KELAS G
BESSE DAHLIA
(K012202034)
1
penyebab utama yang membuat lockdown dan PSBB kini mulai dilonggarkan. Dari sinilah
muncul istilah baru, yakni new normal atau tatanan baru.
New Normal yaitu tatanan, kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada adaptasi
untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan dengan rutin cuci tangan
pakai sabun, pakai masker saat keluar rumah, jaga jarak aman, dan menghindari kerumunan.
Kondisi new normal sudah banyak digaungkan, termasuk juga oleh Indonesia. Tidak bisa
disamakan dengan kondisi “bebas virus corona,” tetapi New Normal menjadi harapan baru untuk
menyesuaikan kehidupan di tengah pandemi dengan langkah yang lebih mantap. Kebijakan New
Normal yang dikeluarkan pemerintah bertujuan agar Indonesia bisa segera keluar dari resesi
perekonomian yang disebabkan oleh Covid-19 dalam waktu yang relatif singkat.
Penerapan New Normal menjadi polemik karena dianggap akan meningkatkan kasus
Covid-19 dan dilain sisi menjadi upaya meredam tingginya kerentanan sosial yang terjadi di
masyarakat. Bahkan ada indikasi bahwa New Normal sebagai upaya menyamarkan
ketidakmampuan negara untuk mengatasi pandemi Covid-19 dan membuat pemasukan negara
menjadi berkurang. Sementara negara harus melindungi dan meminimalisir dampak pandemi
Covid-19 pada warga negaranya. Maka untuk itu pandemi Covid-19 dianggap menjadi beban
anggaran negara dengan berbagai program jaring pengaman sosialnya (Syaifuddin, 2020).
New normal harus direncanakan secara komprehensif karena penerapannya bisa
menguraikan masalah namun juga bisa menambah masalah. Protokol kesehatan dapat dengan
mudah dirumuskan, namun belum tentu realitas pelaksanaannya dilapangan mudah dilakukan.
Maka untuk itu pelbagai kajian multidisiplin ilmu perlu menjadi pertimbangan pemerintah dalam
menerapkan kebijakan New Normal karena tidak sedikit pelanggaran protokol kesehatan yang
akan terjadi contohnya yang tergambarkan pada suasana di stasiun kereta api, pusat pertokoan,
transportasi publik dan pusat perbelanjaan lainnya.
Selama masa pandemi COVID-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat anjlok,
meskipun pada kuartal I 2020 pertumbuhan ekonomi masih positif di level 2,97%. Pemerintah
menargetkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tetap positif pada kuartal II dan kuartal III
2020 di ambang 2,3%-2,5%. Penerapan New Normal diharapkan dapat menyokong pertumbuhan
ekonomi tersebut. Dengan beroperasinya sektor industri, perekonomian dapat bergeliat kembali
dan mengatrol pertumbuhan ekonomi (Advertorial, CNN Indonesia . 2020).
2
Pemerintah juga tetap mendorong agar proyek strategis nasional (PSN) dapat tetap
berjalan. Sejumlah PSN dengan nilai lebih dari 1.400 triliun diproyeksi dapat membuka 3,5 juta
hingga 4 juta lapangan pekerjaan sepanjang empat sampai lima tahun ke depan. Melalui New
Normal, pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk mengembalikan kondisi perekonomian dan
sosial masyarakat. Namun, di sisi lain semua pihak diharapkan tetap berupaya menghentikan
penyebaran virus Corona (Advertorial, CNN Indonesia . 2020).
Dalam era New Normal, penguatan kebijakan pemberdayaan sosial ekonomi rakyat
sangat dibutuhkan strategi yang tepat untuk dapat meraih tingkat kesejahteraan sosialnya sesuai
harkat kemanusiaan. Penguatan kebijakan dan strategi dijabarkan dalam berbagai program dan
kegiatan yang secara praktis dapat memberdayakan baik dari aspek sosial maupun ekonominya.
Dalam hal ini penguatan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya serta
pendampingan sosial agar keluarga sasaran pemberdayaan lebih mampu secara sosial dan
ekonomis (Lestari RA, 2020).
Untuk pemberdayaan sosial ekonomi rakyat diperlukan sebuah inovasi kebijakan dari
pemerintah, baik dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat agar perekonomian terus
berputar. Kolaborasi dari pemerintah daerah dan swasta sebagai penguatan kebijakan sangat
diperlukan dalam pemulihan ekonomi lokal dengan memanfaatkan potensi-potensi daerah yang
dimiliki. Contohnya, pemerintah daerah menggandeng para pengusaha didaerah untuk
pemberdayaan sosial ekonomi rakyat sebagai pemulihan ekonomi akibat Covid-19 yang melanda
hampir di semua negara-negara termasuk Indonesia (Lestari RA, 2020).
Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan fiskal maupun non fiskal
untuk membantu masyarakat, perusahaan korporasi maupun UMKM yang terkena dampak
pandemik Covid-19. Namun anggaran yang dimiliki oleh pemerintah sangat terbatas, sementara
jumlah yang terpapar Covid-19 semakin hari semakin meningkat. Oleh karena itu, permasalahan
dan korban pandemi Covid-19 ini sangat memerlukan keterlibatan masyarakat, lembaga
pendidikan tinggi maupun lembaga non bank lainnya (Nuhodayati dan Anam AK, 2020).
Pemerintah harus membuat atau mengambil kebijakan dengan mempertimbangkan segala
resiko, oleh karena itu kebijakan yang diambil harus tepat sasaran seperti dalam bantuan sosial
nominal Rp. 600.000,- per KK (April-Juni 2020), namun untuk bulan (Juli-Desember 2020)
dengan nominal Rp. 300.000.,- per KK. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengevaluasi data-
data karena faktanya banyak masyarakat yang protes terkait bantuan tersebut. Dalam hal ini
3
penguatan kebijakan sangat penting dilakukan, kolaborasi antara pemerintah dan swasta perlu
dilakukan serta didukung oleh partisipasi masyarakat.
Referensi: