencatatan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan telah
dicatat dengan benar sesuai Standar Akuntansi Keuangan.
6. Memeriksa biaya penyusutan dan akumulasi penyusutan dihitung, dicatat dengan benar,
teratur, sistematis dan konsisten.
7. Memeriksa penarikan (disposal) Aset Tetap sudah dicatat dengan benar.

10.3 Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap


Prosedur Pemeriksaan Aset Tetap adalah sebagai berikut:
1. Pelajari, analisis dan evaluasi Internal Control Aset Tetap tersebut.
2. Minta kepada klien Top Schedule dan Supporting Schedule Aset Tetap.
3. Memeriksa kecocokan General Ledger dengan Sub-ledger serta working paper tahun
sebelumnya dengan memeriksa footing dan cross footing.
4. Memeriksa penambahan dan pengurangan Aset Tetap,dengan melihat approval dan
kelengkapan dokumen pendukung,serta memastikan penjualan aset baik pencatatan hingga
pembayarannya.
5. Memeriksa kondisi Aset Tetap dengan cara test basis mulai dari nomor kode dari Aset Tetap.
6. Memeriksa bukti kepemilikan Aset Tetap tersebut dibuktikan dengan dokumen asli.
7. Memeriksa dan pelajari untuk Capitalization Policy dan Depreciation Policy telah
dijalankan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Memeriksan kesesuaian penggolongan capital expenditure dengan revenue expenditure
dengan memeriksa dan menganalisis perkiraan repair & maintenance.
9. Memeriksa Asuransi atas Aset Tetap tersebut dan melihat asuransi tersebut dapat mengcover

38
dengan baik.
10. Memeriksa perhitungan penyusutan
11. Memeriksa dokumen penting terkait Aset Tetap seperti notulen rapat, perjanjian
kredit,jawaban konfirmasi dari bank untuk mengetahui Aset Tetap yang dijaminkan.
12. Periksa Commitment perusahaan untuk menjual atau membeli Aset Tetap.
13. Memeriksa penambahan dari Contraction In progress ke Aset Tetap.
14. Memeriksa Leasing Agreement serta kesesuaian pencatatannya.
15. Memeriksa agunan kredit di bank atas Aset Tetap.
16. Memeriksa penyajian Aset Tetap dalam laporan keuangan serta kesesuaian dengan standar
yang berlaku.

39
SOAL LATIHAN BAB IX

Jelaskan dengan flowchart atas procedure diatas!

40
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing Petunjuk Praktis pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik. Edisi 4 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2011. Audit dan Jasa Assurance:
Pendekatan Terpadu (Penerjemah Herman Wibowo). Jakarta: Salemba
Empat

Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Jusuf, Amir. 2013. Jasa Audit
dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta:
Salemba Empat.

Konrath, Larry F. 2002. Auditing: A Risk Analysis Approach. Fifth Edition. South
Western.

Libby, R., Frederick, D.M. (1990). Experience and the ability to explain audit
findings. Journal of Accounting Research 28, 348-67

Mulyadi. 2013. Auditing Buku 1 edisi 6 . Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi 6. Penerbit : Salemba Empat,Jakarta.

Tubbs, Ricard M. 1992. The Effect of Experience on The Auditor’s Organization


and Amount of Knowledge. The Accounting Review: h: 783.

Anda mungkin juga menyukai