prepared by:
Mely Dwi Yuniarti S.SST., M. Ak
AUDITING I
DISUSUN:
Mely Dwi Yuniarti S. SST., M.Ak
i
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga Buku Auditing I Program Studi (Prodi) Sarjana Terapan Akuntansi
Sektor Publik Politeknik Harapan Bersama tahun 2021 telah selesai. Buku ini dibuat
sebagai pedoman bagi mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik
memberikan gambaran umum dan ruang lingkup Auditing I sebagai dasar Auditing agar
seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyempurnakan buku Auditing 1 serta
kekurangannya. Saya berharap agar buku ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa
Prodi Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik Politeknik Harapan Bersama khususnya
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
DASAR AUDITING
Penulis menyimpulkan bahwa Auditing adalah suatu proses mengevaluasi informasi yang dilakukan
oleh kelompok independen dalam memberikan opini atas penilaian perusahaan tersebut secara
material untuk pengguna kepentingan dan pengambil keputusan.
1
1.2 Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting) dan tahapan Audit
1.2.1 Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting)
Gambar 1.1
Perbedaan Auditing dan Akunting
Gambar 1.2
Accounting dan Auditing Contrast
2
kerja) apabila calon pelanggan setuju atau surat penawaran tersebut.
d. Audit field work (pemeriksaan lapangan) yang dilakukan KAP di kantor klien, setelah selesai
pemeriksaan lapangan, KAP memberikan draft audit report dan berdiskusi atas data tersebut.
Jika calon pelanggan setuju atas draft audit report tersebut klien memberikan Surat
Pernyataan Pelanggan (Client Representation Letter) dan KAP akan memberikan final audit
report sesuai dengan tanggal audit report dan tanggal audit field work.
e. Akhir dari proses audit yaitu KAP memberikan Management Letter kepada klien.
1.3 Jenis-Jenis Audit
Berdasarkan Luasnya Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
KAP independen melakukan pemeriksaan keuangan secara umum yang bertujuan agar dapat
memberikan opini mengenai kewajaran keseluruhan atas laporan keuangan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
KAP independen melakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan auditee (terbatas),
pemeriksaan tidak perlu memberikan opini secara keseluruhan atas laporan keuangan tetapi
pemeriksaan hanya pada masalah tertentu atau pos tertentu.
Berdasarkan Jenis Pemeriksaan:
1. Management Audit (Operational Audit)
Pemeriksaan kegiatan operasional perusahaan yang meliputi kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional manajemen dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan operasi yang
dilakukan berjalan secara efektif dan efisien.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan
dan kebijakan berlaku baik yang ditetapkan oleh pihak intern maupun pihak ekstern
entitas/perusahaan. Audit ketaatan memiliki fungsi untuk menentukan sejauh mana
perusahaan mentaati peraturan, kebijakan, peraturan pemerintah bahkan hukum yang harus
dipatuhi oleh entitas yang diaudit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan atas laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan serta kebijakan
manajemen yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Pemeriksaan seperti kecurangan
dan penyimpangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal dan saran-saran
perbaikan atau rekomendasi sebagai laporan internal auditor.
4. Computer Audit
3
Pemeriksaan perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan EDP (Electronic Data
Processing) System oleh KAP.
Metode yang digunakan :
a.) Audit Around The Computer
KAP memeriksa input dan output dari EDP System tanpa melakukan tes terhadap proses
dalam EDP system tersebut.
KAP memeriksa input dan outputnya serta melakukan tes proses EDP (compliment
test).
4
SOAL LATIHAN BAB I
5
BAB II
STANDAR PROFESI AKUNTAN PUBLIK DAN
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
6
c. Standar Pelaporan (Standards of Reporting)
1. Financial Statements Presented in Accordance, laporan audit harus menyatakan
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
2. Consistency in the Application, laporan audit harus menunjukan keadaan yang
didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3. Adequacy of Informative Disclosures, pengungkapan informatif dalam laporan
keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4. Expression of Opinion, laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan
keuangan secara menyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diterima.
2.2 Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia
atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP)
dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada
satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
(1) Prinsip Etika,
(2) Aturan Etika, dan
(3) Interpretasi Aturan Etika
1. Prinsip Etika
a) Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
b) Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka.
c) Integritas
Untuk memelihara clan meningkatkan kepercayaan publik, Setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
7
d) Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau
pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
g) Perilaku Profesional
Setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten dalam reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
2. Aturan Etika
a) Independensi, Integritas, Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar
profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus
meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.
b) Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Standar Umum
8
● Kompetensi profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
(reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
● Kecermatan dan keseksamaan profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
● Perencanaan dan supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap
pelaksanaan pemberian jasa profesional.
● Data relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar
yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.
Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
● Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau
● Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak
material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi
yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan
luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas.
Dalam kondisi tersebut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir
ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan
mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan
laporan yang menyesatkan.
c) Tanggung Jawab kepada Klien
Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:
9
(1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan
etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
(2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan
pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan
peraturan yang berlaku.
(3) Melarang Review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan
kewenangan IAI atau
(4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar
atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka
penegakan disiplin anggota.
d) Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi
Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi
● Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
Komunikasi Antar Akuntan Publik
● Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu
atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan
periode serta tujuan yang berlainan.
● Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi
dari akuntan pengganti secara memadai.
Perikatan Atestasi
● Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang
lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan
yang berwenang.
d) Tanggungjawab dan Praktik Lain
Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
● Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan
yang mencemarkan profesi.
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
● Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien
10
melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran
lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
3. Interpretasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan
lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau
Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat
terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping
itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini
publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh
organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga
harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis
klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
11
SOAL LATIHAN BAB II
Jelaskan dengan bagan perkembangan Standar Profesional Standar Profesional Akuntan Publik!
12
BAB III
TANGGUNGJAWAB JAWAB
HUKUM AKUNTAN PUBLIK
13
Penelitian:
The Effect Of Experience on The Auditor’s Organizational and Amount of Knowledge
Hasil Penelitian :
Auditor independen yang berpengalaman lebih sensitif dalam mendeteksi kekeliruan-
kekeliruan yang tidak lazim atas temuan-temuan dalam audit
14
SOAL LATIHAN BAB III
1. Jelaskan dengan bagan perkembangan Standar Profesional Standar Profesional Akuntan
Publik!
2. Sebutkan dan Jelaskan contoh-contoh Fraud di Indonesia dan Amerika Serikat !
15
BAB IV
LAPORAN AKUNTAN
16
bebas dari salah saji material.
f. Suatu pernyataan bahwa audit meliputi :
1. Pemeriksaan (examination),atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
2. Penentuan standar akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang
dibuat manajemen.
3. Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan
g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar
memadai untuk memberikan pendapat.
h. Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan arus
kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.
i. Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan
publik.
j. Tanggal laporan auditor.
17
SOAL LATIHAN BAB IV
18
BAB V
PENGENDALIAN INTERN
(INTERNAL CONTROL)
19
melakukan observasi atas stock opname, tes atas perhitungan fisik persediaan harus lebih banyak.
Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif, maka Scope
pemeriksaan pada waktu melakukan Substantive test bisa dipersempit.
20
SOAL LATIHAN BAB V
Jelaskan lebih detail tentang komponen pengendalian intern yang saling berhubungan!
21
BAB VI
TES TRANSAKSI
(TEST OF RECORDED TRANSACTION)
22
SOAL LATIHAN BAB VI
23
BAB VII
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
(AUDIT WORKING PAPER)
24
d. Jawaban konfirmasi dari penasehat hukum perusahaan.
7.2 Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan
Dalam pembuatan kertas kerja audit, terdapat beberapa tujuan dan alasan kenapa kertas kerja
audit perlu dibuat. Diantaranya:
1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan yang diaudit.
2. Menguatkan berbagai kesimpulan auditor dan kompetensi auditnya.
3. Mengkoordinasi dan mengorganisasi keseluruhan proses audit.
4. Memberi landasan dalam pelaksanaan audit di kemudian hari.
7.3 Current File dan Permanent File
➢ Current File (berkas tahun berjalan)
a. Neraca saldo
b. Berita Acara Kas Opname
c. Rekonsiliasi Bank
d. Rincian Piutang
e. Rincian Persediaan
f. Rincian Hutang
g. Rincian Biaya, dll
➢ Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual) Kontrak-kontrak
a. Permanent File (berkas permanen): berisi kertas kerja yang mempunyai manfaat untuk
beberapa tahun
b. Akte pendirian
c. Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual)
d. Kontrak-kontrak
e. Notulen Rapat
➢ Correspondence File (berkas surat menyurat)
Berisi korespondensi dengan klien berupa surat menyurat,facsimile dll.
7.4 Kriteria dan Pembuatan Kertas Kerja
Kriteria dari Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) adalah sebagai berikut:
a. KKP harus mempunyai tujuan
b. Harus dicegah penulisan ulang KKP
c. Dalam KKP harus dijelaskan prosedur apa yang digunakan dan harus menggunakan
TICK MARK
d. KKP harus di INDEX
25
e. KKP harus diparaf oleh org yg membuat KKP
f. Setiap Pertanyaan yg timbul harus terjawab
g. KKP harus mencantumkan: Sifat dari Perkiraan yg diaudit, Prosedur Audit, kesimpulan
mengenai kelayakan Perkiraan yang diaudit
26
SOAL LATIHAN BAB VII
27
BAB VIII
AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURES,
AUDIT TEKNIK, RISIKO AUDIT DAN MATERIALISTAS
28
g. Kondisi yang mungkin memerlukn perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko
kekeliuran dan ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak yang
mempunyai hubungan istimewa
8.2 Audit Program
Program audit merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan
supervisi dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah-langkah audit dirancang
untuk :
(1) Mengumpukan bahan bukti audit.
(2) Untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat mengenai efisiensi,
keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program tersebut berisi arahan-
arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan audit
dalam ruang lingkup penugasan audit.
Program audit yang disusun dengan baik bisa memberikan banyak manfaat, yaitu:
Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yang merupakan suatu rencana
yang dapat dikomunikasikan baik kepada supervisor audit maupun kepada staf.
8.3 Audit Procedure dan Audit Teknik
Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam
melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.
Audit Procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Oleh karena itu diperlukan audit
teknik yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence.
8.4 Resiko Audit dan Materialitas
Dalam PSA No.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan
materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia :
1. Risiko Audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku.
2. Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan
fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak,
bahwa salah saji material terdeteksi.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan,
29
adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting
4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut
mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup
signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
5. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah-masalah yang mungkin
material terhadap laporan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji, yang
disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap laporan keuangan
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan.
7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan auditor
secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan salah saji material
dalam laporan keuangan.
8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas salah saji material, tidak ada perbedaan penting antara
kekeliruan dan kecurangan.
9. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara
gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam
kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit.
10. Pertimbangkan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai
dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam :
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat dibatasi
pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya, memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
30
13. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam
menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai tingkat
materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan bawaan dalam proses
audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi salah saji
yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan, yang secara
kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan materialistis
sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun.
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari:
a. Risiko ( Meliputi risiko bawaan dan risiko pengendalian ) bahwa saldo akun atau
golongan transaksi mengandung salah saji yang dapat menjadi material terhadap
laporan keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo atau golongan
transaksi lainnya. Dan,
b. Risiko deteksi bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Pembahasan
berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen risiko di atas.
17. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dan dilakuan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh
keputusan auditor itu sendiri.
18. Risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merancang prosedur audit tergantung
pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo akun atau golongan
transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan risiko
pengendalian.
31
SOAL LATIHAN BAB VIII
Jelaskan dan buatkan contoh rencana Audit Plan atau Rencana Pemeriksaan!
32
BAB IX
PEMERIKSAAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA (PREPAID EXPENSES)
DAN PAJAK DIBAYAR DI MUKA (PREPAID TAXES)
9.1 Sifat dan Contoh Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka
Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka merupakan aset lancar ( current asset )
karena memiliki masa manfaat kurang atau lebih dari 1 (satu) tahun.
Biaya Dibayar Di muka
Sifat dari Biaya Dibayar di Muka berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan:
1. Biaya yang sudah dibayarkan, tetapi untuk kegiatan perusahaan yang akan datang.
2. Biaya masa manfaat kurang lebih 1 (satu) tahun atau beberapa periode kegiatan maka
diklasifikasikan sebagai aset tak lancar.
Beberapa contoh yang digolongkan sebagai Biaya Dibayar di Muka:
● Premi asuransi (prepaid insurance) dengan masa manfaat pembayaran diawal untuk
beberapa periode kedepan.
● Sewa Dibayar di Muka untuk masa manfaat 1(satu) tahun yang akan datang dibayarkan pada
awal periode.
● Biaya Dibayar di Muka (Prepaid Other) contohnya: biaya yang berdasarkan kontrak seperti
iklan televisi, radio, dan barang-barang untuk promosi seperti (payung, gantungan kunci dll).
Pajak Dibayar Di Muka
Pajak Dibayar di Muka merupakan pajak yang dipungut/dipotong oleh pihak ketiga dan akan di
kredit pajak pada akhir tahun, sedangkan PPN dibayarkan setiap akhir bulan dipotong/dipungut
setiap hari.
Contoh dari Pajak Dibayar di Muka:
● PPh 22( dari impor barang)
● PPh 23 (dari bunga, deviden, royalty, management fee)
● PPh 25 (setoran masa pajak penghasilan)
● PPN Masukan (Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh pengusaha kena pajak pada
33
waktu perusahaan membeli barang atau jasa kena pajak).
9.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di
Muka
Tujuan dari Pemeriksaan Biaya dan Pajak Dibayar di Muka adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui internal control berjalan dengan baik atau tidak atas Biaya dan Pajak Dibayar di
Muka.
2. Mengetahui pencatatan dilakukan sudah benar atas Biaya Dibayar di Muka yang telah
dibayarkan ditahun sebelumnya.
3. Mengetahui pencatatan biaya sudah dilakukan pada biaya tahun berjalan.
4. Mengetahui perhitungan kredit pajak pada akhir tahun dibuktikan dengan kelengkapan bukti
setoran/pungutan pajak yang sah dan lengkap.
5. Mengetahui penyajian pada laporan keuangan atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka telah
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9.3 Prosedur Pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka yang
disarankan
Prosedur Pemeriksaan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu compliance test dan substantive test.
Sedangkan untuk substantive test terbagi menjadi tiga bagian yaitu untuk Sewa Dibayar di Muka,
Premi Asuransi Dibayar di muka, biaya advertensi dibayar di muka dan Pajak Dibayar di Muka.
Prosedur Pemeriksaan Compliance Test
1. Mempelajari dan mengevaluasi internal control atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka.
a. Pengeluaran kas dan setara kas mencangkup Internal control questionnaires.
b. Memeriksa bukti pengeluaran kas dan bank menggunakan tes transaksi (compliance
test) atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka dengan cara random.
2. Menarik kesimpulan tentang internal contro atas Biaya dan Pajak Dibayar di muka. Apabila
dalam test tersebut tida ada kesalahan maka dapat disimpulkan internal control telah efektif
atas Biaya dan Pajak Dibayar di Muka.
Prosedur Pemeriksaan Substantive Sewa Dibayar di Muka (Prepaid Rent)
1. Meminta dan mempelajari rincian ( schedule ) prepaid rent per tanggal neraca.
2. Memeriksa ketelitian perhitungan matematis.
3. Memeriksa kesesuaian atas saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar
(general ledger) prepaid rent.
4. Memeriksa kesesuaian atas saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun
sebelumnya.
34
5. Memeriksa pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dengan cara vouching.
6. Memeriksa lease agreement,jika telah melakukan pada compliance test maka refer ke kertas
kerja compliance test.
7. Memeriksa kesesuaian total pembebanan sewa dengan buku besar biaya sewa.
8. Jika diperlukan, membuat usulan audit Adjustment.
35
SOAL LATIHAN BAB IX
36
BAB X
PEMERIKSAAN ASET TETAP
37
expenditure tetapi untuk perusahaan kecil makan hal tersebut merupakan capital
expenditure.
38
dengan baik.
10. Memeriksa perhitungan penyusutan
11. Memeriksa dokumen penting terkait Aset Tetap seperti notulen rapat, perjanjian
kredit,jawaban konfirmasi dari bank untuk mengetahui Aset Tetap yang dijaminkan.
12. Periksa Commitment perusahaan untuk menjual atau membeli Aset Tetap.
13. Memeriksa penambahan dari Contraction In progress ke Aset Tetap.
14. Memeriksa Leasing Agreement serta kesesuaian pencatatannya.
15. Memeriksa agunan kredit di bank atas Aset Tetap.
16. Memeriksa penyajian Aset Tetap dalam laporan keuangan serta kesesuaian dengan standar
yang berlaku.
39
SOAL LATIHAN BAB IX
40
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2011. Audit dan Jasa Assurance:
Pendekatan Terpadu (Penerjemah Herman Wibowo). Jakarta: Salemba
Empat
Arens, Alvin. A, Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Jusuf, Amir. 2013. Jasa Audit
dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta:
Salemba Empat.
Konrath, Larry F. 2002. Auditing: A Risk Analysis Approach. Fifth Edition. South
Western.
Libby, R., Frederick, D.M. (1990). Experience and the ability to explain audit
findings. Journal of Accounting Research 28, 348-67